Anda di halaman 1dari 3

Proyek Kemitraan di Kota Samarinda

Sebagai pusat pemerintahan Provinsi, Kota Samarinda didukung oleh sarana dan prasarana yang cukup
memadai seperti Transportasi (jalan, pelabuhan, terminal), telekomunikasi, kelistrikan, air bersih,
fasilitas kesehatan, dan lembaga keuangan bank dan non bank. Kondisi ini menjadikan Samarinda
sebagai pusat distribusi barang dan jasa, sehingga sektor perdagangan dan jasa menjadi cukup dominan.

Dengan adanya daya dukung anggaran pembangunan, pembiayaan pembangunan daerah Kota
Samarinda bersumber yang dari APBD, juga melibatkan investasi swasta. Dimana untuk investasi swasta,
diharapkan peran PMA/PMDN dominan-dengan mengacup ada Provinsi Kalimantan Timur- dengan
kontribusi sebesar 73% dari nilai investasi swasta atau sebesar 64 % dari total investasi Pemerintah dan
swasta (Keunggulan Kalimantan Timur dalam Menarik Minat Investasi, BPID Pemprov Kaltim,
2004).Dengan keunggulan kompetitif yang dimiliki Samarinda seperti iklim investasi yang kondusif
tersebut, Pemerintah Daerah sedang memperbaharui sistem informasi penanaman modal serta terus
melakukan pengkajian untuk memberikan insentif untuk penanaman modal selain terus melakukan
pembinaan, pemantauan dan pengawasan pada setiap proyek yang dipercayakan pada swasta.

Kerjasama kemitraan antara Pemerintah Kota Samarinda dengan PT. Pelabuhan Indonesia (Persero)
serta PT. Pelabuhan Samudera Palaran ini merupakan pola kemitraan tiga stakeholder, ada pun
diantaranya:

1. Kondisi operasional pelabuhan Samarinda khususnya volume peti kemas saat ini cukup tinggi,
sehingga kualitas pelabuhan yang ada khususnya daya tampung lapangan penumpukan
petikemas sudah tidak memadai lagi. Mengingat kapasitas daya tampung sebesar 120.000 teu’s
per tahun dengan luas CY kurang lebih 4 hektar dan angka traffic tahun 2006 sebesar 137.000
teu’s.
2. Fasilitas pelabuhan tidak didesain untuk melayani petikemas sehingga angka produktifitas
pelabuhan rendah hanya 8 – 10 box per jam.
3. Keterbatasan lahan pelabuhan yang ada sehingga tidak memungkinkan perluasan /
pengembangan fasilitas pelabuhan di lokasi eksisting. Lokasi pelabuhan langsung berbatasan
dengan kota Samarinda dan tidak tersedianya back up area pengembangan.
4. Studi tim JICA tahun 2001, merekomendasikan pemindahan pembangunan terminal petikemas
baru di daerah Palaran tepatnya di Kelurahan Bukuan. Dengan master plan pelabuhan yang
telah ditetapkan oleh Menteri Perhubungan melalui KM No.28 tahun 2006 tanggal 7 Juni 2006.
5. Adanya rencana pembangunan Jembatan Mahkota II yang mempunyai tinggi bebas hanya 25
meter sehingga menyebabkan sebagian besar kapal tidak dapat masuk ke pelabuhan Samarinda
(pelabuhan eksisting).

Hal – hal strategis dalam perjanjian awal dan hal – hal pokok yang telah disepakati antara PT. Pelindo IV
dengan Pemkot Samarinda sebagai berikut :

1. Penyelenggara pelabuhan Samarinda adalah PT. Pelindo IV.


2. Obyek perjanjian kerja sama adalah pembangunan Terminal Petikemas (TPK) Palaran di Palaran
Samarinda Seberang
3. Terminal Palaran merupakan bagian dari pelabuhan umum Samarinda
4. Bentuk ikatan kerja sama adalah perjanjian investasi dan bagi hasil dengan jangka waktu
perjanjian selama 50 tahun.
5. Secara bertahap pelayanan jasa kepelabuhan akan dipindahkan ke Terminal Palaran Samarinda
Seberang.
6. PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) dan Pemerintah Kota Samarinda sepakat bekerja sama
membangun TPK Palaran melalui pembentukan Badan Pelaksana (BP) untuk koordinasi kegiatan
pembangunan.
7. Pembangunan infra struktur termasuk dalam pembebasan lahan dan pengadaan supra struktur
akan dilaksanakan dalam 1 paket dengan melibatkan investor melalui pelelangan umum.
8. Investor yang terpilih nantinya akan membentuk Special Purpose Company (SPC) untuk
mengoperasikan TPK Palaran selama periode kerja sama.
9. PT. Pelindo IV menerima manajemen fee sebesar 10% dari pendapatan kotor (gross revenue)
sebagai bentuk kompensasi atas penguasaan pasar yang selanjutnya akan dilimpahkan
pengelolaannya kepada SPC.
10. Struktur bagi hasil keuntungan adalah sebagai berikut :
Gross Revenue – Management Fee – Operating Cost = Profit (Laba)
Profit merupakan obyek sharing oleh 2 pihak (investor dan PT Pelindo termasuk Pemkot
Samarinda).
11. Komposisi bagi hasil antara PT Pelindo IV dan Pemkot Samarinda adalah 50%-50%.
12. Pada akhir periode kerja sama dilakukan transfer asset infrastruktur kepada Pemerintah.

Tahap perijinan pembangunan sudah dilaksanakan dan masih dalam proses, sedangkan pada tahap
pembangunan dan pengadaan fasilitas terminal oleh investor sedang akan dilaksanakan
pembangunannya pada tahun 2008 ini, tetapi menemui sedikit kendala disebabkan kenaikan harga BBM
yang berimplikasi pada term perkiraan nilai investasi.

Evaluasi Kelayakan dan attractiveness proyek kemitraan ini adalah :

a) Manfaat Ekonomis (infrastruktur pelabuhan)


1. Dapat tersedia fasilitas pelabuhan yang memadai sehingga memnuhi kebutuhan masyarakat
luas.
2. Jembatan Mahkota II dapat terealisasi menunjang perekonomian provinsi Kalimantan Timur.
3. Mewujudkan keikutsertaan pihak swasta dalam penyediaan fasilitas pelabuhan sehingga
tercipta efisiensi dan efektifitas kegiatan (program public private partnership).
4. Menyerap tenaga kerja pada proses pembangunan.
5. Transfer asset setelah 50 tahun.
b) Manfaat Finansial (aspek pengusahaan)
1. Oppurtunity loss akibat penutupan pelabuhan lama dapat terkompensasi dengan adanya
manajemen fee sebesar 10% (± Rp 8 milyar per tahun) →eksisting sebesar ± Rp 8 milyar per
tahun.
2. Adanya rasio profit sharing dengan nilai nominal yang terus meningkat selama 50
tahun.Sumber daya manusia PT.
3. Pelindo IV di cabang Samarinda dapat tetap diperkerjakan di TPK Palaran sesuai kualitas dan
kwantitas yang dibutuhkan.
c) Tingkat Atraktif Proyek
1. Kelayakan proyek secara total dengan Interest Rate of Return = 16,15% dan Net Present
Value = Rp.252,97 milyar
2. Kelayakan proyek dari sisi investor dengan Interest Rate of Return = 11,70% dan Net Present
Value = Rp. 57,07 milyar.

Anda mungkin juga menyukai