Anda di halaman 1dari 45

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN MEDIK

RS. ST. ELISABETH BEKASI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit adalah sarana kesehatan perorangan yang menyelenggarakan pelayanan


24 jam , 7 hasi dalam seminggu meliputi pelayanan Gawat Darurat , Rawat Jalan,
Rawat Inap dan Tindakan Medik Spesialis

Dalam penyelenggaraan pelayanan maka rumah sakit harus selalu meningkatkan mutu
pelayanan umum maupun pelayanan medic melalui upaya Akreditasi, Sertifikasi
ataupun upaya peningkatan mutu yang sudah ditentukan reguasi nya .

Pelayanan kesehatan di rumah sakit terdiri dari berbagai jenis pelayanan seperti:
pelayanan medik, keperawatan, dan penunjang medik yang diberikan kepada pasien
dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

Rumah sakit mempunyai fungsi penyelenggaraan pelayanan kesehatan, pendidikan


dan pelatihan sumber daya manusia, serta penyelenggaraan penelitian, pengembangan
dan penapisan teknologi bidang kesehatan.

Penyelenggaraan pelayanan rumah sakit ditentukan oleh tiga komponen utama yaitu:
jenis pelayanan keperawatan yang diberikan, sumber daya perawat sebagai pemberian
pelayanan dan manajemen sebagai tata kelola pemberi pelayanan.

Dalam UU RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 63 dinyatakan bahwa


penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan dengan pengendalian,
pengobatan dan/ atau perawatan serta dilakukan berdasarkan ilmu kedokteran dan
ilmu keperawatan atau cara lain yang dapat dipertanggungjawabkan kemanfaatan dan
keamanannya. Pelaksanaan pengobatan dan/atau perawatan berdasarkan ilmu
kedokteran atau ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu. Pernyataan ini memperkuat bahwa
keperawatan sebagai profesi dan harus diwujudkan dalam memberikan pelayanan
keperawatan di fasilitas kesehatan diantaranya rumah sakit.

Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan di rumah sakit dan
merupakan komponen yang menetukan kualitas baik buruknya pelayanan suatu rumah
sakit.

Keperawatan sebagai profesi mempunyai ciri antara lain memiliki tubuh ilmu (body
of knowledge), pelayanan diberikan oleh perawat professional dan memiliki kode
etika profesi.
Pedoman Pelayanan Keperawatan tahun 2019 1
Jenis pelayanan keperawatan di rumah sakit terdiri dari pelayanan keperawatan umum
atau dasar serta pelayanan spesialis atau lanjut. Untuk penyelenggaraannya diperlukan
standar pelayanan, pendekatan proses keperawatan serta indikator mutu pelayanan
sebagai tolak ukur keberhasilannya.

Sumber daya manusia perawat di rumah sakit merupakan jenis tenaga kesehatan
terbesar (jumlahnya antara 50 – 60 %), memiliki jam kerja 24 jam melalui penugasan
shift serta merupakan tenaga kesehatan yang paling dekat dengan pasien melalui
hubungan professional pasien – perawat (nurse – client relationship). Perawat
memiliki tanggung jawab dan tanggung gugat sesuai kewenangan dalam memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien dan keluarganya.

Diperlukan sumber daya manusia perawat yang kompeten, mampu berfikir kritis,
selalu berkembang serta memiliki etika profesi sehingga pelayanan keperawatan dapat
diberikan dengan baik, berkualitas dan aman bagi pasien dan keluarganya.

Manajemen pelayanan keperawatan di rumah sakit mencakup fungsi perencanaan,


pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan, pengawasan dalam mengelola pelayanan
keperawatan sehingga diperoleh hasil secara efektif dan efisien. Agar manajemen
keperawatan ini dapat terlaksana dengan baik, maka diperlukan manajer keperawatan
yang kompeten dan sumber - sumber lain seperti pembiayaan, fasilitas saran, metode
dan system pemasaran yang baik.

Pelayanan keperawatan di rumah sakit dipimpin oleh seorang perawat teregistrasi dan
mempunyai kompetensi dan kualifikasi manajer keperawatan. Manajer/ Kepala
bidang keperawatan/ Direktur Keperawatan mempunyai kewenangan dan
bertanggungjawab terhadap terlaksananya pelayanan keperawatan yang berkualitas di
rumah sakit. Setiap unit pelayanan keperawatan dipimpin oleh kepala ruangan yang
bertanggungjawab terhadap manajemen asuhan pasien mulai masuk sampai pulang.
Jumlah dan jenis tenaga keperawatan disesuaikan dengan standar ketenagaan dan
fungsi rumah sakit. Setiap perawat harus mempunyai SIP (Surat Izin Perawat) dan
SIK (Surat Izin Kerja).

B. Tujuan Pedoman
Tujuan Umum :
Sebagai acuan bagi praktisi Keperawatan dalam menyelenggarakan pelayanan
keperawatan serta meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan meningkatkan
profesionalisme perawat untuk mencapai Visi dan Misi RS St. Elisabeth Bekasi

Tujuan Khusus :

1. Terselenggaranya pelayanan keperawatan yang aman dan berkualitas di Rumah


Sakit St. Elisabeth.
2. Terselenggaranya sumber daya, sarana, dan prasarana yang memadai.

Pedoman Pelayanan Keperawatan tahun 2019 2


3. Terselenggaranya perencanaan tenaga perawat yang mampu memberikan
pelayanan keperawatan secara holistik.
4. Terselenggaranya konsep keselamatan pasien dan keselamatan kerja.

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Ruang lingkup Pedoman Pelayanan keperawatan adalah memberikan pelayanan
keperawatan pada kasus medikal bedah, anak, maternitas dan kritis.
D. Batasan Operasional
Batasan operasional pelayana keperawatan Rumah Sakit Elisabeth adalah pemberian
pelayanan maternal, neonatal dan perinatal serta pengobatan kepada pasien yang oleh
karena penyakitnya harus menginap di Instalasi Rawat Inap atau klien yang berada
dalam perawatan.
C. Landasan Hukum
1. Undang-undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1274/ Menkes/ SK/ VIII/ 2005 tentang
Rencana Strategis Departemen Kesehatan tahun 2005-2009.
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 269/ Menkes/ Per/ III/ 2008 tentang Rekam
Medis.
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 369/ Menkes/ SK/ III/ 2007 tentang
Standar Profesi Bidan.
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 938/ Menkes/ SK/ VIII/ 2007 tentang
Standar Asuhan Kebidanan.
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 836/ Menkes/ SK/ VI/ 2005 tentang
Pedoman Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat dan Bidan.
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 432/ Menkes/ SK/ IV/ 2007 tentang
Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit.
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 812/ Menkes/ SK/ VII/ 2007 tentang
Perawatan Paliatif.
9. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1087/ Menkes/ SK/ VII/ 2010 tentang
Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.
10. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1691/ Menkes/ Per/ VIII/ 2011 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
11. Surat Keputusan ketua Umum PPNI tahun 2009 tentang Standar Profesi dan
Kode Etik Perawat Indonesia.
12. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 834/ Menkes/ SK/ VII/ 2010 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan HCU.
13. Peraturan Menteri Kesehatan No. HK.02.02/ Menkes/ 148/ I/ 2010 tentang Izin
dan Penyelenggaraan Praktik Perawat
14. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 17 tahun 2013 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Kesehatan No. HK.02.02/ Menkes/ 148/ I/ 2010
15. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 46 tahun 2013 tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan.
16. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 40 tahun 2017 tentang Pengembangan
Jenjang Karier Profesional Perawat Klinis.

Pedoman Pelayanan Keperawatan tahun 2019 3


BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi SDM
Sumber Daya Manusia tenaga keperawatan merupakan sumber daya yang utama
dalam pelayanan di Rumah Sakit, baik secara kwantitas maupun kualitas akan sangat
berpengaruh pada mutu pelayanan.

Oleh karena itu usaha menentukan dalam jumlah yang tepat serta kompeten dalam
bidangnya, sangat diperlukan guna menunjang pelayanan kesehatan yang dibutuhkan,
sekaligus juga dalam perencanaan yang tepat dan sesuai standar, akan menghemat
anggaran tanpa mengurangi kualitas pelayanan yang kita berikan.

Kualifikasi Sumber Daya Manusia di RS St. Elisabeth dalam Direktorat Keperawatan


dibagi :
1. Staf Direktorat Keperawatan
Kualifikasi
No Nama Jabatan
Pendidikan Sertifikat / Pelatihan

1 Direktur Sarjana Keperawatan/ Pelatihan Manajemen Bidang


Keperawatan Setara/ S2 Keperawatan Keperawatan minimal 2 minggu (80
jam)

2 Ka Bid Pelayanan Sarjana Keperawatan/ Pelatihan Manajemen Bidang


Keperawatan Setara/ S2 Keperawatan Keperawatan minimal 2 minggu (80
jam)

6 PJ Bid Pastoral D3kep/bid & Pelatihan Pastoral


Care/ Pelayan Pengajaran agama Care/pendampingan pasien
kerohanian Katholik/ Pelatihan Service Exelent
Pelatihan tentang Hak & kewajiban
pasien
PPI Dasar, BHD, APAR

2. Kualifikasi di Instalasi Rawat Inap terdiri dari

Kualifikasi
No Nama Jabatan
Pendidikan Sertifikat/ Pelatihan
1 Ka. Instalasi Rawat S1/ D3 Keperawatan - Pelatihan Manajemen Bangsal
Inap Keperawatan (40 jam)

Pedoman Pelayanan Keperawatan tahun 2019 4


- Pelatihan Komite Keperawatan

2 Ka. Ruang Rawat S 1/ D3 Keperawatan - Pelatihan Manajemen


Inap D 3/ D4 Kebidanan Ruangan/Bangsal Keperawatan
(40Jam)
- Kode etik keperawatan
- BHD/ BCLS/ BTCLS
- Resusitasi Neonatus
- Pelatihan Edukator
- PPI Dasar
- Asesmen
- Triage
- SBAR
- Plebotomi
- POCT
- APAR
- B3
- Pencampuran sediaan parenteral/
safety in drug missing
- MESO dan telaah resep
- Pemberian Tranfusi
- Workshop penyegaran askep
(medikal bedah, anak, obsgyn)

3 Ketua Tim S1/ D4/ D3 - Pelatihan Manajemen


Keperawatan/ Ruangan/bangsal keperawatan
Kebidanan - Kode etik keperawatan
- BHD/BCLS/BTCLS
- Resusitasi Neonatus
- Pelatihan Edukator
- PPI Dasar
- Asesmen
- Triage
- SBAR
- Plebotomi
- POCT
- APAR
- B3
- Pencampuran sediaan
parenteral/ safety in drug
missing
- MESO dan telaah resep
- Pemberian Tranfusi
- Workshop penyegaran askep
(medikal bedah, anak, obsgyn)

4 Perawat/ Bidan S1 / D4 / D3 - BHD/BCLS/BTCLS (wajib untuk


Pelaksana Keperawatan/ semua)
Kebidanan - Tambahan sertifikat Pra Klinik
- PPI
- Asesmen
- Kode Etik Keperawatan

Pedoman Pelayanan Keperawatan tahun 2019 5


- Perawat/ Bidan Klinik I :
tambahan pelatihan :
 Triage
 SBAR
 Plebotomi
 POCT
 APAR
 APD
 Pengelolaan dan Paparan
Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3)
 Perawatan luka Dasar
 APN
 Managemen Lakstasi

- Perawat/ Bidan Klinik II;


tambahan
 Manajemen Nyeri
 Manajemen luka lanjut
 Pencampuran sediaan
parenteral/ Safety in drug
missing
 MESO & telaah resep
 Workshop penyegaran askep
 (medikal bedah, anak,
obsgyn)
 Resusitasi neonatus

- Perawat/ Bidan Klinik III;


tambahan
 Pelatihan edukator sebagai
preceptor, mentorship
 BHD/ BCLS /BTCLS
 Triage
 Asesmen
 SBAR
 Plebotomi
 POCT
 APAR
 APD
 Resusitasi neonatus

5 Preceptor Ruangan / S 1 Keperawatan / D4 - Syarat PK III dan tambahan


CI Kebidanan / Setara pelatihan preceptor dasar dan
advance.
6 Tata Usaha/ SMA - Administrasi dan komputer
Adminitrasi - Service Excellent
Ruangan - BHD

Pedoman Pelayanan Keperawatan tahun 2019 6


- APAR
- APD
- Hand Hygiene

7 Tenaga Tehnik D3 Farmasi - APAR


Kefarmasian (TTK) - APD
di ruangan - BHD
- Hand Hygiene
- Pencampuran sediaan parenteral/
Safety in drug missing
- MESO & telaah resep
- B3

8 Penata Gizi SMA / sederajat - APAR


- APD
- BHD
- Hand Hygiene
- Gizi seimbang
- B3

9 Asisten Perawat SMA / sederajat - Sertifikat ASPER


(ASPER) - APAR
- APD
- BHD
- Hand Hygiene
- B3

10 House keeper/ SMA / sederajat - APAR


Cleaning Service - PPI dasar
- APD
- BHD
- Hand Hygiene
- B3

3. Kualifikasi SDM (Perawat Ranap dan Rajal) dibawah Direktorat Medik dan
Penunjang Medik

Kualifikasi
No Nama Jabatan
Pendidikan Sertifikat / Pelatihan
1 Wakil Ka. Instalasi : S.Kep,Ners/D3 - Pelatihan Manaj. Bruang
- RAJAL/ PU Keperawatan Keperawatan (40 jam)
- IGD - Tambahan unit khusus :
- Intensif dewasa - ICU : pelatihan ICU
(ICU &Perina) - Perina: pelatihan resusi-tasi
- IBS Neonatus & PONEK
- HD :.kursus keperawatan
intensif ginjal
- IGD : pelatihan BTCLS

Pedoman Pelayanan Keperawatan tahun 2019 7


2 - 
3 Perawat Pelaksana S1 Keperawatan/ Setara - BHD/ BCLS /BTCLS
Keperawatan di : D3 Keperawatan/ - Asesmen
- IBS Kebidanan/ Perawat - Triage
- IGD Gigi - SBAR
- Klinik Umum
- Plebotomi
- Klinik Spesialis
- ICU - POCT
- Perina - APAR
- Klinik TB - PPI
- Klinik Rafael - APD
- Klinik Ibu dan - Hand hygiene
Anak - Beracun (B3)
- Klinik Gigi - Pencampuran sediaan
parenteral/ Safety in drug
missing
- MESO & telaah resep
- Pemberian Transfusi
- Pelatihan Edukator

Tambahan unit khusus :


 ICU : pelatihan ICU
 Perina: pelatihan resusitasi
neonatus
 IBS : pelatihan BSORN
 IGD : pelatihan PPGD
 TB
 Konseling HIV/ AIDS
 Pelatihan Echo/ EKG

D. Pengaturan Jaga
Pengaturan jaga merupakan bagian dari pengorganisasian asuhan keperawatan di
ruangan dalam rangka meningkatkan mutu asuhan keperawatan.

Pengorganisasian ini dilakukan untuk mengalokasikan aktifitas keperawatan yang


dilaksanakan oleh perawat dalam upaya memberikan pelayanan keperawatan yang
ditujukan kepada klien sesuai dengan pengetahuan dan ketrampilan yang mereka
miliki. Tujuan :
 Pembagian beban kerja jelas dan terinci sesuai dengan kompetensi .
 Kesatuan komando dalam pengaturan kegiatan Asuhan Keperawatan.
 Mempermudah dalam mengevaluasi.

1. Metode Pengaturan Jaga secara Tim

Pedoman Pelayanan Keperawatan tahun 2019 8


a. Pengertian :
1) Metode pengaturan jaga secara tim adalah metoda penugasan perawat
dalam memberikan asuhan terhadap pasiennya, dimana sekelompok
pasien (10 - 15) dirawat oleh sekelompok perawat heterogen (3 - 5)
dengan dipimpin oleh ketua Tim Perawat professional)
2) Sistem penugasan dimana sekelompok perawat heterogen terdiri dari
perawat profesional, perawat vokasional, assisten perawat, perawat
magang, mahasiswa perawat.
3) Perawat profesional sebagai ketua Tim yang mengatur tugas dan
koordinasi pelayanan.
4) Tim satu dan lainnya harus bekerja sama terutama di wilayah satu
ruangan.

b. Peran dan Fungsi


1) Ketua Tim :
a) Ketua Tim bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan, dari
perencanaan, kelancaran pelaksanaan sampai evaluasi asuhan
keperawatan dari seluruh pasien yang menjadi tanggung
jawabnya.
b) Memastikan segala kegiatan yang terlaksana, terdokumentasikan
dengan benar.
c) Membimbing dan mengawasi pelaksanaan pelayanan
keperawatan anggota timnya.
d) Ketua Tim diberi wewenang menerapkan pola asuhan dan
membagi tugas kepada anggota Tim dalam pelaksanaannya.
e) Ketua Tim harus bekerja sama dan berkoordinasi dengan Tim lain
terutama dalam satu ruang.
f) Ketua Tim bertanggung jawab pada Kepala Ruang.
g) Uraian tugas dan wewenang dijabarkan dalam UTW dan struktur
organisasi Direktur Keperawatan.

Kualifikasi Ketua Tim


- Ketua tim minimal DIII dengan pengalaman > 4 tahun dan
berkompetensi PK II

1) Anggota TIM :
a) Sebagai pelaksana asuhan keperawatan .
b) Menerima tugas yang diberikan Ketua Tim dan bertanggung
jawab penuh terhadap pelaksanaannya.
c) Hasil pelaksanaan asuhan keperawatan harus diinformasikan
kepada Ketua Tim dan didokumentasikan dengan benar.
d) Uraian tugas dan wewenang dijabarkan dalam UTW struktur
organisasi Direktur Keperawatan.

Pedoman Pelayanan Keperawatan tahun 2019 9


3) Kepala Ruang:
a) Berwenang menetapkan Ketua TIM sesuai kemampuan dan
ketrampilannya.
b) Kepala ruang bisa menjadi Ketua TIM saat dinas.
c) Kepala ruang adalah role model, berfungsi mengoptimalkan
pembelajaran kepada pelaksana perawat untuk berorganisasi
dalam lingkup kecil.
d) Bersama Ketua TIM berwenang mengevaluasi kemampuan dan
ketrampilan perawat pelaksana.
e) Berwenang mengevaluasi segala pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh TIM agar terdokumentasi dengan baik dan
benar.
f) Uraian tugas dan wewenang dijabarkan dalam UTW struktur
organisasi Direktur Keperawatan.

Kualifikasi :
- Pendidikan minimal D3 keperawatan pengalaman > 7 tahun dan
berkompetensi minimal Praktek Klinik III.

2. Pedoman Penyusunan Dinas Jaga Tenaga Keperawatan


a. Peraturan Umum :
1) Setiap tenaga keperawatan harus bersedia di dinaskan dengan sistem
shift yaitu pagi sore dan malam.
2) Peraturan jaga malam adalah malam 2 hari dan turun jaga malam
sebagai libur mingguan, dengan memperhitungkan kelebihan jumlah
jam kerja dalam satu minggu .
3) Pengaturan libur termasuk turun jaga malam atau dinas luar, cuti
dll dalam setiap hari jumlahnya tidak boleh melebihi jumlah tenaga
keperawatan dalam setiap ruangan dibagi 7 (hr) dengan koreksi plus 1
orang
Contoh :
i. Ruang A : perawat 17 orang, PK 5 orang, Jumlah 22 orang
ii. Maksimum libur dalam 1 hari = 22 : 7 = 3 plus 1 = 4 orang atau 3
Perawat dan 1 PK.
iii. Diharapkan dalam setiap hari dengan contoh diatas, maka:
Dinas malam 4 orang, Dinas pagi 7 orang, Dinas siang 7 orang dan
libur 4 orang.
4) Apabila ada tenaga keperawatan yang berhalangan hadir dengan alasan
keperluan mendadak atau sakit, maka karyawan tersebut wajib
melaporkan langsung kepada Kepala Ruangan atau wakil seawal
mungkin.

Pedoman Pelayanan Keperawatan tahun 2019 10


a. Peraturan Khusus :
1) Kepala Ruang harus membuat jurnal dalam 2 minggu sekali tentang
tenaga keperawatan yang dinas dengan mempertimbangkan komposisi
kompetensi.
2) Ketentuan tanda dengan mencantumkan kompetensi PK nya dalam
daftar dinas jaga yang menggambarkan komposisi dan kompetensi
yaitu :
- Penanggung Jawab Shift/ Ketua Tim  Beri Tanda *
- Perawat Klinik III :Kompetensi Perawat Klinik III (masa kerja >
12 tahun)
- Perawat Klinik II : Kompetensi Perawat Klinik II (masa kerja >
4 s.d 12 tahun)
- Perawat Klinik I : Kompetensi Perawat Klinik I (masa kerja 1 -
4 tahun)
- Perawat Magang/ Orientasi
- Asisten Perawat

2) Lembar daftar dinas dengan tanda yang menggambarkan komposisi


dan kompetensi tsb, ditandatangani kepala Ruang dan dikumpulkan di
Direktorat Keperawatan 1 minggu sebelum jadwal berlaku.

3. Peraturan Tata Tertib Dinas Jaga sesuai jadwal dan yang berhalangan hadir
a. Kepala ruangan membuat jurnal tenaga keperawatan yang dinas jaga dengan
memperhatikan peraturan penyusunan dinas jaga, jumlah pasien yang dirawat
dan tingkat ketergantungan pasien dalam pelayanan keperawatan.
b. Apabila ada tenaga keperawatan berhalangan hadir karena sakit atau keperluan
mendadak, yang bersangkutan harus memberikan informasi kepada Kepala
Ruang, 8 jam sebelum jam kerja sesuai jadwal dinas yang sudah ditentukan.
c. Kepala ruang akan menunjuk tenaga keperawatan pengganti sesuai kompetensi
tenaga keperawatan yang berhalangan hadir.
d. Apabila Kepala Ruang berhalangan hadir harus mendelegasikan tugas,
wewenang dan tanggung jawab kepada Kepala Ruang atau yang mewakili
secara tertulis dengan format yang ditentukan.
e. Yang mewakili harus menginformasikan kepada Direktur Keperawatan/ staff,
bila banyak kegiatan/ sibuk dengan pasien klasifikasi berat dan perlu
pengawasan ketat.
f. Dalam situasi tertentu di ruangan yang membutuhkan penanganan khusus, maka
tenaga keperawatan juga memberitahukan kepada case manajer di ruang rawat
inap yang dinas pada saat itu agar segera ditindak lanjuti dan dilaporkan ke
Direktur Keperawatan.

4. Pengaturan Jaga di Ruang Maternal Neonatal


a. Pengaturan Jaga Dokter

Pedoman Pelayanan Keperawatan tahun 2019 11


Pengaturan jadwal dokter jaga on call ruang ICU ,perina, ruang Bersalin,
menjadi tanggung jawab Direktur Medik dan Penunang Medik
b. Pengaturan Jaga Bidan
Pengaturan jadwal dinas di ruang Anna tidak berbeda dengan pengaturan dinas
di ruang rawat inap yang lain
c. Pengaturan Jaga Dokter Konsulen
Pengaturan jadwal jaga konsulen menjadi tanggung jawab Direktur Medik dan
Penunjang Medik
d. Pengaturan Jaga Non Medis
1) Pengaturan jadwal dinas tenaga non medis ruang Anna dibuat dan di
pertanggung jawabkan oleh Kepala Ruang Kebidanan dan disetujui oleh
Kepala Instalasi.
2) Jadwal tenaga non medis di buat untuk jangka waktu 1 Minggu sekali dan
sudah di edarkan minimal 2 hari sebelum jaga di mulai.
3) Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas siang, dinas malam, lepas malam,
libur dan cuti.
4) Apabila ada tenaga non medis karena suatu hal sehingga tidak dapat jaga
sesuai jadwal yang telah ditetapkan (terencana), maka yang bersangkutan
harus memberitahu Kepala Ruang minimal 1 hari sebelum hari jaganya. Serta
diharapkan tenaga non medis yang bersangkutan sudah mencari tenaga non
medis pengganti atau Kepala Ruang akan mencari tenaga non medis yang
libur untuk menggantikan jaga.

E. Ketenagaan Keperawatan
Berdasarkan Undang-undang Keperawatan no. 38 tahun 2014 tentang Keperawatan
disebutkan bahwa yang di maksud dengan Perawat adalah seseorang yang telah lulus
pendidikan tinggi Keperawatan.

Fungsi ketenagaan, meliputi kebijakan yang mengatur hubungan antara SDM


keperawatan dengan rumah sakit seperti standar ketenagaan, rekruitmen, orientasi,
rotasi, mutasi, cuti, melakukan studi pendidikan formal, promosi, dll.

Adapun fungsi ketenagaan meliputi : rekruitmen, orientasi, rotasi, mutasi, cuti,


melakukan studi pendidikan formal, promosi dan terminasi.
1. Rekruitmen, seleksi, dan orientasi
a. Rekruitmen
1) Pengertian
Rekruitmen merupakan proses mencari, menemukan, dan menarik perawat /
bidan untuk ditugaskan/ dipekerjakan dalam dan oleh suatu organisasi/
rumah sakit sebagai langkah awal calon perawat menduduki suatu
pekerjaan. Berdasarkan waktunya, maka proses rekruitmen dibatasi sejak
mencari hingga lamaran diajukan oleh pelamar.

Pedoman Pelayanan Keperawatan tahun 2019 12


2) Kriteria
Kriteria perawat/ bidan di rumah sakit yaitu :
a) Perawat/ bidan yang direkrut benar - benar memiliki kompetensi yang
diharapkan oleh rumah sakit.
b) Memiliki sikap yang positif terhadap pekerjaannya karena mereka
melamar berdasarkan minat.
c) Memenuhi syarat administrative meliputi :
i. Lulus D 3 Keperawatan/ Kebidanan dan/ Profesi Ners.
ii. Memiliki STR
iii. Lulusan dari Institusi pendidikan keperawatan yang terakreditasi
minimal B
iv. Sehat jasmani dan rohani.
v. Lebih diutamakan yang punya sertifikat berkaitan dengan keahlian
keperawatan kebidanan.
vi. Surat lamaran

b. Seleksi Keperawatan
1) Pengertian
Seleksi merupakan kegiatan untuk memilih calon tenaga keperawatan yang
tepat dan mengeliminasi pelamar yang dianggap kurang tepat untuk
diterima dalam suatu pekerjaan di rumah sakit.
Pada dasarnya merupakan usaha yang sistematis yang dilakukan guna lebih
menjamin bahwa mereka yang diterima adalah yang dianggap paling tepat,
baik dengan kriteria yang telah ditetapkan ataupun jumlah yang dibutuhkan.

2) Metode Seleksi
Seleksi tenaga keperawatan di rumah sakit dilakukan secara sistematis yang
meliputi :
a) Seleksi dokumen
Pada seleksi dokumen, staf SDM melakukan seleksi persyaratan sesuai
dengan kriteria tersebut diatas.
b) Test tertulis terkait Keperawatan
c) Psiko test
Psiko test dilakukan oleh psikolog yang ditetapkan berdasarkan surat
keputusan direktur rumah sakit. Psiko test yang dilakukan pada
umumnya mencakup penilaian yang meliputi :
i. Kecerdasan : Intelegensi umum, logika
ii. Sikap kerja : Kecepatan dan ketelitian, ketekunan
iii. Kepribadian : Stabilitas emosi, kerjasama, kepercayaan diri.
d) Test wawancara dilakukan oleh tim seleksi perawat dari sub komite
kredensial keperawatan yang ditetapkan berdasarkan surat keputusan
direktur rumah sakit. Adapun kriteria/ aspek yang dinilai pada saat
wawancara calon tenaga keperawatan tersebut adalah sebagai berikut :

Pedoman Pelayanan Keperawatan tahun 2019 13


penampilan/ sikap, pengalaman kerja, motivasi, dorongan/ semangat,
kepercayaan diri, komunikasi, inisiatif, kerjasama, kepeminpinan.
Penampilan umum yang dinilai meliputi : tata karma, disiplin, postur
tubuh, pakaian, sikap waktu berkomunikasi, pemakaian bahasa
Indonesia, kebersihan, perorangan, perhatian, suasana perasaan, rasa
percaya diri.
e) Seleksi Kesehatan
Seleksi kesehatan dilakukan oleh tim seleksi kesehatan yang terdiri dari
dokter dan perawat yang ditetapkan berdasarkan surat keputusan. Seleksi
kesehatan pada umumnya meliputi aspek : pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang (pemeriksaan darah rutin, pemeriksaan Ro photo
thorax, pemerisaan EKG)

c. Orientasi
Setelah proses seleksi, para calon tenaga keperawatan yang memenuhi kriteria
diterima menjadi staf tenaga keperawatan. Program dilanjutkan dengan
program orientasi. Program orientasi bagi tenaga keperawatan baru tersebut
diberikan melalui program pembimbingan sehingga pengembangan dapat
tercapai secara professional.

Pembimbing orientasi para perawat/ bidan yang mempunyai kualitas


pendidikan minimal DIII dengan pengalaman kerja minimal 5 tahun dan
mampu memberikan petunjuk dan saran kepada para tenaga keperawatan baru
tentang bagaimana belajar dan mengembangkan kemampuan diri.

2. Penempatan Staf
Penempatan staf disesuaikan dengan rencana kebutuhan satuan unit pelayanan
keperawatan dihubungkan dengan kompetensi dan peminatan dari tenaga yang
telah melalui proses kredensial. Penempatan staf berpedoman pada pola jenjang
karier perawat.

3. Pengembangan Staf
Pengembangan staf keperawatan merupakan salah satu program yang penting
untuk mendukung pengembangan pelayanan keperawatan guna me-wujudkan
masyarakat sehat yang mandiri. Pengembangan tenaga keperawatan diarahkan
untuk menciptakan tenaga keperawatan yang professional dan kompeten dalam
bidang keahliannya sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi di bidang
keperawatan/ kebidanan, pengembangan staf berpedoman pada pola jenjang karier
perawat dalam bentuk pendidikan formal maupun informal.

4. Promosi dan Terminasi


Promosi dalam keperawatan sangat penting dilaksanakan, dengan mengacu kepada
jenjang karir keperawatan.

Pedoman Pelayanan Keperawatan tahun 2019 14


Terminasi merupakan proses berakhirnya perawat dalam melaksanakan tugas
secara formal di rumah sakit. Proses ini dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang
berlaku di rumah sakit.

Pedoman Pelayanan Keperawatan tahun 2019 15


BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang Keperawatan ( di Lantai 4)

Pedoman Pelayanan Keperawatan tahun 2019 16


B. Standar Fasilitas

Setiap unit pelayanan mempunyai standar fasilitas yang digunakan. Standar fasilitas
ini digunakan untuk mengajukan permintaan barang sesuai dengan kebutuhan melalui
alur permintaan barang, sehingga peralatan yang tersedia dan permintaan dapat
terkontrol dan benar – benar dapat digunakan sebagai mana semestinya sesuai dengan
jumlah anggaran yang telah ditetapkan dari Rumah Sakit. Standar Fasilitas sesuai
dengan standard dan ketentuan di masing-masing unit pelayanan.

Standar Fasilitas Keperawatan dan Kebidanan yang meliputi :


1. Standar Alat Tenun
2. Standar Alat Keperawatan dan kebidanan
3. Standar Alat Kesehatan/ Kedokteran
4. Standar Alat Rumah Tangga
5. Standar Alat Tulis Kantor

Standar pelayanan ini berguna untuk meningkatkan dan mengembangkan semua


sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan agar dapat dihasilkan proses dan luaran
pelayanan yang bermutu, efektif dan efesien yang berorientasi pada kepentingan
pasien. (Standar Fasilitas terlampir pada pedoman pelayanan masing-masing unit.)

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Alur Pelayanan Pasien


Penyelenggaraan pelayanan keperawatan di Rumah Sakit St. Elisabeth Bekasi
menggambarkan pengelolaan pelayanan keperawatan terhadap pasien mulai masuk
sampai keluar dari Rumah Sakit. Secara umum terdapat komponen utama yaitu :
pelayanan keperawatan rawat jalan, Gawat Darurat, Rawat inap dan perencanaan
pasien pulang serta perawatan pasca Rumah Sakit.

Penyelenggaraan pelayanan keperawatan baik rawat jalan, Gawat Darurat maupun


Rawat Inap harus memperhatikan ketersediaan SDM kesehatan, sarana prasarana dan
peralatan yang tersedia di Rumah Sakit serta beban kerja pelayanan.

Pelayanan keperawatan pasien rawat jalan, pasien gawat darurat dan pasien rawat inap
adalah pelayanan yang komprehensif, yang dilaksanakan melalui pendekatan Tim
Multidisiplin yang terdiri dokter umum, dokter spesialis atau sub spesialis dan dibantu
oleh perawat, bidan yang bekerja secara interdisiplin dengan focus pelayanan
mengutamakan pada pasien yang membutuhkan pengobatan, Asuhan keperawatan,

Pedoman Pelayanan Keperawatan tahun 2019 17


Edukasi dan Observasi sesuai dengan Standar Prosedur Operasional yang berlaku di
Rumah Sakit St. Elisabeth Bekasi.
Pelayanan keperawatan juga meliputi Asesmen awal, Asesmen ulang, menganalisa
hasil asesmen dan melakukan 3 Asuhan keperawatan baik secara mandiri maupun
kolaboratif.
Berdasarkan alur, beberapa prinsip yang perlu diperhatikan sebagai berikut :
1. Pasien datang ke Rumah Sakit dapat di sebabkan karena beberapa alasan yaitu :
a. Dikirim oleh/ rujukan Rumah Sakit lain, Puskesmas atau jenis pelayanan
kesehatan lain.
b. Dikirim oleh/ rujukan praktek dokter, perawat, bidan atau tenaga kesehatan lain
di luar Rumah Sakit.
c. Datang atas kemauan sendiri.
2. Berdasarkan kecepatan pelayanan kesehatan, pasien datang ke Rumah Sakit dapat
di bedakan :
a. Pasien yang dapat menunggu yaitu pasien berobat jalan dengan perjanjian dan
pasien yang tidak dalam keadaan darurat
b. Pasien yang datang perlu pertolongan segera (Pasien gawat darurat).
3. Pasien di Rumah Sakit dapat dikategorikan sebagai pasien Poliklinik/ berobat jalan
dan pasien rawat inap.
4. Berdasarkan jenis kedatangannya pasien dapat dibedakan menjadi :
a. Pasien baru, yaitu : pasien yang baru pertama kali daang ke Rumah Sakit untuk
keperluan berobat dan akan mendapat nomor Rekam Medis
b. Pasien lama adalah : pasien yang pernah datang sebelumnya untuk keperluan
berobat dan akan mempergunakan nomor Rekam Medis I (pertama) masuk
Rumah Sakit St. Elisabeth Bekasi
Untuk menghindari penumpukan di unit Darurat Gawat atau Poli umum harus
disediakan ruang transit.
Komponen dari pengelolaan alur pasien meliputi :
1. Ketersediaan tempat tidur di rawat inap
2. Perencanaan fasilitas, peralatan, utilitas, peralatan medis dan keperawatan lainnya
untuk mendukung penempatan pasien
3. Perencanaan tenaga
4. Skema alur pasien
5. Efesiensi pelayanan non klinis penunjang asuhan dan tindakan (seperti kerumah
tanggaan dan transportasi)
6. Pemberian pelayanan ke rawat inap di sesuaikan kebutuhan pasien.

Pedoman Pelayanan Keperawatan tahun 2019 18


Berdasarkan alur bagan tersebut, beberapa prinsip yang perlu diperhatikan sebagai

Pedoman Pelayanan Keperawatan tahun 2019 19


Berikut:

1. Pasien datang ke rumah sakit dapat disebabkan karena beberapa alasan yaitu :
a. Dikirim oleh/ Rujukan rumah sakit lain, Puskesmas atau jenis pelayanan
kesehatan lain
b. Dikirim oleh/ rujukan praktek dokter, perawat, bidan atau tenaga kesehatan
lain di luar rumah sakit
c. Datang atas kemauan sendiri
2. Berdasarkan kecepatan pelayanan kesehatan, pasien datang ke rumah sakit dapat
dibedakan :
a. Pasien yang dapat menunggu yaitu pasien berobat jalan dengan perjanjian
dan pasien yang tidak dalam keadaan darurat
b. Pasien yang datang perlu pertolongan segera (Pasien gawat darurat)
3. Pasien di rumah sakit dapat dikategorikan sebagai pasien Poliklinik/ berobat
jalan dan pasien rawat inap.
4. Berdasarkan jenis kedatangannya pasien dapat dibedakan menjadi :
a. Pasien baru, yaitu : pasien yang baru pertama kali datang ke rumah sakit
untuk keperluan berobat dan akan menerima nomor rekam medis
b. Pasien lama adalah : pasien yang pernah datang sebelumnya untuk
keperluan berobat dan akan mempergunakan nomor rekam medis I.

B. Pelayanan Keperawatan
Tata cara pengelolaan pelayanan keperawatan pasien :
1. Pasien rawat jalan (Poli Spesialis, Poli Umum)
Pelayanan keperawatan terhadap pasien rawat jalan meliputi
a. Melakukan asesmen pasien : Anamnesa, pemeriksaan TTV, Skrining Nyeri,
Skrining Nutrisi dan Skrining Risiko Jatuh
b. Melakukan pendokumentasian pada format yang telah tersedia
c. Menuliskan no RM pasien untuk pelaporan ke rekam medis.
d. Melakukan tindakan sesuai advis dokter
e. Untuk pasien di Poli Umum yang harus masuk rawat inap perawat
merumuskan masalah keperawatan yang ditemukan dan
mendokumentasikan, merencanakan dan implementasi keperawatan atau
kolaborasi dan melakukan evaluasi
f. Melakukan Informed Consent terhadap tindakan yang dilakukan (misalnya
pasang Katheter)
g. Melakukan edukasi
h. Melakukan komunikasi dengan unit TPP (Tempat Penerimaan Pasien) dan
unit rawat inap
i. Melakukan Transfer pasien baik internal maupun eksternal

2. Pasien gawat darurat di IGD


Pelayanan keperawatan terhadap pasien gawat darurat di IGD meliputi
a. Melakukan Triase
b. Melakukan asesmen (Anamnesa, Pemeriksaan Fisik, TTV, Skrining : Nyeri,
Nutrisi, Status fungsional dan risiko jatuh)

Pedoman Pelayanan Keperawatan tahun 2019 20


c. Merumuskan masalah keperawatan
d. Merencanakan asuhan
e. Melakukan tindakan pertolongan emergency
f. Melakukan tindakan keperawatan mandiri dan kolaboratif
g. Melakukan Evaluasi
h. Mendokumentasikan hasil asesmen dan semua tindakan yang dilakukan
i. Melakukan edukasi
j. Melakukan komunikasi dengan bagian TPP, dengan bagian penunjang
medis, unit rawat inap dan Rumah Sakit lain.
k. Melakukan rujukan

3. Pasien Rawat Inap


Pelayanan keperawatan rawat inap diberikan kepada pasien yang diindikasikan
untuk rawat inap. Pasien rawat inap harus melalui unit rawat jalan (Poliklinik)
dan atau gawat darurat, di unit rawat inap, perawat mempunyai tanggung jawab
besar dan penting terhadap pengelolaan unit rawat inap sehingga pasien
memperoleh pelayanan kesehatan, termasuk keperawatan secara efektif dan
efesien. Hal – hal penting yang menjadi tanggung jawab perawat di unit rawat
inap adalah sebagai berikut :
a. Monitoring angka BOR, LOS, TOI
b. Pencapaian indikator mutu pelayanan keperawatan rawat inap
c. Penerapan dan monitoring keselamatan pasien
d. Sistem pemberian asuhan keperawatan dengan metode Tim
e. Persiapan pasien pulang
f. Transfer dan rujukan
g. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan terhadap pasien dengan
unit/ bagian lain : Laboratorium, Radiologi, Farmasi, Gizi, Fisioterapi dan
lainnya
h. Pendampingan pasien dalam kondisi tahap Terminal
i. Mendokumentasikan seluruh asuhan keperawatan pada format yang
tersedia, yaitu :
- Formulir Asesmen Awal Keperawatan
- Formulir Daftar masalah keperawatan
- Formulir Rencana Asuha Keperawatan
- Formulir Catatan Perkembangan Terintegrasi (CPPT)
- Formulir Catatan Perawat
- Formulir Resume Keperawatan
- Formulir Skrining : Nyeri, Risiko Nutrisi, Risiko Jatuh
- Formulir Transfer/ Rujukan dan lainnya.

Tata cara Penerimaan Pasien di Rawat Inap


1. Apabila pasien berasal dari Poliklinik/ IGD petugas IGD/ Poliklinik dimana
pasein tersebut berada, akan menginformasikan ke bagian TPP sehingga dari
petugas dari TPP akan mencarikan tempat ke unit rawat inap.

Pedoman Pelayanan Keperawatan tahun 2019 21


2. Keluarga pasien atau yang bertanggung jawab atas pasien akan mendaftar dan
mengisi Formulir kelengkapan pasien rawat inap di bagian TPP
3. Petugas TPP memberitahu ke Poliklinik/ IGD dimana pasien mendapat tempat
untuk rawat inap dan menjelaskan kepada pasien bahwa akan dipasang gelang
identitas.
4. Perawat Poliklinik/ IGD menginformasikan ke ruang rawat inap bahwa akan ada
pasien baru untuk diantarkan, dan menginformasikan tentang hal – hal yang
perlu dipersiapkan seperti oksigen, infus pump dan lain sebagainya.
5. Pasien yang berasal dari ruang keperawatan khusus (Intensif Care, IBS, HD,
dan ruang tindakan lainnya) harus dijemput oleh perawat dari ruang perawatan
dimana pasien akan ditempatkan, dan melakukan serah terima pasien sesuai
dengan proses transfer.
6. Di unit perawatan yang ditempati melakukan proses penerimaan pasien baru
dengan ramah dan penuh perhatian, meliputi :
a. Menempatkan pasien ditempat yang telah dipersiapkan sesuai kondisi
pasien
b. Mengecek identitas pasien yang ada di gelang identitas pasien, jika gelang
identitas belum dipakai, pakaikan gelang dan berikan penjelasan tujuan deri
pemakaian gelang identitas
c. Membaca surat pengantar yang dibawa petugas pengantar pasien untuk
mengetahui Diagnosa pasien
d. Perawat melakukan asesmen awal : Anamnesa, pemeriksaan TTV, Skrining
Nyeri, Risiko Nutrisi, Status Fungsional dan Risiko Jatuh, mengevaluasi
pemakaian alat medik yang sudah dipakai
e. Memberikan posisi/ menempatkan pasien senyaman dan seaman mungkin
dan memasang alat medik yang harus segera dipasang (seperti oksigen)
sesuai advis dokter bila ada.
f. Lakukan hospitalisasi/ berikan informasi mengenai :
1) Tempat pasien berada :
- Nomor kamar pasien
- Latai berapa
2) Fasilitas kamar dan cara mengoperasikan peralatan :
- Bell/ Nurse call (di kamar pasien dan toilet)
- Kamar mandi dan WC
- Lemari pakaian dan bed side table
3) Tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan dan tenaga penunjang
- Dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP)
- Keperawatan/ sesuai metode pemberian asuhan keperawatan
- Petugas gizi
- Tenaga Kefarmasian
- Tenaga Administrasi
- Petugas kebersihan dan lainnya
4) Peraturan Rumah Sakit tentang :
- Tata tertib pasien rawat inap.
- Jam berkunjung

Pedoman Pelayanan Keperawatan tahun 2019 22


- Jam pelayanan keperawatan rutin (waktu mandi, waktu makan,
pemberian obat, kegiatan observasi dsb)
- Jam pergantian Shift keperawatan
- Jam kunjungan dokter Spesialis dan dokter jaga
- Peraturan untuk penunggu pasien (sesuai kondisi pasien)

g. Mendokumentasikan hasil asesmen dan merencanakan tindakan


keperawatan
h. Melaporkan kepada dokter jaga ruangan dan DPJP tentang pasien baru
dan kondisi pasiennya.
i. Selama pasien dirawat, perawat mempunyai tanggungjawab terhadap
ter-laksananya seluruh pelayanan kesehatan yang harus diterima pasien
(sesuai konisinya) sampai pasien keluar dari Rumah Sakit (pindah,
meninggal dunia)

4. Pelayanan Pastoral Care


Pelayanan Pastoral Care pasien rawat inap dilayani sesuai dengan agama dan
keyakinannya. Rumah Sakit telah bekerja sama dengan berbagai pemuka Agama,
Antara lain : agama Khatolik, Kristen, Islam, Hindu, Budha dan khonghutju.dalam
pelaksanaanya di unit pelayanan pasien di koordinir oleh penanggung jawab Pastoral
Care rumah Sakit.
1. Setiap pasien Baru di Informasikan bahwa di RS.St.Elisabeth ada
Pelayanan kerohanian
2. Pasien yang beragama Khatolik di tanyakan apakah sudah menerima
komuni/ belum, jika sudah di informasikan bahwa setiap hari Pk : 06.20 dan
hari Minggu Pk: 08.00 ada pelayanan komuni untuk pasien, sedangkan
pasien yang belum komuni di beri pelayanan doa.
3. Setiap pasien yang membutuhkan pelayanan rohani secara khusus
(misalnya pasien dalam sakratul maut, yang akan menjalani Operasi, yang
minta didoakan) wajib mengisi formulir permohonan pelayanan rohani

C. Asesmen Pasien
Asesmen pasien terdiri atas 3 proses utama dengan Metode IAR, yaitu :
1. Menginformasikan dari data keadaan Fisik, Psikologis, Sosial, Kultural,
Spiritual dan riwayat kesehatan pasien (Informasi dikumpulkan)
2. Analisis informasi dan data, termasuk hasil Laboratorium dan Radiologie untuk
mengidentifikasi kebutuhan pelayanan kesehatan pasien (Analisis data dan
Informasi)

Pedoman Pelayanan Keperawatan tahun 2019 23


3. Membuat rencana pelayanan untuk memenuhi semua kebutuhan pasien yang
telahdi identifikasi (Rencana Asuhan dan Pelayanan disusun)

Asesmen pasien meliputi :


1. Asesmen Awal, Asesmen ulang dan Asesmen Gawat Darurat
2. Asesmen awal pasien rawat jalan, asesmen gawat darurat dan asesmen rawat
inap meliputi :
a. Pemeriksaan Fisik
b. Riwayat kesehatan
c. Pengkajian pasien dari aspek biologis, psikologis, sosial, ekonomi, kultural
dan spiritual.
3. Dalam asesmen awal juga dilakukan :
a. Asesmen risiko nutrisional
b. Kebutuhan fungsional dan risiko jatuh
c. Skrining nyeri dan dilakukan asesmen nyeri bila ada nyeri
4. Bila diperlukan asesmen awal dilengkapi asesmen tambahan dengan
memperhatikan kebutuhan dan kondisi pasien.

Waktu pelaksanaan asesmen :


1. Asesmen medis dan keperawatan pasien rawat jalan sesuai dengan panduan
asesmen harus selesai dalam waktu 15 menit sejak pasien masuk rumah sakit.
2. Asesmen gawat darurat harus selesai dalam waktu 5 menit
3. Asesmen awal pasien rawat inap harus selesai dalam waktu maksimal 1 x 24 jam
sejak pasien masuk rawat inap.
4. Asesmen ulang medis dilakukan minimal 1x sehari, termasuk akhir minggu/ libur
untuk pasien akut
5. Asesmen ulang keperawatan dilakukan minimal 1x per shift atau sesuai dengan
perubahan kondisi pasien
6. Asesmen ulang oleh PPA (Perawat Penanggungjawab asuhan) lainnya dilakukan
sesuai kondisi pasien.

Yang boleh melakukan asesmen :


1. Asesmen dilakukan oleh PPA dan staf klinis yang kompeten
2. Asesmen awal dilakukan oleh DPJP dan PPJP (perawat penanggung jawab pasien)
3. Asesmen ulang medis dan keperawatan dilaksanakan oleh PPA yang kompeten dan
berwenang sesuai rincian kewenangan klinis yang ditetapkan.

D. Asuhan Pasien
1. Asuhan pasien dilakukan oleh PPA dan Staf klinis yang kompeten dan
berwenang
2. Asuhan pasien dapat berupa upaya pencegahan, paliatif, kuratif atau rehabilitatif
termasuk anastesi, tindakan bedah, pengobatan, terapi suportif atau kombinasinya
yang berdasarkan hasil asesmen dan asesmen ulang pasien.

Pedoman Pelayanan Keperawatan tahun 2019 24


2. Pelaksanaan asuhan dan pelayanan harus di koordinasikan dan diintegrasikan
oleh semua PPA dan dapat dibantu oleh staf klinis.
3. Pasien dengan masalah kesehatan dan kebutuhan pelayanan yang sama berhak
mendapat asuhan yang sama/ seragam di Rumah Sakit.
4. Asuhan pasien yang seragam terefleksi dalam hal – hal sebagai berikut :
a. Akses untuk asuhan dan pengobatan yang memadai diberikan oleh PPA yang
kompeten dapat dilakukan setiap hari, minggu dan waktu.
b. Penggunaan alokasi sumber daya yang sama
Pemberian asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien sama disemua
unit pelayanan di Rumah Sakit.
c. Pasien dengan kebutuhan asuhan keperawatan yang sama menerima asuhan
keperawatan yang setara di seluruh Rumah Sakit.
d. Penerapan serta penggunaan regulasi, Format dan Rekam Medis yang sama
dalam asuhan klinis pasien.

5. Pelayanan dan asuhan berfocus pada pasien diterapkan dalam bentuk pelayanan
dan asuhan pasien terintegrasi yang bersifat integrasi horisontal dan vertikal
6. Pelayanan/ asuhan terintegrasi horisontal melibathan kontribusi PPA yang sama
pentingnya/ sederajat.
7. Pelayanan/ asuhan terintegrasi Vertikal merupakan pelayanan berjenjang melalui
berbagai pelayanan sampai ke tingkat pelayanan yang berbeda.
8. MPP berperan dalam mengintegrasikan pelayanan dan asuhan melalui
komunikasi dengan para PPA

Pelaksanaan Asuhan pasien terintegrasi berfokus pada pasien mencakup elemen


sebagai berikut :
1. Keterlibatan dan pemberdayaan pasien dan keluarga
2. DPJP sebagai ketua Tim PPA
3. DPJP melakukan koordinasi asuhan inter PPA dan bertugas dalam seluruh fase
asuhan rawat inap pasien serta teridentifikasi dalam Rekam Medis pasien
4. Bila kondisi pasien pasien membutuhkan lebih dari 1 (satu) DPJP ditetapkan
DPJP
Utama
5. PPA bekerja sebagai Tim interdisiplin dengan kolaborasi secara inter profesional
6. Perencanaan pemulangan pasien yang terintegrasi
7. Asuhan gizi yang terintegrasi
8. Peran MPP dalam mendorong penerapan pelayanan dan asuhan yang terintegrasi
antar PPA

E. Hak Pasien
Pada pelaksanaan asuhan pasien staf klinis harus memperhatikan hak pasien :
1. Pemberian asuhan pasien harus dengan menghargai agama, keyakinan dan nilai
– nilai pribadi pasien.
2. Sesuai kebutuhan pasien dapat dilayani permintaan kompleks terkait dukungan
agama atau bimbingan kerohanian.

Pedoman Pelayanan Keperawatan tahun 2019 25


3. Dalam proses asuhan, pasien atau keluarga dapat mengajukan second opinion
tanpa rasa khawatir akan mempengaruhi proses asuhan.
4. Dari hasil asesmen pasien berhak mendapat informasi tentang kondisi,
Diagnostikyang pasti, rencana asuhan dan dapat berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan.
5. Staf klinis menjelaskan setiap tindakan atau prosedur yang di usulkan kepada
pasien dan keluarganya, informasi yang diberikan memuat :
- Diagnosa
- Kondisi pasien
- Tindakan yang akan dilakukan
- Tata cara dan tujuan tindakan
- Manfaat dan Risiko
- Yang mengerjakan
- Alternatif lain
- Prognosis
- Hasil asuhan dan pengobatan, termasuk hasil yang tak terduga.

F. Penundaan Pelayanan
1. Bila terjadi penundaan dan kelambatan pelayanan di rawat jalan atau rawat inap
harus di informasikan kepada pasien
2. Hal – hal yang harus disampaikan meliputi :
a. Alasan penundaan
b. Lama penundaan
c. Alternatif yang tersedia sesuai klinis pasien
3. Semua penjelasan yang disampaikan dicatat dalam Rekam Medis pasien.

G. Perencanaan Pemulangan Pasien (P 3)


1. Untuk menjamin kesinambungan pelayanan dan asuhan pasien harus
dilakukan rencana pemulangan pasien yang terintegrasi
2. Perencanaan pemulangan pasien dikoordinasikan oleh MPP (Manajer
Pelayanan Pasien)
3. Tanggal perkiraan pemulangan pasien ditentukan oleh DPJP
4. Selama perawatan di Rumah Sakit, pasien hanya bisa meninggalkan Rumah
Sakit atas persetujuan DPJP
5. Bila diperlukan pada pemulangan pasien dapat di rujuk kepada Faskes
6. Rencana pemulangan pasien dilakukan kepada pasien yang rencana
pemulangannya kompleks, penentuan kebutuhan perencanaan pemulangan
pasien dilakukan saat melakukan asesmen awal pasien rawat inap dan
dokumentasikan format asesmen awal rawat inap
7. Rencana pemulangan yang kompleks dimulai segera setelah pasien masuk
rawat inap
8. Perencanaan pasien pulang dibuat selama dalam perawatan dengan
melibatkan pasien dan keluarganya serta antar multidisiplin di Rumah Sakit.
9. Implementasi dari perkembangan perencanaan pemulangan pasien dipantau, di
evaluasi dan didokumentasikan dengan format yang tersedia
10. Kriteria pasien yang memerlukan perencanaan pemulangannya yaitu:

Pedoman Pelayanan Keperawatan tahun 2019 26


a. Bayi kurang bulan dengan Berat Badan Lahir Rendah
b. Pasien usia lanjut yang Dimentia
c. Pasien dengan gangguan mobilitas, sehingga tidak mampu atau
mengalami kesulitan untuk aktivitas kesehariannya.
d. Pasien yang masih memerlukan bantuan medis dan keperawatan
terus menerus.

Tata cara pengelolaan pelayanan keperawatan pada perencanaan pemulangan pasien/


Discharge Planning/ P 3
1. Identifikasi kebutuhan Perencanaan Pemulangan Pasien (Discharge Planning)
dilakukan saat melakukan Asesmen Awal pasien masuk ruang rawat inap
2. Setelah kebutuhan perencanaan pemulangan pasien di identifikasi perawat/ bidan
berdiskusi dengan DPJP, Manajer pelayanan pasien dan kepala ruangan
mengenai:
a. Rancangan dan persiapan pemulangan pasien
b. Penetapan prioritas hal – hal yang dibutuhkan pasien dan keluarga
c. Perlunya pendekatan multidisiplin dalam menyusun perencanaan
pemulangan pasien.
3. Melakukan diskusi dengan pasien dan keluarga mengenai :
a. Rencana pemulangan pasien, tanggal perkiraan pemulangan pasien
b. Verifikasi kesiapan tempat perawatan pasien setelah pulang dari Rumah Sakit
c. Melibatkan pasien dan keluarganya dalam persiapan perencanaan
pemulangan pasien
d. Menanyakan siapa yang akan merawat setelah pulang dari Rumah Sakit
e. Melatih tenaga atau petugas yang akan merawat pasien di rumah, tentang :
- Cara perawatan, pengobatan di rumah
- Latihan aktivitas dan penggunaan alat bantu jika diperlukan
- Pengaturan makan
- Penjelasan tanda dan gejala yang perlu dilaporkan segera
- Kebutuhan bantuan tenaga medis bagi pasien yang masih menggunakan
alat medic.
f. Manajer pelayanan pasien/ Case Manajer harus memastikan dan
mengevaluasi proses persiapan pemulangan pasien berjalan dengan lancar
dengan peninjauan ulang Rekam Medis pasien.
g. Pastikan mengenai kesediaan dan kesiapan keluarga untuk merawat pasien
h. Finalisasi persiapan pemulangan pasien 48 jam sebelum pasien dipulangkan.
i. Jika pasien menghendaki pulang atas permintaan sendiri (APS) maka
lakukan konferensi dengan tim kesehatan, pasien dan keluarganya.
j. Beri penjelasan dan pastikan pasien/ keluarganya memahami :
- Risiko yang dapat timbul akibat pulang paksa berhubungan dengan
kondisi medisnya.
- Sudah ada ketentuan tempat perawatan selanjutnya setelah pasien
pulang dari Rumah Sakit
- Kepastian tenaga/ petugas yang akan merawat selanjutnya.
k. Setelah mendapat penjelasan keluarga menandatangani persetujuan pulang
APS

Pedoman Pelayanan Keperawatan tahun 2019 27


H. Rujukan
1. Pasien yang akan dirujuk ke luar RS St. Elisabeth Bekasi harus sudah diperiksa
DPJP dan layak untuk dirujuk.
2. Kriteria pasien yang di rujuk :
a. Dari hasil pemeriksaan fisik kondisi pasien sudah dipastikan tidak mampu
diatasi di Rumah Sakit St. Elisabeth Bekasi
b. Hasil pemeriksaan penunjang medis ternyata tidak mampu diatasi
c. Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap
d. Ruang perawatan yang diperlukan pasien di Rumah Sakit St. Elisabeth tidak
memenuhi persyaratan
e. Permintaan dari pasien sendiri atau keluarganya untuk dirujuk kesaran
pelayanan lain.
3. Rujukan dilaksanakan atas persetujuan pasien atau keluarganya.
4. Persetujuan di berikan setelah pasien dan atau keluarganya mendapat penjelasan
dari tenaga kesehatan yang berwenang.
5. Penjelasan meliputi :
a. Diagnosa dan terapi dan/ tindakan medis yang diperlukan
b. Alasan dan tujuan dilakukan rujukan
c. Risiko yang dapat timbul apabila rujukan tidak dilakukan
d. Transportasi Rujukan
e. Risiko atau penyulit yang dapat timbul selama dalam perjalanan
6. Sebelum melakukan rujukan perawat melakukan prosedur sebagai berikut :
a. Melakukan komunikasi dengan pelayanan kesehatan tujuan rujukan dapat
menerima pasien dengan kondisi klinis yang disampaikan dan memastikan
petugas yang menerima telephone
b. Menyiapkan surat pengantar rujukan yang berisi : Identitas pasien, hasil
pemeriksaan yang telah dilakukan
c. Diagnosa kerja
d. Terapi atau tindakan yang sudah dilakukan
e. Tujuan rujukan
f. Nama dan tanda tangan dokter pemberi layanan.
7. Transportasi rujukan disesuaikan dengan kondisi pasien
Selama proses transportasi rujukan ada Staf yang kompeten sesuai dengan kondisi
pasien yang selalu memonitor dan mencatat dalam Rekam Medis pasien
8. Rujukan dianggap telah terjadi apabila pasien telah diterima oleh penerima
rujukan.
9. Pasien atau keluarga pasien diberi penjelasan apabila rujukan yang dibutuhkan
tidak dapat dilaksanakan.

Pedoman Pelayanan Keperawatan tahun 2019 28


Pedoman Pelayanan Keperawatan tahun 2019 29
BAB V
LOGISTIK

Salah satu keberhasilan sebuah organisasi diantaranya adalah faktor Man,


Money, Machine, Methode, dan Material. Pengelolaan yang seimbang dan baik dari kelima
faktor tersebut dapat memberikan kepuasan kepada customer baik internal maupun
eksternal. Rumah sakit yang telah terakreditasi seharusnya memiliki pengelolaan logistik
yang baik dan terstandar termasuk lima faktor tersebut. Pengelolaan logistic rumah sakit
yang baik tergantung pada kompetensi dari manajer logistik rumah sakit.

Fungsi manajer logistik adalah :


 Mengidentifikasi, merencanakan pengadaan dan pendistribusian alat hingga
mengembangkan system pengelolaan logistik lebih efektif dan efisien. Pengadaan alat
yang tepat dan berfungsi dengan baik akan memperlancar kegiatan pelayanan pasien
sehingga berdampak bagi peningkatan mutu pelayanan secara umum.
 Mengantisipasi kejadian darurat, membuat skala prioritas serta melakukan perubahan
yang dibutuhkan untuk pencapaian tujuan umum rumah sakit serta mencapai efisiensi
dan efektivitas.
 Mencegah atau meminimalkan pemborosan, kerusakan, kadaluarsa dan kehilangan alat
yang akan memiliki dampak kepada pengeluaran ataupun biaya operasional rumahsakit.

Pengertian Logistik
Logistik adalah bahan untuk kegiatan operasional yang sifatnya habis pakai. Manajemen
logistik adalah suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta proses mengenai perencanaan
dan penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan serta
penghapusan material/alat-alat. (Subagya: 1994),

A. Tujuan Logistik keperawatan :


1. Tersedianya bahan dan alat dalam jumlah yang dibutuhkan di ruang
rawat inap sesuai standar pelayanan.
2. Memenuhi jumlah kebutuhan bahan dan alat di ruang rawat inap sehingga
mendukung proses perawatan yang bermutu, efisien dan efektif.
3. Terkontrolnya penggunaan dan pemeliharaan bahan dan alat di ruang
rawat inap secara periodik sehingga terhindar dari kerusakan,
pemborosan, pencurian, dan penyusutan yang tidakwajar.
Proses pengelolaan logistik di ruang rawat inap dalam pelaksanaannya
bekerjasama dengan logistik sentral rumah sakit dan instalasi farmasi.

B. Manajemen Logistik pada unit rawat inap


Manajemen logistik rawat inap merupakan suatu kegiatan pengadaan barang atau alat
baik medis maupun non medis yang dapat menunjang efektifitas dan efisiensi
pelayanan pasien di ruang rawat inap.

Pedoman Pelayanan Keperawatan tahun 2019 30


Kebutuhan logistik untuk operasional kegiatan keperwatan di ruang rawat inap,
diadakan melalui proses permintaan barang sesuai SPO bagian logistik sentral dan
instalai farmasi rumah sakit.

C. Prosedur Pengadaan bahan/alat medis


Untuk memenuhi kebutuhan bahan/alat medis di ruang rawat inap secara tepat dan
efektif sehingga pelayanan kepada pasien lebih optimal, membutuhkan sistem yang
terstruktur sebagai berikut :
1. Penyediaan Obat
a. Semua jenis obat beserta jumlahnya di catat oleh petugas farmasi (TTK)
b. Setiap hari dilakukan pemeriksaan stock obat baik jenis, jumlah dan
pemakaiannnya.
c. Obat yang telah digunakan diinput di computer dan dari farmasi mengganti
sesuai pemakaian.
d. Petugas ruangan mengambil Obat ke bagian Farmasi rawat inap.
e. Untuk obat-obat Narkotik/ psikotropik, penggunaan, permintaan, dan
penyimpanannya diperlakukan secara khusus.

2. Penyediaan alat kesehatan


a. Kepala Ruang mengajukan surat permohonan alat yang diperlukan
berdasarkan dari data hasil kegiatan, yang ditujukan kebagian pengadaan
alat.
b. Alat yang diterima dicatat pada bukti tanda terima barang.
c. Alat dimaksudkan ke dalam Daftar Inventaris Peralatan.
d. Masing – masing alat diberi Kartu Pemeliharaan Alat untuk perawatan
selanjutnya.
Disamping itu untuk pengadaan barang - barang tertentu diajukan bersama
dengan Program Kerja Tahunan.

D. Proses pengadaan bahan/ alat non medis


Skema pengadaan bahan/ alat non medis:
Permohonan secara online ke bagian logistik oleh PJ Logistik (hari Sabtu, paling

Maks. Senin

Dikunfirmasi oleh Karu/Wa.Ka. Unit

Pengambilan bahan/alat yang diminta (Hari Kamis)

Penyimpanan di unit

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Pedoman Pelayanan Keperawatan tahun 2019 31


A. Pengertian dan Tujuan
Pengertian :
1. Keselamatan Pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih aman,
meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindaklanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cidera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
2. Insiden Keselamatan Pasien adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan
kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cidera yang dapat
dicegah pada pasien.
3. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus menyelenggarakan Keselamatan Pasien
meliputi Standar Keselamatan Pasien, Sasaran Keselamatan Pasien dan Tujuh
langkah meuju Keselamatan Pasien (PMK No 11 Tahun 2017).
4. Penyusunan Sasaran ini mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions
dari WHO (2007) yang digunakan juga oleh Komite Nasional Keselamatan Pasien
dan dari Joint Commission International (JCI)
5. Maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong perbaikan spesifik
dalam keselamatan pasien
6. Sasaran ini menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan
dan menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus para ahli atas permasalahan ini.
7. Desain sistem yang baik secara intrinsik adalah untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang aman dan bermutu tinggi, sedapat mungkin sasaran secara umum,
difokuskan pada solusi-solusi sistem yang menyeluruh.

Tujuan :
1. Umum:
Pengaturan Keselamatan Pasien ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan melalui penerapan managemen risiko dalam seluruh aspek pelayanan
yang disediakan oleh Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit St Elisabeth.
2. Khusus:
a. Mencegah terjadinya Insiden Keselamatan Pasien di RS St Elisabeth.
b. Menurunnya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di RS St Elisabeth.
c. Terwujudnya Sistem Keselamatan Pasien yang kokoh dan mampu dilaksanakan
di RS St Elisabeth
d. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit St. Elisabeth Bekasi.

B. Sasaran Keselamatan Pasien


Penerapan penyelenggaraan Keselamatan Pasien perlu dilakukan secara fokus
diutamakan pada pelayanan yang berisiko tinggi terjadi Kejadian Tidak Diharapkan.
Pada saat ini RS St. Elisabeth secara bertahap menetapkan mencegah cedera melalui
implementasi keselamatan pasien melalui program :

Pedoman Pelayanan Keperawatan tahun 2019 32


1. Identifikasi Pasien
Kesalahan karena keliru pasien terjadi di hampir semua aspek/ tahapan diagnosis
dan pengobatan. Kesalahan identifikasi pasien bisa terjadi pada:
a. Pasien yang dalam keadaan terbius/ tersedasi
b. Mengalami disorientasi
c. Tidak sadar
d. Bertukar tempat tidur/ kamar/ lokasi di rumah sakit
e. Adanya kelainan sensori
f. Akibat situasi lain.

Maksud sasaran ini adalah untuk melakukan dua kali pengecekan :


a. Identifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima pelayanan atau
pengobatan.
b. Kesesuaian pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut.
Setiap petugas di ruang rawat inap wajib memverifikasi mengenai identitas pasien
yang akan dilakukan tindakan melalui upaya :
a. Menanyakan secara langsung kepada pasien/ keluarga pasien mengenai nama
lengkap dan tanggal lahirnya.
b. Mencocokan gelang identitas pasien dengan jawaban verbal pasien/ keluarga
mengenai nama dan tanggal lahir.
c. Mencocokan gelang identitas pasien dengan rekam medis pasien.
d. Verifikasi identitas pasien dilakukan sebelum pemberian obat, sebelum
pemberian transfuse darah/ produk darah, sebelum pengambilan sample darah
untuk uji klinis, sebelum dilakukan tindakan pengobatan atau prosedur lain,
sebelum melakukan pemeriksaan penunjang pada waktu transfer pasien ke unit
lain dan menerima pasien.
2. Komunikasi Efektif
Rumah Sakit menggunakan teknik SBAR (Situation–Background-Assesment-
Rekomendation) dalam melaporkan kondisi pasien untuk meningkatkan efektifitas
komunikasi antar Profesional Pemberi Asuhan, dan Tehnik SOAP (Subyektif-
Obyektif-Analisis-Planning) dalam melaporkan program asuhan keperawatan antar
shiff dinas. Komunikasi efektif adalah komunikasi yang tepat waktu, akurat, jelas
dan mudah dipahami oleh penerima, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan.
Prosesnya adalah:
a. Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan, setelah itu dituliskan secara
lengkap isi pesan tersebut oleh si penerima pesan.
b. Isi pesan dibacakan kembali (Read Back) secara lengkap oleh penerima pesan.
c. Penerima pesan mengkonfirmasi isi pesan kepada pemberi pesan.
d. Penerima pesan dan pemberi pesan harus menandatangi format Tulis Baca
Konfirmasi (TBK).

3. Peningkatan Keamanan Obat


Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki keamanan
obat-obat yang perlu diwaspadai (high-alert).

Pedoman Pelayanan Keperawatan tahun 2019 33


a. Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-alert medications) adalah obat yang
sering menyebabkan terjadi kesalahan/ kesalahan serius (sentinel event), obat
yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse
outcome) seperti obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama
Obat Rupa dan Ucapan Mirip/ NORUM, atau Look Alike Sound Alike/ LASA).
b. Obat-obatan yang sering disebutkan dalam issue keselamatan pasien adalah
pemberian elektrolit konsentrat secara tidak sengaja (misalnya, kalium klorida
2meq/ml atau yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari
0.9%, dan magnesium sulfat = 50% atau lebih pekat).
Pelaksanaanya di kamar bedah dengan mengupayakan :
a. Double cek setiap obat-obatan yang akan diberikan kepada pasien.
b. Meletakan obat yang bersifat LASA berjauhan.
c. Pemberian label pada obat-obat yang perlu di waspadai.
d. Penyediaan dan penyimpanan obat-obat anestesi baik yang intravena dan
inhalasi ditempatkan diruang tersendiri dan dikelola oleh depo farmasi yang ada
dikamar bedah sentral agar tidak terjadi kesalahan dalam proses pengambilan.
e. Proses pengambilan obat anestesi intravena dan inhalasi melalui depo farmasi
kamar bedah sentral dan dilakukan independent double cek oleh petugas depo
farmasi dan dokter anestesi/perawat anestesi yang mengambil.
4. Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur dan Operasi
Salah-lokasi, salah-prosedur, salah pasien pada operasi, adalah sesuatu yang
mengkhawatirkan, walupun jarang terjadi tetapi dimungkinkan bisa terjadi di
rumah sakit.
Kesalahan ini adalah akibat dari :
a. Komunikasi yang tidak efektif/ tidak adekuat antara anggota tim bedah
b. Kurang/tidak melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi (site marking)
c. Tidak ada prosedur untuk verifikasi lokasi operasi
d. Asesmen pasien yang tidak adekuat
e. Penelaahan ulang catatan medis tidak adekuat
f. Budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antar anggota tim bedah
g. Resep yang tidak terbaca (illegible handwriting)
h. Pemakaian singkatan

Dalam mengupayakan hal tersebut kamar bedah sentral secara kolaboratif


mengembangkan suatu kebijakan dan/ atau prosedur yang efektif di dalam
mengeliminasi masalah yang mengkhawatirkan ini melalui :
a. Pemberian tanda atau marking untuk pasien yang akan menjalani pembedahan
yang bertujuan untuk : memastikan tepat lokasi operasi, memastikan tepat
prosedur, operasi, memastikan tepat pasien operasi.
b. Pelaksanaan prosedur verifikasi operasi dengan menggunakan daftar cheklis
keselamatan perioperatif meliputi :
1) Sebelum pasien di lakukan anestesi (sign in)
2) Sebelum pasien di insisi (time out)
3) Sebelum luka operasi ditutup (sign out)
5. Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Rumah Sakit

Pedoman Pelayanan Keperawatan tahun 2019 34


Tujuan dari sasaran ini adalah :
a. Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam
tatanan pelayanan kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi
yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan merupakan keprihatinan besar
bagi pasien maupun para profesional pelayanan kesehatan.
b. Infeksi biasanya dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk
infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah (blood stream infections) dan
pneumonia (sering kali dihubungkan dengan ventilator).
c. Pokok eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah kebersihan
tangan (hand hygiene) yang tepat sesuai dengan pedoman hand hygiene dari
WHO.
d. Rumah sakit mempunyai proses kolaboratif untuk mengembangkan kebijakan
dan/ atau prosedur yang menyesuaikan atau mengadopsi petunjuk hand hygiene
yang sudah diterima secara umum untuk implementasi petunjuk itu di rumah
sakit.
Pelaksanaan yang dilakukan di kamar bedah adalah :
a. Surgical hand hygiene yang digunakan adalah Chloorhexydine 4% dengan cara
7 langkah hand hygiene sebelum melakukan tindakan anestesi regional.
b. Hand hygiene dengan menggunakan alkohol based handrub dengan cara 7
langkah dapat digunakan untuk tindakan invasif/ anestesi umum/ sedasi. Hand
hygiene dilakukan dengan cara 6 langkah dan sesuai 5 moment.
c. Melakukan prinsip-prinsip steril sebelum, selama dan sesudah melakukan
tindakan pembedahan
d. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dengan benar
e. Penanganan limbah sesuai dengan SPO
6. Pencegahan Pasien Jatuh
a. Rumah sakit menetapkan tim pencegahan pasien jatuh.
b. Tim bertanggungjawab untuk mengembangkan sistem asesmen dan melakukan
mitigasi terhadap pasien yang jatuh .
c. Tim pencegahan pasien jatuh perlu berkoordinasi dengan tim- tim lain di
lingkungan RS St. Elisabeth dalam rangka menjamin terselenggaranya
pencegahan pasien jatuh
d. Tim bertanggungjawab menyusun pedoman pencegahan pasien jatuh.

Pelaksanaan yang di lakukan di unit – unit atau bangsal rawat inap adalah :
a. Melengkapi dan memberikan pengaman semua tempat tidur yang digunakan
pasien.
b. Memberikan edukasi kepada pasien mengenai resiko jatuh saat serah terima
pasien
c. Sebelum pasien dipindahkan kemeja operasi pastikan bed pasien /meja operasi
terkunci dan posisikan bed pasien/meja operasi dalam keadaan horizontal.
d. Untuk pasien yang tidak bisa mobilisasi proses pemindahan dibantu dengan
mengunakan transfer bed dan pastikan bed pasien serta meja opasi dalam
keadaan terkunci.

Pedoman Pelayanan Keperawatan tahun 2019 35


C. Tata Laksana
Dalam rangka mencapai Visi dan Misi yang telah ditetapkan oleh Rumah Sakit St.
Elisabeth, maka Direktorat Keperawatan menyusun kegiatan Penyelenggaraan
Keselataman Pasien di Instalasi Rawat Inap melalui peningkatan pemahaman dan
Ketrampilan staff terhadap Standar Keselamatan dan Sasaran Keselamatan dengan
Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit, yaitu:
1. Bangun kesadaran akan nilai Keselamatan Pasien melalui komitmen Instalasi
Rawat Inap untuk menerapkan penyelenggaraan Keselamatan Pasien sesuai dengan
Visi dan Misi Rumah Sakit St Elisabeth yang sudah ditetapkan Pimpinan.
2. Direktur Keperawatan, Kepala Bidang pelayanan keperawatan, Kepala Instalasi
dan Kepala Ruang harus memimpin dan mendukung staffnya dalam penerapan
Keselamatan Pasien di Pelayanan Keperawatan Rumah Sakit, khusus di Instalasi
Rawat Inap yang menjadi tanggungjawabnya.
3. Direktorat Keperawatan harus mengintegrasikan aktifitas pengelolaan risiko
melalui penerapan Managemen Risiko Rawat Inap tiap tahun dan Keselamatan
Pasien menjadikan agenda pembahasan pada saat rapat Koordinasi dengan Seluruh
Kepala Instalasi Rawat Inap dan Kepala Ruang.
4. Direktorat Keperawatan harus terus mengembangkan sistem pelaporan Insiden
Keselamatan Pasien Rumah yang terkoordinasi dengan baik dan secara bertahap
menghilangkan “ blaming culture” dan membangun “safety culture”.
5. Instalasi Rawat Inap harus melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien dan atau
keluarga terkait upaya–upaya pencegahan kejadian yang tidak diharapkan.
6. Instalasi Rawat Inap harus mau belajar dan berbagi pengalaman tentang
Keselamatan Pasien melalui Sosialisasi, Orientasi, Pelatihan, FGD, Case Review,
Investigasi dan lain-lainnya agar muncul agen perubahan.
7. Instalasi Rawat Inap harus mencegah Insiden Keselamatan Pasien melalui
Implementasi Sistem Keselamatan Pasien yang mengacu pada Standar dan Sasaran
Keselamatan Pasien yang ditetapkan Rumah sakit dan PMK No 11 Tahun 2017
tentang Keselamatan Pasien.

Pedoman Pelayanan Keperawatan tahun 2019 36


BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Pengertian, Tujuan, dan Manfaat


Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan bagian dari kegiatan yang berkaitan erat
dengan kejadian yang disebabkan akibat kelalaian petugas yang dapat mengakibatkan
penyakit akibat kerja atau kecelakaan kerja.

Kondisi yang dapat mengurangi bahaya dan terjadinya kecelakaan dalam proses
pelayanan terhadap karyawan ataupun penyelenggaraan pelatihan dikarenakan
pekerjaan yang terorganisir dengan baik, dikerjakan sesuai dengan prosedur, tempat
kerja yang aman dan terjamin kebersihannya serta istirahat yang cukup.

Kecelakaan kerja tidak terjadi dengan sendirinya, biasanya terjadi dengan tiba – tiba
dan tidak direncanakan sehingga menyebabkan kerusakan pada peralatan maupun
dapat melukai petugas.

Pengertian :
Keselamatan Kerja (safety) adalah segala upaya atau tindakan yang harus diterapkan
dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan kerja petugas
ataupun kelalaian dan kesengajaan.

Tujuan :
Menurut undang – undang Keselamatan Kerja tahun 1970, syarat – syarat
keselamatan kerja meliputi seluruh aspek pekerjaan yang berbahaya dengan tujuan :
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja.
2. Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran.
3. Mencegah dan mengurangi bahaya ledakan.
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian lain yang berbahaya.
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
6. Memberi perlindungan pada pekerja.
7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban,
debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara
dan getaran.
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik/ psikis,
keracunan, infeksi, dan penularan.
9. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
10. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban.
11. Memperoleh kebersihan antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara, dan
proses kerjanya.
Manfaat :
1. Bagi Rumah Sakit :
a. Meningkatkan mutu pelayanan

Pedoman Pelayanan Keperawatan tahun 2019 37


b. Mempertahankan kelangsungan operasional Rumah Sakit
c. Meningkatkan citra Rumah Sakit
2. Bagi Karyawan Rumah Sakit :
a. Melindungi karyawan dari Penyakit Akibat Kerja (PAK)
b. Mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK)
3. Bagi Pasien dan Pengunjung
a. Mutu layanan yang baik
b. Kepuasan pasien dan pengunjung
4. Bagi masyarakat di lingkungan Rumah Sakit
a. Aman dari pencemaran lingkungan akibat limbah Rumah Sakit

B. Upaya Mencegah Kecelakaan dan Bencana


1. Pencegahan Infeksi Nosokomial
Perhatikan cara kerja aseptik :
a. Hindari kontak langsung dengan bahan –bahan infeksius
b. Mencuci tangan sebelum dan sesudah bekerja
c. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD)
d. Pastikan sarung tangan yang dipakai dalam keadaan utuh (tidak berlubang)
e. Selalu bekerja sesuai SPO
2. Pencegahan Tuberkolosis dan Penyakit Saluran Nafas Lainnya
a. Hindari tatap muka langsung dengan penderita tuberculosis atau penyakit
saluran nafas lainnya yang menular.
b. Gunakan masker sekali pakai (disposable)
c. Selalu bekerja sesuai SPO
3. Pencegahan Efek Radiasi
a. Gunakan APD (apron) yang khusus disediakan
b. Pastikan dosis dalam film badge tidak melebihi yang diperbolehkan
c. Bila film badge melebihi NAB, dilakukan rotasi
d. Selalu bekerja sesuai SPO
4. Pencegahan Penyakit Paru Akibat menghisap bahan – bahan beracun
a. Gunakan APD (masker, sarung tangan)
b. Selalu bekerja sesuai SPO
5. Pencegahan tertusuk jarum atau pisau
a. Bekerja dengan konsentrasi
b. Gunakan APD
c. Selalu bekerja sesuai SPO

Pedoman Pelayanan Keperawatan tahun 2019 38


BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. Pengertian
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
memegang peranan penting dalam menentukan mutu pelayanan rumah sakit, tulang
punggung dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan karena pelayanan
keperawatan diberikan secara berkesinambungan selama 24 jam dan berada dalam
berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Berdasarkan hal tersebut keperawatan
mempunyai kontribusi yang cukup besar untuk mewujudkan terlaksananya program-
program yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.

Mutu pelayanan keperawatan merupakan komponen penting dalam system pelayanan


kesehatan yang berorientasi kepada klien. Penilaian terhadap kualitas praktik
keperawatan dimulai sejak era Florence Nightingale (tokoh perawat) yang
mengidentifikasikan peran keperawatan dalam kualitas pelayanan kesehatan dan mulai
mengukur hasil yang diharapkan pasien.

Pengukuran terhadap kualitas pelayanan kesehatan terus berkembang, mulai dari


metode statistic, penjaminan mutu hingga menjadi metode komprehensif untuk
menilai mutu pelayanan kesehatan. Pada tahun 1994, ANA (American Nurses
Association) memperkenalkan Keselamatan Pasien dan inisiatif kualitas untuk menilai
hubungan staf keperawatan dengan kualitas pelayanan dengan mengidentifikasi
beberapa indictor mutu yang dipergunakan untuk menilai kualitas asuhan pasien.

B. Pemilihan Indikator Mutu Rawat Inap


Pemilihan indikator mutu di Instalasi Rawat Inap harus memperhatikan beberapa hal
pokok, yaitu:
1. Konsensus, berdasarkan kesepakatan bersama berbagai komponen atau sektor
terkait dari unsur-unsur kesehatan dan departemen terkait yang secara rinci.
2. Sederhana, Indikator mutu Rumah Sakit disusun dengan kalimat yang mudah
dimengerti dan dipahami.
3. Nyata, Indikator mutu Rumah sakit disusun dengan memperhatikan dimensi
ruang, waktu dan persyaratan atau prosedur teknis.
4. Terukur, seluruh indikator dan standar di Rumah Sakit dapat diukur baik kualitatif
ataupun kuantitatif.
5. Terjangkau, Indikator mutu Rumah Sakit dapat dicapai dengan menggunakan
sumber daya dan dana yang tersedia.
6. Bertahap, SPM (standar Pelayanan Minimal) di Rumah Sakit mengikuti
perkembangan kebutuhan dan kemampun keuangan, kelembagaan dan personil
dalam pencapaian SPM di Rumah Sakit.
Selain itu, indikator mutu yang disepakati dianjurkan menggambarkan sasaran
mutu yang hendak dicapai dari unsur Area Klinis, Area Managemen, Area

Pedoman Pelayanan Keperawatan tahun 2019 39


Keselamatan Pasien dan Kepatuhan terhadap Panduan, Standar Prosedur
Operasional, Clinical Pathway dan sejenisnya. Selanjutnya Indikator Mutu Rawat
Inap dijabarkan dalam bentuk Kamus Indikator Mutu yang dapat dirubah berdasar
hasil evaluasi dan rekomendasi laporan capaian mutu dengan konsep Plan - Do -
Chek - Action (PDCA).

Pada tahun 2019 telah menyepakati, Mutu Rawat Inap yang hendak dicapai
ada 5 Indikator, yaitu:
1. Kepatuhan upaya pencegahan resiko cedera akibat jatuh
2. Kepatuhan jam visite dokter spesialis
3. Kejadian pulang APS
4. Angka perawatan ulang
5. Kepatuhan identifikasi pasien

Indikator prioritas RS yang dipantau di rawat inap:


1. Ketepatan penempelan label identitas pasien bedah
2. Kelengkapan verifikasi instruksi di CPPT pasien bedah oleh DPJP
3. Kepatuhan melaksanakan Site Marking di ruang perawatan
4. Kepatuhan upaya pencegahan risk cedera akibat pasien jatuh pada pasen pasca
operasi
5. Angka Kepatuhan Visit pre operasi, Dokter operator
6. Angka ketepatan dalam menjalankan instruksi dokter

C. Indikator Mutu 2019


Rincian indikator mutu selengkapnya ada di Panduan Mutu Keperawatan

D. SISTEM EVALUASI/ Pengendalian Mutu Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit


Pengendalian mutu pelayanan pada dasarnya adalah pengendalian kualitas kerja dan
proses kegiatan untuk menciptakan kepuasan pelanggan (quality os customer’s
satisfaction) yang dilakukan oleh setiap orang dari setiap bagian khususnya di unit
rawat inap dengan mengacu pada siklus “Plan-Do-Check/Study-Action” (P-D-C/S-A),
atau siklus relaksasi (rencanakan - laksanakan - periksa - aksi) dengan langkah
sebagai berikut :
1. Langkah 1. Menentukan tujuan dan sasaran → Plan
Tujuan dan sasaran yang akan dicapai didasarkan pada kebijakan yang ditetapkan.
Penetapan sasaran tersebut ditentukan oleh Direktur RS St Elisabeth yang telah
dituangkan dalam Peraturan Direktur tentang Indikator Mutu Rumah Sakit. SK
tersebut diterbitkan setiap tahun. Selanjutnya Kepala Bagian/Bidang/Instalasi
bertugas melakukan pemantauan/ pengendalian terhadap pencapaian pelaksanaan
program kerja di unit kerjanya. Penetapan sasaran didasarkan pada data pendukung
dan analisis informasi yang mengacu pada SPM (standar Pelayanan Minimal) dan
penetapan indikator yang berlaku.

2. Langkah 2. Menentukan metode untuk mencapai tujuan → Plan

Pedoman Pelayanan Keperawatan tahun 2019 40


Metode yang ditetapkan harus rasional dengan menggunakan metode FMEA untuk
mengurangi resiko atau membuat langkah-langkah antisipasi apabila resiko
tersebut tidak dapat dihindari, berupa standar prosedur operasional (SPO) masing-
masing unit kerja dalam pelaksanaan kegiatan/pekerjaan. Sehingga SPO yang telah
disusun berlaku untuk semua karyawan dan tidak menyulitkan karyawan untuk
menggunakannya. Oleh karena itu dalam menetapkan metode yang akan digunakan
perlu pula diikuti dengan penetapan standar kerja yang dapat diterima dan
dimengerti oleh semua karyawan.
3. Langkah 3. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan → Do
Metode untuk mencapai tujuan yang dibuat dalam bentuk standar kerja. Agar dapat
dipahami oleh petugas terkait, dilakukan program pelatihan para karyawan untuk
memahami standar kerja dan program yang ditetapkan. Kepala Bagian/ Bidang/
Instalasi mengusulkan ke Direktur terkait dengan tembusan ke Kepala Bagian
SDM dan Diklat berkaitan dengan karyawan yang berada dijajarannya untuk
dilakukan peningkatan kompetensi melalui pendidikan dan pelatihan terkait dengan
pelaksanaan pekerjaan
4. Langkah 4. Melaksanakan pekerjaan →Do
Dalam pelaksanaan pekerjaan, selalu terkait dengan kondisi yang dihadapi dan
standar kerja mungkin tidak dapat mengikuti kondisi yang selalu dapat berubah.
Oleh karena itu, ketrampilan dan pengalaman para karyawan dapat dijadikan
modal dasar untuk mengatasi masalah yang timbul dalam pelaksanaan pekerjaan
karena ketidaksempurnaan standar kerja yang telah ditetapkan.

5. Langkah 5. Memeriksa/ memonitor akibat pelaksanaan →Check/Study


Kepala Bagian/ ruang/ Instalasi dibantu oleh Kepala bidang pelayanan
keperawatan / Koordinator memeriksa dan membimbing agar pekerjaan dapat
dilaksanakan dengan baik.
Apabila dalam pelaksanaan kinerja terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan
standard harus dianalisa dengan menggunakan metode RCA untuk mencari akar
masalah dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan.

6. Langkah 6 : Mengambil tindakan yang tepat →Action


Pemeriksaan melalui akibat yang ditimbulkan bertujuan untuk menemukan
penyimpangan. Jika penyimpangan telah ditemukan, maka penyebab timbulnya
penyimpangan harus ditemukan untuk mengambil tindakan yang tepat agar tidak
terulang lagi penyimpangan. Menyingkirkan faktor-faktor penyebab yang telah
mengakibatkan penyimpangan merupakan konsepsi yang penting dalam
pengendalian kualitas pelayanan.
Evaluasi ini dilakukan setiap triwulan, semester dan tahunan dengan maksud untuk
meminimalisir terjadinya penyimpangan/gap.
Hasil evaluasi dapat berupa :

Pedoman Pelayanan Keperawatan tahun 2019 41


a. Adanya penyimpangan yaitu : hasil kinerja belum mencapai standard yang
ditetapkan sehingga rekomendasinya adalah memperbaiki system, sarana
prasarana dan kompetensi SDM untuk mencapai standard yang telah
ditetapkan
b. Tercapainya kinerja sesuai standard.
Rekomendasi yang diberikan adalah melakukan kajian untuk meningkatkan
standard.

Pedoman Pelayanan Keperawatan tahun 2019 42


BAB IX
PENUTUP

Pedoman Pelayanan Keperawatan Rumah Sakit St.Elisabeth ini di harapkan dapat


membantu dalam memberikan pelayanan di Direktorat Keperawatan sesuai dengan
standar-standar yang berlaku untuk meningkatkan mutu pelayanan yang ada.

Pedoman ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu pedoman pelayanan keperawatan
ini akan dievaluasi kembali setiap 2 sampai 3 tahun sesuai dengan tuntutan layanan dan
strandar akreditasi baik Akreditasi Nasional 2012 maupun standar Internasional.

Pedoman Pelayanan Keperawatan tahun 2019 43


KATA PENGANTAR ………………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN ……………...………………………………………….. 1


7.1. Latar Belakang ………………………………………………………… 1
7.2. Tujuan Pedoman..……………………………………………………… 2
7.3. Ruang Lingkup Pelayanan ……………………………………………. 3
7.4. Landasan Hukum ……………………………………………………… 7

BAB II STANDAR KETENAGAAN ………………………..……………………. 9


1.1. Ketenagaan Perawat ……..……………………………………………. 9
1.2. Kualifikasi SDM ……………………………………………………… 11
1.3. Perhitungan Ketenagaan Perawat ……………………………………... 15
1.4. Pengaturan Jaga ………………………………………………………. 19

BAB III STANDAR.FASILITAS……….…………………………………………… 23


1.1. Denah Rumah Sakit …………………….……….. 23
……………………. 24
1.2. Standar Fasilitas ………..
BAB IV ……………………………………………… 28
28
TATA LAKSANA PELAYANAN …………..…………….……………… 30
4.1. Alur Pelayanan Pasien …………………………………………………
4.2. Pelayanan Keperawatan Pasien Rawat Inap …………………………... 34
4.3. Pelayanan Keperawatan Proses Pulang dan Perawatan Lanjut Pasca
BAB V 36
Rawat ………………………………………………………………….
BAB VI 37
LOGISTIK ………………………………………………………………… 37
37
KESELAMATAN PASIEN…………………………………..……………
1.1. Pengertian dan Tujuan ………………………………………………...
BAB VII 43
1.2. Tata Laksana …………………………………………………………..
43
44
KESELAMATAN KERJA …………………………….…………………..
1.1. Pengertian, Tujuan, dan Manfaat ……………………………………...
BAB VIII 45
1.2. Upaya Mencegah Kecelakaan dan Bencana …………………………..
BAB IX 52
PENGENDALIAN MUTU ………………………………..……………….

PENUTUP ………………………………………………………………….

KATA PENGANTAR

Pedoman Pelayanan Keperawatan tahun 2019 44


Puji syukur kami penjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat dan
anugerah yang telah diberikan kepada penyusun, sehingga Pedoman Pelayanan
Keperawatan ini dapat selesai disusun.

Pedoman ini merupakan panduan kerja bagi semua pihak yang terkait dalam memberikan
pelayanan keperawatan kepada pasien di Rumah Sakit St. Elisabeth Bekasi.

Dalam Pedoman Keperawatan ini diuraikan tentang alur pelayanan, ketenagaan, fasilitas,
dan hal – hal yang berhubungan dengan pelayanan keperawatan pasien Rumah Sakit St.
Elisabeth Bekasi.

Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas bantuan
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Pedoman Pelayanan
Keperawatan Rumah Sakit St. Elisabeth Bekasi.

Bekasi, Juni 2019

Penyusun

RUANG LINGKUP

Pedoman Pelayanan Keperawatan tahun 2019 45

Anda mungkin juga menyukai