BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
Mampu menerapkan proses asuhan keperawatan pada pasien Acute
Respiratory Distress Syndrome (ARDS) dengan masalah gangguan pemenuhan
kebutuhan dasar Oksigenasi.
3
1.4 Manfaat
Mampu memahami proses asuhan keperawatan pada pasien Acute
Respiratory Distress Syndrome (ARDS) dengan masalah gangguan pemenuhan
kebutuhan dasar Oksigenasi.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
1) Ventilasi
Pergerakan udara antara alveoli dan atmosfer. Proses ventilasi meliputi
pergerakan diafragma, perubahan tekanana transpulmonar, kompliens paru, dan
tahanan jalan napas. Pada saat inspirasi, udara dari atmosfer masuk ke rongga
thorax sehingga membuat rongga thorax/dada mengembang. Selama inspirasi,
tekanan intra-alveolus lebih kecil daripada tekanan atmosfer. Dan pada saat
ekspirasi udara keluar dari rongga thorax sehingga mengakibatkan rongga thorax
turun/menguncup. Selama ekspirasi, tekanan intra-alveolus lebih besar daripada
tekanan atmosfer. Sedangkan selama siklus pernapasan, tekanan intrapleura lebih
rendah dari tekanan intra-alveolus atau negatif.
2) Difusi
Pergerakan CO2 dan O2 antara alveoli dan kapiler.
3) Transportasi
Pergerakan O2 dari alveoli ke sel-sel dan pergerakan CO2 dari sel-sel ke
alveoli. Sistem pernapasan mencakup saluran pernapasan yang berjalan ke paru.
Saluran pernapasan berawal dari saluran hidung (nasal), tenggorokan (faring) ,
laring àtrakea, bronkus à bronkiolus dan alveolus.
Alveolus adalah kantung udara berdinding tipis, dapat mengembang, berbentuk
seperti anggur yang terdapat di ujung percabangan saluran pernapasan. Dinding
alveolus terdiri dari satu lapisan sel alveolus tipe 1 yang gepeng dan sel alveolus
tipe 2. Sel alveolus tipe 2 mengeluarkan surfaktan paru, suatu kompleks
fosfolipoprotein yang mempermudah pengembangan ekspansi paru. Di dalam
lumen kantung udara juga terdapat makrofag alveolus untuk pertahanan tubuh.
Dinding alveolus terdapatpori-pori Kohn ukuran kecil yang memungkinkan
aliran udara antara alveolus-alveolus yang berdekatan, suatu proses yang dikenal
sebagai ventilasi kolateral. Terdapat kantung pleura yang memisahkan paru dari
dinding dada. Permukaan pleura ini mengeluarkan cairan intrapleura encer, yang
membasahi permukaan pleura sewaktu kedua permukaan saling bergeser satu
sama lain saat gerakan bernapas. Sehingga jika terjadi peradangan pada kantung
pleura (pleuritis) maka akan menimbulkan rasa nyeri dan auskultasi napas friction
rub. Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi adalah sistem saraf pusat, spinal
cord, sistem kardiovaskuler dan darah, thorax dan pleura, system neuromuscular,
dan jalan napas bagian atas.
6
2.1.3 Etiologi
ARDS berkembang sebagai akibat kondisi atau kejadian berbahaya berupa
trauma jaringan paru baik secara langsung maupun tidak langsung. Penyebabnya
bisa penyakit apapun, yang secara langsung ataupun tidak langsung melukai paru-
paru:
1) Trauma langsung pada paru
a. Pneumoni virus,bakteri,fungal
b. Contusio paru
c. Aspirasi cairan lambung
d. Inhalasi asap berlebih
e. Inhalasi toksin
f. Menghisap O2 konsentrasi tinggi dalam waktu lama
2) Trauma tidak langsung
a. Sepsis
b. Shock, Luka bakar hebat, Tenggelam
c. DIC (Dissemineted Intravaskuler Coagulation)
d. Pankreatitis
e. Uremia
f. Overdosis Obat seperti heroin, metadon, propoksifen atau aspirin.
g. Idiophatic (tidak diketahui)
h. Bedah Cardiobaypass yang lama
i. Transfusi darah yang banyak
j. PIH (Pregnand Induced Hipertension)
k. Peningkatan TIK
l. Terapi radiasi
m. Trauma hebat, Cedera pada dada
Gejala biasanya muncul dalam waktu 24-48 jam setelah terjadinya penyakit
atau cedera. SGPA(sindrom gawat pernafasan akut) seringkali terjadi bersamaan
dengan kegagalan organ lainnya, seperti hati atau ginjal. Salah satu faktor resiko
dari SGPA adalah merokok sigaret. Angka kejadian SGPA adalah sekitar 14
diantara 100.000 orang/tahun.
7
Menurut Hudak & Gallo (1997), gangguan yang dapat mencetuskan terjadinya
ARDS adalah:
Sistemik:
a. Syok karena beberapa penyebab
b. Sepsis gram negative
c. Hipotermia, Hipertermia
d. Takar lajak obat (Narkotik, Salisilat, Trisiklik, Paraquat,Metadone, Bleomisin)
e. Gangguan hematology (DIC, Transfusi massif, Bypass kardiopulmonal)
f. Eklampsia
g. Luka bakar
Pulmonal:
a. Pneumonia (Viral, bakteri, jamur, penumosistik karinii)
b. Trauma (emboli lemak, kontusio paru)
c. Aspirasi ( cairan gaster, tenggelam, cairan hidrokarbon )
d. Pneumositis
Non-Pulmonal:
a. Cedera kepala
b. Peningkatan TIK
c. Pascakardioversi
d. Pankreatitis
e. Uremia
2.1.4 Klasifikasi
Menurut definisi Berlin (2012), ARDS dikategorikan menjadi 3 tipe
berdasarkan tingkat keparahannya. Pembagian ini didasarkan atas tingkat
hipoksemia yang dialami, yaitu :
ARDS PaO2/FiO2 CPAP/PEEP Mortalitas
hialin. Fase proliferatif merupakan fase menentukan yaitu cedera bisa mulai
sembuh atau menjadi menetap, ada resiko terjadi lung rupture (pneumothorax).
3) Fase Fibrotik/Recovery
Jika pasien bertahan sampai 3 minggu, paru akan mengalami remodeling dan
fibrosis. Fungsi paru berangsurangsur membaik dalam waktu 6 – 12 bulan, dan
sangat bervariasi antar individu, tergantung keparahan cederanya.
2.1.7 Komplikasi
Komplikasi yang sering dijumpai adalah Infeksi paru dan abdomen. Adanya
edema paru, hipoksia alveoli, penurunan surfaktan akan menurunkan daya tahan
paru terhadap infeksi. Komlikasi yang sering terjadi adanya penurunan curah
jantung, pneumotoraks dan pnemomedistium. Hasil positif pada pasien yang
sembuh dari ARDS paling mungkin kemampuan tim kesehatan untuk melindungi
paru dari kerusakan lebih lanjut selama periode pemberian dukungan hidup,
pencegahan toksisitas O2 dan perhatian pada penurunan sepsis.
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
1) Foto rontgent dada
2) Pemeriksaan laboratorium
3) Radiogram dada
2.1.9 Penatalaksaan Medis
Tujuan terapi:
1) Tidak ada terapi yang dapat menyembuhkan, umumnya bersifat suportif.
2) Terapi berfokus untuk memelihara oksigenasi dan perfusi jaringan yang
adekuat
3) Mencegah komplikasi nosokomial (kaitannya dengan infeksi)
Farmakologi:
1) Inhalasi NO2 dan vasodilator lain
2) Kortikosteroid (masih kontroversial: no benefit, kecuali bagi yang inflamasi
eosinofilik)
3) Ketoconazole: inhibitor poten untuk sintesis tromboksan dan menghambat
biosintesis leukotrienes mungkin bisa digunakan untuk mencegah ARDS.
Non-farmakologi:
1) Ventilasi mekanis dengan berbagai teknik pemberian, menggunakan ventilator,
mengatur PEEP (positive-end expiratory pressure).
2) Pembatasan cairan.
3) Pemberian surfaktan tidak dianjurkan secara rutin.
11
(3)Transpor oksigen dan karbon dioksida. Tahap ketiga pada proses pernapasa
adalah transpor gas-gas pernapasan. Pada proses ini, oksigen diangkut dari
paru-paru menuju jaringan dan karbon dioksida diangkut dari jaringan kembali
menuju paru.
a. Transpor O2. Proses ini berlangsung pada sistem jantung dan paru-paru.
Normalnya, sebagian besar oksigen (97%) berikatan lemah dengan hemoglobin
dan diangkut ke seluruh jaringan dalam bentuk oksihemoglobin (HbO2), dan
sisanya terlarut dalam plasma. Proses ini dipengaruhi oleh ventilasi (jumlah O2
yang masuk ke paru) dan perfusi (aliran darah ke paru dan jaringan). Kapasitas
darah yang membawa oksigen dipengaruhi oleh jumlah O2 dalam plasma,
jumlah hemoglobin (Hb), dan ikatan O2 dengen Hb.
b. Transpor CO2. Karbon dioksida sebagai hasil metabolisme sel terus-menerus
diproduksi dan diangkut menuju paru dalam tiga cara: (1) sebagian besar
karbon dioksida (70%) diangkut dalam sel darah merah dalam bentuk
bikarbonat (𝐻𝐶𝑂3 − ); (2) sebanyak 23% karbon dioksida berikatan dengan
hemoglobin membentuk karbaminohemoglobin (𝐻𝑏𝐶𝑂2 ); dan (3) sebanyak 7%
diangkut dalam bentuk larutan di dalam plasma dan dalam bentuk asam
karbonat.
2) Oksigenasi Internal
Pernapasan internal (pernapasan jaringan) mengacu pada proses metabolisme
intrasel yang berlangsung dalam mitokondria, yang menggunakan O2 dan
menghasilkan CO2 selama proses penyerapan energi molekul nutrien. Pada proses
ini, darah yang banyak mengandung oksigen dibawa ke seluruh tubuh hingga
mencapai kapiler sistemik. Selanjutnya terjadi pertukaran O2 dan CO2 antara
kapiler sistemik dan sel jaringan. Seperti di kapiler paru, pertukaran ini juga
melalui proses difusi pasif mengikuti penurunan gradien tekanan parsial.
2.2.3 Etiologi
Etiologi yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan menurut
Potter dan Perry tahun 2005, yaitu:
13
1) Faktor fisiologis
Proses fisiologi yang mempengaruhi oksigenasi antara lain:
Proses Pengaruh Pada Oksigenasi
Anemia Menurunkan kapasitas darah yang membawa oksigen
Racun inhalasi Menurunkan kapasitas darah yang membawa oksigen
Obstruksi jalan Menghambat pengiriman oksigen yang diinsiprasi ke
napas alveoli
Tempat yang tinggi Menurunkan konsentrasi oksigen inspirator
Meningkatkan frekuensi metabolisme dan kebutuhan
Demam
oksigen di jaringan
Mencegah penurunan diafragma dan menurunkan
Pengaruh gerakan
diameter anteroposterior thoraks pada saat inspirasi,
dinding dada
menurunkan volume udara yang diinspirasi.
d. Penyalahgunaan Substansi
Penggunaan alkohol dan obat-obatan secara berlebihan akan menggganggu
oksigenasi jaringan. Kondisi ini sering kali memiliki asupan nutrisi
yang buruk.
4) Faktor Lingkungan
a. Abestosis
Penyakit paru yang diperoleh dari tempat kerja dan berkembang setelah
individu terpapar asbestosis.
b. Ansietas
Keadaan yang terus-menerus pada ansietas berat akan meningkatkan laju
metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen akan meningkat.
2.2.4 Klasifikasi
Gambar Keterangan
Kateter Nasal
Aliran oksigen yang bisa diberikan dengan alat ini
adalah sekitar 1–6 liter/menit dengan konsentrasi
24%-44%. Prosedur pemasangan kateter ini meliputi
insersi kateter oksigen ke dalam hidung sampai
nasofaring. Persentase oksigen yang mencapai paru-
paru beragam sesuai kedalaman dan frekuensi
pernapasan, terutama jika mukosa nasal membengkak
atau pada pasien yang bernapas melalui mulut.
Nasal Kanul
Nasal kanul terdapat dua kanula yang panjangnya
masing-masing 1,5 cm (1/2 inci) menonjol pada
bagian tengah selang dan dapat dimasukkan ke dalam
lubang hidung untuk memberikan oksigen dan yang
memungkinkan klien bernapas melalui mulut dan
hidungnya. Oksigen yang diberikan dapat secara
kontinyu dengan aliran 1-6 liter/menit. Konsentrasi
oksigen yang dihasilkan dengan nasal kanul sama
dengan kateter nasal yaitu 24 % - 44 %.
16
Rebreathing Mask
Suatu teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi
tinggi yaitu 60-80% dengan aliran 8-12 liter/menit.
Memiliki kantong yang terus mengembang, baik saat
inspirasi maupun ekspirasi. Pada saat inspirasi,
oksigen masuk dari sungkup melalui lubang antara
sungkup dan kantung reservoir, ditambah oksigen dari
kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi pada
kantong. Udara inspirasi sebagian tercampur dengan
udara ekspirasi sehingga konsentrasi CO2 lebih tinggi
daripadasimple face mask
Non-Rebreathing Mask
Non-rebreathing mask mengalirkan oksigen dengan
konsentrasi oksigen sampai 80-100% dengan
kecepatan aliran 10-12 liter/menit. Prinsip alat ini
yaitu udara inspirasi tidak bercampur dengan udara
ekspirasi karena mempunyai 2 katup, 1 katup terbuka
pada saat inspirasi dan tertutup pada saat ekspirasi,
dan ada 1 katup lagi yang fungsinya mencegah udara
kamar masuk pada saat inspirasi dan akan membuka
pada saat ekspirasi
(Suciati, 2010)
2.2.5 Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi.
Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari
dan ke paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak
17
dapat tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan napas
sebagai benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi
(penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan
ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi,
maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume sekuncup,
afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi
pertukaran gas (Brunner dan Suddarth, 2002).
Clinical Pathway
Sel kanker bermetastase
Aterosklerosis, trombosis,
Beban ventrikel
konstriksi arteri koronaria
Penyempitan lumen
O2 dan nutrisi ↓
ventrikel kanan
Jaringan miokard
Gagal pompa ventrikel kanan
Lien
Gagal pompa ventrikel kiri
Splenomegali
Back failure
Mendesak
LVED ↑ diafragma
Ronkhi basah
Ketidakefektifan
Reflek batuk ↓ Penumpukan sekret
bersihan jalan napas
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan.
Berikut hasil pengkajian dengan gangguan kebutuhan oksigenasi:
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
1) Data Subjektif
a) Pasien mengeluh sesak saat bernafas
b) Pasien mengeluh batuk tertahan
c) Pasien tidak mampu mengeluarkan sekresi jalan nafas
d) Pasien merasa ada suara nafas tambahan
2) Data Objektif
a) Pasien tampak tersengal-sengal dan pernafasan dangkal
b) Terdapat bunyi nafas tambahan
c) Pasien tampak bernafas dengan mulut
d) Penggunaan otot bantu pernafasan dan nafas cuping hidung
e) Pasien tampak susah untuk batuk
b. Pola nafas tidak efektif
1) Data Subjektif
a) Pasien mengatakan nafasnya tersengal-sengal dan dangkal
b) Pasien mengatakan berat saat bernafas
2) Data Objektif
a) Irama nafas pasien tidak teratur
b) Orthopnea
c) Pernafasan disritmik
d) Letargi
c. Gangguan pernafasan gas
1) Data Subjektif
a) Pasien mengeluh pusing dan nyeri kepala
20
21
3.3. Intervensi
1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan hilangnya fungsi jalan nafas,
peningkatan sekret pulmonal, peningkatan resistensi jalan nafas ditandai
dengan: dispneu, perubahan pola nafas, penggunaan otot pernafasan, batuk
dengan atau tanpa sputum, cyanosis.
Tujuan:
- Pasien dapat mempertahankan jalan nafas dengan bunyi nafas yang jernih dan
ronchi (-)
- Pasien bebas dari dispneu
- Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan
- Memperlihatkan tingkah laku mempertahankan jalan nafas
Kriteria hasil:
Tidak mengalami aspirasi
Menunjukkan batuk yang efektif dan peningkatan pertukaran udara dalam
paru-paru
RR 17-22 x/ menit, nadi 80x/menit
Tidak adanya suara tambahan nafas : ronchi, wheezing, stridor
Pemeriksaan GDA menunjukkan PCO2 = 38-44 mmHg
Klien mengatakan bisa bernapas dengan lega
Tidak ditemukan pernapasan yang cepat dan dalam (kusmaul)
23
Intervensi Rasional
MANDIRI
- Pertahankan posisi tubuh/posisi Pemeliharaan jalan nafas bagian nafas
kepala dan gunakan jalan nafas dengan paten.
tambahan bila perlu
- Catat karakteristik dari suara nafas. Suara nafas terjadi karena adanya
aliran udara melewati batang tracheo
branchial dan juga karena adanya
cairan, mukus atau sumbatan lain dari
saluran nafas.
KOLABORASI
- Berikan oksigen, cairan IV; Mengeluarkan sekret dan
tempatkan di kamar humidifier sesuai meningkatkan transport oksigen.
indikasi.
-
- Berikan therapi aerosol, ultrasonik Dapat berfungsi sebagai
nabulasasi. bronchodilatasi dan mengeluarkan
secret.
Intervensi Rasional
MANDIRI
- Kaji status pernafasan, catat Takipneu adalah mekanisme
peningkatan respirasi atau perubahan kompensasi untuk hipoksemia dan
pola nafas. peningkatan usaha nafas.
- Catat ada tidaknya suara nafas dan Suara nafas mungkin tidak sama atau
adanya bunyi nafas tambahan seperti tidak ada ditemukan. Crakles terjadi
crakles, dan wheezing. karena peningkatan cairan di
- permukaan jaringan yang disebabkan
- oleh peningkatan permeabilitas
- membran alveoli – kapiler. Wheezing
- terjadi karena bronchokontriksi atau
- adanya mukus pada jalan nafas.
KOLABORASI
-Berikan humidifier oksigen dengan Memaksimalkan pertukaran oksigen
26
masker CPAP jika ada indikasi. secara terus menerus dengan tekanan
yang sesuai.
Intervensi Rasional
MANDIRI
Memonitor vital sign, seperti tekanan Mengetahui keadaan umum pasien.
darah, heart rate, denyut nadi (jumlah
dan volume)
KOLABORASI
Pemberian Diuretik Mengeluarkan kelebihan cairan
melalui farmakoterapi.
28