Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

PERSALINAN NORMAL

A. Konsep Teori
1. Pengertian
Pesalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup
bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir dengan bantuan
atau tanpa bantuan, (Manuaba, 1998).
Persalinan normal adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang
kepala yang dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri serta tanpa alat dan tidak
melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam melalui
jalan lahir (Mochtar. 1998)
Berdasarkan definisi diatas, dikenal 3 bentuk persalinan:
a. Persalinan normal : persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri
dan melalui jalan lahir.
b. Persalinan buatan : persalinan dibuat dengan tenaga dari luar, misalnya
dengan porceps atau caesaria.
c. Persalinan ajuran : bayi sudah cukup bulan/besar untuk hidup diluar tetapi
terjadi persalinan dan hal ini biasanya didahului dengan tindakan
pemecahan ketuban, pemberian protein dan prostagladin.

2. Etiologi
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum jelas, namun
ada beberapa teori yang mengatakan kemungkinan proses persalinan.
a. Teori ketegangan
b. Teori penurunan progesteron
c. Teori oksitosin
d. Teori ketegangan otot-otot
e. Pengaruh janin
f. Teori prostagladin

3. Tanda dan gejala


a. Tanda dan gejala inpartu
1) Rasa sakit karena adanya his yang lebih kuat yang sifatnya teratur,
interval semakin pendek dan kekuatan makin besar
2) Keluarnya lendir bercampur darah
3) Pemeriksaan dalam menunjukan serviks mendatar dan pembukaan
telah ada
4) Pengeluaran cairan seperti air ketuban
b. Tanda-tanda permulaan persalinan
1) Dropping
2) Perasaan sering/susah kencing
3) Perasaan sakit diperut dan pinggang
4) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah,
biasanya bercampur darah

4. Mekanisme persalinan
a. Engagement
Mekanisme yang dipakai diameter biparietal dimana diameter ini
melintang sebesar kepala janin (oksiput) melewati PAP. Hal ini dapat
terjadi pada minggu akhir kehamilan atau mungkin tidak terjadi sampai
mulainya persalinan.
b. Decend
Kemampuan kemunculan presentasi pada fase laten, kemajuan sedikit
pada fase aktif, kemajuan cepat bila ketuban pecah
c. Fleksion
Majunya kepala karena medapat tekanan dari servikks, dinding
panggung/dasar panggung. Keuntungan : ukuran kepala yang melalui
janin lebih kecil
d. Internal rotation
Bagian terendah memutar kedepan bawah simfisis. Usaha untuk
memposisikan kepala dengan bentuk jalan lahir. Terjadinya bersamaan
dengan mjunya kepala. Rotasi muka belakang secara lengkap terjadi
setelah kepala dasar panggung.
e. Ekstension
1) Defleksi kepala
2) Kekuatan kepala
3) Mendesak kebawah
4) Tahanan dasar panggung mencolok keatas
5) Setelah sub oksiput tertahan pada pinggir bawah symfisis sebagai
hypomodion
6) Ukuran bahu menempatakan pada ukuran muka belakang dari pintu
bawah panggul.
f. Ekspulsi
Bahu depan dibawah symfisis sebagai hipomukluen → lahir bahu
belakang, bahu depan → badan seluruhnya.

5. Fase persalinan
Persalinan dibagi dalam 4 kala, yaitu
a. Kala I
Dimulai dari kerasnya his yang teratur sampai pada pembukaan
lengkap (10 cm). Proses ini dibagi dalam 2 fase, yaitu fase laten (his yang
teratur-pembukaan 3 cm) dan fase aktif (mulai dari pembukaan 4 cm-20
cm)

b. Kala II
Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Pada kala
ini berakhir 2 jam primipara dan ± 60 menit pada multipara. Pada fase
awal penurunan berkala berlanjut dan belum ada keinginan ibu untuk
meneran.
Gejala klinis pada kala II
1) Nyeri khas sangat berat antara 2-3 menit 1 x his selama 50-70 detik
2) Rasa ingin meneran, perineum menonjol, vulva membuka
3) Darah dan lendir bertambah banyak
4) Ketuban pecah.
c. Kala III
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit
d. Kala IV
Dimulai sejak lahirnya plasenta sampai 2 jam postpartu.
6. Patofiologi persalinan normal

HIS

Serviks membuka
Kala I

Fase laten

Fase aktif
K a l a IV

HIS Perawatan postpartum


Kala II

Tanda-tanda inpartu Plasenta lahir


K a l a III

Plasenta terelepas
Kepala janin masuk dari tempat insersi

Bayi lahir HIS

7. Manifestasi klinis
a Ketuban pecah sebelum waktunya
b Kehamilan postmatur dan post maturitas
c Tidak adanya kemajuan dalam persalinan
d Denyut jantung yang abnormal
e Kelainan posisi janin
f Kembar
g Distosia bahu

8. Nursing pathwai persalinan normal


Kala I
Kehamilan cukup bulan

Bagian bawah janin masuk PAP

HIS

Penekanan pada rahim dan daerah perineum

Gangguan rasa nyaman

Kala II

Uterus HIS Tanda-tanda inportu

Nyeri Penekanan pada otot-otot panggung

Meneran tidak aktif Meneran yang kuat

Kelatihan
Partus lama Partus lama

Tindakan
Resiko gangguan keseimbangan
vol. Cairan
Kala III dan IV

Rahim bertambah kecil

Lahirnya janin
Kontraksi uterus

Robekan jalan lahir Baik Tidak baik

Plasenta lahir komplit pelepasan inkomplit


Kerusakan jaringan

Perawatan postportium Pendarahan resiko


Resiko infeksi syoch hipovolemik

Kurangnya pengetahuan

9. Pemeiksaan diagnostik
Pemeriksaan darah lengkap
a Hb normal = 11,4 – 15,1 gr/dl
b Golongan darah
c Factor RH = +/-
d Waktu pembekuan
e Protein urin
f Urin reduksi

10. Penatalaksanaan medis


1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala II
a. Dorongan ingin meneran
b. Tekanan pada anus
c. Perineum menonjol
d. Vulva membuka
2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk
mematahkan ampul oksitosin dan memasukan alat suntik sekali pakai 2,5
ml ke dalam wadah partus set.
3) Memakai celemek plastik.
4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dengan air
sabun dan air mengalir.
5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan
digunakan utuk pemeriksaan dalam.
6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan
oksitosin dan letakan kembali kedalam wadah partus set.
7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan
vulva ke perineum.
8) Melakukan pemeriksaan dalam pastikan pembukaan sudah lengkap dan
selaput ketuban sudah pecah.
9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya
dalam larutan klorin 0,5%.
10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai-pastikan
DJJ dalam batas normal (120-60 x/menit).
11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik,
meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa
inginmeneran.
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran(pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan
pastikan ia merasa aman.
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat
untuk meneran.
14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60
menit.
15) Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan banyi) di perut ibu,jika
kepala banyi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
16) Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu.
17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat
dan bahan.
18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm, memasang
handuk bersih untuk mengeringkan janin pada ibu.
20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin.
21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar
secara spontan.
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparental.Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi.
Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu
depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan
distal untuk melahirkan bahu belakang.
23) Setelah bahu lahir,geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk
menyanggah kepala,lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas
untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas.
24) Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyelusuri punggung kearah
bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah
(selipkan jari telunjuk tangan kiri di antara kedua lutut janin).
25) Melakukan penilaian selintas:
26) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan ?
a. Apakah bayi bergerak aktif ?
27) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti
handuk basah dengan handuk/kain yang kering.
28) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak tidak ada lagi bayi
dalam uterus.
29) Member tahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi
30) Dalam satu menit bayi suntikan iksitosin 10 unit IM di 1/3 paha atas
bagian distal lateral.
31) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3
cm meter dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat kea rah distal (ibu)
dan jepit kembali tali pusat 2 cm dari klem yang pertama.
32) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah di klem dan lakukan
pengguntingan tali pusat disntara 2 klem tersebut.
33) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau sterilpada satu sisi
kemudian melingkar kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan
simpul kunsi pada sisi lainya.
34) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi
dikepala bayi.
35) Memindahkan klem ketali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
36) Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis,
untuk mendeteksi. tangan lain menegangkan tali pusat.
37) Setelah uterus berkontraksi , menegangkan tali pusat dengan tangan
kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah
dorsokranial jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik hentikan
penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraaksi
berikutnya dan mengulangi prosedur.
38) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga p[lasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan
arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas mengikuti poros jalan lahir.
39) Setelh plasenta tampak pada vulva teruskan melahirkan plasenta dengan
hati-hati.
40) Segera setelah plasenta lahir melakukan massase pada pundus
uteridengan menggosok pundus uteri sirkuler menggunakan bagian
palmer 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik.
41) Periksa bagian maternal dan bagian vetal plasenta dengan tangan kanan
untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah
lahir lengkap, dan masukan ke dalam kantong plastik yang tersedia.
42) Evaluasi kemungkinan adanya laserasi pada vagina dan perineum.
Melakukan penjahitaan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
43) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
44) Membiarkan bayi tetap melahirkan kontak kulit kekulit didada ibu paling
sedikit I jam.
45) Setelah satu jam, lakukan penimbangan dan pengukuran bayi, beri tetes
mata antibiotik propilaksis, dan vit k 1 mg Intramuskuler dip aha kiri
anterolateral.
46) Setelah 1 jam pemberian vit k berikan suntikan imunisasi Hepatitis B
dipaha kanan anterolateral.
47) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdaran pervaginam.
48) Mengajarkan ibu cara melakukan massase uterus dan menilai kontraksi.
49) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
50) Memeriksakan nadi dan leadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1
jam pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca
persalinan.
51) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan
baik.
52) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit).Cuci dan bilas peralatan setelah di
dekontaminasi.
53) Buang bahan–bahan yang terkontaminasi ketempat sampah yang sesuai.
54) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan sisa
cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian bersih dan
kering.
55) Memaastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu
apabila ibu ingin minum.
56) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
57) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan
sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan
klorin 0,5%..
58) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
59) Melengkapi partograf.

11. Komplikasi
a Perdarahan pasca persalinan
b Eklamsia
c Sepsis
d Keguguran
e Hipotermia
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian.
a. Pengumpulan data.
1) Biodata meliputi:
Nama agar dapat lebih mudah memanggil, mengenali pasien

antara yang satu dengan yang lain agar tidak keliru. Umur mengetahui

usia ibu apakah termasuk resiko tinggi/tidak. Pendidikan pemberian

informasi yang tepat bagi pasien. Penghasilan mengetahui bagaimana

taraf hidup dan sosial ekonomi pasien. Pada pesalinan fisiologis biodta

didapatkan; Umur dalam kategori usia subur (15–49 tahun). Bila

didapatkan terlalu muda (kurang dari 20 tahun) atauterlalu tua (lebih

dari 35 tahun) merupakan keompok resiko tinggi. (Depks RI, 1993:

65).
2) Keluhan Utama.
Pada umumnya pasien mengeluh nyeri pada daerah pinggang

menjalar ke perut, adanya his yang makin sering, teratur, keluarnya

lendir dan darah, perasaan selalu ingin buang air kemih, bila buang air

kemih hanya sedikit-sedikit (Cristina’s Ibrahim, 1993).

3) Riwayat penyakit sekarang


Dalam pengkajian ditemukan ibu hamil dengan usia kehamilan

anatara 38–42 minggu (Cristina’s Ibrahim, 1993) disertai tanda-tanda

menjelang persalinan yaitu nyeri pada daerah pinggang menjalar ke

perut, his makin sering, tertaur, kuat, adanya show (pengeluaran darah

campur lendir).kadang ketuban pecah dengan sendirinya. (Ida Bagus

Gde Manuaba, 1998;165).

4) Riwayat penyakit dahulu.


Adanya penyakit jantung, Hypertensi, Diabitus mielitus, TBC,

Hepatitis, penyakit kelamin, pembedahan yang pernah dialami, dapat

memperberat persalinan. (Depkes RI, 1993:66).

5) Riwayat penyakit keluarga.


Adanya penyakit jantung, hipertensi, diabitus mielitus,

keturunan hamil kembar pada pasien, TBC, Hepatitis, Penyakit

kelamin, memungkinkan penyakit tersebut ditularkan pada pasien

sehingga memperberat persalinannya. Depkes RI, 1993,66).

6) Riwayat Obstetri.
a) Riwayat haid.
Ditemukan amenorhhea (aterm 38-42 minggu) (Cristina’s

Ibrahim, 1993,3), prematur kurang dari 37 minggu (D.B. Jellife,

1994:28).

b) Riwayat kebidanan.
Adanya gerakan janin, rasa pusing,mual muntah, daan

lain-lain. Pada primigravida persalinan berlangsung 13-14 jam

dengan pembukaan 1 cm/jam, sehingga pada multigravida

berlangsung 8 jam dengan 2 cm/jam (Sarwono Prawirohardjo,

1999,183).

7) Riwayat psikososialspiritual dan budaya.


Perubahan psikososial pada trimester I yaitu ambivalensi,

ketakutaan dan fantasi. Pada trimester II adanya ketidak nyamanan

kehamilan (mual, muntah), Narchisitik, Pasif dan introvert. Pada

trimester III pasien merasa tidak feminin lagi karena perubahan

tubuhnya, ketakutan akan kelahiran bayinya,distress keluarga karena

adaanya perasaan sekarat selama persalinan berlangsung (Sharon J

Reeder Et all, 1987: 302).

8) Pola Kebutuhan sehari-hari.


a) Nutrisi.
Adanya his berpengaruh terhadapkeinginan atau selera

makan yang menurun. (Sharon J Reeder Et all, 1987: 405).


b) Istirahat tidur.
Pasien dapat tidur terlentang,miring ke kanan/kiri tergantung

pada letak punggung anak,pasien sulit tidur terutama kala I–IV.

(Sarwono Prawirohardjo, 1999,192).

c) Aktivitas.
Pasien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas

pada aktivitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, tidak

mebuat pasien cepat lelah, capai, lesu. Pada kala I apabila kepala

janin telah masuk sbagian ke dalam PAP serta ketuban pecah,

pasien dianjurkan duduk/berjalan-jalan disekitar ruangan/kamar

bersalin. (Sarwono Prawirohardjo, 1999,192). Pada kala II kepala

janin sudah masuk rongga PAP pasien dalam posisi miring ke

kanan/kiri. (Sarwono Prawirohardjo, 1999,195).

d) Eliminasi.
Adanya perasaan sering/susah kencing selama kehamilan

dan proses persalinan. Pada akhir trimester III dapat terjadi

konstipasi.

e) Personal Hygiene.
Kebersihan tubuih senantiasa dijaga kebersihannya. Baju

hendaknya yang longgar dan mudah dipakai, sepatu/alas kaki

dengan tumit tinggi agar tidak dipakai lagi. (Sarwono

Prawirohardjo, 1999,160).

f) Seksual.
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan

seksual/fungsi dari sek yang tidak adekuat karena adanya proses

persalinan dan nifas. (Sharon J Reeder Et all, 1987: 285).

9) Pemeriksaan.
a) Pemeriksaan umum meliputi:
 Tinggi badan dan berat badan.
Ibu hamil yang tinggi badanya kurang dari 145 cm

terlebih pada kehamilan pertama, tergolong resiko tinggi

karena kemungkinan besar memiliki panggul yang sempit.

Berat badan ibu perlu dikontrol secara teratur dengan

peningkatan berat badan selama hamil antara 10–12 kg)

 Tekanan Darah.
Tekanan darah diukur pada akhir kala II yaitu setelah

anak dilahirkan biasanya tekanan darah akan naik kira-kira 10

mmHg (Cristina’s Ibrahim, 1993,:45).

 Suhu badan nadi dan pernafasan.


Pada penderita dalam keadaan biasa suhu badan anatara

36º-37ºC, bila suhu lebih dari 37ºC dianggap ada kelainan.


Kecuali bagi pasien setelah melahirkan suhu badan 37ºC-37ºC

masih dianggap normal karena kelelahan. (Cristina’s Ibrahim,

1993,:46). Keadaan nadi biasanya mengikuti keadaan suhu,

Bila suhu naik keadaan nadi akan bertambah pula dapat

disebabkan karena adanya perdarahan..

Pada pasien yang akan bersalin/bersalin pernafasanannya

agak pendek karena kelelahan, kesakitan dan karena

membesarnya perut (Cristina’s Ibrahim, 1993,:45), pernafasan

normal antara 80–100 X/menit, kadang meningkat menjadi

normal kembali setelah persalinan, dan diperiksa tiap 4 jam.

b) Pemeriksaan fisik.
 Kepala dan leher.
Terdapat adanya cloasma gravidarum, terkadang adanya

pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva kadang pucat,

sklera kuning, hiperemis ataupun normal, hidung ada polip

atau tidak, caries pada gigi, stomatitis, pembesaran kelenjar

(Depkes RI, 19993: 69).

 Dada.
Terdapat adanya pembesaran pada payudara, adanya

hiperpigmentasi areola dan papila mamae serta ditemukan

adanya kolustrum. (Depkes RI, 1993: 69).

 Perut.
Adanya pembesaran pada perut membujur,

hyperpigmentasi linea alba/nigra, terdapat striae gravidarum.

(Depkes RI, 1993: 70).

Palpasi : usia kehamilan aterm 3 jari bawah prosesus

xypoideus, usia kehamilan prematur pertengahan pusat dan

prosesus xypoideus, punggung kiri/punggung kanan, letak

kepala, sudah masuk PAP atau belum. Adanya his yang makin

lama makin sering dan kuat. (Cristina’s Ibrahim, 1993,: 7).

Auskultasi: ada/tidaknya DJJ,frekwensi antara 140–160

x/menit. (Depkes RI, 1993: 75).

 Genetalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air

ketuban. Bila terdapat pengeluaran mekonium yaitu feses yang

dibnetuk anak dalam kandungan, menandakan adannya

kelainan letak anak. (Cristina’s Ibrahim, 1993,:50).

Pemeriksaan dalam untuk mengetahui jauhnya dan

kemajuan persalinan, keadaan servic, panggul serta keadaan

jalan lahir.(Depkes RI, 1993: 76).

 Ekstremitas.
Pemeriksaan udema untuk melihat kelainan-kelainan

karena membesarnya uterus, karena pre eklamsia atau karena

karena penyakit jantung/ginjal(Cristina’s Ibrahim, 1993,:47).


Ada varices pada ekstremitas bagian bawah karena

adanya penekanan dan pembesaran uterus yang menekan vena

abdomen (Sharon J Reeder Et all, 1987: 412).

c) Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan darah meliputi haemoglobin, faktor Rh, Jenis

penentuan, waktu pembekuan, hitung darah lengkap, dan kadang-

kadang pemeriksaan serologi untuk sifilis. (Persis Mary Hamilton,

1995: 151).

2. Diagnosa keperawatan
a. Kala I
1) Nyeri akut berhubungan dengan dilatasi jaringan, hipoksia, tekanan
mekanik dari bagian presentasi
2) Ansietas berhubungan dengan kurangnya pemaparan informasi tentang
kemajuan persalinan
b. Kala II
1) Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan kehilangan
aktif, penurunan masukkan
2) Resiko keletihan berhubungan dengan produksi energi metabolik yang
menurun kebutuhan energi yang besar
c. Kala III
1) Resiko syock hipovolemik berhubungan dengan pendarahan akut
d. Kala IV
1) Nyeri berhubungan dengan luka jalan lahir
2) Resiko gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan
pendarahan postpartum
3) Kurangnya pengetahuan tentang perawatan postpartum berhubungan
dengan kurangnya informasi
4) Resiko infeksi berhubungan dengan terpajannya luka jalan lahir oleh
mikroorganisme
3. Intervensi keperawatan
a. Kala I
Diagnosa 1)
Tujuan : nyeri berkurang
Kriteria :
- Secara verbal pasien mengungkapkan nyeri yang berkurang
- Eskpresi wajah rileks/tenang
- Pasien mampu menerapkan manajemen nyeri
- Dapat beristirahat diantara kontraksi
Intervensi :
1) Kaji intensitas nyeri, karakteristik, durasi
2) Dorong pasien selama kontraksi terjadi
3) Pantau frekuensi, durasi dan intensitas kontraksi
4) Latih ibu teknik napas dalam
5) Ciptakan lingkungan tenang/ventilasi adekuat, nyaman
Diagnosa 2)
Tujuan : ansitas dapat teratasi atau dapat berkurang
Kriteria :
- Pasien mengatakan menegrti tentang proses persalinan
- Wajah tampak rileks, tidak gelisah
Intervensi :
1) Kaji tingkat ansietas
2) Berikan dukungan kepada ibu dengan tetap menjelaskan setiap
kemajuan persalinan
3) Pantau DJJ , vital sign ibu
4) Pertahankan lingkungan yang nyaman
5) Komunikasi tindakan yang dilakukan.
6) Evaluasi kemajuan persalinan
b. Kala II
Diagnosa 1)
Tujuan : kekurangan volume cairan dapat dicegah.
Kriteria :
- Vital sign dlam batas normal
- Kontraksi uterus adekuat
- Turgor kulit baik, mukosa bibir lembab
- Intake dan autput balance
Intervensi :
1) Kaji tanda-tanda berlanjut seperti vital sign
2) Observasi his
3) Kie tentang cara pemenuhan kebutuhan asupan cairan
4) Anjurkan untuk makan dan minum untuk tenaga
c. Kala III
Diagnosa 1)
Tujuan : ferpusi jaringan adekuat dan syock hipovolemik tidak terjadi..
Kriteria :
- Pendarahan kurang dari 500 cc, CRT< 3 detik
- Konjungtiva tidak anemis
- Hb > 12 gr %
Intervensi :
1) Observasi jumlah keadaan dan sumber pendarahan
2) Berikan masukan cairan yang adekuat
3) Lakukan fiksasi pada sumber pendarahan
4) Observasi tanda-tanda vital.
d. Kala IV
Diagnosa 3)
Tujuan : ibu dan keluarga mengerti tentang perawatan pospartum.
Kriteria :
- Pasien dan keluarga mengungkapkan pemahaman tentang perwatan
pospartum.
Intervensi :
1) Kaji pemahaman pasien dan keluarga tentang pemahaman pospartum.
2) Berikan pendidikan kesehatan tentang perawatan pospartum seperti
perawatan payudara, perawatan parineum.
3) Evaluasi pemahaman pasien dan keluarga tentang perwatan
pospartum.
Diagnosa 4)
Tujuan : infeksi dapat dicegah.
Kriteria :
- Tidak ada tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
1) Observasi daerah jalan lahir
2) Ajarkan perawatan postpartum
3) Bersihkan vulva dan perineum secara aseptik.
4) Anjurkan untuk mobilisasi dini

4. Implementasi keperawatan
Dalam pelaksanan tindakan keperawatan, perlu ditinjau kembali
kondisi pasien dan sesuai dengan rencana tindakan yang telah disusun.
Beberapa prinsip dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, meliputi:
a. Tindakan dikerjakan sendiri, dibantu dan kerjasama dengan tim lain
b. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan tentang tindakan yang
dilakukan.
c. Mengamati hasil dan tindakan yang diberikan.
d. Mencatat dan mengadakan konsultasi jika perlu dilakukan perujukan.

5. Evaluasi
Evaluasi tindakan merupakan langkah terakhir dalam melaksanakan
asuhan keperawatan. Setelah dievaluasi dapat dilihat catatan perkembangan
pasien sehingga pasien mendapatkan asuhan keperawatan yang komprehensif
dan berkesinambungan.

Anda mungkin juga menyukai