FARMAKO
FARMAKO
Disusun Oleh :
Arita Rahmadarni M. S.
J1E109210
2011
A. ANTI ANSIETAS
Ansietas merupakan kondisi jiwa di mana terjadi kecemasan, ketakutan, atau
kekhawatiran. Masalah ansietas dapat menyebabkan gangguan tidur dan fungsi
lainnya. Ansietas dapat terjadi tanpa penyebab spesifik, atau berdasarkan kepada
realita tertentu namun diekspektasi secara berlebihan sehingga menimbulkan
kecemasan yang tidak semestinya. Ansietas berat dapat berdampak serius pada
kehidupan sehari-hari. Pengobatan ansietas ialah menggunakan sedatif, atau obat-
obat yang secara umum memiliki sifat yang sama dengan sedatif. Mekanisme
kerja anti ansietas adalah sindrom ansietas disebabkan hiperaktivitas dari sistem
limbic yang terdiri dari dopaminergic, nonadrenergic, seretonnergic yang
dikendalikan oleh GABA ergic yang merupakan suatu inhibitory neurotransmitter.
Obat antiansietas benzodiazepine yang bereaksi dengan reseptornya yang akan
meng-inforce the inhibitory action of GABA neuron, sehingga hiperaktivitas
tersebut mereda.
Antiansietas terbagi dua kelas yaitu hipnosedatif dan sedatif otonomik.
Hipnosedatif dapat digunakan pada dosis yang lebih tinggi sebagai pil tidur dan
dosis yang lebih rendah untuk menghilangkan kecemasan. Semuanya dapat
menyebabkan ketergantungan. Obat yang lebih tua, kecuali benzodiazepin, dapat
digunakan untuk bunuh diri, lebih efektif sebagai antiansietas, dan bertahan lebih
lama. Efek terapi dapat berlanjut beberapa jam setelah dosis tunggal, yang
membuat obat ini berguna mengatasi gejala akibat penghentian konsumsi alkohol.
Efek samping terutama adalah sedasi dan lebih jarang berupa malkoordinasi dan
atau ataksia. Seperti penggunaan alkohol, dapat mengganggu proses mengemudi
kendaraan. Pada dosis rendah, hal ini tentunya bukanlah masalah. Kadang, obat
ini dapat menyebabkan pasien neurosis menjadi agresif dan cepat marah. Hal ini
hampir sama dengan efek penggunaan alkohol sekalipun pada praktisnya
dianggap tidak terlalu menimbulkan masalah. Sedangkan sedatif otonomik lebih
menyerupai antidepresan dan anti psikosis. Yang dapat mengurangi kecemasan
jika diberikan dengan dosis rendah. Obat ini menyebabkan sedasi yang kurang
menyenangkan dan sering menyebabkan penurunan aktivitas. Efek otonomik
seperti mulut kering lebih sering muncul dan kadang kurang efektif dibandingkan
dengan benzodiazepin.
Antiansietas terbagi menjadi 2 golongan yaitu golongan benzodiazepin dan
non benzodiazepin.
1. Benzodiazepin (Klordiazepoksid, diazepam, oksazepam, lorazepam, klorazepat,
prazepam, alprazolam, halozepam).
a. Farmakodinamik
Benzodiazepin bekerja pada reseptor GABA. Terdapat dua jenis
reseptor GABA, yaitu GABA-A dan GABA-B. Reseptor GABA-A (reseptor
kanal ion klorida kompleks) terdiri atas lima subunit yaitu α1, α2, β1, β2 dan
γ2. Benzodiazepin berikatan langsung pada sisi spesifik subunit γ2 sehingga
pengikatan ini menyebabkan pembukaan kanal klorida, memungkinkan
masuknya ion klorida ke dalam sel menyebabkan peningkatan potensial
elektrik sepanjang membran sel dan menyebabkan sel sukar tereksitasi.
Efek yg ditimbulkan benzodiazepin merupakan hasil kerja golongan
ini pada SSP dengan efek utama: sedasi, hipnosis, pengurangan terhadap
rangsangan emosi/ansietas, relaksasi otot dan antikonvulsan. Sedangkan efek
perifernya: vasodilatasi koroner (pada pemberian IV) dan blokade
neuromuskular (pada pemberian dosis tinggi). Berbagai efek yang
menyerupai benzodiazepin, yaitu :
- Agonis penuh, yaitu senyawa yang sepenuhnya serupa efek benzodiazepin
misalnya: diazepam.
- Agonis parsial, yaitu efek senyawa yang menghasilkan efek maksimum
yang kurang kuat dibandingkan dibandingkan diazepam
- Inverse agonis, yaitu senyawa yang menghasilkan kebalikan dari efek
diazepam pada saat tidak adanya senyawa yang mirip benzodiazepin
- Antagonis, melalui persaingan ikatannya dengan reseptor benzodiazepin
misalnya: flumazenil
b. Farmakokinetik
1) Absorpsi
Benzodiazepin diabsorpsi secara sempurna kecuali klorazepat
(klorazepat baru diabsorpsi sempurna setelah didekarboksilasi dalam
cairan lambung menjadi N-desmetil diazepam (nordazepam).
2) Distribusi
Benzodiazepin dan metabolitnya terikat pada protein plasma
(albumin) dengan kekuatan berkisar dari 70% (alprazolam) hingga 99%
(diazepam) bergantung dengan sifat lipofiliknya. Kadar pada CSF sama
dengan kadar obat bebas dalam plasma. Vd (volume of distribution)
benzodiazepin besar. Pada pemberian IV atau per oral, ambilan
benzodiazepin ke otak dan organ dengan perfusi tinggi lainnya sangat
cepat dibandingkan pada organ dengan perfusi rendah (seperti otot dan
lemak). Benzodiazepin dapat melewati sawar uri dan disekresi ke dalam
ASI.
3) Metabolisme
Metabolisme benzodiazepin di hati melalui kelompok enzim
CYP3A4 dan CYP2C19. Yang menghambat CYP3A4 a.l. eritromisin,
klaritromisin, ritonavir, itrakonazol, ketokonazol, nefazodon dan sari
buah grapefruit. Benzodiazepin tertentu seperti oksazepam langsung
dikonjugasi tanpa dimetabolisme sitokrom P. Secara garis besar,
metabolisme benzodiazepin terbagi dalam tiga tahap: desalkilasi,
hidroksilasi, dan konjugasi. Metabolisme di hati menghasilkan metabolit
aktif yang memiliki waktu paruh lebih panjang dibanding parent drug.
Misalnya diazepam (t1/2 20-80 jam) setelah dimetabolisme menjadi N-
desmetil dengan waktu paruh eliminasi 200 jam. Golongan benzodizepin
menurut lama kerjanya dibagi dalam 4 golongan, yaitu :
- Senyawa yang bekerja sangat cepat
- Senyawa bekerja cepat, t1/2 kurang dari 6 jam: triazolam, zolpidem,
zolpiklon.
- Senyawa yang bekerja sedang, t1/2 antara 6-24 jam: estazolam,
temazepam.
- Senyawa yang bekerja dengan t1/2 lebih dari 24 jam: flurazepam,
diazepam, quazepam
4) Ekskresi
Ekskresi metabolit benzodiazepin bersifat larut air melalui ginjal
c. Efek samping
Pada dosis hipnotik kadar puncak menimbulkan efek samping antara
lain kepala ringan, malas, tidak bermotivasi, lamban, inkoordinasi motorik,
ataksia, gangguan fungsi mental dan psikomotor, gangguan koordinasi
berfikir, bingung, disartria, amnesia anterogard. Interaksi dengan etanol
(alkohol) menimbulkan efek depresi yang berat.
Efek samping lain yang lebih umum: lemas, sakit kepala, pandangan
kabur, vertigo, mual/muntah, diare, nyeri epigastrik, nyeri sendi, nyeri dada
dan inkontinensia. Penggunaan kronik benzodiazepin memiliki risiko
terjadinya ketergantungan dan penyalahgunaan. Untuk menghindari efek tsb
disarankan pemberian obat tidak lebih dari 3 minggu. Gejala putus obat
berupa insomnia dan ansietas. Pada penghentian penggunaan secara tiba-tiba,
dapat timbul disforia, mudah tersinggung, berkeringat, mimpi buruk, tremor,
anoreksi serta pusing kepala. Oleh karena itu penghentian penggunaan obat
sebaiknya secara bertahap.
2. Non Benzodiazepin (Buspiron)
a. Farmakodinamik
Berbeda dengan benzodiazepin, buspiron tidak memperlihatkan
aktivitas GABA dan antikonvulsan. Buspiron merupakan antagonis selektif
reseptor serotonin postsinaps 5-HT1A di hipokampus; potensi antagonis
dopaminergiknya rendah sehingga risiko menimbulkan efek samping ekstra
piramidal pada dosis pengobatan ansietas kecil.
Studi klinik menunjukkan buspiron merupakan antiansietas efektif
yang efek sedatifnya relatif ringan. Risiko timbulnya toleransi dan
ketergantungan kecil. Obat ini tidak efektif pada panic disorder. Efek
antiansietas baru timbul pada penggunaan 10-15 hari (bukan untuk
penggunaan akut). Tidak ada toleransi silang dengan benzodiazepin sehingga
kedua obat tidak dapat saling menggantikan.
b. Farmakokinetik
Buspiron diabsorpsi secara cepat pada pemberian peroral namun
mengalami metabolisme lintas pertama secara ekstensif, yaitu melalui proses
hidroksilasi dan dealkilasi. Bioavailabilitas 5% dan ikatan protein 95%.
Waktu paruh eliminasi buspiron adalah 2-4 jam, dan disfungsi hati dapat
memperlambatnya. Rifampin (penginduksi sitokrom P450) menurunkan
waktu paruh buspiron, sedangkan inhibitor CYP3A4 meningkatkan kadar
plasmanya. Buspiron diekskresikan melalui urine dan feces.
c. Efek samping
Buspiron hanya menyebabkan sedikit gangguan psikomotor dibanding
benzodiazepin. Efek samping a.l. takikardi, palpitasi, nervousness, keluhan
gastrointestinal, parastesia dan miosis. Pada pasien yang menerima MAO
inhibitor dapat terjadi peningkatan tekanan darah.
Tabel farmakologi dasar, farmakokinetik & efek samping dari obat anti ansietas
Obat Mekanisme Aksi Efek Farmakokinetik
kerja samping
B. ANTI DEPRESAN
DAFTAR PUSTAKA