Anda di halaman 1dari 38

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak usia sekolah merupakan sasaran strategis untuk pelaksanaan program

kesehatan, anak-anak juga merupakan sasaran yang mudah dijangkau karena

terorganisir dengan baik. Jika meilhat data tahun 2012 maka diperkirakan jumlah

anak sekolah dasar dan lanjutan mencapai 43 juta jiwa. Di anatara anak usia

sekolah tersebut terdapat anak disabilitas yang juga memiliki hak yang sama

untuk memperoleh layanan kesehatan.1

Masalah kesehatan yang dialami peserta pendidik sangat kompleks dan

bervariasi. Pada usia sekolah dasar, permasalahan kesehatan peserta didik

umumnya berhubungan dengan ketidakseimbangan gizi, kesehatan gigi, kelainan

refraksi, kecacingan, dan penyakit menular terkait perilaku hidup bersih dan sehat.

Pada peserta didik di tingkat lanjutan Sekolah Menengah Pertama (SMP),

Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Umum (SMU) biasanya terkait

perilaku berisiko di antaranya kebiasaan merokok dan melakukan hubungan

1
seksual di luar nikah.

Berdasarkan data Riskesdas 2007 disebutkan bahwa untuk masalah

kesehatan mata,sebesar1,1%anakusia 6-14 tahun mengalami kelainan refraksi dan

0,2% anak usia 6-14 tahun mengalami kebutaan. 3 Berdasarkan hasil Riskesdas

2010 masalah status gizi anak usia sekolah dan remaja menunjukan bahwa anak

usia 6-12 tahun 15,1% sangat pendekdan 20,5% pendek,4,6% sangat kurus dan

2
7,6% kurus ,serta 9,2 % mengalami kegemukan. Hasil riskesdas tahun 2013

menyatakan bahwa karies untuk anak diatas usia 12 tahun 72,6% ,karies aktif

1
umur 12 tahun 53,7%. Dan 73,6% dari anak usia 12 tahun memerlukan

penambalan gigi, sedangan yang sudah dilakukanpenambalan gigi baru 3,2%.

Sampai tahun 2013, hasil survey pada anak Sekolah Dasar menunjukan

prevelensikecacingan antara 0-85,9 %( survey di 175 kab/kota) dengan rata rata

prevelensi 28,12%.1

Melihat permasalahan yang ada, pelayanan kesehatan di sekolah melalui

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), UKS berdiri dengan kerjasama puskesmas

dengan sekolah yang berada di wilayah kerja puskesmas. Trias UKS terdiri dari

pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah

sehat. Pendidikan kesehatan melalui pelatihan kepada kader sekolah (dokter kecil

/ kader kesehatan remaja). Program UKS diutamakan pada upaya peningkatan

kesehatan dalam bentuk promotif dan preventif. Upaya Promotif dengan

pendidikasn kesehatan melalui pembinaan dokter kecil pada anak SD dan

pelatihan kader kesehatan remaja pada SMP dan SMA. Upaya preventif melalui

kegiatan penjaringan kesehatan (skrining kesehatan) dan pemeriksaan kesehatan

1
berkala yang rutin pada peserta didik.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana pemeriksaan kesehatan berkala pada anak sekolah di wilayah
kerja Puskesmas Ambacang?
1.3 Tujuan Penulisan
Mengetahui pemeriksaan kesehatan berkala pada anak sekolah di wilayah
kerja Puskesmas Ambacang.
1.4 Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk pada

berbagai literatur, serta laporan tahunan Puskesmas Ambacang tahun 2019.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

UKS adalah usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah-

sekolah dengan anak didik beserta lingkungan hidupnya sebagai sasaran utama.

UKS merupakan wahana untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan

selanjutnya membentuk perilaku hidup sehat, yang pada gilirannya menghasilkan

derajat kesehatan yang optimal.

2.1.1. Tujuan UKS

a. Tujuan Umum UKS

Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah/madrasah adalah untuk meningkatkan

mutu pendidikan dan prestasi belajar peserta didik dengan meningkatkan perilaku

hidup bersih dan sehat serta derajat kesehatan peserta didik dan menciptakan

lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan

yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia

seutuhnya.

b. Tujuan Khusus UKS

Memupuk kebiasaan hidup sehat dan meningkatkan derajat kesehatan

peserta didik yang di dalamnya mencakup:

1) Memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melaksanakan

prinsip hidup sehat serta berpartisipasi aktif di dalam usaha peningkatan

kesehatan;

2) Sehat, baik dalam arti fisik, mental maupun sosial dan;

3
3) Memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap Pengaruh buruk

penyalahgunaan narkotika, Obat-obatan dan bahan bebahaya, alkohol

(minuman keras), rokok dan sebagainya.

2.1.2. Sasaran UKS

Sasaran pembinaan dan pengembangan UKS meliputi:

a. Sasaran Primer : peserta didik

b. Sasaran Sekunder : guru, pamong belajar/ tutor, komite sekolah/orang

tua, pengelola pendidikan dan pengelola kesehatan, serta TP UKS

disetiap jenjang

c. Sasaran Tertier : Lembaga pendidikan mulai dari tingkat prasekolah

sampai pada sekolah dan perguruan agama beserta lingkungannya.

2.1.3. Ruang Lingkup Program UKS

Ruang lingkup UKS adalah ruang lingkup yang tercermin dalam Tiga

Program Pokok Usaha Kesehatan Sekolah (TRIAS UKS), yaitu sebagai berikut:

a. Penyelenggaraan Pendidikan Kesehatan, yang meliputi aspek:

1. Pemberian pengetahuan dan keterampilan tentang prinsip-prinsip

hidup sehat;

2. Penanaman perilaku/kebiasaan hidup sehat dan daya tangkal

pengaruh buruk dari luar;

3. Pelatihan dan penanaman pola hidup sehat agar dapat

diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Penyelenggaraan pelayanan Kesehatan di sekolah antara lain dalam

bentuk:

4
1. Pelayanan kesehatan;

2. Penjaringan kesehatan peserta didik

3. Pengobatan ringan dan P3K maupun P3P;

4. Pencegahan penyakit (imunisasi, PSN, PHBS, PKHS);

5. Penyuluhan kesehatan;

6. Pengawasan warung sekolah dan perbaikan gizi;

7. Pencatatan dan pelaporan tentang keadaan penyakit dan status gizi

dan hal lainnya yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan;

8. Rujukan kesehatan ke puskesmas;

9. UKGS;

10. Pemeriksaan berkala.

c. Pembinaan Lingkungan Kehidupan Sekolah Sehat, baik fisik, mental,

sosial maupun lingkungan yang meliputi:

1. Pelaksanaan 7K (kebersihan, keindahan, kenyamanan, ketertiban,

keamanan, kerindangan, kekeluargaan );

2. Pembinaan dan pemeliharaan kesehatan lingkungan;

3. Pembinaan kerjasama antar masyarakat sekolah (guru, peserta

didik, pegawai sekolah, komite sekolah dan masyarakat sekitar).

2.1.4. Pemeriksaan Kesehatan Berkala

a) Definisi

Pemeriksaan Kesehatan Berkala adalah pemeriksaan kesehatan yang

dilaksanakan secara berkala dengan jarak waktu yang disesuaikan dengan

besarnya risiko kesehatan yang dihadapi. Pemeriksaan ini berfungsi untuk

memantau, memelihara serta meningkatkan status kesehatan siswa dengan tujuan

5
untuk memperoleh data atau informasi untuk menilai perkembangan kesehatan

anak sekolah maupun untuk dijadikan pertimbangan dalam menyusun program

pembinaan kesehatan sekolah.

Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pemeriksaan

kesehatan berkala merupakan usaha-usaha dalam pelayanan kesehatan yang

terprogram dan dilakukan secara rutin oleh pelaksana pelayanan kesehatan untuk

mengetahui tingkat kesehatan badan peserta didik dan mengenal kelainan-

kelainan kesehatan sedini mungkin sedangkan penjaringan merupakan langkah

awal untuk skrining pada siswa tahun ajaran baru dimana kedua pemeriksaan ini

mefokuskan untuk deteksi dini dalam upaya preventif.

b) Tujuan Umum

Meningkatkan derajat kesehatan peserta didik secara optimal dalam

mendukung proses belajar

c) Tujuan Khusus

1. Terdeteksinya secara dini masalah kesehatan peserta didik, sehingga

bila terdapat masalah dapat segera ditindak lanjuti

2. Tersedianya data atau informasi untuk menilai perkembangan

kesehatan peserta didik, maupun untuk dijadikan pertimbangan dalam

menyusun program pembinaan kesehatan sekolah.

3. Termanfaatkannya data untuk perencanaan, pelaksanaan, pemantauan

dan evaluasi program pembinaan peserta didik.

d) Landasan Hukum

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1997 tentang

Penyandang Cacat

6
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 79

(Kesehatan Sekolah)

3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 80-

81 (Kesehatan Olahraga)

4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2017 tentang

Pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities

(Konvensi Mengenai Hak-hak Penyandang Disabilitas).

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

6. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

7. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman

Penyusunan Standar Pelayanan Minimal

8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintahan

9. Peraturan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri

Kesehatan, Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 6/X/PB

Tahun 2014, Nomor 73 Tahun 2014, Nomor 41 Tahun 2014, Nomor

81 Tahun 2014 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha

Kesehatan Sekolah/Madrasah

10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 741 Tahun 2008 tentang

Standar Pelayanan Minimal Bidang Pelayanan Kesehatan

Kabupaten/Kota

7
e) Pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan Berkala

Pelaksanaan Pemeriksaan Berkala dilakukan dengan 2 (dua) rangkaian

kegiatan yaitu pengisian kuesioner oleh peserta didik/orangtua/wali pesertta didik

dan pemeriksaan fisik oleh tenaga Kesehatan, guru atau kader kesehatan.

1. Pengisian Kuesioner Oleh Peserta Didik/Orang Tua/Wali Peserta

Didik

a) Pemeriksaan riwayat kesehatan peserta didik

Pemeriksaan riwayat kesehatan peserta didik meliputi pengisian kuesioner

terkait jenis gejala/kejadian terkait kesehatan yang pernah diderita oleh peserta

didik seperti alergi makanan tertentu, alergi obat tertentu, cedera serius akibat

kecelakaan, kejang berulang, pingsan, tranfusi darah berulang dan ataupun

penyakit lainnya. Peserta didik yang memiliki riwayat kesehatan tertentu memiliki

kemungkinan memiliki penyakit tertentu yang dapat mempengaruhi kondisi

kesehatan peserta didik mengakibatkan kesakitan dan mengganggu proses belajar

pada masa yang akan datang. Keterangan riwayat kesehatan peserta didik dapat

digunakan oleh petugas kesehatan untuk membantu petugas kesehatan dalam

menentukan diagnose penyakit maupun pengobatan bagi peserta didik.

Pemeriksaan riwayat kesehatan peserta didik dilakukan pada peserta didik

SD/MI , SMP/MTs, SMA/SMK/MA dan sederajat.

Tujuan: Untuk mendeteksi risiko masalah kesehatan peserta didik

berdasarkan gejala/kejadian terkait kesehatan yang pernah dialami oleh peserta

3
didik.

8
b) Penilaian status imunisasi

Penilaian status imunisasi meliputi jenis imunisasi yang diberikan melalui

program imunisasi lanjutan yaitu Bulan Imunisasi Anak Sekolah, salah satu

vaksinnya terkait program TT 5 dosis (long life). Pemeriksaan status imunisasi

3
dilakukan pada peserta didik SD/MI.

Tujuan: Untuk mengetahui status imunisasi peserta didik atas imunisasi

DT, Campak, dan TT

c) Riwayat kesehatan keluarga

Pemeriksaan riwayat kesehatan keluarga peserta didik meliputi pengisian

kuesioner terkait penyakit yang pernah diderita oleh keluarga peserta didik (ayah,

ibu, kakek, nenek) seperti Tuberkulosis, diabetes mellitus, hepatitis, asma,

penyakit jantung, stroke, obesitas, tekanan darah tinggi, kanker/tumor ganas,

anemia, thalasemia dan hemofilia. Peserta didik yang memiliki riwayat kesehatan

keluarga tertentu memiliki kemungkinan diturunkan penyakit tertentuatau

dipengaruhi oleh gaya hidup/kebiasaan/kondisi kesehatan tertentu dalam keluarga

yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan peserta didik / mengakibatkan

kesakitan dan mengganggu proses belajar. Keterangan riwayat kesehatan keluarga

peserta didik dapat digunakan oleh petugas kesehatan untuk membantu petugas

kesehatan dalam menentukan diagnose penyakit maupun pengobatan bagi peserta

didik. Pemeriksaan riwayat kesehatan keluarga peserta didik dilakukan pada

peserta didik SD/MI , SMP/MTs, SMA/SMK/MA dan sederajat. 3

Tujuan: Untuk mendeteksi risiko masalah kesehatan peserta didik

berdasarkan penyakit yang mungkin diturunkan / terkait kebiasaan/gaya hidup di

keluarga / penyakit menular yang diderita keluarga.

9
d) Pemeriksaan gaya hidup

Pemeriksaan gaya hidup meliputi pengisian kuesioner terkait pubertas pola

sarapan, jajan di sekolah, risiko merokok dan risiko minum minuman beralkohol.

Peserta didik yang memiliki gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok/terpapar

rokok di keluarga/rumah dan minum minuman beralkohol) dapat mengakibatkan

peserta didik lebih berisiko menderita penyakit pada saluran pernapasan atau ikut

melakukan perilaku berisiko tersebut sehingga pada akhirnya dapat

mengakibatkan kesakitan dan mengganggu proses belajar. Pemeriksaan kesehatan

reproduksi dapat dilakukan pada peserta didik mulai dari kelas 4 SD/MI ,

SMP/MTs, SMA/SMK/MA dan sederajat. 1

Tujuan: Untuk mendeteksi perilaku dan masalah kesehatan terkait gaya hidup

e) Pemeriksaan kesehatan reproduksi

Pemeriksaan risiko kesehatan reproduksi meliputi pengisian kuesioner

terkait pubertas dan masalah kesehatan terkait. Peserta didik yang mengalami

masalah kesehatan pada organ reproduksi berisiko mengalami kehamilan yang

seringkali mengakibatkan peserta didik dikeluarkan dari sekolah, atau penyakit

menular seksual yang mengakibatkan kesakitan sehingga mengganggu proses

belajar. Pemeriksaan kesehatan reproduksi dapat dilakukan pada peserta didik

1
mulai dari kelas 4 SD/MI , SMP/MTs, SMA/SMK/MA dan sederajat.

Tujuan: Untuk mendeteksi perilaku dan masalah kesehatan terkait

kesehatan reproduksi.

10
2. Pemeriksaan Fisik Oleh Tenaga Kesehatan, Guru atau Kader

Kesehatan Sekolah

a) Pemeriksaan Tanda Vital

Pemeriksaan tanda vital dilakukan melelui pengukuran suhu tubuh ketiak,

tekanan darah (sistolik dan diastolik), denyut nadi per menit, frekuensi napas per

menit serta auskultasi jantung dan paru. Peserta didik yang mengalami masalah

dengan tanda vital dapat mengindikasikan masalah infeksi, hipertensi, penyakit

paru (Asma, Tuberkulosis), jantung, yang jika tidak segera diobati berisiko

mengganggu proses belajar mengajar, karena malaise (lemah), sakit kepala, sesak

napas, napsu makan menurun. Tuberkulosis dapat menularkan peserta didik

lainnya. Pemeriksaan tanda vital dapat dilakukan pada peserta didik SD/MI,

SMP/MTs, SMA/SMK/MA dan sederajat. 1

Tujuan : Mengetahui kelainan suhu tubuh, tekanan darah, kelainan denyut

nadi dan kelainan paru dan jantung.

b) Pemeriksaan Status Gizi

Untuk menilai status gizi peserta didik melalui penjaringan kesehatan

dilakukan melalui:

• pengukuran antropometri dengan menggunakan Indeks berat badan dan tinggi

badan(BB/TB), indeks tinggi badan berdasarkan umur (TB/U),

• pemeriksaan kelopak mata bawah dalam, bibir, lidah dan telapak tangan untuk

mendeteksi dugaan anemia gizi besi.1

Masalah gizi kurang, khususnya gizi buruk dapat terjadi karena keadaan

kurang zat gizi tingkat berat yang disebabkan rendahnya konsumsi energi

(karbohidrat, protein dan lemak) dalam makanan sehari-hari dan atau disertai

11
penyakit infeksi, sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG), juga

sering disertai dengan kekurangan zat gizi mikro (vitamin dan mineral). Anak

yang menderita gizi kurang tidak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal

sehingga dapat menurunkan kecerdasan anak. Demikian juga pada anak yang

menderita gizi lebih yaitu kegemukan dan obesitas dapat menyebabkan penyakit

degeneratif seperti diabetes, jantung koroner, hipertensi, osteoporosis dan kanker.

Pada anak yang menderita Anemia Gizi Besi dapat menyebabkan rendahnya

kemampuan belajar dan produktivitas kerja serta menurunnya antibodi sehingga

mudah terserang penyakit infeksi. Anak dengan anemia memiliki indeks

perkembangan psikomotor dan prestasi yang lebih rendah daripada anak yang

normal. Pemeriksaan status gizi dapat dilakukan pada peserta didik SD/MI,

1
SMP/MTs, SMA/SMK/MA dan sederajat.

Tujuan: Untuk mendeteksi secara dini masalah gizi kurang, gizi lebih dan

kekurangan zat gizi mikro antara lain Anemia Gizi Besi (AGB).

c) Pemeriksaan Kebersihan Diri

Kebersihan diri adalah penampilan diri dalam hal ini rambut, kulit dan

kuku yang bersih yang mencerminkan kesehatan. Peserta didik yang mengalami

kelainan/ penyakit dari kebersihan rambut, kulit dan kuku dapat mengganggu

kenyamanan/ kelancaran proses belajar peserta didik. Rambut, kulit dan kuku

yang tidak dijaga kebersihannya dapat menimbulkan kutu rambut, dermatitis,

jamur, yang menimbulkan gejala gatal dan dapat menular ke peserta didik lainnya

sehingga akan mengganggu proses belajar-mengajar. Melalui kebersihan diri

dapat menghindarkan diri dari penyakit diare, infeksi saluran pernapasan,

pneumonia (radang paru), infeksi cacing, infeksi mata dan penyakit kulit. Salah

12
satu cara sederhana yang dapat dilakukan adalah cuci tangan pakai sabun (setelah

bermain/beraktivitas, sebelum makan dan sesudah makan dan setelah buang air

besar/kecil), mandi sehari 2 kali dengan sabun mandi dan cuci rambut minimal 2

kali seminggu. Pemeriksaan kebersihan diri dapat dilakukan pada peserta didik

SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA dan sederajat.2

Tujuan: Untuk mendeteksi kelainan/ penyakit dari kebersihan rambut, kulit

dan kuku serta mengetahui cara menjaga kebersihan diri meliputi rambut, kulit

dan kuku.

d) Pemeriksaan Kesehatan Indera Penglihatan

Pemeriksaan kesehatan indera penglihatan dilakukan melalui pemeriksaan

mata luar, tajam penglihatan dan pemeriksaan buta warna Peserta didik yang

mengalami gangguan tajam penglihatan atau radang mata dapat menimbulkan

keluhan sakit kepala, kesulitan membaca sehingga mengganggu proses belajar

mengajar. Radang Mata dapat ditularkan ke peserta didik lain. Pemeriksaan

kesehatan indera penglihatan dapat dilakukan pada peserta didik SD/MI,

1,2
SMP/MTs, SMA/SMK/MA dan sederajat.

Tujuan: Mendeteksi adanya penyakit pada mata, gangguan penglihatan

seperti kelainan refraksi/gangguan tajam penglihatan dan buta warna pada peserta

didik serta menindaklanjuti hasil pemeriksaan (bila terdapat ada kelainan).

e) Pemeriksaan Kesehatan Indera Pendengaran

Pemeriksaan telinga dilakukan melalui pemeriksaan telinga luar dan fungsi

pendengaran dengan tes berbisik dan tes penala.. Peserta didik yang mengalami

gangguan pendengaran mengakibatkan gangguan bicara yang berdampak pada

gangguan komunikasi, emosional, hubungan sosial dan juga mempengaruhi nilai

13
akademik/ prestasi belajar. Pemeriksaan telinga dapat dilakukan pada peserta

didik SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA dan sederajat. 3

Tujuan: Mendeteksi adanya gangguan fungsi pendengaran pada peserta

didik serta menindaklanjuti hasil pemeriksaan (bila terdapat ada kelainan).

f) Pemeriksaan Pemakaian Alat Bantu

Pemeriksaan pemakaian alat bantu yang dilaksanakan di sekolah dilakukan

kepada peserta didik dengan disabilitas yang meliputi pemeriksaan penggunaan

alat bantu penglihatan, pendengaran, tongkat/kurk, kursi roda, kaki/tangan/mata

prostesa. Peserta didik dengan disabilitas yang menggunakan alat bantu yang

sesuai dengan disabiltasnya akan membantu aktifitas dan proses belajar serta

meningkatkan kemandirian peserta didik. Pemeriksaan pemakaian alat bantu dapat

1,2
dilakukan pada peserta didik di sekolah inklusi dan Sekolah Luar Biasa (SLB).

Tujuan: Mengetahui dan menindaklanjuti penggunaan alat bantu pada

bantu peserta didik dengan disabilitas

g) Pemeriksaan Kebugaran Jasmani

Kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan

kegiatan sehari-hari secara efektif dan efisien dalam jangka waktu relatif lama

tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan. Kebugaran jasmani tidak sama

dengan kesehatan. Peserta didik yang sehat belum tentu bugar, tetapi anak yang

bugar pasti sehat. Peserta didik yang bugar tidak mudah lelah, sehingga dapat

mengerjakan tugas atau pekerjaan di sekolah lebih lama dan lebih baik. Makin

tinggi tingkat kebugaran jasmani peserta didik, makin baik kemampuan fisik yang

dapat mendukung prestasi belajarnya. Peserta didik yang bugar setelah pulang

14
dari sekolah masih mampu melakukan kegiatan lain seperti bermain, bersosialisasi

dengan teman sebaya, menambah keterampilan mengikuti kursus-kursus

tambahan dan kegiatan lain sesuai kesenangannya tanpa merasa kelelahan yang

berlebihan. Peserta didik yang kekurangan aktivitas fisik berisiko obesitas,

pendek, penyakit kardiovaskuler dan metabolik. Pemeriksaan kebugaran jasmani

dapat dilakukan pada peserta didik SD/MI (kelas 4-6), SMP/MTs, SMA/SMK/MA

1
dan sederajat. Tujuan :

− Mengetahui tingkat kebugaran jasmani peserta didik.

− Meningkatkan kebugaran jasmani peserta didik dengan menyusun latihan

fisik terprogram sesuai dengan hasil pengukuran kebugaran jasmani.

− Memotivasi peserta didik untuk meningkatkan aktivitas fisik, latihan fisik,

dan olahraga.

Pengukuran kebugaran tidak bermanfaat bila tidak ditindak lanjuti dengan

latihan fisik terprogram. Peserta didik perlu mendapat latihan fisik terprogram

dalam bentuk kurikulum maupun ekstrakurikuler pelajaran olahraga yang disusun

setelah mengetahui tingkat kebugaran jasmaninya. Jenis latihan fisik yang

diberikan disesuaikan dengan umur dan kemampuan fisiknya, sehingga dapat

memaksimalkan tumbuh kembang anak, mencegah kegemukan dan faktor risiko

penyakit yang menyertainya.1

1. Cara Pemeriksaan

Pengukuran kebugaran jasmani peserta didik menggunakan instrumen Tes

Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) yang telah disepakati dan ditetapkan menjadi

suatu instrumen yang sesuai dengan kondisi anak Indonesia dan berlaku di

Indonesia. Instrumen yang digunakan dalam penjaringan kesehatan peserta

15
didik adalah Single test. Single Test yaitu Tes lari jarak menengah dapat menjadi

pilihan yang disesuaikan dengan kelompok usia dan jenis kelamin. Single test lari

1000 meter untuk usia 10-12 tahun putera/puteri, 1600 meter untuk usia 13-19

1
tahun putera/puteri.

f) Persiapan Pemeriksaan

Kepala puskesmas berkoordinasi dengan seluruh kepala sekolah/guru UKS

di wilayah kerja untuk menentukan pembagian tugas tim pelaksana, waktu dan

tempat pelaksanaan pemeriksaan.

1. Tim Pelaksana

Dalam melaksanakan penjaringan kesehatan, petugas kesehatan dibantu oleh

guru dan kader kesehatan sekolah (dokter kecil/ kader kesehatan remaja). Dalam

rangka mengatasi keterbatasan sumber daya kesehatan, kepala puskesmas dapat

meminta bantuan dinas kesehatan dan institusi pendidikan, organisasi profesi atau

mitra potensial bidang kesehatan lainnya. Sebelum melaksanakan

penjaringan/pemeriksaan berkala, pihak puskesmas dan pihak sekolah

berkoordinasi untuk mengidentifikasi kegiatan, pembagian tugas dan tanggung

jawab.

Tabel 2.1. Pembagian Tugas Tim Pelaksana Penjaringan Kesehatan


Berdasarkan Kegiatan
Dokter
Kepala Kepala Tim jaga Guru Kecil/ Kader Orang Penanggung
Kegiatan Puskesmas sekolah kesehatan UKS kesehatan tua jawab
remaja
1 2 3 4 5 6 7 8

Data peserta
√ Sekolah
didik

16
Koordinasi
pelaksanaan:
menyepakati
tempat,
waktu
dan
penyediaan √ √ √ √ √ √ Sekolah
form
informed
consent,kuesi
oner dan
form
pemeriksaan
Koordinasi
teknis √ √ √ √ √ Puskesmas
pelaksanaan
penjaringan/
pemeriksaan
berkala
Menyediakan
alat √ √ Puskesmas
Pemeriksaan
Informed
Consent
peserta didik √ √ √ Sekolah
dan orangtua
peserta didik
Pelaksanaan
Penjaringan √ √ √ Puskesmas
Kesehatan
Umpan balik
√ √
hasil
Puskesmas
pemeriksaan
ke sekolah
Umpan balik

hasil
√ √ Sekolah
pemeriksaan
ke orang tua
Tatalaksana
√ √ √ √ √ Puskesmas
rujukan

g) Sasaran Penjaringan Kesehatan Dan Pemeriksaan Berkala

Sasaran kegiatan penjaringan kesehatan adalah seluruh peserta didik baru

pada tahun ajaran baru kelas 1, 7 dan 10 di sekolah/madrasah, baik negeri atau

swasta termasuk Sekolah Luar Biasa (SLB) Sasaran kegiatan pemeriksaan Berkala

adalah peserta didik selain kelas 1, 7 dan 10 (kelas 2 - 6 di SD/MI, kelas 8

17
dan 9 di SMP/MTs serta kelas 11 dan 12 di SMA/SMK/MA) termasuk Sekolah

Luar Biasa (SLB).

h) Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Tempat penjaringan kesehatan/ permeriksaan berkala dilaksanakan di

sekolah. Pelaksanaan di luar sekolah adalah di Puskesmas, yang mungkin

dilakukan bila disepakati dengan sekolah untuk peserta didik yang tidak hadir

pada waktu pelaksanaan penjaringan kesehatan/ pemeriksaan berkala di sekolah.

Waktu pelaksanaan penjaringan kesehatan yang terbaik adalah pada tahun ajaran

baru yaitu antara bulan Juli sampai Desember, tetapi dalam menghadapi

keterbatasan tenaga kesehatan di puskesmas maka diberikan kesempatan

sepanjang satu tahun ajaran untuk menjangkau seluruh SD/MI, SMP/MTs,

SMA/SMK/MA.

Tahun ajaran dalam pelaksanaan penjaringan kesehatan yang dimaksud

yaitu dapat dilakukan sepanjang satu tahun ajaran (Juli sampai dengan Juni) :

− Bulan Juli sampai dengan Desember untuk peserta didik baru kelas 1, 7, dan

10

− Bulan Januari sampai dengan Juni untuk peserta didik baru kelas 1, 7, dan

10 yang belum dilakukan penjaringan pada tahun sebelumnya.

Pemeriksaan berkala dilakukan 1 kali dalam setahun bagi peserta didik,

yang waktu pelaksanaannya dapat dilakukan sepanjang satu tahun ajaran ( Juli

1
sampai dengan Juni).

18
i) Sarana dan Prasarana

Sebelum melaksanakan penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala

perlu didukung dengan sarana dan prasarana seperti yang dapat digambarkan pada

tabel berikut :

Tabel 2.2. Sarana dan Pra sarana Penjaringan dan Pemeriksaan Kesehatan
Sarana Fungsi
Ruangan untuk pemeriksaan Tempat pemeriksaan
Meja dan kursi pemeriksaan Tempat pemeriksaan
Formulir lembar persetujuan Bukti persetujuan pemeriksaan
Dokumentasi riwayat kesehatan,
Kuesioner status imunisasi, kesehatan mental,
intelegensia, perilaku berisiko
Formulir Pencatatan Hasil Penjaringan/
Dokumentasi hasil pemeriksaan untuk
pemeriksaan berkala/ Buku rapor
peserta didik
kesehatanku
Formulir rekapitulasi hasil penjaringan Dokumentasi hasil pemeriksaan untuk
kesehatan untuk Puskesmas Formulir puskesmas
Pelaporan Penjaringan Kesehatan dari Dokumentasi hasil kegiatan
Puskesmas ke Dinas Kesehatan penjaringan kesehatan yang dilakukan
Kab/Kota oleh Puskesmas
Formulir Rujukan Surat pengantar rujukan peserta didik
Form umpan balik hasil penjaringan Dokumentasi hasil pemeriksaan untuk
kesehatan untuk sekolah sekolah
Pemeriksaan status gizi, tanda vital,
UKS Kit pemeriksaan penglihatan,
pemeriksaan pendengaran
UKGS Kit Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No 75 Tahun 2014 tentang

Puskesmas, daftar peralatan untuk kegiatan luar gedung (UKS dan UKGS),

sebagai berikut:

Tabel 2.3. Daftar UKS Kit


Sarana Fungsi
1 2
Timbangan dewasa Pemeriksaan berat badan
Pengukur tinggi badan Pemeriksaan tinggi badan
Tabel Indeks Massa Tubuh Pemeriksaan status gizi
Stetoskop Pemeriksaan Auskultasi Jantung
paru
Sphygmomanometer dengan manset Pemeriksaan Tekanan darah

19
anak dan dewasa
Torniket Karet Pemeriksaan Tekanan darah
Thermometer klinis Pemeriksaan Suhu Tubuh
Timer Pemeriksaan frekuensi napas dan
denyut nadi
Garpu Tala 512 HZ/ 1024 HZ / 2084 Pemeriksaan Tajam Pendengaran
HZ
Pengait serumen Tindakan membersihkan serumen
Speculum hidung (Lempert) Pemeriksaan Rongga Hidung
Speculum telinga dengan ukuran kecil, Pemeriksaan Liang Telinga
sedang, besar
Sudip lidah, logam panjang 12 cm Pemeriksaan Tenggorok
Snellen, alat untuk pemeriksaan visus Pemeriksaan Tajam Penglihatan
1 2
Tes buta warna (ISHIHARA) Pemeriksaan Buta Warna
Pinhole Pemeriksaan Refraksi
Tas Kanvas tempat kit Tempat Kit

Tabel 2.4. Daftar UKGS Kit


Sarana Fungsi
Alat
Kaca Mulut + Tangkai Kaca Mulut Pemeriksaan Gigi
Sonde Lengkung Pemeriksaan Gigi
ekskavator berujung dua Pemeriksaan Gigi
Pinset Gigi Pemeriksaan Gigi
Perlengkapan
Head lamp / Senter Pemeriksaan Gigi
Baki Logam tempat alat steril Pemeriksaan Gigi
tertutup
Toples pembuangan kapas Pemeriksaan Gigi
Baskom tempat cairan steril Pemeriksaan Gigi
Handuk Pemeriksaan Gigi
Tas alat tempat KIT Pemeriksaan Gigi
Bahan Habis Pakai
Kapas Pemeriksaan Gigi
Masker Pemeriksaan Gigi
Sarung tangan Pemeriksaan Gigi
Cairan disinfekta (Klorin 0,5%) Pemeriksaan Gigi
Sabun tangan atau antiseptik Pemeriksaan Gigi

1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Lembar persetujuan (Informed consent) merupakan sebuah kesepakatan

atas tindakan/pelayanan kesehatan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan

kepada masyarakat, setelah sebelumnya tenaga kesehatan memberikan informasi,

20
komunikasi kepada masyarakat tersebut. Dalam kegiatan penjaringan kesehatan,

yang akan diperiksa adalah peserta didik yang termasuk dalam kategori anak.

Seorang anak berada dalam kuasa asuh dari orang tua. Orang tua memiliki

kewajiban untuk mengasuh, mendidik, membina, memelihara, melindungi dan

menumbuhkembangkan anak. Maka pada lembar persetujuan untuk penjaringan

kesehatan peserta didik, informasi dan kesepakatan harus diberikan oleh orang

tua/wali. Formulir lembar persetujuan, dibagikan oleh guru kepada peserta didik

sebelum pelaksanaan penjaringan kesehatan. Formulir lembar persetujuan direkap

dan disimpan oleh sekolah. Bagi orang tua peserta didik yang menolak

penjaringan kesehatan/pemeriksaan berkala di sekolah, wajib melampirkan hasil

pemeriksaan kesehatan siswa di luar sekolah yang dibuktikan dengan formulir

penjaringan kesehatan yang berisi hasil pemeriksaan yang disahkan oleh fasilitas

kesehatan.

j) Alur Persiapan dan Pelaksanaan

Dalam melakukan penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala

diperlukan persiapan dan dilanjutkan dengan tahapan proses pelaksanaan

penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala. Persiapan penjaringan dapat

dilakukan minimal satu minggu sebelum pelaksanaan Penjaringan dan

Pemeriksaan Berkala. Berikut digambarkan dalam Gambar alur dibawah ini:

21
Gambar 2.1 Alur Penjaringan Kesehatan dan Pemeriksaan Berkala.

22
BAB 3
ANALISIS SITUASI

3.1 Gambaran Umum


Puskesmas Ambacang terletak di salah satu kelurahan pada Kecamatan
Kuranji kota Padang yaitu kelurahan Pasar Ambacang. Karena letaknya di
kelurahan tersebut maka diberi nama “Puskesmas Ambacang Kuranji” sesuai
dengan masukan dari berbagai pihak antara lain Kepala Dinas Kesehatan Kota
Padang. Awalnya pelaksanaan program puskesmas ini masih bekerja sama dengan
Puskesmas Kuranji, karena 4 kelurahan sebagai wilayah kerja Puskesmas Kuranji.
Pada tahun 2006 telah berdiri sendiri dapat dilaksanakan secara mandiri dan
2
berkesinambungan.
3.2 Kondisi Geografis
Puskesmas Ambacang terletak pada 0° 55' 25.15" Lintang Selatan dan
+100° 23' 50.14" Lintang Utara dengan luas wilayah kerja Puskesmas Ambacang
2
sekitar 12 km . Wilayah kerja Puskesmas Ambacang terdiri dari empat kelurahan
yaitu: Kelurahan Pasar Ambacang, Kelurahan Anduring, Kelurahan Ampang, dan
Kelurahan Lubuk Lintah.
Secara geografis wilayah kerja Puskesmas Ambacang berbatasan dengan
kecamatan dan kelurahan yang menjadi tanggung jawab selain Puskesmas
Ambacang, antara lain:
Utara : Wilayah kerja Puskesmas Kuranji.
Timur : Wilayah kerja Puskesmas Pauh.
Selatan : Wilayah kerja Puskesmas Andalas.
Barat : Wilayah kerja Puskesmas Nanggalo.

23
Gambar 3.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang

Gambar 3.2 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang Melalui GoogleMap

Dilihat dari segi topografis dan geografis Puskesmas Ambacang yang


terletak di Jl. Raya By Pass Ds. Pasar Ambacang, Kec. Kuranji, Kota Padang (± 8
km dari pusat kota) dapat terjangkau dengan kendaraan roda dua atau roda empat
pribadi maupun sarana angkutan umum berupa angkutan kota, ojek, dan becak
2
sehingga akses masyarakat ke puskesmas mudah.
3.3 Kondisi Demografis
Jumlah penduduk yang menjadi tanggung jawab wilayah Puskesmas
Ambacang selama tahun 2018 adalah sebanyak 52.032 jiwa dengan distribusi
kependudukan menurut kelurahan sebagai berikut:

24
Tabel 3.3 Data Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang3

No. Jenis Kelamin


Kelurahan Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 Ps. Ambacang 9.322 9.337 18.659
2 Anduring 7.434 7.445 14.879
3 Lubuk Lintah 5.394 5.406 10.800
4 Ampang 3.876 3.818 7.694
Jumlah 26.026 26.006 52.032

Dari tabel di atas diketahui angka kepadatan penduduk (jumlah penduduk


dibagi luas wilayah dalam kilometer persegi) di Kecamatan Kuranji sebesar 4.224
penduduk setiap satu kilometer perseginya. Berdasarkan UU no.50/PRP/1960,
angka ini menunjukkan bahwa Kecamatan Kuranji tergolong dalam wilayah
dengan kepadatan penduduk sangat padat. Selain itu pertambahan jumlah
penduduk di wilayah kerja Puskesmas Ambacang selama 7 tahun terakhir dari
2010 (43.114 orang) sampai dengan 2018 adalah sebanyak 8.918 orang. Dengan
pertambahan jumlah penduduk yang cukup pesat maka berbagai masalah dapat

bermunculan seperti masalah kesehatan terutama penularan penyakit infeksi.2


Kepadatan penduduk pada masing-masing kelurahan dapat dilihat pada
tabel berikut :
3
Tabel 3.4 Distribusi Jumlah Penduduk Perluas Wilayah
No. Kelurahan Luas Wilayah Jumlah Penduduk Kepadatan

1 Pasar Ambacang 5,03 km2 18.659 3.709,54

2 Anduring 4,04 km2 14.879 3.682,92

3 Lubuk Lintah 4,03 km2 10.800 2.679,90

4 Ampang 4,03 km2 7.694 1.909,18

25
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa setiap kelurahan tergolong pada
kategori padat di mana kelurahan dengan angka kepadatan penduduk paling tinggi
adalah Kelurahan Pasar Ambacang yaitu 3.709,54 (30,96%) dan paling rendah

adalah Kelurahan Ampang yaitu 1.860,04 (15,52%).2

3.4 Data sekolah dan jumlah siswa di wilayah kerja Puskesmas


Ambacang
Data sekolah di wilayah kerja Puskesmas Ambacang, terdapat sebanyak 30

sekolah di wilayah kerja Puskesmas Ambacang. Sekolah – sekolah tersebut terdiri

dari 21 SD, 5 SMP, 4 SMA. Jumlah siswa pada masing- masing sekolah tahun

ajaran 2018/2019 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.5 Jumlah Anak Sekolah Dasar Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang
Tahun ajaran 2018/2019.3

NO. SEKOLAH JUMLAH

SD/MIN

1 SD 04 PASAR AMBACANG 186

2 SD 19 PASAR AMBACANG 114

3 SD 39 PASAR AMBACANG 217

4 SD 26 PASAR AMBACANG 127

5 SD 06 PASAR AMBACANG 277

6 SD 17 PASAR AMBACANG 241

7 SD 23 PASAR AMBACANG 192

8 SD 31 PASAR AMBACANG 212

9 SD MUHAMMADIYAH 60

10 SD 03 ANDURING 147

11 SD 16 ANDURING 120

12 SD 15 ANDURING 197

26
13 SD 37 ANDURING 353

14 SD 18 ANDURING 62

15 SD 08 ANDURING 195

16 SD 21 LUBUK LINTAH 669

17 SD 25 LUBUK LINTAH 150

18 SD 30 LUBUK LINTAH 114

19 SD 01 AMPANG 188

20 SD 07 AMPANG 200

21 SD 11 AMPANG 120

JUMLAH 4.141

Tabel 3.6 Jumlah Anak Sekolah Menengah Pertama Wilayah Kerja


3
Puskesmas Ambacang Tahun Ajaran 2018/2019.
NO. SEKOLAH JUMLAH
SMP/MTsN
1 MTSN DRN TARUNG 796
2 SMP MUHAMADYAH 239
3 MTSN CUBADAK AIR 138
SMP 10 PS
4 AMBACANG 820
5 SMP PGRI 366
JUMLAH 2359

Tabel 3.7 Jumlah Anak Sekolah Menengah Atas Wilayah Kerja Puskesmas
3
Ambacang Tahun Ajaran 2018/2019.
NO. SEKOLAH JUMLAH
SMA/K/MAN
1 MAN 1 800
2 SMK 1 1290
3 SMK SUMBAR 572
SMA
4 MUHAMMADIYAH 86
JUMLAH 2748

27
Dari tabel di atas dapat dilihat keseluruhan jumlah anak di wilayah kerja

Puskesmas Ambacang, dengan total anak SD sebanyak 4.141 anak, anak SMP

sebanya 2.359 anak, dan total anak SMA sebanyak 2.748 anak.3

3.5 Data Pemeriksaan Berkala pada Anak Sekolah di Wilayah Kerja

Puskesmas Ambacang Tahun Ajaran 2018/2019

Pemeriksaan Kesehatan berkala yang dilakukan 1 kali setahun dengan

sasaran hanya pada anak kelas 2-6 SD, 2-3 SMP, 2-3 SMA. Berikut tabel data

pemeriksaan kesehatan berkala tahun ajaran 2018/2019:

Tabel 3.8 Data Pemeriksaan Berkala pada Anak SD di Wilayah Kerja


Puskesmas Ambacang Tahun Ajaran 2018/2019.3
BERKALA
NO SEKOLAH %
SASARAN DIPERIKSA
1 SD 04 PASAR AMBACANG 158 150 95%
2 SD 19 PASAR AMBACANG 95 85 89%
3 SD 39 PASAR AMBACANG 189 177 94%
4 SD 26 PASAR AMBACANG 107 103 96%
5 SD 06 PASAR AMBACANG 232 204 88%
6 SD 17 PASAR AMBACANG 194 161 83%
7 SD 23 PASAR AMBACANG 166 146 88%
8 SD 31 PASAR AMBACANG 184 169 92%
9 SD MUHAMMADIYAH 52 43 83%
10 SD 03 ANDURING 120 101 84%
11 SD 16 ANDURING 97 89 92%
12 SD 15 ANDURING 169 155 92%
13 SD 37 ANDURING 271 262 97%
14 SD 18 ANDURING 52 49 94%
15 SD 08 ANDURING 170 163 96%
16 SD 21 LUBUK LINTAH 556 530 95%
17 SD 25 LUBUK LINTAH 122 120 98%
18 SD 30 LUBUK LINTAH 96 89 93%
19 SD 01 AMPANG 159 146 92%
20 SD 07 AMPANG 172 169 98%
21 SD 11 AMPANG 90 83 92%

28
Tabel 3.9 Data Pemeriksaan Berkala pada Anak SMP di Wilayah Kerja
3
Puskesmas Ambacang Tahun Ajaran 2018/2019.
BERKALA
NO SEKOLAH %
SASARAN DIPERIKSA
1 MTSN DRN TARUNG 535 486 91%
2 SMP MUHAMADYAH 154 124 81%
3 MTSN CUBADAK AIR 79 68 86%
4 SMP 10 PS AMBACANG 539 469 87%
5 SMP PGRI 270 215 80%

Tabel 3.10 Data Pemeriksaan Berkala pada Anak SMA di Wilayah Kerja
3
Puskesmas Ambacang Tahun Ajaran 2018/2019.
BERKALA
NO SEKOLAH %
SASARAN DIPERIKSA
1 MAN 1 510 453 89%
2 SMK 1 651 487 75%
3 SMK SUMBAR 212 182 86%
4 SMA MUHAMMADIYAH 60 47 78%

Dari 3 tabel di atas dapat dilihat dari 30 sekolah di wilayah kerja

Puskesmas Ambacang tidak ada satupun sekolah yang mencapai target 100%,

3
dengan capaian terendah terdapat pada SMK 1 Padang yaitu 75%.

3.6 Laporan Hasil Pemeriksaan Kesehatan Berkala Anak Sekolah di


Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang Tahun Ajaran 2017/2018/

Pemeriksaan berkala kesehatan anak sekolah dengan sasaran kelas 2-6 SD,

kelas 2-3 SMP, dan 2-3 SMA dilakukan pada bulan Maret-Mei 2019, berikut hasil

laporan dari pemeriksaan kesehatan berkala tahun ajaran 2018/2019 di wilayah

kerja Puskesmas Ambacang:

29
Bagan 3.4 Pemeriksaan Berkala Anak SD di Wilayah Kerja Ambacang
Tahun Ajaran 2018/2019

Pada bagan di atas tampak permasalahan pada anak SD di wilayah kerja

Puskesmas Ambacang adalah gizi kurus, gigi karies yang cukup tinggi, dan

serumen telinga.

30
Bagan 3.5 Pemeriksaan Berkala Anak SMP di Wilayah Kerja Ambacang
Tahun Ajaran 2018/2019

Bagan 3.6 Pemeriksaan Berkala Anak SMA/SMK di Wilayah Kerja


Ambacang Tahun Ajaran 2018/2019

31
Pada bagan di atas tampak permasalahan pada anak SMP dan SMA secara
garis besar hampir sama dengan siswa SD yaitu karies gigi, serumen telinga, dan
penglihatan kurang. Dari bagan di atas, terdapat sebuah perbedaan permasalahan
yang diperiksakan pada siswa SMA/K/MAN yaitu adanya pemeriksaan buta
warna. Pemeriksaan buta warna ini wajib dilakukan di seluruh SMA/K/MAN di
wilayah kerja Puskesmas Ambacang.

32
BAB 4
PEMBAHASAN

Pemeriksaan kesehatan berkala pada anak sekolah merupakan salah satu

dari trias UKS. UKS meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan

peserta didik dilakukan melalui trias UKS yaitu pendidikan kesehatan, pelayanan

kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat. Pemeriksaan kesehatan

berkala termasuk dalam pelayanan kesehatan oleh UKS. UKS memang

menitikberatkan pada promotif dan preventif, penjaringan kesehatan dan

pemeriksaan berkala bertujuan dalam preventif untuk mendeteksi dini masalah

kesehatan pada peserta didik agar dapat ditindaklanjuti segera bila terdeteksi

masalah kesehatan pada peserta didik.

Puskesmas Ambacang telah melaksanakan program UKS dalam upaya

preventif yaitu penjaringan kesehatan dan pemeriksaan kesehatan berkala pada

sekolah di wilayah kerja Puskesmas Ambacang. Pada laporan pemeriksaan

berkala Puskesmas Ambacang, sekolah yang telah dilakukan pemeriksaan

sebanyak 30 sekolah terdiri dari 21 SD, 5 SMP, dan 4 SMA.

Pemeriksaan berkala telah dilakukan oleh Puskesmas Ambacang pada

bulan Maret-Mei 2019, pemeriksaan berkala sudah mencapai standar,

pemeriksaan berkala sedikitnya 1 kali dalam setahun dengan sasaran kelas 2-6

bagi SD, kelas 2-3 SMP, kelas 2-3 SMA. Pelaksanaannya sudah tepat yaitu

dilakukan sepanjang tahun ajaran (Juli-Juni).

Pemeriksaan Berkala pada SD, SMP dan SMA dari 30 sekolah tidak ada

yang mencapai target 100 %, dengan pencapaian terendah pada SMK 1 Padang,

yaitu 75%. Kendala dalam pelaksanaan ini hingga angka pencapaian pelaksanaan

33
pemeriksaaan berkala pada anak SMK dikarenakan metode belajar yang susah

untuk penentuan jadwal pihak puskesmas dengan pihak siswa. Siswa SMK tidak

hanya di satu lokal saja tetapi kelas mereka tergantung mata pelajaran jurusannya

hingga jadwal seriap siswa yang berbeda-beda menyebabkan kesulitan kepada

tenaga kesehatan dari puskesmas untuk memeriksanya. Selain susahnya tentang

jadwal, kebanyakan siswa kabur saat pemeriksaan berkala sulit mencapai 100%.

Hasil pemeriksaan berkala dari SD, SMP dan SMA ditemukan data

terbanyak pada gigi karies, penglihatan yang kurang, serumen telinga, dan gizi

kurus. Setelah terdeteksi masalah kesehatan terbanyak pada siswa sekolah di

wilayah kerja Puskesmas Ambacang, masalah-masalah ini bisa ditindaklanjuti

oleh tenaga kesehatan di puskesmas. Untuk promotif dari UKS maka dilakukanlah

penyuluhan tentang kebersihan diri, edukasi tentang kebersihan gigi dan gizi.

Kendala yang dihadapi pemegang program dalam melaksanakan

pemeriksaan kesehatan berkala pelaksanaan yang belum optimal di beberapa

sekolah akibat kurangnya kerjasama oleh tim pelaksana sesuai petunjuk teknis

yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2015,

yaitu dilaksanakan oleh tim pelaksana UKS yang terdiri dari kepala

sekolah/madrasah, guru pembina uks/pembina uks, ketua komite

sekolah/madrasah, komite sekolah/madrasah, petugas uks puskesmas, guru dan

siswa.

Solusi yang dapat diberikan kepada pemegang program adalah meminta

bantuan kepada mitra potensial bidang kesehatan, contohnya seperti mahasiswa

kesehatan yang sedang praktik di Puskesmas Ambacang. Solusi ini telah sesuai

dengan petunjuk teknis yang menyatakan bahwa dalam rangka mengatasi

34
keterbatasan sumber daya kesehatan, kepala puskesmas dapat meminta bantuan

dinas kesehatan dan institusi pendidikan, organisasi profesi, atau mitra potensial

bidang kesehatan lainnya.

Wilayah Ambacang memiliki 1 Sekolah Luar Biasa (SLB) dengan siswa

sebanyak 15 orang , dan dilakukan pemeriksaan berkala kepada siswa tersebut

tetapi tidak dilakukan pencatatan dan pelaporan karena keterbatasan pemeriksaan

yang bisa dilakukan pada siswa tersebut. Puskesmas hanya dapat melakukan

pemeriksaan status gizi untuk pemeriksaan berkala, karena blangko pemeriksaan

berkala khusus untuk siswa yang memiliki disabilitas tertentu tidak ada, sehingga

pemeriksaan tidak dapat dilakukan dengan blangko pemeriksaan berkala siswa

biasa, sedangkan sasaran pemeriksaan berkala maupun perjaringan menurut

KEMENKES termasuk dalamnya Sekolah Luar Biasa.

35
BAB 5
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh pada penulisan makalah ini yaitu:

1. UKS (Unit Kesehatan Sekolah) terdiri dari tiga kegiatan, salah satunya

pelayanan kesehatan yaitu penjaringan dan pemeriksaan berkala pada anak

sekolah yang merupakan upaya preventif pada anak sekolah.

2. Pemeriksaan berkala pada anak sekolah baik di tingkat SD, SMP, maupun SMA

belum ada yang mencapai 100% terhitung sejak bulan Maret hingga Mei 2019.

3. Pemeriksaan berkala pada anak sekolah di wilayah kerja Puskesmas Ambacang

dilakukan sepanjang tahun ajaran 2018/2019 dengan waktu pelaksanaan pada

bulan Maret-Mei 2019. Pemeriksaan berkala ini sudah mencukupi standar

sesuai petunjuk teknis.

4. Masalah yang ditemukan pada pemeriksaan berkala anak sekolah untuk SMP

dan SMA adalah kurangnya kesadaran pada murid terhadap kesehatan dan

kendala dalam jadwal pertemuan dengan murid, terutama pada murid SMA /

SMK yang memiliki metode pembelajaran yang berpindah kelas.

5. Kurangnya kerjasama tim pelaksana UKS masih menjadi kendala dalam

pelaksanaan pemeriksaan berkala ini.

36
5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan yaitu sebagai berikut:

1. Perlunya koordinasi, baik antara kepala puskesmas sebagai pembina UKS dan

kepala sekolah sebagai ketua tim pelaksana UKS, untuk menindaklanjuti

kinerja tim pelaksana UKS yang belum optimal. Jika dirasakan perlu, kepala

puskesmas dapat melakukan advokasi kepada Kepala Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan Tingkat Kecamatan untuk membuat kebijakan mengenai

pelaksanaan pemeriksaan kesehatan berkala di tingkat sekolah.

2. Perlunya koordinasi baik dengan pihak guru SMK untuk menindak lanjutkan

permasalahan dalam penentuan jadwal pemeriksaan berkala pada murid SMK,

sehingga tenaga kesehatan tidak kewalahan untuk memeriksa murid. Sebaiknya

dipilih satu hari dimana semua murid dikumpulkan untuk diperiksa mengingat

kesusahan tenaga kesehatan untuk memeriksa murid SMK yang metode

pembelajarannya tidak dalam satu lokal saja tetapi berganti kelas.

3. Hendaknya pemeriksaan berkala dilakukan tidak dalam 3 bulan berturut-turut,

tapi diberi jeda 3 bulan sekali agar siswa-siswi yang sebelumnya berhalangan

hadir dapat diperiksa.

4. Sebaiknya dimasukkan data pemeriksaan di Sekolah Luar biasa baik dalam

sasaran program hingga pencatatan dan pelaporan pemeriksaan kesehatan

berkala pada anak sekolah tidak hanya terbatas pada sekolah biasa saja..

5. Perlunya blangko pemeriksaan dan pentunjuk teknis pemeriksaan yang khusus

untuk murid Sekolah Luar biasa (SLB) dikarenakan perbedaan-perbedaan

murid SLB dengan murid Sekolah biasa.

37
DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes RI. Petunjuk teknis penjaringan kesehatan dan pemeriksaan


berkala di satuan dasar dan menengah. DIPA TA. 2015
2. Tim Esensi. Mengenal UKS. Jakarta: Esensi Erlangga Group.2012
3. Puskesmas Ambacang. Laporan tahunan unit kesehatan sekolah 2017.
Padang:Puskesmas Ambacang. 2017.
4. Puskesmas Ambacang. Laporan Tahunan Puskesmas Ambacang Tahun 2017.
Padang: Puskesmas Ambacang; 2017.
5. Ahmad S. Usaha kesehatan sekolah. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka.
2009

38

Anda mungkin juga menyukai