Anda di halaman 1dari 6

NAMA : KHATARINE MICELLE U.

M
NPM : 214210023
FASILITATOR : dr. JULENDA SEBAYANG

BELAJAR MANDIRI
1. Jenis-jenis ruam
Ruam primer :
 Makula : kelainan kulit berbatas tegas berupa perubahan warn semata-mata.
Contoh pada melanoderma, leukoderma, pura-pura, ptekie, ekimosis
 Eritema : kemerahan pada kulit yang disebabkan pelebaran pembuluh darah
kapiler yang reversibel
 Urtika : edema setempat yang timbul mendadak dan hilang perlahan-lahan
 Vesikel : gelembung berisi cairan serum, beratap, berukuran kurang dari ½ cm
garis tengah, dan mempunyai dasar.
 Pustul : vesikel yang berisi nanah, bila nanah mengendap di bagian bawah
vesikel disebut vesikel hipopion
 Bula : vesikel yang berukuran lebih besar.
 Kista : ruangan berdinding dan berisi cairan, sel, maupun sisa sel.
 Abses : merupakan kumpulan nanah dalam jaringan, bila mengenai kulit berarti
di dalam kutis atau subkutis
 Papul : penonjolan diatas permukaan kulit, sirkumskrip, berukuran diameter
lebih kecil dari ½ cm dan berisikan zat padat.
 Nodus : masa padat sirkumskrip, terletak di kutan atau subkutan.
 Plak : peninggian diatas permukaan kulit, permukaannya rata dan berisi zat
padat (misalnya infiltrat)
Ruam sekunder
 Sikatriks : terdiri atas jaringan tak utuh, relief kulit tidak normal, permukaan

Sumber : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 hal 595

2. Etiologi Malaria
Penyebab infeksi malaria adalah plasmodium, yang selain menginfeksi manusia juga
menginfeksi burung, reptil dan mamalia. Termasuk genus plasmodium dari famili
plasmodidiae, orod Eucoccidiorida klas Sporozoasida, dan phyllum Apicomplexa.
Plasmodium ini pada manusia menginfeksi eritrosi (sel darah merah) dan mengalami
pembiakan aseksual di jaringan hati dan di eritrosit. Pembiakan seksual terjadi pada
tubuh nyamuk anopheles betina. Terdapat empat plasmodium yang dapat menginfeksi
manusia, yang sering dijumpai ialah plasmodium vivax yang menyebabkan malaria
tertiana dan plasmodium falciparum yang menyebabkan malaria tropika. Plasmodium
malariae pernah juga di jumpai di Indonesia tapi sangat jarang. Plasmodium ovale
pernah di jumpai di Irian jaya, pulau timor, dan pulau Owi. Sejak tahun 2004 telah
dilaporkan munculnya malaria baru yaitu yang disebabkan oleh Plasmodium knowlesi
yang sebelumnya hanya menginfeksi monyet berekor panjang namun sekarang dapat
pula menginfeksi manusia
Sumber : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 hal 602

3. Manifestasi klinik Malaria


Gejala klasik “Trias Malaria”
- Periode dingin (15-60 menit) mulai menggigil, penderita sering membungkus
diri dengan selimut. Mulai meningkatnya temperatur masuk ke
- Periode panas : muka merah, nadi cepat dan suhu badan tetap tinggi beberapa
jam dan diikuti dengan keadaan berkeringat kemudian
- Periode berkeringat : berkeringat banyak temperatur menurun dan penderita
merasa sehat.
a. Malaria tertiana/ M.vivax/ M.Benigna
Memiliki masa inkubasi 12-17 hari. Pada hari-hari pertama panas iregular,
kadang-kadang remiten atau intermitten, pada saat tersebut perasaan dingin atau
menggigi jarang terjadi. Pada akhir minggu tipe panas menjadi intemitten dan
periofik setiap 48 jam dengan gejala klasik trias malaria. Serangan paroksismal
biasanya terjadi waktu sore hari. Kepadatan parasit mencapai maksimal dalam
waktu 7-14 hari. Pada minggu kedua limpa mulai teraba. Parasitemia mulai
menurun setelah 14 hari, limpa masih dapat membesar dan panas masih
berlangsung. Pada akhir minggu kelima panas mulai turun.
b. Malaria Malariae/ M.quartana
Masa inkubasi 18-40 hari. Manifestasi klinik seperti pada malaria vivax hanya
berlangsung lebih ringan. Serangan paroksismal terjadi tial 3-4 hari, biasanya
pada waktu sore dan parasitemia sangat rendah <1%. Pada pemeriksaan dapat
dijumpai edema, proteinuria yang banyak hipoproteinemia, tanpa uremia dan
hipertensi
c. Malaria ovale
Merupakan bentuk yang paling ringan dari semua jenis malaria. Masa inkubasi
11-16 hari, serangan paroksismal 3-4 hari terjadi pada malam hari dan jarang
lebih dari 10 kali walaupun tanpa terapi. Gejala klinis hampir sama dengan
malaria vivax, lebih ringan, puncak panas lenih rendah dan perlangsungan lebih
pendek dan dapat sembuh spontan tanpa pengobatan
d. Malaria Tropika/ M. Falsiparum
Masa inkubasi 9-14 hari ditandai dengan panas yang ireguler, anemia,
splenomegali, parasitemia sering dijumpai, dan sering terjadi komplikasi.
Gejala prodormal yang sering dijumpai adalah sakit kepala, nyeri punggung/
nyeri tungkai, lesu, perasaan dingin, mual, muntah dan diare
e. Plamodium Knowlesi
Malaria ini sering didiagnosa sebagai P. Malariae yang tidak klasik karena
gejala panas lebih dominan, dengan puncak panas setiap hari, kadang dengan 2
puncak, mempunyai siklus aseksual 24 jam dan masa inkubasi eksperimental 9-
12 hari. Sering dijumpai gejala nyeri abdomen dan diarea
Sumber : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 hal 601
4. Patogenesis Malaria
Setelah melalui jaringan hati, P.falciparum melepaskan 18-24 merozoit ke dalam
sirkulasi. Merozoit yang dilepaskan akan masuk ke dalam sel RES di limpa yang
mengalami fagositosis serta filtrasi. Merozoit yang lolos dari filtrasi dan fagositosis di
limpa akan menginvasi erotrosit. Selanjutnya parasit berkembang biak secara aseksual
dalam eritrosit yang berpotensi (EP) inilah yang bertanggung jawab dalam patogenesis
terjadinya malaria pada manusia. Patogenesis malaria yang banyak diteliti adalah
patogenesis malaria yang disebabkan oleh P.falciparum. Patogenesus malaria
falsiparum dipengaruhi oleh faktor parasit dan faktor penjamu. EP secara garis besar
mengalami 2 stadium, yaitu stadium cincin dan menampilkan antigen RESA (Ring-
erythrocyte surgace antigen) yang menghilang setelah parasit masuk stadium matur.
Permukaan membran EP stadium matur akan mengalami penonjolan dan membentuk
knob dengan Histidin Rich-protein-1 sebagai komponen utamanya, selanjutnya EP
tersebut berubah menjadi merozoit, akan dilepaskan toksin malaria berupa GPI atau
glikosilfosfatdilinositol yang merangsang pelepasan TNF-a dan IL-1 dari makrofag
yang akan menimbulkan gejala-gejala malaria.
Sumber : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam hal Jilid 1 597

5. Penatalaksanaan Malaria
Prinsip pengobatan malaria
1. Penderita tergolong malaria tanpa komplikasi diobati dengan ACT (Artemisinin
Base Combination Therapy
2. Penderita malaria berat diobati dengan Artesunate intra venous
3. Pemberian pengobatan dengan ACT harus berdasarkan hasil pemeriksaan darah
mikroskopik atau RDT yang positif
4. Pengobatan harus radikal dengan penanmbahan primakuin

Obat Anti Malaria


Nama Obat Kemasan/ tablet/cap Dosis
1 Artesunat Oral : 50 mg/200 mg Hari I : 2 mg/kg BB 2 x sehari,
hari II-VII : dosis tunggal

Injeksi im/iv : 60 mg/amp 2,4 mg/kg 2x pada hari I: 2,4


mg/kg/hari minimal 3 hari/ bisa
minum oral

Suppositoria : 100 / 200 1600 mg/ 3 hari atau 5 mg/kg/ 12


mg/sup jam
2 Artemeter Oral : 40 mg/50 mg 4 mg/kg dibagi 2 dosis hari I : 2
mg/kg/hari untuk 6 hari
Injeksi : 80 mg/amp 3,2 mg/kg BB pada hari I: 1,6
mg/kg selama 3 hari/bisa minum
oral
3 Artemisinin Oral 250 mg 20 mg/kg dibagi 2 dosis hrl: 10
mg/kg untuk 6 hari

Suppositoria 2800 mg/3 hari: yaitu 600mg dan


100/200/300/400/500 400mg hari I dan 2 x 400mg, 2
mg/supp hari berikutnya
4 Dihidro- Oral : 20/60/80 mg 2mg/kg BB/ dosis 2 x sehari hari
artemisinin I dan 1 x sehari 4 hari
selanjutnya
Suppositoria : 80 mg/sup
5 Artheeter Injeksi i.m : 150mg/ amp
b arteeter (artemortil) 4,8 dan 1,6
mg/kg 6 jam kemudian dan hari
I: 1,6 mg/kg 4 hari selanjutnya
Pengobatatan ACT (Artemisinin Base Combination Therapy)
Penggunaan golongan artemisinin secara monoterapi mudah mengakibatkan terjadinya
rekrudensi (berulangnya gejala klinik dan parasitemia) karenanya WHO memberikan
petunjuk penggunaan artemisin dengan mengkombinasikan dengan obat malaria lain.
Kombinasi obat ini dapat berupa kombinasi dosis tetap (fixed dose combination = FDC)
atau tidak tetap (non-fixed dose combination

 Pengobatan Lini Pertama Malaria Falsiparum menurut kelompok umur dengan


Artesunat-amodiaquin
Pemberian artesunat dan amodiakuin bertujuan untuk membunuh parasit
stadium aseksual, sedangkan primakuin untuk membunuh gametosit yang ada
dalam darah.
Hari Jenis obat Jumlah tablet per hari menurut kelompok umur
0 – 1 2 – 11 1 - 4 5 – 9 10 – ≥15
Bulan bulan tahun tahun 14 tahun
tahun
0 – 4 4 – 10 10-20 20-40 40-60 >60
kg kg kg kg kg kg
1 Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4
Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4
Primakuin - - ¾ 1½ 2 2-3
2 Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4
Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4

3 Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4
Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4
Amodiakuin basa = 10 mg/kgBB dan Artesunat = 4 mg/kgBB
Primakuin = 0,75 mg/kgBB

 Pengobatan Malaria Vivax dengan Dihydroartemisin + Piperaquin (DHP)


Hari Jenis obat Jumlah tablet per hari menurut kelompok umur
0 – 1 2 – 11 1 - 4 5 – 9 10 – ≥15
Bulan bulan tahun tahun 14 tahun
tahun
0 – 5 6 – 10 11-17 18-30 31-60 >60
kg kg kg kg kg kg
1-3 DHP ¼ ½ 1 1,5 2 3-4
1-14 Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1

Sumber : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 hal 607

6. Komplikasi Malaria
- Hipoglikemi : gula darah <40 mg/dl
- Kejang berulang lebih dari 2x/24 jam
- Malaria serebral (coma) yang tidak disebabkan oleh penyakit lain atau lebih dari
30 menit setelah serangan kejang
- Anemia berat (Hb <5 g/dl atau hematokrit < 15% ) pada keadaan parasit
>10.000 ul
- Gagal ginjal akut
- Edema paru non kardiogenik
- Gagal sirkulasi atau tekana sistolik <70 mmHg
Sumber : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 hal 613

7. Pencegahan Malaria
Upaya pencegahan malaria adalah dengan meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko
malaria, mencegah gigitan nyamuk, pengendalian vektor dan kemoprofilkasis.
Pencegahan gigitan nyamuk dapat dilakukan dengan menggunakan kelambu
berinsektisida, repelen, kawat kasa nyamuk dan lain-lain.
Obat kemoprofilaksis yang sering digunakan untuk pencegahan adalah atovaquone-
proguanil(Malarone), doksisiklin, kloronique dan melfloquine. Obat yang ideal adalah
Malarone karena berefek pada parasit yang beredar didarah dan juga yang di hati
karenanya boleh dihentikan 1 minggu setelah selesai perjalanan. Sedang obat lain
doksisiklin, kloroque dan melfloque harus diteruskan sampai 4 minggu selesai
perjalanan
Sumber : Buku Kapita Selekta FKUI hal 732 & Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam hal
610
8. Interpretasi pemeriksaan penunjang Malaria
A. Pemeriksaan mikroskopis
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan darah yang menurut teknis pembuatannya
dibagu menjadi preparat darah (SDr, sediaan darah) tebal dan preparat darah tipis,
untuk menetukan ada tidaknya parasit malaria dalam darah. Melalui pemeriksaan
ini dapat dilihat jenis plasmodium dan stadiumnya (P.falsiparum, P.vivax,
P.ovale, P.malariae, tropozoit, skizon dan gametosit) serta kepadatan parasitnya.
Kepadatan parasit dapat dilihat melalui 2 cara yaitu semi-kuantitatif dan
kuantitatif. Metode semi kuantitatif adalah menghitung parasit dalam LPB
(lapangan pandang besar) dengan rincian sebagai berikut:
 (-) :SDr negatif (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB)
 (+) :SDr positif 1 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB)
 (++) :SDr positif 2 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB)
 (+++) :SDr positif 3 (ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB)
 (++++) :SDr positif 4 (ditemukan 11-100 parasit dalam 1 LPB)
Penghitungan kepadatan parasit secara kuantitatif pada SDr tebal adalah
menghitung jumlah parasit per 200 leukosit. Pada Sde tipis, penghitungan
jumlah parasit per 1000 eritrosit
B. Test diagnostik cepat (RDT, rapid diagnostic test)
Seringkali pada KLB, diperlukan tes yang cepat untuk menanggulangi malaria di
lapangan dengan cepat. Metode ini mendeteksi adanya antigen malaria dalam
darah dengan cara imunokromatografi. Dibandingkan uji mikroskopis, test ini
mempunyai kelebihan yaitu hasi pengujian dengan cepat dapat diperoleh, tetapi
lemah dalam hal spesifitas dan sensivitasnya
Sumber : Buku Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan &
Pemberantasannya Widoyono hal 115

Anda mungkin juga menyukai