Anda di halaman 1dari 19

RESPONSI KASUS

KONDILOMA AKUMINATA

Oleh:
Muhammad Dwi Heriansyah
G99152058

Pembimbing:
dr. Muh. Eko Irawanto, Sp.KK FINS-DV

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kulit dan Kelamin


Fakultas Kedokteran UNS / RSUD Dr. Moewardi
Surakarta
2017
STATUS RESPONSI
ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

Pembimbing : dr. Muh. Eko Irawanto, Sp.KK FINS-DV


Nama Mahasiswa : Muhammad Dwi Heriansyah
NIM : G99152058

KONDILOMA AKUMINATA

I. Definisi
Kondiloma akuminata (KA) adalah suatu bagian dari infeksi Human
Papilloma Virus (HPV) tipe tertentu dengan wujud kelainan berupa
fibroepitelioma pada kulit dan mukosa yang mana mengenai bagian genital.
Kondiloma akuminata juga dikenal sebagai anogenital warts, genital warts,
veneral warts.1,2 HPV merupakan suatu kelompok yang terdiri lebih dari 100
virus, 40 diantaranya dapat menyebabkan kelainan pada genital. Virus HPV
ini dibagi dalam 2 sub yakni tipe low-risk yang menyebabkan kondiloma
akuminata dan kelompok high risk yang menyebabkan lesi intraepithelial
serviks dan keganasan genital lainnya.3 Tiap subtipe virus memiliki
kecenderungan menimbulkan manifestasi tersendiri, hal tersebut dapat dilihat
di Gambar. 2.4 Infeksi HPV merupakan salah satu infeksi menular seksual
yang paling umum terjadi, tetapi seringkali infeksi tidak menimbulkan
manifestasi klinis.3

Gambar 1. Kondiloma Akuminata4


Gambar 2. Subtipe HPV terhadap penyakit yang ditimbulkan

II. Epidemiologi
Berdasarkan suatu penelitian didapatkan bahwa kondiloma akuminata
merupakan jenis IMS paling sering ditemukan setelah klamidia dan gonorea.
Terdapat peningkatan insidensi kondiloma akuminata dalam 3 dekade
terakhir. World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa 630 juta
orang terinfeksi dengan HPV genitalis, sehingga menghasilkan data
prevalensi dunia sebanyak 9-13%. Dipercaya bahwa banyak orang yang
sudah aktif secara seksual terinfeksi HPV, namun hanya 1-2% yang
menunjukkan manifestasi klinis, dan sisanya menetap subklinis dengan HPV
laten terletak pada epitel sel basal.5
Di Indonesia, sesuai data dari 12 RS Pendidikan selama kurun waktu
2007-2011, ditemukan 3 IMS terbanyak yaitu kondiloma akuminata, gonore
dan infeksi genital non-spesifik atau urethritis non-spesifik. Hal ini sesuai
dengan survey kunjunngan Poli IMS pada RSUP Prof. dr. R.D. Kandou
Manado pada tahun 2012-2014, dimana jumlah pasien kondiloma terbanyak
ke tiga dengan 70 pasien (17.33%) dibawah kandidiasis vagina dengan 94
pasien (23,27%) dan bacterial vaginosis 73 pasien (18,07%)6
III. Faktor Risiko
Terdapat factor risiko untuk terjadinya KA yakni; jumlah pasangan seksual;
frekuensi dari hubungan seksual; hubungan seksual dengan penderita KA;
jumlah pasangan seksual pada pasangan seks; infeksi IMS lainnya;
immunocomprimise; usia terlalu muda ataupun terlalu tua; dan proteksi saat
seks2,3,4

IV. Etiologi
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, penyakit kondiloma
akuminata disebabkan oleh suatu golongan virus HPV. Terdapat lebih 100
subtipe HPV telah ditemukan dan digolongkan menurut genotipnya. Selain
itu HPV genitalis digolongkan menjadi subtipe resiko tinggi (16,18, 31, 33,
35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 68, 73, dan 82), subtipe mungkin resiko tinggi
(26, 53, 66) dan subtipe resiko rendah (6, 11, 40, 42, 43, 44, 54, 61, 70, 72,
81, dan CP6108).5 Subtipe HPV tipe 6 dan 11 merupakan penyebab utama
(90-95%) dari kondiloma akuminata. Tetapi adanya koinfeksi dengan tipe
lainnya juga sering kali terjadi, sehingga adanya suatu kondiloma akuminata
tidaklah menyingkirkan kemungkinan terdapat subtipe risiko tinggi.3

V. Patogenesis
HPV merupakan virus DNA tampa amplop yang akan menginfeksi kulit
dan mukosa. Infeksi HPV dapat disebarkan melalui terutama melalui kontak
kulit saat hubungan seksual. Infeksi terjadi ketika virus dapat memasuki sel
epitel basal melalui adanya jaringan microtear pada tubuh. Oleh Karena itu
panetrasi tidaklah harus terjadi dalam infeksi HPV. HPV menginfeksi lapisan
basal melalui abrasi mikro pada kulit/mukosa genital ataupun bisa juga pada
mukosa oral. Microtear yang dapat terjadi oleh akibat hubungan seksual
prevaginal ataupun anal membuka jalan bagi virus ini masuk. HPV memiliki
kemampuan untuk menghindari system imun hingga dia dapat ke basal
keratinosit. Mekanisme pasti masih belum diketahui, tetapi berdasarkan
beberapa penelitian diketahui terdapat kemampuan protein HPV untuk
menghambat interferon dan respon sitokin. Sehingga tidak memacu virus
induced cell death, viremia ataupun inflamasi. Pada awalnya ekspresi protein
akan dalam keadaan minimal sehingga proliferasi akan minimal. Seketika sel
basal mulai diferensiasi dan berpindah ke lapisan lebih atas stratum spinosum
dan stratum granulosum ekspresi gen HPV akan meningkat dan replikasi
menjadi lebih cepat. Hal tersebut juga akan memacu lapisan kulit untuk
mempcepat pertumbuhannya sehingga akan terbentuk wart (kutil).7

VI. Manifestasi Klinik


Infeksi HPV sering kali asimptomatik. Beberapa di antaranya
menyebabkan kutil anogenital yang tidak kasat mata, dan baru terlihat setelah
aplikasi asam asetat dan dilanjutkan dengan kolposkopi.5 KA muncul sebagai
vegetasi, papul-papul yang berbentuk verukosa atau seperti bunga kol.
Namun selain bentuk tersebut, papul juga bisa berbentuk datar dan keratotik
bertanduk serta tebal. Pada membran mukosa dapat diamati KA merupakan
lesi yang hiperlastik, seperti daging, lembab, dengan warna merah muda atau
putih. Tanda klinis ini bisa berbeda saat kondiloma muncul pada kulit di
sekitarnya, berbentuk dengan sisi keratotik dan kering, atau mungkin malah
seperti papul yang terpigmentasi.5
Bentuk yang lain dari KA adalah adanya papul-papul kecil multipel
yang bervariasi ukurannya sekitar 1-6 mm, meninggi pada perabaan, dan
ditemukan pada batas antara mukosa dan kulit (kondiloma papular). Pada
pemeriksaan dermatologis awalnya, lesi sering kali menunjukkan gambaran
seperti plaq yang belum tampak eksofitik, kemudian dapat berkembang dan
bisa muncul sebagai pertumbuhan tumor yang terinfiltrasi seperti kondiloma
raksasa tipe Buschke Lowenstein. 5
Pada laki-laki, daerah predileksi utama KA adalah pada frenulum,
sulkus koronarius, glans penis, prepetium, batang penis serta skrotum karena
area ini merupakan area yang paling sering terkena trauma saat koitus. Uretra,
inguinal, anus dan daerah perianal juga bisa terkena meskipun tidak terlalu
sering. Laki-laki juga lebih sering mengalami kutil intra uretra, dimana 1 dari
4 pasien yang memiliki kutil kelamin juga menampakkan infeksi intra
uretra.2,8
Pada perempuan, daerah predileksi KA adalah pada daerah perineum,
perianal, canalis anal, dan rektal. Lokasi yang lebih jarang terkena KA adalah
daerah uretra, dan buli.10 KA yang muncul pada daerah bibir, lidah, dan
palatum adalah manifestasi klinis yang jarang dari infeksi HPV pada
anogenital. Biasanya KA pada daerah oral akan muncul bersama dengan KA
pada daerah anogenital, dan biasanya disertai dengan riwayat seks oral.8

Gambar 3. A. Tipe Akuminata; B. Tipe Papuler; C. Tipe Datar; D. Tipe Keratosis4

VII. Diagnosa
Diagnosa dari KA umumnya dapat ditegakkan cukup secara klinis.
Akan didapatkan vegetasi atau papul soliter dapat juga multiple bisa dengan
berbagai bentuk (akuminata, papul, datar, dan giant condyloma Buschke-
Lowenstein). Pada lesi yang meragukan dapat digunakan pemeriksaan
penunjang dengan mengaplikasikan cairan asam asetat 3% untuk daerah
mukosa atau asam asetat 5% untuk daerah vulva dan daerah perigenital.
Selanjutnya bisa dibantu dengan menggunakan lensa pembesar ataupun
kolposkopi. Lesi subklinis mayoritas akan terlihat pada membran mukosa
dan terlihat sebagai noda berwarna putih, yang muncul setelah aplikasi asam
asetat. Namun temuan ini juga bisa ditemukan pada kasus inflamasi atau
mikrotrauma non HPV.1,5,9
Biopsi dapat dilakukan tetapi tidak disarankan dilakukan secara rutin.
Biopsi dilakukan saat lesi genital tidak khas pada tampilan klinisnya,
terpigmentasi, indurasi, terfiksir, resisten dengan terapi standard, jika terjadi
pada usia pasien yang lebih tua atau pada orang-orang yang
immunocompromized atau pada kelompok berisiko keganasan(merokok, hasil
abnormal pada pap smear).5, 9 Gambaran histologis seringkali menunjukkan
dilatasi epidermal. Pada bagian atas dari stratum granulosum dan stratum
spinosum dapat ditemukan sel besar dan bervakuola dengan partikel basofilik
nuklear.9

VIII. Diagnosa Banding


Ka memiliki beberapa diagnosis banding yang dapat dipertimbangkan.
Kelainan neoplasma baik dan jinak seperti pada SCC, Bowen’s disease,
angiokeratoma; molluscum kontagiosum pada kelompok pasien dengan HIV;
lichen planus; scabietic nodules; kondiloma lata.9 KA pada sering didiagnosis
dengan kondiloma lata pada sifilis sekunder, namun susah dibedakan, dan
kondiloma lata pada sifilis sekunder ini menjadi diagnosis diferensial yang
wajib disingkirkan.8

IX. Penatalaksanaan
Sampai saat ini belum ada cara untuk menyembuhkan infeksi HPV dan
juga belum ada obat yang dapat merubah infektivitas pasien. Meskipun
demikian, metode terapi yang tersedia hanya dapat mengurangi gejala dan tanda
dari infeksi HPV. Terapi biasanya ditujukan lebih untuk menghancurkan kutil
yang tumbuh atau lebih bertujuan kosmetik daripada untuk menghilangkan
virus dari tubuh.5,9
Apabila tidak diberikan perawatan KA dapat membaik dengan sendiri,
tetap ataupun bertambah parah. Dimana pada 20-30% pasien dapat hilang
keluhannya setelah 3 bulan.4 Kutil yang kecil dan muncul selama kurang dari 1
tahun lebih berrespon terhadap terapi jika dibandingkan dengan kutil yang besar
dan telah muncul lebih dari 1 tahun. Sebagian besar KA diterapi karena faktor
estetika yang tidak menyenangkan. Rentang pembersihan kutil berkisar antara
23%-94%, dengan sering terjadinya muncul lesi baru di tempat yang
sebelumnya telah diterapi. Tetapi dengan penanganan KA ini tidak berarti dapat
menurunkan virulensi dari HPV tersebut4,10
Pada dasarnya ada beberapa macam terapi yang dapat digunakan untuk
menghilangkan manifestasi klinis dari KA. Ada yang dilakukan sendiri oleh
pasien dan ada juga yang harus dilakukan oleh tanaga medis seperti yang
ditunjukan gambar 2. Pemilihan terapi yang akan dilakukan jumlah, ukuran,
letak dan morfologi dari lesi sekaligus dengan pilihan pasien, biaya, efek
samping dan pengalaman klinis dokter. Berganti modalitas terapi diperbolehkan
apabila tidak ada perbaikan untuk setidaknya 3 sesi. Terapi kemudian di
monitoring 2-3 bulan untuk melihat respon dan kemungkinan rekurensi4, 7

Gambar 4 Jenis Terapi Pada Kondiloma Akuminata

A. Pencegahan
Pencegahan akan penularan HPV dapat meringankan beban
kesehatan masyarakat. Dahulu, pencegahan infeksi HPV dipusatkan pada
pencegahan penularan dan skreening kanker serviks. Skreening yang tertata
dengan Pap Smear diketahui telah menurunkan insidensi kanker serviks.5
Munculnya formula vaksin yang menyediakan perlindungan atas
penyakit-penyakit yang disebabkan infeksi HPV dapat menjadi strategi
yang menjanjikan dalam mengurangi beban medis, finansial, dan psikologis
yang berhubungan dengan hasil Pap yang abnormal. Tujuan dari vaksin
profilaktik adalah untuk mencegah sawar imunologis pada portal masuk. 5
Banyak penelitian menunjukkan bahwa meningkatnya antibodi
yang melawan sebuah tipe dari HPV tidak mungkin menyediakan
perlindungan untuk semua HPV tipe lain, sedangkan hasil coba lebih lanjut
dari vaksin menunjukkan bahwa beberapa proteksi silang mungkin terjadi.
Meskipun demikian, perlindungan terhadapan kanker serviks mungkin akan
memerlukan vaksin multivalen yang efektif melawan tipe multipel dari
HPV. Ketidakmampuan untuk menumbuhkan HPV pada kultur sel
merupakan satu keterbatasan mayor untuk mengembangkan vaksin.5
Secara ideal, vaksin harus dilakukan sebelum paparan yang
potensial untuk infeksi HPV melalui kontak seksual. Advisory Committee
on Immunization Practices (ACIP) merekomendasikan vaksin HPV4 rutin
pada wanita dengan usia 11 atau 12 tahun dengan 3 dosis vaksin HPV2 atau
HPV4, dan pada laki-laki pada usia 9 hingga 26 tahun untuk pencegahan
KA yang disebabkan oleh HPV tipe 6 dan 11. 5
B. Terapi Invasif
Terapi invasif termasuk terapi destruktif yang ditujukan untuk
menghilangkan lesi yang muncul, bukan untuk membunuh virusnya.
1. Operasi eksisi
Operasi eksisi ini cocok untuk kutil yang besar dan menyebabkan
obstruksi.5
2. Teknik elektrosurgikal
Teknik ini merupakan metode yang ideal untuk menghilangkan lesi
eksofitik yang besar seperti lesi Buschke Lowenstein.5Tidak boleh
dilakukan pada pasien dengan gangguan jantung.10
3. Krioterapi
Metode ini merupakan metode yang mudah, cepat dalam merusak
jaringan yang dinginkan dan tanpa komplikasi yang serius sehingga
dapat digunakan untuk semua lesi anogenital yang dapat diatasi
dengan krioterapi.5Lebih cocok untuk lesi yang kecil dan tidak
memanjang.10
4. Terapi Laser
Terapi laser lebih cocok digunakan untuk kutil kelamin yang
berukuran sangat besar dengan gejala lokal yang berat.5
5. Terapi fotodinamik
Terapi fotodinamik dapat digunakan pada jaringan mukosa yang
sensitif, sehingga bisa digunakan pada kutil kelamin, neoplasia
intraepitel serviks, dan papiloma oral dan saluran pernafasan. 5
C. Terapi Non Invasif
1. Asam Trikloroasetat
Asam Trikloroasetat menyebabkan erosi pada kulit dan membran
mukosa namun tidak diabsorbsi secara sistemik dan lebih cocok
untuk lesi yang sedikit, kecil, dan lembab.2
2. Asam Salisilat
Asam salisilat bersifat keratolitis dan banyak dipilih oleh pasien
sebagai terapi pertama.2
3. Podofilin
Podofilin banyak digunakan dalam terapi kutil anogenital, tapi tidak
boleh digunakan untuk lesi-lesi pada serviks, vagina, dan kanalis
analis dimana terdapat hubungan squamokolumner karena dapat
menyebabkan displasia.2
4. Podofilotoksin
Podofilotoksin berbentuk solutio atau ointment yang mudah
dioleskan, lebih cocok digunakan untuk kutil yang lembab dan tidak
terkeratinisasi, serta pada area yang tidak lebih dari 10 cm2. 2
5. Imiquimod
Imiquimod merupakan obat topikal yang dapat dioles sendiri oleh
pasien dan cocok digunakan untuk lesi yang lembab, tidak
terkeratinisasi, dan untuk area lesi dengan diameter 0,5-1 cm. 5
6. Interferon
Interferon berbentuk injeksi dan mampu mengatasi kutil yang susah
diatasi dengan terapi lainnya. 5
D. Terapi Verusidal
1. Glutaraldehid
2. Formaldehid
3. Asam format
4. Obat-obat antiviral
E. Terapi Antimitotik
1. Bleomisin
Bleomisin menrupakan agen antimitorik yang spesifik bekerja pada
sel squamous dan jaringan retikuloendotelial dan bisa digunakan
untuk terapi lesi yang tidak mempan diterapi dengan yang lain. 2
2. Retinoid
Retinoid bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan epidermis
dan diferensiasinya sehingga dapat digunakan pada kutil. 2
F. Imunoterapi
1. Sensitizer Kontak
Menggunakan mekanisme hipersensitif tipe IV dan dapat digunakan
untuk kutil yang sukar diatasi. 5
2. Cimetidin
Simetidin, merupakan H2-reseptor antagonis. Diduga memiliki
kemampuan sebagai immunomodulator pada dosis harian 20-40
mg/Kg dengan mekanisme kerja menginhibisi supresor sel T
sekaligus meningkatkan proliferasi limfosit, sehingga dapat
meningkatkan respon imun yang dimediasi oleh sel. 5
3. Levamisol
Telah digunakan untuk kutil yang datar dan umum dengan
kesuksesan moderat. 5
4. Terapi BCG
Aksinya didasarkan pada stimulasi pada respon imun lokal. 5

X. Prognosis
Tujuan terapi dari KA adalah mengobati atau menghilangkan kutil yang
tampak. Masih belum ditemukan terapi yang dapat mengeradikasi HPV
dalam tubuh. Prognosis cenderung kearah baik dengan penyakit dapat
menghilang dengan sendiri tampa diberikan terapi. Setelah dilakukan terapi
penyakit akan menetap dalam fase subklinis yang dapat menetap seumur
hidup dan dapat rekurensi baik pada kelompok imunokompeten dan
immunocomprimise. Anak yang lahir secara pervagina pada ibu dengan KA
dapat memiliki risiko gangguan pernafasan. Pada kelainan KA tidak menutup
kemungkinan kearah keganasan4,9
DAFTAR PUSTAKA

1. Suriadiredja A et al (ed). Kondiloma Akuminata. Dalam: Panduan Layanan


Klinis Dokter Spesialis Dermatologi dan Venerologi (PERDOSKI). Jakarta:
PERDOSKI; 2014:294-295
2. Goldsmith LA et al (ed). Human papilloma virus infection. Dalam: Flitzpatrik’s
Dermatology in General Medicine Eight Edition. New York:Mc Graw Hill;
2012: 3440-3457

3. Juckett G, Adams HH. Human papillomavirus: clinical manifestations and


prevention. Am Fam Physician.2010;82 (10):1209-1214

4. Wolff Klaus et al (ed). Sexually trasnsmitted infection. Dalam: Flitzpatrick’s


color atlas & synopsis of clinical dermatology sixth edition. New York: Mc
Graw Hill; 2009: 901-908
5. Hanafy H, Al-Azmy. Human papillomavirus: manifestations, prevention and
treatment: an overview. The Gulf Journal of Dermatology and Venerology
2012; 19(1):1-28
6. Niode NJ. Infeksi saluran reproduksi dan infeksi menular seksual di poliklinik
kulit dan kelamin RSUP Prof DR RD Kandou Manado. MDVI. 2016; 43 (3):
84-88.
7. Bhatia N, Lynde C, Vender R, Boucier M. Understanding genital warts:
epidemiologu, pathogenesis and burden of disease of human papillomavirus.
Journal of cutaneus medicine and surgery. 2013; 17(52): 547-554.
8. Tchernev G. Sexually transmitted papillomavirus infections:
epidemiology,pathogenesis, clinic, morphology, important differential
diagnostic aspects, current diagnostic and treatment options. An Bras Dermatol
2009; 84(4):377-89
9. Kodner CM, Nasraty S. Management of Genital Warts. Am Fam Physician.
2004; 70 (12): 2335-2342.
10. Rachel L, Winer, Koutsley LA. Genital Human Papillomavius Infection.
Dalam: Sexually Transmitted Disease Vol 1. Holmes KK et al. McGraw Hill
Med, 2008.
LAPORAN KASUS
KONDILOMA AKUMINATA

A. ANAMNESIS
1. IDENTITAS
Nama : Tn. FNK
Umur : 22 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Banjarsari, Surakarta
Status : Belum menikah
Tanggal Periksa : 14 Agustus 2017
No. RM : 0138XXXX

2. KELUHAN UTAMA
Banjolan di pangkalan penis sejak 2 minggu yang lalu

3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien datang ke Poli Kulit dan Kelamin RS Dr Moewardi dengan
keluhan benjolan kecil pada penisnya. Benjolan muncul sejak 2 minggu
sebelum masuk rumah sakit. Pada awalnya benjolan berjumlah satu di
bagian pangkal penis tetapi kemudian benjolan menjadi tambah banyak.
Tidak terdapat rasa nyeri yang dikeluhkan oleh pasien. Pasien menyebutkan
bahwa pada daerah tersebut sejak ±1 bulan yang lalu terasa gatal. Oleh
karena sering digaruk pada daerah benjolan, terdapat benjolan yang
terkelupas dan mengeluarkan darah. Keluhan nyeri pada saat BAK
disangkal oleh pasien. Keluhan keluar cairan di pagi hari disangkal oleh
pasien. Pasien menyebutkan sudah pernah melakukan hubungan seksual
sebelumnya. Pasien melakukan hubungan seksual pertama kali sejak ±5
bulan yang lalu dengan lawan jenis yakni pasangan pasien. Pasien
menyebutkan hanya melakukan hubungan seksual dengan 1 orang dan
belum pernah berhubungan seks dengan orang lain. Hubungan seksual
dengan sesama jenis disangkal. Pasien menyebutkan sebelumnya hanya
melakukan hubungan seksual dengan pacarnya melalui vagina. Hubungan
seksual oral maupun anal disangkal oleh pasien. Pasien menyebutkan
hubungan seksual terakhir yang dilakukannya adalah 3 minggu sebelum
masuk rumah sakit. Keluhan serupa pada pasangan pasien disangkal. Pasien
menyebutkan bahwa pasangannya sebelum berhubungan dengan pasien
sudah pernah berhubungan sebelumnya dengan bergantii-ganti pasangan.

4. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Riwayat keluhan serupa :-
Riwayat Kulit dan Kelamin :-
Riwayat penyakit lain :-

5. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Riwayat penyakit serupa :-
pada pasangan
Riwayat penyakit lain :-

6. RIWAYAT SOSIAL EKONOMI


Pasien merupakan seorang mahasiswa di universitas swasta di Solo. Pasien
tinggal bersama keluarganya. Pasien datang berobat menggunakan fasilitas
umum.

7. RIWAYAT HUBUNGAN SEKSUAL


Pasien pertama kali berhubungan seksual pada usia 22 tahun atau ±5 bulan
yang lalu. Pasien berhubungan seksual dengan lawan jenis yakni pasangan
dari pasien. Riwayat berganti pasangan lain baik dengan lawan ataupun
sesame jenis disangkal oleh pasien. Selama berhubungan seks dengan
pasangannya pasien tidak pernah menggunakan kondom. Pasien samapai
saat ini belum menikah. Hubungan seksual selalu dilakukan melalui vagina,
hubungan seks oral maupun anal disangkal pasien. Hubungan seksual
terakhir pasien dilakukan terakhir ±3 minggu yang lalu.

B. PEMERIKSAAN FISIK
1. STATUS GENERALIS
Keadaan umum : Compos mentis, GCS E4V5M6, Tampak gizi
kesan cukup
Vital Sign :T : 120/70 mmHg RR : 18 x/menit
N : 82 x/menit T : 36.6o C
TB : 170 cm BB : 65 Kg
IMT: 22,49 Kg/M2
Kepala : dalam batas normal
Wajah : dalam batas normal
Leher : dalam batas normal
Mata : dalam batas normal
Telinga : dalam batas normal
Axilla : dalam batas normal
Truncus anterior : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Truncus posterior : dalam batas normal
Inguinal : dalam batas normal
Anogenital : sesuai status dermatologis
Ekstremitas Atas : dalam batas normal
Ekstremitas Bawah : dalam batas normal

2. STATUS DERMATOLOGIS
Regio dorsal corpus penis tampak papul verukosa multipel sewarna kulit
.
C. DIAGNOSIS BANDING
Kondiloma Akuminata
Kondiloma lata
Squamous cell carcinoma

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Acetowhite menggunakan asam asetat 5% (+)

E. DIAGNOSIS
Kondiloma Akuminata

F. TERAPI
1. NON MEDIKAMENTOSA
a. Edukasi mengenai penyakit yang diderita pasien, penyebab, cara
penularan, serta rencana pengobatan
b. Edukasi pasien untuk rutin memeriksakan diri dan patuh dalam
pengobatan
c. Tidak menggaruk benjolan di
d. Menjaga daya tahan tubuh dengan cara makan makanan bergizi,
istirahat cukup, olahraga teratur, serta menjaga higienitas
e. Menggunakan kondom apabila berhubungan seksual
f. Edukasi pasien untuk memeriksakan pasangannya
2. MEDIKAMENTOSA
a. Tutul TCA 80% 1 kali per minggu
b. Simetidin 3 x 400 mg

G. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad sanam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : bonam

Anda mungkin juga menyukai