Anda di halaman 1dari 6

BAB I

DEFINISI

1. Opini Medis adalah pendapat, pikiran atau pendirian dari seorang dokter atau ahli medis terhadap
suatu diagnosa, terapi dan rekomendasi medis lain terhadap penyakit seseorang.
2. Meminta Pendapat Lain (Second Opinion) adalah pendapat medis yang diberikan oleh dokter
lain terhadap suatu diagnosa atau terapi maupun rekomendasi medis lain terhadap penyakit yang
diderita pasien. Mencari pendapat lain bisa dikatakan sebagai upaya penemuan sudut pandang
lain dari dokter kedua setelah pasien mengunjungi atau berkonsultasi dengan dokter pertama.
Second opinion hanyalah istilah, karena dalam realitanya dilapangan, kadang pasien bisa jadi
menemui lebih dari dua dokter untuk dimintakan pendapat medisnya.
Meminta pendapat lain atau second opinion juga diatur dalam Undang-Undang No 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit, bagian emapat pasal 32 poin H tentang hak pasien, disebutkan bahwa
“Setiap pasien memiliki hak meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter
lain yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit

1
BAB II
RUANG LINGKUP

Perbedaan diagnosis dan penatalaksanaan penyakit oleh dokter sering terjadi di belahan dunia
manapun. Di negara yang paling maju dalam bidang kedokteranpun, para dokter masih saja sering
terjadi perbedaan dalam diagnosisi maupun proses terapi, sehingga menimbulkan keraguan pada
pasien dan keluarganya. Begitu juga di Indonesia, perbedaan pendapat para dokter dalam mengobati
penderita adalah hal yang biasa terjadi. Perbedaan dalam penentuan diagnosis dan penatalaksanaan
mungkin tidak menjadi masalah serius bila tidak menimbulkan konsekuensi yang berbahaya dan
merugikan bagi penderita. Tetapi bila hal itu menyangkut kerugian biaya yang besar dan ancaman
nyawa maka harus lebih dicermati. Sehingga sangatlah penting bagi pasien dan keluarga untuk
mendapatkan second opinion dokter lain tentang permasalahan kesehatannya sehingga mendapatkan
hasil pelayanan kesehatan yang maksimal.
Dengan semakin meningkatnya informasi dan teknologi maka semakin terbuka wawasan
ilmu pengetahuan dan informasi tentang berbagai hal dalam kehidupan ini. Demikian juga dalam
pengetahuan masyarakat tentang wawasan dan pengetahuan tentang permasalahan kesehatannya.
Informasi yang sepotong-sepotong atau salah dalam meng-interpretasikan informasi seorang pasien
akan berakibat pasien atau keluarganya merasa tindakan dokter salah atau tidak sesuai standar. Hal ini
juga membuat pasien dan keluarganya mempertahankan informasi yang didapat tanpa
mempertimbangkan masukan dari dokter tentang fakta yang sebenarnya terjadi.
1. Pentingnya Second Opinion untuk pasien adalah :
a. Kesalahan diagnosis dan penatalaksanaan pengobatan dokter sering terjadi di belahan dunia
manapun, termasuk di Indonesia.
b. Perbedaan pendapat para dokter dalam mengobati penderita adalah hal yang biasa terjadi, dan
hal ini mungkin tidak menjadi masalah serius bila tidak menimbulkan konsekuensi yang
berbahaya dan merugikan bagi penderita.
c. Second Opinion dianjurkan bila menyangkut ancaman nyawa, kerugian biaya atau dampak
finansial yang besar.
2. Permasalahan kesehatan yang memerlukan Second Opinion :
a. Keputusan dokter tentang tindakan operasi, apalagi yang akan membuat perubahan anatomis
permanen pada tubuh pasien dan tindakan operasi lainnya.
b. Keputusan dokter tentang pemberian obat jangka panjang lebih dari 2 minggu, misalnya
pemberian obat TBC jamgka panjang, pemberian antibiotika jangka panjang dan pemberian
obat-obat jangka panjang lainnya.
c. Keputusan dokter dalam pemberian obat yang sangat mahal : baik obat minum, antibiotika,
susu mahal atau pemberian imunisasi yang sangat mahal.

2
d. Kebiasaan dokter memberikan terlalu sering antibiotika berlebihan pada kasus yang tidak
seharusnya diberikan : seperti infeksi saluran nafas, diare, muntah, demam virus dan
sebagainya. Biasanya dokter memberikan diagnosis infeksi virus tetapi selalu diberi
antibiotika.
e. Keputusan dokter dalam pemeriksaan laboratorium dengan biaya sangat besar.
f. Keputusan dokter tentang suatu penyakit yang berulang diderita misalnya : penyakit tifus
berulang.
g. Keputusan diagnosis dokter yang merugikan : biasanya dokter tersebut menggunakan istilah
“gejala” seperti gejala tifus, gejala ADHD, gejala demam berdarah, gejala usus buntu. Atau
diagnosis autis ringan, ADHD ringan dan gangguan perilaku lainnya.
h. Ketika pasien didiagnosa penyakit serius seperti kanker, maka pasien pun biasanya diizinkan
meminta pendapat lain.
i. Keputusan pemeriksaan dan pengobatan yang tidak direkomendasikan oleh institusi kesehatan
nasional atau internasional : seperti pengobatan dan terapi bioresonansi, terapi antibiotika
yang berlebihan dan tidak sesuai dengan indikasi.
3. Dalam rangka membantu pasien untuk mendapatkan Second Opinion, Rumah Sakit perlu
memberikan beberapa pertimbangan kepada pasien atau keluarga sebagai berikut :
a. Second opinion baiknya didapatkan dari dokter yang sesuai kompetensinya atau keahliannya.
b. Rekomendasi atau pengalaman keberhasilan pengobatan teman atau keluarga terhadap dokter
tertentu dengan kasus yang sama sangat penting untuk dijadikan referensi, karena pengalaman
yang sama tersebut sangatlah penting dijadikan sumber referensi.
c. Carilah informasi sebanyak-banyaknya di internet tentang permasalahan kesehatan tersebut.
Jangan mencari informasi sepotong-sepotong, karena seringkali akurasinya tidak
dipertanggung jawabkan. Carilah sumber informasi internet dari sumber yang kredibel seperti
: WHO, CDC, IDAI, IDI atau organisasi resmi lainnya.
d. Bila keadaan emergensi atau kondisi tertentu maka keputusan second opinion juga harus
dilakukan dalam waktu singkat.
e. Mencari second opinion diutamakan kepada dokter yang dapat menjelaskan dengan mudah,
jelas, lengkap dan dapat diterima dengan logika. Dokter yang beretika tidak akan pernah
menyalahkan keputusan dokter sebelumnya atau tidak akan pernah menjelekkan pendapat
dokter sebelumnya atau menggaanggap dirinya paling benar.
f. Bila melakukan second opinion sebaiknya tidak menceritakan pendapat dokter sebelumnya
atau mempertentangkan pendapat dokter sebelumnya, agar dokter terakhir tersebut dapat
obyektif dalam menangani kasusnya, kecuali dokter tersebut menanyakan pengobatan yang
sebelumnya pernah diberikan atau pemeriksaan yang telah dilakukan.

3
g. Bila sudah memperoleh informasi tentang kesehatan jangan menggurui dokter yang anda
hadapi karena informasi yang anda dapat belum tentu benar, tetapi sebaiknya anda diskusikan
informasi yang anda dapat dan mintakan pendapat dokter tersebut tentang hal ini.
h. Bila pendapat lain dokter tersebut berbeda, maka biasanya penderita dapat memutuskan salah
satu keputusan berdasarkan argumen yang dapat diterima secara logika. Dalam keadaan
tertentu disarankan mengikuti advis dari dokter yang terbukti terdapat perbaikan bermakna
dalam perjalanan penyakitnya. Bila hal itu masih membingungkan tidak ada salahnya
melakukan pendapat ketiga. Biasanya dengan berbagai pendapat tersebut penderita akan dapat
memutuskanny. Bila pendapat ketiga tersebut masih sulit dipilih biasanya kasus yang
dihadapi adalah kasus yang sangat sulit.
i. Keputusan second opinion terhadap terapi alternatif sebaiknya tidak dilakukan karena pasti
terjadi perbedaan pendapat dengan pemahaman tentang kasus yang berbeda dan latar
belakang ke ilmuan yang berbeda.
j. Kebenaran ilmiah di bidang kedokteran tidak harus berdasarkan senioritas dokter atau gelar
yang disandang. Tetapi berdasarkan kepakaran dan landasan pertimbangan ilmiah berbasis
bukti penelitian di bidang kedokteran (Evidance Base Medicine).

4
BAB III
TATA LAKSANA

Second opinion atau mencari pendapat lain yang berbeda adalah merupakan hak seorang pasien
dalam memperoleh jasa pelayanan kesehatannya. Hak yang dipunyai pasien ini adalah hak
mendapatkan pendapat lain (second opinion) dari dokter lainnya. Untuk mendapatkan pelayanan yang
optimal, pasien tidak usah ragu untuk mendapatkan “second opinion” tersebut. Memang biaya yang
dikeluarkan akan menjadi banyak, tetapi paling tidak bermanfaat untuk mengurangi resiko
kemungkinan komplikasi atau biaya lebih besar lagi yang akan dialaminya. Misalnya : pasien sudah
direncanakan operasi caesar atau operasi usus buntu tidak ada salahnya melakukan permintaan
pendapat dokter lain.
Dalam melakukan “second opinion” tersebut sebaiknya dilakukan terhadap dokter yang sama
kompetensinya, Misalnya : tindakan operasi caesar harus minta “second opinion” kepada sesama
dokter kandungan bukan ke dokter umum. Bila pemeriksaan laboratorium yang dianjurkan dokter
sangat banyak dan mahal, tidak ada salahnya minta pendapat ke dokter lain yang kompeten. Hak
pasien untuk minta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai
Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit.
Manfaat yang bisa didapatkan dari second opinion adalah pasien lebih teredukasi mengenai
masalah kesehatan yang dihadapinya. Terdapat kondisi yang meragukan bagi pasien pada saat
meminta pendapat lain, misalnya ketika dokter pertama menyarankan operasi, tidak mengherankan
jika pendapat dari dokter lain akan berbeda, oleh karena setiap penyakit memiliki gejala klinis yang
berbeda ketika hadir di ruang periksa sehingga mempengaruhi keputusan dokter.
Untuk mendapatkan second opinion, pasien dan keluarganya menghubungi perawat atau
langsung kepada dokter yang merawatnya kemudian mengemukakan keinginannya untuk
mendapatkan pendapat lain atau second opinion. Dokter yang merawat berkewajiban menerangkan
kepada pasien dan keluarganya hal yang perlu dipertimbangakan dalam mendapatkan second opinion
(terdapat dalam panduan ini). Apabila keputusan mengambil pendapat lain telah disepakati, maka
formulir Permintaan pendapat lain (Second Opinion) diisi oleh pasien atau walinya dan diketahui oleh
Dokter DPJP serta saksi.

5
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Panduan Hak dan Kewajiban Pasien


2. Formulir Permintan Pendapat Lain (Second Opinion)

DIREKTUR RUMAH SAKIT


CITRA HUSADA MELAWI

Dr. Santoso T, M.Si

Anda mungkin juga menyukai