Anda di halaman 1dari 27

ASKEP / ASUHAN KEPERAWATAN / LP / LAPORAN

PENDAHULUAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)


NANDA NIC NOC
January 21, 2018 ASKEP KEPERAWATAN ANAK

A. PENGERTIAN
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat
badan lahirnya saat kelahiran kurang dari 2500 gram. Dahulu neonatus
dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500
gram disebut bayi premature (premature baby). Pada tahun 1961 oleh
WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
disebut Low Birth Weight Infants (BBLR).
BBLR merupakan bayi (neonatus) yang lahir dengan memiliki berat badan
kurang dari 2500 gram atau sampai dengan 2499 gram.
BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram,
terjadi gangguan pertumbuhan dan pematangan (maturitas) organ yang
dapat menimbulkan kematian (Hidayat, 2008).
B. KLASIFIKASI
Bayi berat badan lahir rendah dapat digolongkan menjadi 2, yaitu:
1. Prematur Murni/Bayi Kurang Bulan
Masa gestasi  37 minggu (259 hari) dan berat badan sesuai dengan berat
badan untuk masa gestasi itu, atau biasa disebut neonatus kurang bulan
sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK).
2. Dismaturitas/Bayi Kecil Masa Kehamilan
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya untuk masa gestasi
itu, bayi mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin dan merupakan
bayi yang kecil untuk masa kehamilannya tersebut (KMK).
Berat badan kurang dari seharusnya yaitu dibawah persentil ke-10 (kurva
pertumbuhan intra uterin Usher Lubchenco) atau dibawah 2 Standar Deviasi
(SD) (kurva pertumbuhan intra uterin Usher dan Mc. Lean).
Bayi berat badan lahir rendah dapat dibedakan berdasarkan penanganan
dan usia kehamilan ( Meddow, 2003) yaitu antara lain:
a. Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir
rendah dibedakan dalam:
1) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500-2499 gram.
2) Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram.
3) Bayi Berat Lahir Ekstrim rendah (BBLER), berat lahir < 1000 gram.
b. Berdasarkan berat badan menurut usia kehamilan dapat digolongkan:
1) Kecil Masa Kehamilan (KMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB dibawah
persentil 3 untuk jenis kelamin dan masa kehamilan
2) Sesuai Masa Kehamilan (SMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB diantara
persentil ke-3 dan ke-97 kurva pertumbuhan janin.
3) Besar Masa Kehamilan (BMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB diatas persentil
ke-90 pada kurvapertumbuhan.
A. ETIOLOGI
Penyebab bayi dengan berat badan lahir rendah dapat disebabkan oleh
beberapa faktor (Muslihatun, 2010) antara lain:
1. Premature Murni
a. Faktor Ibu
1) Penyakit ibu : toksaemia, gravidarum, perdarhan
antepartum, trauma fisik dan psikologis, nefritis akut,
diabetes mellitus.
2) Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun,
multi gravid dengan jarak persalinan terlalu dekat.
3) Keadaan sosial : social ekonomi rendah, perkawinan tidak
sah.
4) Ibu perokok, peminum alkohol, dan pecandu narkotika.
b. Faktor janin
Hidramnion, kehamilan ganda dan kelainan kromosom.
c. Faktor lingkungan
Tempat tinggal di dataran tinggi, radiasi dan zat racun.
2. Dismature
Dismatur (IUGR) adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari
berat badan seharusnya untuk masa kehamilan dikarenakan
mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan. IUGR
dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Proportionate IUGR
Janin yang menderita distress yang lama dimana gangguan
pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai berbulan-
bulan sebelum bayi lahir sehingga berat, panjang dada,
lingkaran kepala dalam proporsi yang seimbang, akan tetapi
keseluruhannya masih dibawah masa gestasi yang
sebenarnya. Bayi ini tidak menunjukkan adanya Wasted oleh
karena retardasi pada janin terjadi sebelum
terbentuknyaadipose tissue.
b. Disporpotionate IUGR
Trejadi karena distress subakut gangguan terjadi beberapa minggu
sampai beberapa hari sampai janin lahir. Pada keadaan ini
panjang dan lingkar kepala normal akan tetapi berat tidak
sesuai dengan masa gestasi. Bayi tampakWasted dengan
tanda-tanda sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit, kulit
kering keriput dan mudah diangkat bayi kelihatan kurus dan
lebih panjang.
Faktor yang mempengaruhi BBLR pada dismatur antara lain:
a. Faktor ibu : Hipertensi dan penyakit ginjal kronik, perokok,
pendrita penyakit diabetes militus yang berat, toksemia,
hipoksia ibu, (tinggal didaerah pegunungan,
hemoglobinopati, penyakit paru kronik) gizi buruk, Drug
abbuse, peminum alcohol
b. Faktor utery dan plasenta : Kelainan pembuluh darah,
(hemangioma) insersi tali pusat yang tidak normal, uterus
bicornis, infak plasenta, tranfusi dari kembar yang satu
kekembar yang lain, sebagian plasenta lepas
c. Faktor janin : Gemelli, kelainan kromosom, cacat bawaan,
infeksi dalam kandungan, (toxoplasmosis, rubella, sitomegalo
virus, herpez, sifillis)
d. Penyebab lain iKeadaan sosial ekonomi yang rendah, tidak
diketahui.
D. PATOFISIOLOGI
Semakin kecil dan semakin prematur bayi, maka akan semakin tinggi risiko
gizinya (Betz, 2003). Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah
gizi.
1. Menurunnya simpanan zat gizi, cadangan makanan di dalam tubuh sedikit.
Hampir semua lemak, glikogen, dan mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor,
dan seng dideposit selama 8 minggu terakhir kehamilan.
2. Meningkatnya kebutuhan energi dan nutrien untuk pertumbuhan
dibandingkan BBLC.
3. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan. Koordinasi
antara reflek hisap dan menelan, dengan penutupan epiglotis untuk
mencegah aspirasi pneoumonia belum berkembang dengan baik sampai
kehamilan 32 – 34 minggu. Penundaan pengosongan lambung atau
buruknya motilitas usus sering terjadi pada bayi preterm.
Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan, pada bayi preterm
mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk
mencerna dan mengabsorbsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm.
Produksi amilase pankreas dan lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam
pencernaan lemak dan karbohidrat juga menurun. Begitu pula kadar
laktose (enzim yang diperlukan untuk mencerna susu) juga sampai sekitar
kehamilan 34 minggu.
Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja nafas dan kebutuhan
kalori yang meningkat. Masalah pernafasan juga akan mengganggu
makanan secara oral. Potensial untuk kehilangn panas akibat permukaan
tubuh dibanding dengan BB dan sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit.
Kehilangan panas ini akan meningkatkan kebutuhan akan kalori.
A. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis pada bayi berat badan lahir rendah (Wong, 2003), secara
umum sebagai berikut:
1. Berat badan lahir  2500 gram, panjang badan  46 Cm, lingkar dada 30
cm, lingkar kepala  33 Cm.
2. Masa gestasi  37 minggu.
3. Penampakan fisik sangat tergantung dari maturitas atau lamanya gestasi;
kepala relatif lebih besar dari badan, kulit tipis, transparan, banyak lanugo
pada dahi, punggung, pelipis, dan telinga, lemak sub kutan sedikit, osifikasi
tengkorak sedikit, ubun-ubun dan sutura lebar, genetalia immatur, otot
masih hipotonik sehingga tungkai abduksi, sendi lutut dan kaki fleksi, dan
kepala menghadap satu jurusan, integument tampak mengkilat dan kering,
reflek moro, babynski belum sempurna.
4. Lebih banyak tidur daripada bangun, tangis lemah, pernafasan belum
teratur dan sering terjadi apnea, refleks menghisap, menelan, dan batuk
belum sempurna.
Gangguan yang mungkin terjadi pada bayi BBLR (Wong, 2003) antara
lain:
1. Pusat pengaturan suhu tubuh yang belum matur.
2. Sistem immunologi belum berkembang dengan baik sehingga rentan
infeksi.
3. Sistem saraf pusat belum matur menyebabkan perdarahan periventrikuler.
4. Sistem pernafasan belum matur terutama paru-paru menyebabkan mudah
terkena penyakit membran hyalin.
5. Immaturitas hepar sehingga metabolisme bilirubin terganggu
(hiperbilirubinemia)
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik yang biasanya dilakukan pada bayi dengan berat
badan lahir rendah (Sitohang, 2004) adalah:
logi
a. Foto thoraks/baby gram pada bayi baru lahir dengan usia kehamilan kurang
bulan, dapat dimulai pada umur 8 jam.
b. USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35 minggu dimulai
pada umur 2 hari.
atorium
a. Jumlah sel darah putih: 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-
24.000/mm3, hari pertama setelah lahir yang akan menurun kadarnya jika
ada infeksi atau sepsis.
b. Hematokrit: 43%-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih menandakan
polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau haemorhagic
perinatal)
c. Hemoglobin: 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia
atau hemolisis berlebihan).
d. Bilirubin total: 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan
12 mg/dl pada 3-5 hari.
e. Dextrostic: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran
rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ke-3
f. Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl): biasanya dalam batas normal pada
awalnya.
h (8–12 jam post natal).
s darah
shake test
Interpretasi:
1) (+) : Bila terdapat gelembung-gelembung yang membentuk cincin
artinya surfaktan terdapat dalam paru dengan jumlah cukup.
2) (-) : Bila tidak ada gelembung berarti tidak ada surfaktan.
3) Ragu : Bila terdapat gelembung tapi tidak ada cincin.

C. KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering ditemukan pada klien dengan berat badan lahir
rendah (Nelson, 2003) adalah :
1. Sindroma aspirasi mekonium (kesulitan bernafas).
2. Hipoglikemi simtomatik.
3. Asfiksis neonatorum
4. Penyakit membran hialin.
5. Hiperbilirubinemia.

D. PENATALAKSANAAN
Menurut Hidayat, 2008 setelah bayi lahir dilakukan :
1. Tindakan Umum
a. Membersihkan jalan nafas.
b. Mengusahakan nafas pertama dan seterusnya.
c. Perawatan tali pusat dan mata.
2. Tindakan Khusus
a. Suhu tubuh dijaga pada 36,5-37,5 oC pengukuran aksila, pada bayi baru
lahir dengan umur kehamilan 35 minggu perlu perhatian ketat, bayi dengan
BBL 2000 garm dirawat dalam inkubator atau dengan boks kaca
menggunakan lampu.
b. Awasi frekwensi pernafasan pada 24 jam pertama untuk mengetahui
sindroma aspirasi mekonium.
c. Setiap jam hitung frekwensi pernafasan, bila  60x/mnt lakukan foto thorax.
d. Berikan oksigen sesuai dengan masalah pernafasan yang didapat.
e. Pantau sirkulasi dengan ketat (denyut jantung, perfusi darah, tekanan
darah).
f. Awasi keseimbangan cairan.
g. Pemberian cairan dan nutrisi bila tidak ada masalah pernafasan dan
keadaan umum baik:
1) Berikan makanan dini early feeding untuk menghindari terjadinya
hipoglikemia.
2) Periksa kadar gula darah 8–12 jam post natal.
3) Periksa refleks hisap dan menelan.
4) Motivasi pemberian ASI.
5) Pemberian nutrisi intravena jika ada indikasi, nutrien yangdapat diberikan
meliputi; karbohidrat, lemak, asam amino, vitamin, dan mineral.
6) Berikan multivitamin jika minum enteral bisa diberikan secara kontinyu.
h. Tindakan pencegahan infeksi:
1) Cara kerja aseptik, cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi.
2) Mencegah terlalu banyak bayi dalam satu ruangan.
3) Melarang petugas yang menderita infeksi masuk ke tempat bayi dirawat.
4) Pemberian antibiotik sesuai indikasi.
5) Membatasi tindakan seminimal mungkin.
i. Mencegah perdarahan berikan vitamin K 1 mg dalam sekali pemberian.
E. PROGNOSIS
Tergantung dari berat ringannya masalah perinatal, seperti; masa gestasi
(semakin muda dan semakin rendah berat badan bayi makin tinggi angka
kematiannya), komplikasi yang menyertai (asfiksia/iskemia, sindrom
gangguan pernafasan, perdarahan intra ventrikuler, infeksi, gangguan
metabolik, dll).
F. ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan menurut ( Wong, 2003) meliputi :
1. Pengkajian
a. Pegkajian umum
1) Dengan menggunakan timbangan elektronik, timbang setiap hari, atau
lebih sering apabila diinstruksikan.
2) Ukur panjang dan lingkar kepala secara periodik.
3) Gambarkan bentuk dan ukuran tubuh umum, postur saat istirahat,
kemudahan bernafas, adanya edema, dan lokasinya.
4) Gambarkan adanya deformitas yang nyata.
5) Gambarkan adanya tanda disstres: warna buruk, mulut terbuka, kepala
terangguk-angguk, meringis, alis berkerut.
b. Pengkajian pernafasan
1) Gambarkan bentuk dada (barrel, cembung), kesimetrisan, adanya insisi,
selang dada, atau penyimpangan lain.
2) Gambarkan otot aksesori: pernafasan cuping hidung atau substansial,
interkostal, atau retraksi subklavikular.
3) Tentukan frekuensi dan keteraturan pernafasan.
4) Auskultasi dan gambarkan bunyi pernafasan: stridor, krekels, mengi, ronki
basah, area yang tidak ada bunyinya, mengorok, penurunan udara masuk,
keseimbangan bunyi nafas.
5) Tentukan apakah penghisapan diperlukan.
6) Gambarkan tangisan bila tidak diintubasi.
7) Gambarkan oksigen ambien dan metode pemberian, bila diintubasi
gambarkan ukuran selang, jenis ventilator dan penyiapannya, serta metode
pengamanan selang.
8) Tentukan saturasi oksigen dengan oksimetri nadi dan tekanan parsial
oksigen dan karbon dioksida dengan oksigen transkutan dan
karbondioksida transkutan.
c. Pengkajian kardiovaskular
1) Tentukan frekuensi dan irama jantung.
2) Gambarkan bunyi jantung, termasuk adanya murmur.
3) Tentukan titik intensitas maksimum, titik di mana bunyi dan palpasi denyut
jantung yang terkeras (perubahan pada titik intensitas maksimum dapat
menunjukkan pergeseran mediastinal).
4) Gambarkan warna bayi: sianosis, pucat, pletora, ikterik, mottling.
5) Kaji warna kuku, membran mukosa, bibir.
6) Tentukan tekanan darah. Tunjukkan ekstremitas yang digunakan dan
ukutan manset, periksa setiap ekstremitas setidaknya sekali.
7) Gambarkan nadi perifer, pengisian kapiler (< 2 – 3 detik), perfusi perifer
mottling.
8) Gambarkan monitor, parameternya, dan apakah alarm berada pada posisi
“on”.
d. Pengkajian gastrointestinal
1) Tentukan distensi abdomen: lingkar perut bertambah, kulit mengkilat,
tanda-tanda eritema dinding abdomen, peristaltik yang dapat dilihat,
lengkung susu yang dapat dilihat, status umbilikus.
2) Tentukan adanya tanda-tanda regurgitasi dan waktu yang berhubungan
dengan pemberian makan.
3) Gambarkan jumlah, warna, konsistensi, dan bau dari adanya muntah.
4) Gambarkan jumlah, warna, dan konsistensi feses, periksa adanya darah
samar dan atau penurunan substansibila diinstruksikan atau diindikasikan
dengan tampilan feses.
5) Gambarkan bisisng usus, ada atau tidak ada.
e. Pengkajian genitourinaria
1) Gambarkan adanya abnormalitas genetalia.
2) Gambarkan jumlah urin (warna, pH, dll).
3) Periksa BB (pengkajian paling akurat untuk hidrasi).
f. Pengkajian neurologis-muskuloskeletal
1) Gambarkan gerakan bayi: acak, bertujuan, gelisah, kedutan, spontan,
menonjol, tingkat aktivitas dengan stimulasi, evaliasi berdasarkan usia
gestasi.
2) Gambarkan posisi atau sikap bayi: fleksi, ekstensi.
3) Gambarkan reflek yang diamati: moro, menghisap, Babinski, reflek plantar,
dan reflek yang diharapkan.
4) Tentukan perubahan pada lingkar kepala (bila diindikasikan).
g. Pengkajian suhu
1) Tentukan suhu kulit dan aksila.
2) Tentukan dengan suhu lingkungan.
h. Pengkajian kulit
1) Gambarkan adanya perubahan warna, area kemerahan, tanda iritasi, lepuh,
abrasi atau area gundul, khususnya di mana alat pemantau, infus, atau alat
lain lontak dengan kulit, periksa juga dan perhatikan adanya preparat kulit
yang digunakan (misal plester,, providin-iodin).
2) Tentukan tekstur dan turgor kulit: kering, halus, pecah-pecah, terkelupas,
dll.
3) Gambarkan adanya ruam, lesi kulit, atau tanda lahir.
4) Tentukan apakah kateter infus intravena atau jarum berada pada tempatnya
dan amati adanya tanda-tanda infiltrasi.
5) Gambarkan jalur pemadangn kateter infus intravena, jenis (arteri, vena,
perifer, umbilikus, sentral, vena sentral perifer), jenis infus (obat, salin,
dekstrosa, elektrolit, lemak, nutrisi parenteral total), jenis pompa infus dan
frekuensi aliran, jenis jarum (kupu=kupu, kateter), tampilan area insersi.

2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada bayi dengan berat
badan lahir rendah (Wong , 2003) yaitu:
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas paru dan
neorumuskular, penurunan energi, dan keletihan.
b. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan kontrol suhu
yang imatur dan penurunan lemak tubuh subkutan
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuan tubuh (resiko tinggi)
berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna nutrisi karena
imaturisasi dan/atau penyakit.
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
karakteristik fisiologis imatur dari bayi preterm dan/ atau
imaturisasi atau penyakit
e. Ansietas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan dan
krisis situasional

3. Intervensi
Intervensi yang dapat dilakukan pada bayi baru lahir rendah adalah:
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas paru dan
neorumuskular, penurunan energi, dan keletihan.
Batasan karakteristik :
Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi, penurunan ventilasi per menit,
penggunaan otot bantu pernapasan, napas pendek, frekuensi napas < 25
atau > 60 x/menit.
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan klien menunjukkan pola napas efektif.
Kriteria:
Jalan nafas tetap paten, tidak ada tarikan intercosta, frekuensi pernafasan
30- 60x/menit, oksigenasi adekuat
Menurut Wong , 2003, intervensi dan rasional dari pola nafas tidak efektif
antara lain:
INTERVENSI RASIONAL
1) Obsevasi adanya tanda-tanda 1) Mengetahui adanya nafas
distress pernafasan cuping hidung, retraksi,
takipnea, sianosia dan SPO2
2) Observasi respon bayi terhadap 2) Mengetahui manfaat dari
terapi oksigenasi terapi
3) Berikan alat bantu pernafasan
4) Posisi untuk pertukaran udara 3) Meningkatkan fungsi
yang optimal, seperti posisi pernafasan
telungkup dan posisi telentang 4) telungkup: posisi
dengan leher sedikit ekstensi inimenghasil kan perbaikan
dan hidung menghadap ke oksigenasi, pembrian makan
atap dalam posisi ditoleransi dengan lebih baik,
“mengendus”. dan lebih mengatur pola
5) Hindari hiperekstensi leher. tidur. Telentang: untuk
mencegah adanya
6) Lakukan pengisapan. penyempitan jalan nafas.
5) Karena akan mengurangi
7) Hindari penggunaan posisi diameter trakhea.
Trendelenburg. 6) Untuk menghilangkan mukus
yang terkumulasi dari
nasofaring, trahkea, dan
selang endotrakheal.
8) Gunakan posisi semi-telungkup 7) Karena ini akan menyebabkan
atau miring.
peningkatan TIK dan
9) Pertahankan suhu lingkungan menurunkan kapasitas paru
yang netral. akibat dari gravitasi yang
mendorong organ ke arah
diafragma.
8) Untuk mencegah aspirasi
pada bayi dengan mukus
berlebihan atau yang sedang
diberi makan.
9) Untuk menghemat
penggunaan oksigen.

b. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan kontrol suhu yang


imatur dan penurunan lemak tubuh subkutan.
Batasan karakteristik :
Kondisi demam atau hipotermia yang sukar disembuhkan dengan terapi
antipiretik, fluktuasi suhu tubuh diatas atau dibawah rentang normal, kulit
kemerahan atau pucat, frekuensi pernapasan dan denyut jantung, dehidrasi
ringan atau berat, kulit teraba hangat atau dingin.
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan klien
menunjukkantermoregulasi yang adekuat dan dapat mempertahankan
suhu tubuh stabil .
Kriteria Hasil :
Suhu aksila bayi tetap dalam rentang normal untuk usia pasca konsepsi,
suhu dalam batas normal (36,5-37,5 C)
Menurut Wong, 2003 intervensi dari termoregulasi tidak efektif antara lain
sebagai berikut:
INTERVENSI RASIONAL
1) Pantau suhu axila bayi 1) Untuk mengontrol suhu
2) Pantau tanda-tanda hipertermi 2) Untuk menentukan terapi
dan hipotermi selanjutnya.
3) Tempatkan bayi pada inkubator, 3) Untuk mempertahankan suu
penghangat radian, atau tubuh stabil.
pakaian hangat dalam keranjang
terbuka. 4) Untuk mempertahankan
4) Atur unit servokontrol atau suhu kulit dalam rentang
kontrol suhu udara sesuai termal yang dapat diterima.
kebutuhan 5) Untuk menurunkan
kehilangan panas.
5) Gunakan pelindung panas 6) Untuk kehilangan panas
plastik bila tepat. radian langsung.
6) Periksa suhu bayi dalam
hubungannya dengan suhu 7) Untuk menentukan
ambien dan suhu unit pemanas. euglikemia.
7) Pantau nilai glukosa darah.

Intervensi keperawatan Perawatan Metode Kangguru terhadap masalah


keperawatan Termogulasi yang tidak efektif.

Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya secara


memadai dan dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas (
hipotermia ) berisiko tinggi untuk jatuh sakit atau meninggal jika bayi
dalam keadaan basah dan tidak di selimuti mungkin akan mengalami
hipotermi meskipun berada dalam ruangan yang begitu hangat. Bayi
prematur atau berat badan rendah sangat rentan terhadap terjadinya
hipotermia.
Metode kangguru adalah metode perawatan dini dengan sentuhan kulit
antara ibu dan bayi baru lahir dalam posisi kangguru. Pelaksanaan
perawatan metode kangguru dilakukan pada semua bayi-bayi kecil, ada
dua cara yaitu perawatan metode kangguru intermitten adalah perawatan
pada bayi-bayi yang masih terpasang infus, oksigen dan masih dalam
perawatan inkubator dilakukan selama 1-2 jam sedangkan perawatan
metode kangguru kontinu ( terus menerus selama 24 jam / hari ) dilakukan
pada bayi-bayi yang sudah stabil tanpa infus, oksigen dan bayi aktif, reflek
isap baik serta ibu mendukung dilakukan PMK (Efar, 2008).
Pelekatan bayi BBLR pada bayi akan membantu suhu tubuh bayi tetap
stabil karena ibu mengkondisikan tempat yang sama dengan kondisi saat
berada di rahim. Penelitian yang dilakukan Nurlaila tahun 2014
menunjukkan pengaruh yang signifikan antara pelaksanaan PMK denagn
hipotermi pada bayi baru lahir dengan nilai p value 0,000 < a 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin baim pelaksanaan PMK semakin baik suhu
bayi BBLR.

c. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang


Batasan Karakteristik :
Suhu > 37,5°C (Nanda, 2006)
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan klien tidak menunjukkan infeksi
nosokomial.
Kriteria Hasil :
Bayi tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi nosokomial, tanda-tanda vital
dalam batas normal (TD: 80/45 mmHg, HR:120-160x/menit, S:36,5-37,5°C,
RR: 30-60x/menit)
Menurut Wong, 2003, intervensi dan rasional dari resiko infeksi antara lain
sebagai berikut:
INTERVENSI RASIONAL
1) Pastikan bahwa semua pemberi 1) Untuk meminimalkan
perawatan mencuci tangan pemajanan pada organisme
sebelum dan setelah mengurus infektif.
bayi .
2) Pastikan bahwa semua alat 2) Untuk meminimalkan
kontak dengan bayi sudah pemajanan pada organisme
bersih atau steril. infektif.
3) Cegah personel dengan infeksi 3) Untuk mencegah penularan
saluran pernafasan atas atau penyakit dari petugas ke bayi.
infeksi menular agar tidak
mengadakan kontak langsung 4) Untuk mencegah penularan
dengan bayi. penyakit kepada bayi lain.
4) Isolasi bayi lain yang mengalami
5) Untuk mencegah infeksi
infeksi sesuai kebijakan nosokomial.
institusional.
5) Instruksikan pekerja perawatan
kesehatan da orangtua dalam
prosedur kontrol infeksi.
6) Beri terapi antibiotik sesuai
instruksi.
7) Pastikan aseptik ketat atau
sterilisasi seperti terapi IV
perifer, pungsi limbal, dan
pemasangan kateter arteri atau
vena.
6) Untuk mematikan agen infeksius.
7) Untuk mencegah infeksi nosokomial.

d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


ketidakmampuan mencerna nutrisi
Batasam karakteristik :
Keengganan untuk makan, diarea, kunjunctiva dan membrane mukosa
pucat, merasa tidak mampu untuk mengingesti makanan, tonus oto buruk,
asupan makanan tidak adekuat.
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan asupan nutrisi adekuat
Kriteria Hasil :
Klien mndapatkan nutrisi yang adekuat, dengan masukan kalori untuk
mempertahankan keseimbangan nitrogen positif, dan menunjukkan
penambahan BB yang tepat. bayi mendapatkan kalori dan nutrien esensial
yang adekuat.
Menurut Wong, 2003 intervensi dan rasional dari ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh antara lain:
INTERVENSI RASIONAL
1) Pertahankan cairan parenteral 1) Untuk mempertahankan
atau nutrisi parenteral total balance cairan.
sesuai intruksi. 2) Untuk menncegah terjadi
2) Tantau adanya tanda-tanda diare karena intileransi
intileransi terhadap terapi laktosa.
patenteral total, terutama
protein dan glukosa. 3) Untuk mencegah tersedak.
3) Kaji kesiapan bayi umtuk
menyusu pada payudara ibu,
khususnya kemampuan untuk 4) Untuk meminimalkan risiko
mengkoordinasikan menelan aspirasi.
dan pernafasan.
4) Susukan bayi pada payudara ibu
bila penghisapan kuat, serta 5) Untuk menghindari intoleransi
menelan dan refleks muntah pembrian makan.
ada (biasanya pada usia gestasi
35 sampai 37 minggu). 6) Karena makan dengan ASI
5) Ikuti protokol unit untuk
dapat mengakibatkan
meningkatkan volume dan penurunan BB.
konsentrasi formula.
6) Gunakan pemberian makan
7) Untuk menciptakan dan
orogastrik bila bayi mudah mempertahankan laktasi
lelah atau mengalami sampai bayi dapat menyusu
penghisapan, refleks muntah ASI.
atau menelan yang lemah.
7) Bantu ibu mengeluarkan ASI

e. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan karakteristik


fisiologis imatur dari bayi preterm atau imaturitas atau penyakit
Batasan karakteristik :
Kelemahan, kehausan, punurunan turgor kulit, membrane mukosa kering,
nadi meningkat, tekanan darah menurun, penurunan pengisian kapiler,
peningkatan suhu tubuh, berat badan menurun.
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan pasien menunjukkan
hidrasi yang adekuat.
Kriteria Hasil:
Tidak terdapat dehidrasi, hidrasi dapat tercapai. Tanda – tanda vital
stabil (TD: 80/45 mmHg, HR:100-220x/menit, S:36,5-37,5°C, RR: 30-
60x/menit), turgor kulit normal, membrane mukosa lembab.
Menurut Wong, 2003 intervensi dan rasional dari resiko tinggi kekurangan
volume cairan antara lain:
INTERVENSI RASIONAL
1) Kaji stasus hidrasi (turgor kulit, 1) Untuk menentukan tingkat
tekanan darah, edema, berat hidrasi.
badan, membrane mukosa,
fontanel).
2) Untuk menentukan IWL.
2) Pantau dengan ketat cairan dan
elektrolit 3) Untuk bukti dehidrasi atau
3) Pantau keluaran urin dan nilai
hidrasi berlebuhan.
laboratorium. 4) Untuk mengatasi dehidrasi.
4) Pastikan masukan cairan
oral/parenteral yang adekuat. 5) Untuk menghindari dehidrasi,
5) Atur cairan parenteral dengan hidrasi berlebihan atau
ketat. ekstravasasi.
6) Untuk mencegah beban
berlebihan pada ginjal imatur
6) Hindari pemberian cairan
dan vena yang rapuh.
hipertonik.

STUDI KASUS BBLR

Bayi NF laki-laki usia 3 hari dirawat diruang SCN 2 hari ke 3. Bayi NF adalah
neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan sesuai masa kehamilan
dengan diagnosa medis distress pernapasan e.c hialin membrab deasese.
Bayi lahir dengan masa gestasi 32 minggu dan berat lahir 1450 gram. Bayi
lahir dengan SC atas indikasi gawat janin. Pada saat dilakukan pengkajian
bayi berusia 3 hari. Bayi sadar dirawat dalam inkubator dengan setting suhu
33 0 C. Pernapasan pasien masih dibantu dengan buble CPAP dengan PEEP
7 dan Fi O 2 21 %. Pasien tampak sesak ada retraksi minimal.Pernapasan 52
x/menit, regular. Suhu 36,6 0 C. Nadi 165 x/menit. Saturasi oksigen 98 %.

1. DATA FOKUS

a. Data obyektif
- Masa gestasi 32 minggu

- BBL 1450 gram

- Riwayat SC atas indikasi gawat janin

- Usia 3 hari

- Dirawat dalam inkubator dengan setting 33 0 C

- Terpasang buble CPAP dengan PEEP 7 dan Fi 02 21 %

- Tampak retraksi minimal

- R : 52 x/menit teratur

- Suhu 36,6 o C

- Nadi 165 x/menit

- Saturasi O2 : 98 %

- Tampak sesak

b. Data subyektif : -

2. ANALISA DATA

NO DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI


1. Data obyektif : Ketidakefektifan Imaturitas paru
- Tampak sesak pola nafas dan
- Tampak retraksi neorumuskular,
minimal penurunan energi,
dan keletihan
2. Data obyektif : Ketidakefektifan Usia yang ekstrem
- BBBL 1450 gram termoregulasi (kontrol suhu yang
- Usia 3 hari imatur dan
penurunan lemak
tubuh subkutan)
3. Data obyektif : Ketidakseimbangan Ketidakmampuan
- BBL 1450 gram nutrisi : kurang dari mencerna
- Usia 3 hari kebutuhan tubuh. makanan karena
- Dirawat dalam imaturisasi
inkubator dengan
setting 33 0 C
- Terpasang buble
CPAP dengan PEEP
7 dan Fi 02 21 %
4. Data obyektif : Resiko kekurangan Berat badan
- BBL 1450 gram volume cairan ekstrem
5. Data obyektif : Risiko infeksi Pertahanan
- Masa gestasi 32 imunologis yang
minggu kurang
- BBL 1450 gram
- Riwayat SC atas
indikasi gawat janin
- Usia 3 hari

3. PRIORITAS MASALAH

a. Ketidakefektifan pola nafas b.d. imaturitas paru dan neorumuskular,


penurunan energi dan keletihan.

b. Ketidakefektifan termoregulasi b.d. usia yang ekstrem (kontrol suhu yang


imatur dan penurunan lemak tubuh subkutan).

c. Risiko infeksi b.d pertahanan imunologis yang kurang.

d. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh


b.d.ketidakmampuan mencerna makanan karena imaturisasi.

e. Kekurangan volume cairan b.d. berat badan ekstrem.

4. DIAGNOSA, NOC DAN NIC


Diagnosa 1 :
Ketidakefektifan pola nafas b.d. Imaturitas paru dan neorumuskular,
penurunan energi, dan keletihan.
NOC :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan klien menunjukkan pola napas
efektif dengan kriteria hasil :
a. Status pernafasan : kepatenan jalan nafas

- Frekuensi pernapasan normal

- Irama pernafasan normal

- Kedalaman inspirasi normal

- Penggunaan otot bantu nafas ringan

b. Status pernafasan : pertukaran gas

- Saturasi oksigen normal

- Keseimbangan ventilasi dan perfusi normal.

- Tidak ada sianosis

NIC :
a. Manajemen ventilasi mekanik : non invasive

- Monitor kondisi yang memerlukan dukungan ventilasi non invasive

- Monitor kontraindiksi dukungan ventilasi non-invasive

- Konsultasikan dengan profesional kesehatan lainnya dalam memilih jenis


ventilator non-invasive terbatas, aliran terbatas denagn volume siklus atau
CPAP.

- Mulai pengkajian tubuh secara menyeluruh dan setiap pergantian caregiver

- Tempatkan pasien pada posisi semifowler

- Berikan perlindungan pada wajah untuk menghindari dari kerusakan kulit


wajah.
- Pastikan alarm ventilator hidup

b. Bantuan ventilasi

- Pertahankan kepatenan jalan nafas.

- Posisikan pasien untuk mengurangi dipsnoe.

- Posisikan untuk mefasilitasi pencocokan ventilasi / perfusi ( good lung


down ) dengan tepat.

- Monitor efek-efek perubahan posisi pada oksigenasi.

- Monitor pernapasan dan status oksigenasi.

Diagnosa 2 :
Ketidakefektifan termoregulasi b.d. usia yang ekstrem (kontrol suhu yang
imatur dan penurunan lemak tubuh subkutan).
NOC :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan klien menunjukkan
termoregulasi yang adekuat dan dapat mempertahankan suhu tubuh stabil
dengan kriteria hasil :
a. Termoregulasi : Baru lahir :

- Suhu tubuh stabil.

- Tidak terjadi hipotermi.

- Napas teratur.

- Tidak terjadi perubahan warna kulit.

- Hiperbilirubinemia tidak terjadi.

b. Perfusi jaringan : perifer :

- pengisian kapiler jari dipertahankan dalam batas normal.

- pengisian kapiler jari kaki baik.

- suhu kulit ujung kaki dan tangan normal.


- kekuatan denyut nadi karotis baik.

NIC :
a. manajemen lingkungan

- ciptakan lingkungan yang nyaman bagi pasien.

- singkirkan bahaya lingkungan.

- singkirkan benda-benda yang bernbahaya dari lingkungan pasien.

b. manajemen cairan

- timbang BB setiap hari dan status pasien.

- jaga intake yang akurat dan catat output.

- monitor status hidrasi.

- monitor tanda-tanda vital.

- berikan cairan degan tepat.

c. pengaturan hemodinamik

- monitor adanya tanda dan gejala masalah pada status perfusi.

- Monitor denyut nadi perifer, pengisian kapiler, suhu dan warna ekstremitas

d. perawatan bayi prematur

- monitor stimulus dilingkungan bayi.

- kurangi cahaya yang ambient.

- tutup mata bayi saat mendapat lampu.

- posisikan inkubator jauh dari sumber kebisingan.

Diagnosa 3 :

Risiko infeksi b.d pertahanan imunologis yang kurang.

NOC :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan klien tidak menunjukkan infeksi
nosokomial dengan kriteria hasil :

Keparahan infeksi : baru lahir

- ketidakstabilan suhu tubuh ringan.

- Tidak terjadi hipotermia

- wajah tidak pucat

- tidak takikardi

NIC :

Kontrol infeksi :

- bersihkan lingkungan dengan baik

- ganti peralatan perawatan per pasien sesuai protokol

- isolasi pasien yang terkena pasien menular

- batasi jumlah pengunjung

- ajarkan cuci tangan yang baik dan benar kepada tenaga kesehatan

- pastikan penanganan aseptik dari semua aliran IV

- memberikan intake yang sesuai.

Diagnosa 4 :
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d.
Ketidakmampuan mencerna makanan karena imaturisasi.
NOC :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan asupan nutrisi adekuat dengan
kriteria hasil:
Status nutrisi bayi
- Intake nutrisi cukup adekuat

- Intake makanan lewat selang


- Intake cairan intravena

- Intake cairan parenteral

NIC :
a. manajemen cairan

- timbang BB setiap hari dan status pasien

- jaga intake yang akurat dan catat output

- monitor status hidrasi

- monitor tanda-tanda vital

- berikan cairan degan tepat

b. manajemen berat badan

- monitor mengenai hubungan asupan nutrisi dengan berat badan

c. terapi intravena

- verifikasi perintah untuk terapi IV

- jaga teknik aseptik dengan tepat

- seleksi dan saipkan IV pompa infus sesuai indikasi

- berikan pengobatan IV sesuai indikasi

- monitor kecepatan aliran IV selama pemberian infus

- monitor tanda vital

Diagnosa 5 :
Kekurangan volume cairan b.d. Berat badan ekstrem
NOC :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan pasien menunjukkan hidrasi yang
adekuat dengan kriteria hasil :
a. Hidrasi
- turgor kulit tidak terganggu

- membran mukosa lembab

- intake cairan adekuat

- perfusi jariingan baik

c. Termoregulasi : Baru lahir

- Suhu tubuh stabil

- Tidak terjadi hipotermi

- Napas teratur

- Perubahan warna kulit

- hiperbilirubinemia

d. Perfusi jaringan : perifer

- pengisian kapiler jari dipertahankan

- pengisian kapiler jari kaki dipertahankan

- suhu kulit ujung kaki dan tangan normal

- kekuatan denyut nadi karotis baik

NIC :
a. manajemen cairan

- timbang BB setiap hari dan status pasien

- jaga intake yang akurat dan catat output

- monitor status hidrasi

- monitor tanda-tanda vital

- berikan cairan degan tepat

b. Terapi intravena
- verifikasi perintah untuk terapi IV

- jaga teknik aseptik dengan tepat

- seleksi dan saipkan IV pompa infus sesuai indikasi

- berikan pengobatan IV sesuai indikasi

- monitor kecepatan aliran IV selama pemberian infus

- monitor tanda vital

DAFTAR PUSTAKA

Betz, C.L., Sowden, L.A. 2003. Keperawatan Pediatrik. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta:
Salemba Medika
Meddow, R. 2005. Luctere notes Pediatrika.Erlangga
Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta:
Fitramaya
Nanda, 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan. Prima Medika. Jakarta
Nelson, W.E 2003. Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 15. Jakarta: EGC
Sitohang, Nur Asnah. 2004. Asuhan Keperawata pada Bayi Berat Badan Lahir
Rendah. Medan: Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Wong, Donna. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi 4. Alih bahasa
Monica Ester. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai