Anda di halaman 1dari 52

Emulsi

Ferri Widodo, S.Si., M.Biomed., Apt.


Prodi Sarjana Farmasi FKUB
2019
Learning Objectives
1. Mahasiswa memahami definisi, karakteristik &
spesifikasi sediaan emulsi.
2. Mahasiswa memahami jenis sediaan emulsi (emulsi
M/A & A/M, mikroemulsi & nanoemulsi).
3. Mahasiswa memahami prinsip formulasi emulsi.
4. Mahasiswa memahami eksipien yg umum digunakan
5. Mahasiswa memahami perhitungan jumlah emulgator
dan HLB butuh minyak.
6. Mahasiswa memahami tehnik pembuatan.
7. Mahasiswa mengetahui permasalahan terkait
formulasi & teknik pembuatan.
8. Mahasiswa memahami evaluasi mutu sediaan emulsi.
DEFINISI
Emulsi adalah sistem yg tidak stabil secara termodinamika
mengandung paling sedikit dua fase cair yg tidak bercampur satu
diantaranya terdispersi sebagai globul-globul (fase pendispersi) dalam
fase cair lainnya (fase kontinyu) distabilkan dengan adanya bahan
pengemulsi/emulgator. (Physical Pharmacy)

Emulsi adalah sistem dua fase dimana salah satu


cairannya terdispersi dalam cairan yang lain
dalam bentuk tetesan-tetesan kecil (FI V).
Emulsi ????
• Suatu dispersi dimana fase terdispersi
terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair yg
terdistribusi ke seluruh pembawa yg tidak
bercampur.
• Sistem yg tidak stabil scr termodinamik,
mengandung paling sedikit 2 fase cair yg
tidak bercampur.
• Fasa terdispersi  fasa dalam
• Medium pendispersi  fasa luar/fasa
kontinu.
Sistem distabilkan dengan zat
pengemulsi/emulgator/emulsifying agent.

- Mikroemulsi : tetesan berukuran 0,01 – 0,1 mm


- Makroemulsi : tetesan berukuran ± 5 mm
Fase terdispersi (internal/diskontinu) maupun
fase pendispersi (eksternal/kontinu) bisa
berkisar dalam konsistensi cairan yg bergerak
sampai massa setengah padat.

Fase dalam emulsi:


-Bersifat polar : air
-Bersifat non polar : minyak
Aplikasi Emulsi dalam Bidang Farmasi
• Secara umum digunakan untuk produk farmasi &
kosmetik pemakaian luar.
• Emulsi m/a  sediaan oral yg baik untuk zat-zat yg
tidak larut air terutama saat fase terdispersi
memiliki rasa yg tidak enak.
Keuntungan
1. Memperbaiki / menutup rasa kebanyakan obat yg
berbentuk minyak.
2. Meningkatkan absorbsi minyak.
Ukuran partikel yg halus diduga akan
meningkatkan jumlah & kecepatan absorbsi
dalam usus.
• Distribusi ukuran globul dalam emulsi
S
I  sangat menentukan stabilitasnya.
F *Makin besar ukuran globul makin
A besar dorongan terjadinya koalesensi.
T
• Semakin halus suatu emulsi (ukuran
E globul makin kecil)  meningkatkan
M absorpsi saluran cerna.
U • Emulsi a/m umumnya lebih kental dari
L emulsi m/a
S
I
Klasifikasi Emulsi
• Berdasarkan tipenya :
1. Minyak dalam air (m/a)
2. Air dalam minyak (a/m)
• Berdasarkan konstituennya :
1. Cairan
2. Semisolid
• Berdasarkan penggunaannya :
1. Oral
2. Topikal
3. Parenteral
Tujuan Pembuatan Sediaan Emulsi
Membuat sediaan yang stabil dari campuran
dua cairan yang tidak bisa bercampur.

ZA : minyak Sediaan oral

Dibuat sediaan emulsi minyak dalam air 


karena rasa air lebih enak daripada minyak
 dapat diterima oleh konsumen

Sediaan
Kulit luka : lapisan kulit lebih emulsi air
mudah terbasahi oleh minyak dalam
minyak
Proses Pembentukan Emulsi
Terdiri dari dua tahap :
• Pemecahan fasa minyak menjadi globul-
globul kecil yang berlangsung sangat cepat
(disruption)
• Stabilisasi tetesan oleh fasa ketiga yaitu
emulgator atau pengemulsi (stabilization)
Teori Emulsifikasi
• Teori tegangan permukaan
• Oriented wedge theory
• Teori Plastik atau teori lapisan antar muka

Dalam menjelaskan pembentukan emulsi dan stabilitasnya tidak


dapat menggunakan 1 teori emulsifikasi  kombinasi teori
emulsifikasi.
Teori Tegangan Permukaan
• Bila cairan kontak dengan cairan kedua yg tidak larut
& tidak saling bercampur, kekuatan yg menyebabkan
masing-masing cairan menahan pecahnya menjadi
partikel2 yg lebih kecil disebut tegangan antarmuka.

Surfaktan membantu memecahkan


bola-bola besar menjadi bola-bola
kecil yang memiliki kecenderungan
untuk bersatu menjadi bola besar
Surfaktan  menurunkan teg namun lebih kecil dari ukuran
permukaan  cairan menjadi lazimnya  surfaktan mengurangi
tetesan2 kecil gaya tolak menolak cairan-cairan &
mengurangi gaya tarik menarik antar
molekul cairan
Oriented Wedge Theory
• Lapisan monomolekular dari zat pengemulsi
melingkari suatu tetesan (globul) dari fase
dalam pada emulsi.
• Sesuai mekanisme kerja surfaktan.
Teori Plastik/Lapisan Antar
Muka
• Zat pengemulsi pada antarmuka antara
minyak & air mengelilingi tetesan (globul) fase
terdispersi sebagai suatu lapisan tipis atau film
yang diadsorbsi pada permukaan tetesan 
mencegah kontak & bergabungnya fase dalam
atau fase terdispersi.
Prinsip Dasar Formulasi Sediaan
Emulsi
Formula
1. Bahan Aktif
• Bahan padat yg dapat larut dalam air atau
minyak
• Bahan cair yang berbentuk minyak atau tidak
dapat tersatukan dengan air.
2. Bahan Tambahan
• Emulgator
• Pemanis
• Pengawet
• Antioksidan
• Flavouring agent, pewarna
• Zat Pengemulsi / Emulsifier
E
M Emulgator Bahan Alam

U Emulgator Sintetis
L
Kriteria :
G • Memiliki kemampuan untuk membentuk emulsi & menjaga
stabilitas emulsi sampai usia guna yg ditetapkan.
A • Tercampurkan dengan bahan lain dalam formula sediaan yg
dimaksud.
T • Tidak mengganggu stabilitas atau efikasi dari zat terapetik.
• Stabil & tidak terurai dalam sediaan.
O • Tidak toksik pd penggunaan yg dimaksud.
• Memiliki bau, rasa & warna yg lemah.
R
Klasifikasi Emulgator (Golongan)
1. Bahan Karbohidrat
• Membentuk koloid hidrofilik bila ditambahkan dalam air 
emulsi m/a.
• Contoh : gom (akasia), tragakan, agar, kondrus, pektin
2. Zat protein
• Emulsi m/a
• Contoh : gelatin, kuning telur, kasein.
3. Alkohol (BM tinggi)
• Pengental dan penstabil emulsi m/a untuk obat luar
• Contoh : stearil alkohol, setil alkohol, gliseril monostearat.
4. Zat Pembasah (surfaktan)
• Kationik, Anionik dan Nonionik
• Membentuk emulsi m/a atau a/m (tergantung pada sifat
komponen)
5. Zat padat yang terbagi halus
• Contoh : bentonit, Mg(OH2), Al(OH)3
• Membentuk emulsi m/a atau a/m tergantung pada sifat
komponennya.
Klasifikasi Emulgator (Cara Kerja)
1. Surfaktan
Menurunkan tegangan permukaan & membentuk
lapisan monomolekular.
2. Koloid Hidrofil
Pembentukan film (lap multimolekular) antar
permukaan
Ex : CMC Na, Na Alginat, PGA, Xanthan Gum
3. Elektrolit
Pembentukan lap rangkap elektrik
Ex : KCNS
4. Partikel padat yg terbagi halus
Diadsorpsi pd batas antarmuka 2 fase cair yg tidak
bercampur & membentuk lapisan partikel di
sekitar bola2 terdispersi.
Ex : bentonit, Mg(OH)2, Al(OH)3
Dalam praktek digunakan pengemulsi kombinasi dalam
pembuatan emulsi. Contoh kombinasi natrium setil
alkohol dan kolesterol
Contoh Nilai HLB Surfaktan
Nilai Skala HLB dan Penggunaannya
HLB Butuh
Emulgator alam dari tumbuh-tumbuhan

Pada umumnya termasuk karbohidrat & merupakan


emulgator tipe m/a, sangat peka terhadap elektrolit &
alkohol kadar tinggi, juga dapat dirusak bakteri. Oleh
sebab itu pada pembuatan emulsi dengan emulgator
ini harus selalu ditambah bahan pengawet.
a. Gom Arab
Sangat baik untuk emulgator tipe m/a & untuk obat
minum. Emulsi yg terbentuk sangat stabil & tidak
terlalu kental. Kestabilan emulsi yg dibuat dengan gom
arab berdasarkan 2 faktor yaitu
– kerja gom sebagai koloid pelindung (teori plastis film)
– terbentuknya cairan yang cukup kental sehingga laju
pengendapan cukup kecil sedangkan masa mudah dituang
(tiksotropi)
Emulgator alam dari tumbuh-tumbuhan
b. Tragacanth
Dispersi tragacanth dalam air sangat kental sehingga untuk
memperoleh emulsi dengan viskositas yg baik hanya diperlukan
trgacanth sebanyak 1/10 kali gom arab. Emulgator ini hanya
bekerja optimum pada pH 4,5 – 6.
Tragacanth dibuat corpus emulsi dengan menambahkan sekaligus
air 20 x berat tragacanth. Tragacanth hanya berfungsi sebagai
pengental tidak dapat membentuk koloid pelindung.

c. Agar-agar
Emulgator ini kurang efektif apabila dipakai sendirian. Pada
umumnya zat ini ditambahkan untuk menambah viskositas dari
emulsi dengan gom arab.
Sebelum dipakai agar-agar tersebut dilarutkan dengan air
mendidih Kemudian didinginkan pelan-pelan sampai suhu tidak
kurang dari 45oC (bila suhunya kurang dari 45oC larutan agar-agar
akan berbentuk gel). Biasanya digunakan 1-2 %
d.Chondrus
Sangat baik dipakai untuk emulsi
minyak ikan karena dapat menutup
rasa dari minyak tsb. Cara
mempersiapkan dilakukan seperti
pada agar.
e.Emulgator lain
Pektin, metil selulosa, karboksimetil
selulosa 1-2 %.
Emulgator alam dari hewan

a. Kuning telur
Kuning telur mengandung lecitin (golongan protein /
asam amino) & kolesterol yg kesemuanya dapat
berfungsi sebagai emulgator. Lecitin merupakan
emulgator tipe m/a. Tetapi kemampuan lecitin lebih
besar dari kolesterol sehingga secara total kuning telur
merupakan emulgator tipe m/a. Zat ini mampu
mengemulsikan minyak lemak empat kali beratnya &
minyak menguap dua kali beratnya.
b. Adeps Lanae
Zat ini banyak mengandung kolesterol, merupakan
emulgator tipe a/m & banyak dipergunakan untuk
pemakaian luar. Penambahan emulgator ini akan
menambah kemampuan minyak untuk menyerap air.
Dalam keadaan kering dapat menyerap air 2 X
beratnya.
Emulgator alam dari tanah mineral

a. Magnesium Aluminium Silikat/ Veegum


Merupakan senyawa anorganik yg terdiri
dari garam-garam magnesium & aluminium.
Dengan emulgator ini, emulsi yg terbentuk
adalah emulsi tipe m/a. Sedangkan
pemakaian yg lazim adalah sebanyak 1 %.
Emulsi ini khusus untuk pemakaian luar.
b. Bentonit
Tanah liat yg terdiri dari senyawa aluminium
silikat yg dpt mengabsorbsikan sejumlah
besar air sehingga membentuk massa
seperti gel. Untuk tujuan sebagai emulgator
dipakai sebanyak 5 %.
Bahan Pengawet
• Emulsi mengandung: air, karbohidrat, protein,
sterol & fosfatida  mempermudah tumbuhnya
mikroba.
• Selama proses pembuatan  kemungkinan
emulsi mengalami kontaminasi melalui udara,
perlengkapan & personel.
• Jika emulgator berupa surfaktan  konsentrasi
pengawet lebih tinggi  seringkali pengawet
tersolubilisasi dalam misel.
• Kriteria pengawet  ???
YANG DAPAT DIGUNAKAN SEBAGAI
PENGAWET
• Nipagin 0,05-0,3 %
• Nipasol 0,02-0,2 %
• Alkohol 15 %
• Asam benzoat, na benzoat (pH 4) 0,05-0,01 %
• Benzil alkohol (pH 5) 1-4 %
• Butil paraben 0,02-0,2 %
• Benzalkonium klorida 0,002-0,1 %
• Asam sorbat (pH <6) 0,1 – 0,2 %
Antioksidan
• Minyak mudah mengalami oksidasi & berubah
menjadi tengik.
• Contoh antioksidan yg biasa digunakan dalam
sediaan emulsi : tokoferol, dodesil galat, oktil
galat, alkil galat, butil hidroksianisol,
butilhidroksitoluen & natrium metabisulfit.
• Ion logam yg dpt mengkatalisis terjadinya
reaksi oksidasi  diikat dengan “sequestering
agent”, ex : asam sitrat, asam tartrat, Na EDTA.
Prinsip Dasar Formulasi Emulsi
 Proses pembuatan
Tahap disruption memerlukan energi dalam berbagai
bentuk : panas, pengadukan mekanik, vibrasi ultrasonik
atau energi elektrik.
1. Panas
• Panas  ↙ teg permukaan  memudahkan proses
emulsifikasi.
• Panas  ↗ energi kinetik globul  memudahkan
terjadinya koelesensi.
2. Waktu pengadukan
Awal pengadukan terbentuk tetesan/globul2 kecil tapi
jika dilanjutkan menyebabkan tumbukan antar tetesan
 ↗ koalesensi.
 Proses manufaktur
 CPOB
 Peralatan
 Metode pembuatan  sesuai dengan jenis
emulgator
Stabilitas Emulsi

 Globul terdispersi dapat mempertahankan karakter


awal & masih terdistribusi secara merata ke seluruh fasa
luar selama usia guna sediaan.
 Tidak terjadi perubahan fasa.
 Tidak boleh ada kontaminasi mikroba selama
penyimpanan.
 Warna, bau, konsistensi, & rasa harus dapat dipertahan
selama usia guna sediaan.
Ketidakstabilan Emulsi
1. Pembentukan Krem
 Krn adanya proses pengambangan globul yg terdispersi ke
permukaan krn pengaruh gravitasi, sehingga masing-masing
partikel memisah menjadi bentuk emulsi krem (kadar lemak
lebih tinggi) & emulsi yang lebih encer.
2. Inversi Fasa
 Terjadi secara mendadak
3. Demulsifikasi
 Pemisahan sempurna emulsi menjadi masing2 komponen cair.
• Mula2 terjadi flokulasi (globul terdispersi saling berikatan
membentuk kelompok yg lebih besar)  jika dikocok akan
terdispersi secara sempurna.
• Koalesensi  globul membentuk kelompok yg lebih besar 
sifatnya irreversible.
e
Alur Produksi (Umum)
Raw Proses
Produk Pengemasan
Material Produksi

Pemeriksaan Evaluasi Akhir


Raw material
IPC

Produk Akhir
Formula
Sampel
Cara pertinggal
Pembuatan

Uji mutu
Uji Mutu Farmasetik Sediaan Emulsi

1. Evaluasi pada saat proses (In


Procces Control)
2. Evaluasi Akhir (Finish Product)
Jenis evaluasi :
1. Evaluasi Fisik
2. Evaluasi Kimia
3. Evaluasi Biologi
Uji Mutu Farmasetik Sediaan Emulsi
Cont’d
Evaluasi Fisik
1. Organoleptik: Bau, rasa, warna & kejernihan.
2. Homogenitas
3. Penetapan bobot jenis [FI IV <981>]
4. Penetapan pH [FI IV <1071>]
5. Penentuan tipe emulsi  Metode Penentuan
Tipe Emulsi
6. Penentuan ukuran globul
7. Uji volume terpindahkan [FI IV <1261>]
8. Pengukuran viskositas & sifat aliran
9. Tinggi sedimentasi
Metode Penentuan Tipe Emulsi
1. Metode Zat Warna
Dengan Metilen Blue atau Sudan Merah
2. Metode Pengenceran
Dilakukan pengenceran dengan air.
3. Metode Penghantaran Listrik
menggunakan sepasang elektroda yg
dihubungkan dengan sumber listrik luar &
dicelupkan dalam emulsi.
Metode Penentuan Tipe Emulsi
4. Fluoresens
Minyak berfluoresens dibawah UV  m/a
tidak berfluoresens, a/m berfluoresens
5. CoCl2/kertas saring
Kertas saring + CoCl2 biru akan merubah pink
jika digunakan emulsi m/a
Uji Mutu Farmasetik Sediaan Emulsi
Cont’d
Evaluasi Kimia
1. Identifikasi

2. Penetapan Kadar
Uji Mutu Farmasetik Sediaan Emulsi
Cont’d
Evaluasi Biologi
1. Uji efektivitas pengawet antimikroba [FI IV
<61>.
 Untuk formula yg menggunakan pengawet.
2. Penetapan potensi antibiotika (untuk zat aktif
antibiotik)
[ FI IV <131>]  untuk sediaan dengan zat
aktif antibiotik.
DOUBLE EMULSION
• Misal : a/m/a
• Tujuan : memperpanjang kerja obat
• Misal : mencampur emulgator untuk
membuat emulsi a/m seperti sorbitan
monooleat dengan suatu fase minyak &
mencampur dengan air (untuk membentuk
emulsi air dalam minyak). Emulsi a/m tersebut
kemudian didispersikan dalam suatu lar air yg
mengandung emulgator m/a seperti tween 80
sehingga terbentuk emulsi air dalam minyak
dalam air.
MICROEMULSION
Apa Perbedaannya????
Emulsi Mikroemulsi
•Ukuran globul : 0.25 – 10 µm • Ukuran globul : 10 – 200 nm
• Warna : buram / tidak jernih • Warna : jernih / transparan
• Tidak stabil secara • Tidak stabil secara
termodinamik termodinamik  relatif
• lebih stabil dibandingkan
dengan emulsi
Soal
• Formula:
– R/ Parafin cair 20% HLB: 12
Emulgator 5%
Air ad 100%
Tentukan jumlah emulgator yg dibutuhkan bila menggunakan
kombinasi Tween 80 (HLB 15) dan Span 80 (HLB 4.3)
Daftar Pustaka
• Ansel, Howard C, 1989, PENGANTAR BENTUK
SEDIAAN FARMASI Ed 4, Jakarta : Penerbit
Universitas Indonesia.
• Agoes, Goeswin, 2008, PENGEMBANGAN
SEDIAAN FARMASI Ed Revisi dan Perluasan,
Bandung : Penerbit ITB
• Lund, Walter, 1994, The Pharmaceutical
Codex, London : The Pharmaceutical Press
Sekian - Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai