Anda di halaman 1dari 23

3.2.

4 PEKERJAAN STRUKTUR

Untuk Pekerjaan struktur ini dilaksanakan terlebih dahulu setelah diperoleh


hasil Job mix dari laboratorium dan pengujian bahan material, kemudian setelah
pekerjaan selesai harus diuji/dievaluasi mutunya dari laboratorium.

A. Pekerjaan Abukment ( Kepala Jembatan )


Kepala Jembatan (Abutment) Kepala Jembatan atau abutment adalah
tempat perletakan bangunan bagian atas jembatan. Abutment disesuaikan
dengan hasil penyelidikan tanah dan sedapat mungkin harus diletakan diatas
tanah keras supaya dapat tercapai tegang tanah yang diizinkan. Dengan
memperhitungkan resiko terjadinya erosi maka paling tidak dasar abutment
harus berada 2 m dibawah muka tanah asli, terutama untuk abutment dengan
pondasi langsung.Pada pekerjaan struktur abutment ini ada beberapa tahapan
yaitu:
1) Pekerjaan Pour (abutment bagian bawah)
Pour ini adalah struktur bagian bawah pada pekerjaan abutment,
pelaksanaan pekerjaan ini dilaksanakan setelah pekerjaan struktur bawah
pondasi dan lantai kerja selesai. Proses pengerjaannya yaitu pemasangan
bekisting, kemudian dilanjutkan dengan pemasangan tulangan dan setelah
itu kemudian pengerjaan pengecoran. Sebelum pengecoran dilakasanakan
yang harus dikerjakan adalah mengecek semua pekerjaan bekisting dan
pemasangan tulangan agar hasil dari pengecoran tersebut sesuai sengan
rencana. Pekerjaan pengecoran ini digunakan mutu beton K 250, dan
menggunakan beton ready mix.
2) Pekerjaan Badan dan Dinding Sayap Abutment
Pekerjaan ini dilaksanakan setelah pekerjaan pour selesai, dengan
menggunakan mutu beton K 350. Proses pekerjaannya yaitu pemasangan
tulangan, kemudian pemasangan bekisting, pada saat pemasangan tulangan
untuk badan abutment digunakan besi D 19 uril untuk tulangan pokok dan
digunakan besi D 13 uril untuk tulangan sengkang sedangkan untuk
dinding sayap digunakan besi D 16 uril. Fungsi dari abutment ini adalah
sebagai dinding penahan tanah.
 Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan ini meliputi joint survey bersma–sama direksi menentukan
referensi BM dan titik awal bangunan atau Stationing Koordinat dan
Elevasi. Sesudah disepakati bersama kontraktor melaksanakaan
pengukuran poligon untuk membuat kerangka sistem pekerjaan,
melakukan situasi Exiting 0%, dan Cross Section 0% dan pengambilan
Dokumentasi Lapangan 0%.
Kontraktor membuat jalan kerja atau akses untuk memudahkan alat
berat mobilisasi atau demobilisasi dari lokasi pekerjaan disetiap masing–
masing jembatan, melaksanakan Cut and Fill disetiap lokasi pekerjaan
jembatan, team survey kembali Staking Out untuk menentukan titik
disetiap item pekerjaan jembatan.
Berikut pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan pada pekerjaan persiapan
diantaranya:
 Pemesanan dan kontrak pembelian material dan alat
 Mobilisasi dan De-mobilisasi
 Pemasangan papan nama proyek
 Direksikeet dan gudang
 Quality control alat dan bahan
 Listrik kerja
 Pekerjaan pengukuran dan bowplank
 Keamanan dan ketertiban proyek.
 Kesehatan dan keselamatan kerja
 Persyaratan Bahan
Semua bahan yang akan digunakan untuk penyelesaian pekerjaan ini,
harus berkualitas baik dan atas persetujuan konsultan pengawas. Bahan
yang akan digunakan disimpan dengan baik dan ditempatkan di tempat
yang aman, sehingga bebas dari pengaruh yang dapat mengurangi kualitas
bahan. Pengendalian pekerjaan ini harus memenuhi ketentuan yang
tercantum dalam gambar rencana dan spesifikasi.
 Persyaratan Pelaksanaan
Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, penyedia jasa memberikan
contoh bahan yang akan digunakan serta melakukan percobaan contoh
hasil atau kualitas dari bahan tersebut, untuk mendapatkan persetujuan
konsultan pengawas. Penyedia jasa memperhatikan dan mempelajari
bagian pekerjaan sesuai gambar rencana dan kondisi lapangan, membuat
shop drawing dari konstruksi pelaksanaan pekerjaan yang akan dilakukan
untuk mendapatkan persetujuan konsultan pengawas. Apabila ditemukan
perbedaan bagian pekerjaan antara gambar rencana dengan kondisi
lapangan, penyedia jasa memberitahukan secara tertulis kepada konsultan
pengawas untuk segera ditindak-lanjuti pemecahannya.
Semua bagian pekerjaan dilakukan oleh seorang ahli yang
berpengalaman dibidangnya dengan memperhatikan dan mengikuti
persyaratan teknis pelaksanaan serta pemakaian bahannya. Apabila hasil
atau kualitas pekerjaan dinilai kurang sempurna oleh konsultan pengawas,
disebabkan kelalaian pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya atau
dikarenakan pekerjaan ini telah merusak pekerjaan lainnya, maka penyedia
jasa bertanggung jawab untuk memperbaiki dan menyelesaikannya,
dengan adanya tambahan biaya. Penyedia jasa bertanggung jawab menjaga
dan memelihara hasil pekerjaan yang telah selesai hingga serah terima
pekerjaan dilakukan pada konsultan pengawas.
 Mobilisasi dan De-mobilisasi
Penyedia jasa melakukan mobilisasi segera setelah ditetapkan jadwal
mulai pelaksanaan pekerjaan (serah terima pelaksanaan pekerjaan),
meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat
bantu yang akan diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan ini, sehingga
tercapai hasil pekerjaan yang berkualitas baik dan sempurna.
Penyedia jasa melakukan de-mobilisasi segera setelah ditetapkan
selesai seluruh pelaksanaan pekerjaan (serah-terima hasil pekerjaan),
meliputi pengembalian tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat
bantu yang telah dipergunakan untuk menyelesaikan pekerjaan ini.
1) Pagar Sementara Proyek
Penyedia jasa melakukan pemagaran sementara proyek pada batas
keliling lokasi untuk memberikan perlindungan kenyamanan,
ketertiban dan keamanan terhadap seluruh komponen kegiatan
pelaksanaan pekerjaan. Pagar sementara proyek terbuat dari bahan
penutup seng, tinggi ±200 cm, diperkuat rangka dan penyangga
menggunakan balok-balok kayu atau bahan lainnya, ditempatkan
setiap jarak interval ±200 cm. Setelah selesai dikerjakan, pagar
sementara proyek harus di hindarkan dan di lindungi dari
kemungkinan adanya pengaruh yang dapat mengurangi kualitasnya.
Pemagaran sementara proyek diusulkan oleh penyedia jasa dan
disetujui konsultan pengawas.
2) Pembersihan Lokasi Proyek
Penyedia jasa melakukan pembersihan lokasi proyek diseluruh
tempat pelaksanaan pekerjaan. Pembersihan yang dilakukan meliputi
semua belukar, semak, sampah dan benda-benda lain yang tidak
diinginkan, kemudian dibuang keluar lokasi proyek. Bangunan
ataupun bekas bangunan yang masih ada pada lokasi dan harus
dibongkar atau dipindahkan karena mengganggu kelancaran
pelaksanaan harus atas persetujuan konsultan pengawas atau MK.
3) Papan dasar pelaksanaan (Bouwplank)
Penyedia jasa memasang papan dasar pelaksanaan yang dibuat dari
kayu dengan ukuran tebal 3 cm lebar 20 cm dan dipasang pada
penopang. Patok penopang dibuat dari kayu dengan ukuran 5 x 7 cm
yang ditancapkan kedalam tanah.
4) Direksikeet dan Gudang
Penyedia jasa mengadakan direksikeet sedemikian rupa untuk dapat
melakukan aktifitas sehari-hari secara baik, ukuran min. 24 m2.
Direksikeet terdiri dari ruangan untuk konsultan Pengawas, Enginer,
staf, koordinasi dan simpan peralatan, berikut kelengkapan sarana dan
prasarananya. Penyedia jasa mengadakan gudang sehingga bahan-
bahan dapat tersimpan secara baik dan terlindungi dari pengaruh yang
dapat mengurangi kualitas bahan. Lokasi dan lay-out direksikeet dan
gudang diusulkan oleh penyedia jasa dan disetujui konsultan
pengawas.
5) Listrik Kerja
Penyedia jasa mengadakan listrik kerja untuk kebutuhan
pelaksanaan dan kegiatan sehari-hari. Sumber listrik kerja diadakan
dari Genset dengan fasilitas yang sudah ada di lapangan dengan
persetujuan dari pengawas.
6) Pekerjaan Tanah
Pekerjaan tanah meliputi pengukuran, land clearing, penggalian,
pengurugan, pemadatan tanah.
7) Pengukuran dan Pematokan
Kegiatan ini meliputi pekerjaan pengukuran untuk pemasangan
patok-patok sehingga membentuk garis - garis yang sesuai dengan
gambar. Kontraktor bertanggung jawab atas kesempurnaan dan
kebenaran pengukuran. Tim pengawas akan memberikan titik acuan
sebagai dasar pengukuran titik koordinat. Atas tanggungan sendiri
kontraktor harus mengadakan survei dan pengukuran tambahan yang
diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan. Setiap tanda yang di buat
oleh tim pengawas ataupun oleh kontraktor harus di jaga baik – baik.
8) Land Clearing (Pembersihan dan Kupasan).
Pekerjaan ini mencakup:
 Penggalian, penimbunan dan pemadatan atau pembuangan
material sisa.
 Pembersihan terhadap semak-semak dan pohon yang berada
pada lokasi proyek
 Pekerjaan stripping atau galian tanah existing
 Pekerjaan galian tie beam & pile cap
 Pekerjaan pecah batu
 Bekas-bekas hasil kupasan, tanaman, dan semak-semak,
diangkut ke luar area proyek.
 Pengawasan Umum
Pada umunya pengawasan terhadap proyek menyangkut masalah biaya,
mutu dan ketepatan waktu pelaksanaan pekerjaan. Secara umum
pengawasan pekerjaan ini bertugas mengawasi pelaksanaan pekerjaan
proyek agar sesuai dengan sfesifikasi yang telah disepakati bersama. Juga
untuk mengetahui kemajuan proyek, apakah sudah berjalan sesuai dengan
time schedule yang ada serta apabila ada kekurangan atau perubahan
dalam teknis dilapangan dapat segera dirundingakan oleh pihak kontraktor
dengan pihak pemilik yang diwakilkan oleh konsultan.
1) Pengawasan Dalam Bidang Teknis
Pengawasan dalam bidang teknis ini menyangkut masalah mutu
pekerjaan. Pengawasan dalam pelaksanaan pada dasarnya dibagi atas
tiga pekerjaan, yaitu sebagai berikut:
a) Tahap pra pengecoran
Pada tahap pra pengecoran dilakukan pengawasan dalam segala
aspek yang menyangkut pengecoran, sehingga dapat dihindari
kesalahan–kesalahan yang dapat menghambat pekerjaan dan dapat
menurunkan mutu hasil pengecoran. Sebelum izin cor dikeluarkan
oleh konsultan, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan dilapangan.
Hal – hal yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
 Memeriksa kesiapan bucket dan concrete pump harus siap
pakai dalam kondisi yang bailk.
 Pemeriksaan material.
 Peralatan.
 Pemeriksaan bekisting, diantaranya yaitu sebagai berikut:
 Konstruksi bekisting diperiksa sehingga dapat dipastikan
bahwa bekisting cukup kuat menerima beban pada tahap
pengecoran dan pasca pengecoran.
 Posisi bekisting dan ukurannya diperiksa, posisi dan elevasi
bekisting serta dengan ukurannya harus sudah tepat.
 Pemeriksaan pembesian. Penulangan harus sudah sesuai
dengan gambar rencana.
 Setelah semua memenuhi syarat, konsultan baru boleh
mengeluarkan surat izin cor. Apabila salah satu syarat
belum terpenuhi, konsultan dapat menunda pengeluaran
surat izin cor sampai kekurangan tersebut diselesaikan oleh
kontraktor.
b) Tahap Pengecoran
1. Penyedia jasa harus member tauhukan pengawas pekerjaan
memberitahukan pengawas pekerjaan secara tertuls paling
sedikit 24 jam sebelum memulai pengecoran beton, atau
meneruskan pengecoran beton bila mana pengecoran beton
telah ditunda lebih dari 24 jam. Pemberitahuan harus meliputi
lokasi, kondisi pekerjaan, mutu beton dan tanggal serta waktu
pencampuran beton.
Pengawas pekerjaan akan member tanda terima atas
pemberitahuan tersebut dan akan memeriksa acuan, dan
tulangan dan dapat mengeluarkan persetujuan tertulis maupun
tidak untuk memulai peleksanaan pekerjaan seperti yang
direncanakan penyedia jasa tidak boleh melaksanakan
pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis dari pengawas
pekerjaan.
2. Tidak bertentangan dengan diterbitkannya suatu persetujuan
untuk memulai pengecoran , pengecoran beton tidak boleh
dilaksanakan bila mana pengawas pekerjaan atau wakilnya
tidak hadir untuk menyelesaikan oporasi pencampuran dan
pengecoran secara keseluruhan.
3. Segera sebelum pengecoran beton di mulai, acuan harus
dibasahi dengan air atau diolesi minyak yang khusus ( oil form)
disisi dalam nya dengan minyak yang tidak meninggalkan
bekas
4. Pekerjaan beton sdh harus selesai sebelum waktu ikat awalnya
(intital setting time)
5. Pengecoran beton harus dilanjutkat tanpa berhenti sampai
dengan sambungan konstruksi ( contruction joint ) yang telah
di setujui sebelumnya atau sampai pekerjaan selesai.
6. Beton harus dicor sedemikian rupa hingga terhindar dari
segregasi dari partikel kasar dan halus dari campuran. Beeton
harus dicor dalam campuran sedekat mungkin dengan yang
dapat dicapai pada posisi akhir beton untuk mencegah
pengaliran yang tidak boleh melampaui 1 m dari tempat awal
pengecoran.
7. Bila mana beton dicor dalam acuan struktur yang memiliki
bentuk yang rumit dan penulangan yang rapat, maka beton
harus dicor dalam lapisan-lapisan horizontal dengan tidak
melampaui 15 cm. untuk dinding beton tinggi pengecoran
dapat 30 cm menerus sepanjang kekiking stuktur. Apabila
digunakan beton SCC maka beton dicorkan tanpa berlapis.
8. Beton tidak boleh jatuh bebas kedalam acuan dengan
ketinggian lebih dari 150 cm. beton tidak boleh dicor langsung
dalam air.
9. Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa
hingga campuran beton yang telah dicor masih plastis sehingga
dapat menyatu dengan campuran beton yang baru.
10. Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton
yang akan dicor harus terlebih dahulu dikasarkan, dibersikan
dari bahan-bahan yang lepas dan rapuh dan telah disiram
dengan air hingga jenuh. Sesaat sebelum pengecoran beton
baru ini, bidang-bidang kontak beton lama harus disapu dengan
adukan semen dengan campuran yang sesuai dengan betonnya.
11. Air tidak boleh dialirkan diatas atau dinaikan kepermukaan
pekerjaan beton dalam waktu 24 jam setelah pengecoran.
12. Umntuk meminimalisir terjadinya kenaikan temperature pada
saat pengecoran beton bervolume besar atau tingkat penguapan
yang lebih 1 kg/m2 /jam, sistem pendinginan menggunakan es
batu yang dihancurkan (tidak berupa bongkahan besar) pada
beton besar dapat dilakukan dengan sebagai bagian dari
campuran beton atau menginjeksi campuran nitrogen kedalam
mixer atau pendinginan agregat dengan cara penyiraman
agregat, dan pengendalian temperature semen.

Pengawasan pada tahap pengecoran perlu dilakukan supaya kekuatan hasil


pengecoran memenuhi syarat yang telah ditetapkan.

Adapun pengawasan ini meliputi:

 Arah pengecoran.
 Kekentalan adukan.
 Uji slump.
 Pemadatan, dilakukan dengan vibrator.
 Finishing, agar permukaan beton merata.
 Tahap pasca pengecoran

Pengawasan pada tahap pasca pengecoran perlu dilakukan karena akan


mempengaruhi kualitas hasil pengecoran.

Pengawasan yang perlu dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:

 Permukaan beton selama tiga hari berturut – turut harus dijaga selama
beton tersebut belum mengeras, pada daerah tersebut tidak boleh diberi
beban dulu.
 Pembukaan bekisting hanya boleh dilkakukan minimal 10 hari.
B. PEKERJAAN PONDASI TIANG PANCANG
a. Tiang pancng
 Toleransi Dimensi: 1. Dimensi Penampang ± 6mm
2. Panjang Total ± 25 m m
3. Penyimpangan Dari garis Lurus 1mm Permeter
Pancang
4.Ketidaksikuan Pangkal 2 mm dalam
lebar pangkal
5. Selimut tulangan +5mm ,- 3m m
(termasuk tendon)
6. Lubang keluar tendon pada acuan ± 2mm
Dan kepala tiang pancang
7. Tendon ± 1,5 m m
 sepatu tiang dan penyambungan (sp lece) tiang pancang pra
fabrikasi.
Sepatu dan sambungan (joint) tiang, bila mana penyambung
(splice) tiang diperkenankan, harus dipasang kuat pada tiang
pancang, ditengah-tengah dan segaris dengan sumbu tiang
pancang.
 panjang pengecoran Tiang
kecuali itunjukan lain dalam gambar, maka tiang pancang harus
dicor dengan panjang utuh tanpa sambungan.
b. Pengajuan kesiapan kerja
 Penyedia jasa harus menyerahkan rincian sisitem peralatan dan
bahan yang hendak digunakan dalam operasi prategang.rincian
tersebut harus meliputi metode dan urutan tegangan, rincian
lengkap untuk baja prategang, perkakas pengukuran, jenis selosong
dan setiap data relative lainnya untuk operasi prategang. Malahan
rincian tersebut harus menunjukan tiaap susunan dari baja tulangan
yang bukan prategang seperti yang ditunjukan dalam gambar.
 Bila mana sistem prategang yang diusulkan oleh penyedia jasa
memerlukan modifikasi dalam jumlah, bentuk atau ukuran baja
tulangan, maka penyedia jasa harus menyerahkan gambar dan
perhitungan yang cukup terinci untuk menapat persetujuan dari
yang ditujukan dalam gambar.
 Suatu sertifikat persetujuan (perjanjian) resmi untuk sistem
prategang harus diserahkan dan disetujui oleh pengawas pekerjaan
sebelum penempatan setiap tendon. Sertifikat persetujuan ini harus
dikeluarkan oleh suatu lembaga pengujian yang resmi. Sebaoknya
pengawas pekerjaan dapat memerintahkan sedemikian hingga
diperoleh suatu sertifikat persetujuan dari laboratorium pilihan
pengawas pekerjaan atas biaya penyedia jasa. Semua peraturan
yang berhubungan dengan sertifikat persetujuan ini selanjutnya
harus tunduk pada persetujuan dari pengawas pekerjaan.
 Untuk setiap jenis elemen prategang penyedia jasa harus
menyediakan 2 set semua detail gambar kerja, disiapkan secara
khusus untuk kontrak, kepada pengawas pekerjaan untuk
pennjauan ulang. Setelah peninjauan ulang, 3 set harus diserahkan
kepada pengawas pekerjaan untuk digunakan selama pelaksanaan.
Detail gambar kerja harus meliputi judul pekerjaan, nama stuktur
seperti ditujukan pada gambar, dan nomor kontak. Penyedia jasa
tidak boleh , mengecor seriap elemen yang akan diprategangkan
sebelum peninjauan ulang detail gambar kerja terinci selesai.
c. Ahli pra-tegang
Penyedia jasa harus menempatkan tim khusus ahli pra-tegang untuk
kepentingan pengawasan pekerjaan, sekurang-kurangnya seorang ahli
kepela, untuk memberkan petunjuk yang diperlukan selama operasi pra-
tegang.
 Bahan
1.Beton
Beton harus dibuat memenuhi ketentuan sesuai dengan mutu yang
igunakan. Mutu beton untuk tiap jenis unit harus sebagaimana ditunjukan
dalam gambar.
2.Acuan
Acuan harus terbuat dari logam atau kayu yang dilapisi kedap air, dan
harus cukup kuat sehingga tigak akan melendut melebihi batas-batas
toleransi selama pengecoran.
3.Graut ( Grout)
Kecuali diperintahkan oleh pengawas pekerjaan, berasarkan percobaan
penyuntikan (grouting), maka grount harus berupa pasta terdiri dari semen
portal biasa dan air. Rasio air semen haruslah serendah mungkin sesuai
dengan sifat kelecakan (workability) yang diperlukan tapi tidak melebihi
0,45.
2. Baja tulangan
Batang baja dan tulangan anyaman harus sesuai dengan spesifikasi ini
3. Baja pra-tegang
Kawat(wire) pra-tegang harus terdiri dari kawat dengan kuat tarik tinggi
dengan panjang menerus tanpa sambungan atau kopel dan harus sesuai
dengan SNI 1155:2016.
4. Pengakuran
Pengakuran harus mampu menahan paling sedikit 95 persen kuat tarik
minimum baja prategang, dan harus memberikan penyebaran tegangan
yang merata dalam beton pada ujung tendon. Perlengkapan harus
disediakan untuk perlindungan akur dari korosi.
5. Selosong
Selosong yang disediakan untuk tendon pasca –tarik harus dbentuk
denagan bantuan selosong berusuk yang lentur atau selosong logam
bergelombang yang dogalvanisasi dan harus cukup kaku untuk
mempertahan kan profil yang diinginkan dan titik –titik penulangan
selama tekanan bekerja. Ujung selosong harus dibuat sedemikian rupa
sehingga dapat memberikan gerak bebas pada ujung ankur. Sambungan
antara ruas-ruas selongsong harus benar-benar merupakan sambungan
logam dan segera harus ditutup sampai rapat dengan menggunakan pita
perekat tahan air untuk mencegah kebocoran adukan.
6. Pekerjaan lain-lain
Air yang digunakan untuk pembilasan selosong harus mengandung baik
kapur sirih (kalsium oksida) maupun kapur tohor (kalsium Hido-oksida)
dengan takaran 12 gram per liter. Udara bertekanan, yang digunakan untuk
meniup selosong, harus bebas dari minyak.
 Langkah - langkah dari pekerjaan untuk dimensi kubus/ ukuran dan tiang
pancang:
1. Menghitung daya dukung yang didasarkan pada karakteristik tanah
dasar yang diperoleh dari penyelidikan tanah. Dari sini, kemudian
dihitung kemungkinan nilai daya dukung yang diizinkan pada berbagai
kedalaman, dengan memperhatikan faktor aman terhadap keruntuhan
daya dukung yang sesuai, dan penurunan yang terjadi harus tidak
berlebihan.
2. Menentukan kedalaman, tipe, dan dimensi pondasinya. Hal ini
dilakukan dengan jalan memilih kedalaman minimum yang memenuhi
syarat keamanan terhadap daya dukung tanah yang telah dihitung.
Kedalaman minimum harus diperhatikan terhadap erosi permukaan
tanah, pengaruh perubahan iklim, dan perubahan kadar air. Bila tanah
yang lebih besar daya dukungnya berada dekat dengan kedalaman
minimum yang dibutuhkan tersebut,dipertimbangkan untuk
meletakkan dasar pondasi yang sedikit lebih dalam yang daya dukung
tanahnya lebih besar. Karena dengan peletakan dasar pondasi yang
sedikit lebih dalam akan mengurangi dimensi pondasi, dengan
demikian dapat menghemat biaya pembuatan pelat betonnya.
3. Ukuran dan kedalaman pondasi yang ditentukan dari daya dukung
diizinkan dipertimbangkan terhadap penurunan toleransi. Bila ternyata
hasil hitungan daya dukung ultimit yang dibagi faktor aman
mengakibatkan penurunan yang berlebihan, dimensi pondasi diubah
sampai besar penurunan memenuhi syarat.
 Tahapan pekerjaan pondasi tiang pancang adalah sebagai berikut :
1. Pekerjaan Persiapan
 Membubuhi tanda, tiap tiang pancang harus dibubuhi tanda
serta tanggal saat tiang tersebut dicor. Titik-titik angkat yang
tercantum pada gambar harus dibubuhi tanda dengan jelas pada
tiang pancang. Untuk mempermudah perekaan, maka tiang
pancang diberi tanda setiap 1 meter.
 Pengangkatan/pemindahan, tiang pancang harus
dipindahkan/diangkat dengan hati-hati sekali guna menghindari
retak maupun kerusakan lain yang tidak diinginkan.
 Rencanakan final set tiang, untuk menentukan pada kedalaman
mana pemancangan tiang dapat dihentikan, berdasarkan data
tanah dan data jumlah pukulan terakhir (final set).
 Rencanakan urutan pemancangan, dengan pertimbangan
kemudahan manuver alat. Lokasi stock material agar diletakkan
dekat dengan lokasi pemancangan.
 Tentukan titik pancang dengan theodolith dan tandai dengan
patok.
 Pemancangan dapat dihentikan sementara untuk peyambungan
batang berikutnya bila level kepala tiang telah mencapai level
muka tanah sedangkan level tanah keras yang diharapkan
belum tercapai. Proses penyambungan tiang :
a. Tiang diangkat dan kepala tiang dipasang pada helmet
seperti yang dilakukan pada batang pertama.
b. Ujung bawah tiang didudukkan diatas kepala tiang yang
pertama sedemikian sehingga sisi-sisi pelat sambung kedua
tiang telah berhimpit dan menempel menjadi satu.
c. Penyambungan sambungan las dilapisi dengan anti karat
d. Tempat sambungan las dilapisi dengan anti karat.
 Selesai penyambungan, pemancangan dapat dilanjutkan seperti
yang dilakukan pada batang pertama. Penyambungan dapat
diulangi sampai mencapai kedalaman tanah keras yang
ditentukan.
 Pemancangan tiang dapat dihentikan bila ujung bawah tiang
telah mencapai lapisan tanah keras/final set yang ditentukan.
 Pemotongan tiang pancang pada cut off level yang telah
ditentukan.
2. Proses Pengangkatan
 Pengangkatan tiang untuk disusun ( dengan dua tumpuan ) Metode
pengangkatan dengan dua tumpuan ini biasanya pada saat
penyusunan tiang beton, baik itu dari pabrik ke trailer ataupun dari
trailer ke penyusunan lapangan. Persyaratan umum dari metode ini
adalah jarak titik angkat dari kepala tiang adalah 1/5 L. Untuk
mendapatkan jarak harus diperhatikan momen maksimum pada
bentangan, haruslah sama dengan momen minimum pada titik
angkat tiang sehingga dihasilkan momen yang sama. Pada
prinsipnya pengangkatan dengan dua tumpuan untuk tiang beton
adalah dalam tanda pengangkatan dimana tiang beton pada titik
angkat berupa kawat yang terdapat pada tiang beton yang telah
ditentukan dan untuk lebih jelas dapat dilihat oleh gambar.
 Pengangkatan dengan satu tumpuan Metode pengangkatan ini
biasanya digunakan pada saat tiang sudah siap akan dipancang oleh
mesin pemancangan sesuai dengan titik pemancangan yang telah
ditentukan di lapangan. Adapun persyaratan utama dari metode
pengangkatan satu tumpuan ini adalah jarak antara kepala tiang
dengan titik angker berjarak L/3. Untuk mendapatkan jarak ini,
haruslah diperhatikan bahwa momen maksimum pada tempat
pengikatan tiang sehingga dihasilkan nilai momen yang sama.

pengangkatan tiang dengan dua tumpuan

3. Proses Pemancangan
 Alat pancang ditempatkan sedemikian rupa sehingga as hammer
jatuh pada patok titik pancang yang telah ditentukan.
Gambar Alat Pemancang
 Tiang diangkat pada titik angkat yang telah disediakan pada setiap
lubang.

Gambar Penyimpanan Tiang Pancang


 Tiang didirikan disamping driving lead dan kepala tiang dipasang
pada helmet yang telah dilapisi kayu sebagai pelindung dan
pegangan kepala tiang.
Gambar Tiang Pancang Ditarik dengan Sling
 Ujung bawah tiang didudukkan secara cermat diatas patok pancang
yang telah ditentukan.
Gambar Tiang Pancang Diluruskan
 Penyetelan vertikal tiang dilakukan dengan mengatur panjang
backstay sambil diperiksa dengan waterpass sehingga diperoleh
posisi yang betul-betul vertikal. Sebelum pemancangan dimulai,
bagian bawah tiang diklem dengan center gatepada dasar driving
lead agar posisi tiang tidak bergeser selama pemancangan, terutama
untuk tiang batang pertama.
Gambar Kemiringan Dicek Dengan Waterpass
 Pemancangan dimulai dengan mengangkat dan menjatuhkan hammer
secara kontiniu ke atas helmet yang terpasang diatas kepala tiang

Gambar Pemancangan Tiang Pertama


 Quality Control
1. Kondisi fisik tiang,
a. Seluruh permukaan tiang tidak rusak atau retak
b. Umur beton telah memenuhi syarat
c. Kepala tiang tidak boleh mengalami keretakan selama
pemancangan
2. Toleransi, Vertikalisasi tiang diperiksa secara periodik selama proses
pemancangan berlangsung. Penyimpangan arah vertikal dibatasi tidak
lebih dari 1:75 dan penyimpangan arah horizontal dibatasi tidak leboh
dari 75 mm.
3. Penetrasi, Tiang sebelum dipancang harus diberi tanda pada setiap
setengah meter di sepanjang tiang untuk mendeteksi penetrasi per
setengah meter. Dicatat jumlah pukulan untuk penetrasi setiap
setengah meter.
4. Final set, Pamancangan baru dapat dihentikan apabila telah dicapai final
set sesuai perhitungan.
C. PEKERJAAN PILAR
Pada pekerjaan struktur pilar/pier meliputi beberapa tahapan yaitu:
1. Pekerjaan pondasi
Pekerjaan ini dilaksanakan sebelum Pekerjaan Pier kolom dengan
menggunakan mutu beton K 350. Proses pekerjaannya meliputi
pemasangan tulangan, kemudian pemasangan bekisting, pada saat
pemasangan tulangan untuk badan Pondasi digunakan besi D 19 uril
untuk tulangan pokok dan digunakan besi D 13 uril untuk tulangan
sengkang.
2. Pekerjaan pier kolom
Setelah pengecoran pile cap selesai maka mulai dipersiapkan untuk
penyetelan pier kolom. Sambungan overlap antara tulangan
memanjang adalah 40 diameter sesuai PBI 1971. Beton decking
setebal 5 cm harus sudah terpasang sebelum bekisting ditempatkan
pada tulangan. Jarak antara beton decking dipasang per 40 cm dalam
grid. Setelah penyetelan tulangan selesai (kapasitas produksi
penyetelan lihat penyetelan besi pile cap) dan beton decking terpasang
seluruhnya maka mulai pemasangan metal form sebagai bekisting
Pada saat pemasangan bekisting ini harus dicek semua ikatan
terpasang kuat. Pekerjaan ini dilaksanakan dengan menggunakan mutu
beton K 350 dan K 450. Proses pekerjaannya yaitu: pemasangan
tulangan, kemudian pemasangan bekisting, lalu pengecoran. Pada saat
pemasangan tulangan untuk pier kolom digunakan besi D 32 uril untuk
tulangan pokok dan digunakan besi D 13 uril untuk tulangan sengkang.
Pengecoran dapat dilaksanakan apabila Pemasangan tulangan telah
selesai, kebersihan telah mendapat approval dari engineer, pada
pengecoran pier ini dipakai concrete pump sebagai alat bantu
pengecoran beton. Bekisting sudah dapat diangkat minimal 3 hari
setelah pengecoran (beton dengan additive superplastisizer), setalah
bekisting diangkat beton segera dipelihara (curing) dengan
menyemprotkan curing compound pada permukaan beton
3. Pekerjaan pier head
Setelah curing beton untuk pier kolom minimal dilaksanakan 7 hari
maka mulai untuk pekerjaan pier head, sebelum penyetelan tulangan
maka bekisting deck harus telah terpasang diatas scaffolding pada
posisi benar setelah dilaksanakan posisi vertikal dan horizontal oleh
tim survey. Ikatan bekisting deck ini kemudian dimatikan agar tidak
bergerak pada saat bekerja menyetel tulangan pier head.
Setelah pekerjaan pemasangan bekisting selesai kemudian di lanjut
dengan pengerjaan penyetelan tulangan, dan setelah itu sebelum
pengecoran dilaksanakan tim survey akan melakukan pengecekan total
baik elevasi maupun kevertikalan pier head, kemudian ikatan bekisting
dimatikan. Pengecoran dibantu oleh conrete pump setelah mendapat
approval engineer, dan bekisting dinding dapat dilepaskan minimal 3
hari setelah pengecoran, sedangkan bekisting deck tetap terpasang
minimal 10 hari setelah pengecoran
Pekerjaan ini dilaksanakan dengan menggunakan mutu beton K 350
dan K 450. Proses pekerjaannya yaitu: pemasangan bekisting,
kemudian pemasangan tulangan, lalu pengecoran. Pada saat
pemasangan tulangan untuk pier head digunakan besi D 13 – D 25 uril

Proses Pekerjaan Pilar Jembatan


D. PEKERJAAN LANTAI KENDARAAN

Anda mungkin juga menyukai