BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Kegiatan pinjam meminjam uang telah dilakukan sejak lama dalam kehidupan
masyarakat yang telah mengenal uang sebagai alat pembayaran. Dapat diketahui bahwa
hampir semua masyarakat telah menjadikan kegiatan pinjam meminjam uang sebagai
alat sesuatu yang sangat diperlukan untuk mendukung perkembangan kegiatan
perekonomiannya dan untuk meningkatkan taraf kehidupannya. Pihak pemberi pnjaman
yang mempunyai kelebihan uang bersedia meminjamkan uang kepada yang
memerlukan. Sebaliknya, pihak peminjam berdasarkan keperluan atau tujuan tertentu
melakukan peminjaman uang tersebut. Secara umum dapat dikatakan bahwa pihak
peminjam meminjam uang kepada pihak pemberi pinjaman untuk membiayai
kebutuhan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari atau untuk memenuhi
keperluan dana guna pembiayaan kegiatan usahanya.
1
pemberi kredit. Peraturan perundang-undangan yang memuat ketentuan hukum jaminan
yang dikodifikasi adalah Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) dan
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUH Dagang), sedangkan yang berupa
undang-undang, misalnya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-benda yang Berkaitan dengan Tanah (UU No. 4
Tahun 1996), dan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia (UU
No. 42 Tahun 1999).[3]
2
BAB II
PEMBAHASAN
Perjanjian adalah salah satu bagian terpenting dari hukum perdata. Sebagaimana
diatur dalam buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Di dalamnya diterangkan
mengenai perjanjian, termasuk di dalamnya perjanjian khusus yang dikenal oleh
masyarakat seperti perjanjian jual beli, perjanjian sewa menyewa,dan perjanjian pinjam-
meminjam.
Perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang berdasarkan mana yang
satu berhak menuntut hal dari pihak lain dan pihak lain berkewajiban untuk memenuhi
tuntutan itu.
Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada orang lain atau
dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.
Pengertian perjanjian secara umum adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji
kepada seorang lainnya atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan
sesuatu hal. Dari peristiwa itulah maka timbul suatu hubungan antara dua orang tersebut
yang dinamakan perikatan. Dalam bentuknya, perjanjian merupakan suatu rangkaian
perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis.
Sedangkan definisi dari perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang
atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari
pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan Perikatan
adalah suatu pengertian yang abstrak, sedangkan perjanjian adalah suatu hal yang
konkret atau suatu peristiwa.
3
Supaya terjadi persetujuan yang sah, perlu dipenuhi 4 syarat:
Dua syarat pertama disebut juga dengan syarat subyektif, sedangkan syarat ketiga dan
keempat disebut syarat obyektif. Dalam hal tidak terpenuhinya unsur pertama
(kesepakatan) dan unsur kedua (kecakapan) maka kontrak tersebut dapat dibatalkan.
Sedangkan apabila tidak terpenuhinya unsur ketiga (suatu hal tertentu) dan unsur
keempat (suatu sebab yang halal) maka kontrak tersebut adalah batal demi hukum.
Secara etimologi istilah kredit berasal dari bahasa Latin “credere”, yang berarti
kepercayaan. Hal ini menunjukkan, bahwa yang mnenjadi dasar pemberian kredit oleh
bank kepada nasabah debitur adalah kepercayaan. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, salah satu pengertian kredit adalah pinjaman uang dengan pembayaran
pengembalian secara mengangsur atau pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang
diijinkan oleh bank atau badan lain.Pasal 1 angka 11 Undang-undang No. 10 Tahun
1998 merumuskan, bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
“Pinjam-meminjam adalah perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan pihak
yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabis karena
pemakaian,dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan
sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula”
4
Ada dan berakhirnya perjanjian jaminan bergantung pada perjanjian pokok. Arti riil
ialah bahwa terjadinya perjanjian kredit ditentukan oleh penyerahan uang oleh bank
kepada nasabah debitor. Sehingga dapat dikatakan juga perjanjian kredit merupakan
perjanjian baku, dengan di sana sini diadakan penyesuaian seperlunya.
Biasanya pihak bank telah mempunyai draft tersendiri, dimana para pihak dapat
mengisi data pribadi dan data tentang pinjaman yang diambil, sedangkan jangka waktu
dan bentuknya sudah dicetak secara baku. Apabila debitur menerima semua ketentuan
dan persyaratan yang ditentukan oleh bank, maka debitur berkewajiban untuk
menandatangani perjanjian kredit tersebut.
Secara yuridis ada dua jenis perjanjian kredit yang digunakan bank, yaitu; perjanjian
kredit dibawah tangan atau akta dibawah tangan dan perjanjian kredit yang dibuat oleh
dan dihadapan notaris (notaril) atau akta otentik
Yang dimaksud dengan akta perjanjian kredit di bawah tangan adalah perjanjian
pemberian kredit oleh bank kepada nasabahnya yang hanya dibuat di antara mereka
(kreditor dan debitor) tanpa notaris. Akta perjanjian kredit dibawah tangan ini memiliki
beberapa kelemahan, antara lain:
a) Apabila akan diambil tindakan hukum melalui proses peradilan karena misalnya
alasan debitor wanprestasi, maka seandainya debitor yang bersangkutan
menyangkal atau memungkiri tandatangannya akan berakibat mentahnya
kekuatan hukum perjanjian kredit yang telah dibuat tersebut. Dalam pasal 1877
KUH Perdata disebutkan bahwa jika seseorang memungkiri tulisan atau
tandatangannya, maka Hakim harus memerintahkan supaya kebenaran dari pada
tulisan atau tandatangan tersebut diperiksa di muka Pengadilan, tentunya hal ini
akan merepotkan bank.
b) Oleh karena perjanjian ini dibuat hanya oleh para pihak, dimana formulirnya
telah disediakan oleh bank (formulir baku), maka ada kemungkinan terdapat
kekurangan data-data yang seharusnya dilengkapi untuk suatu kepentingan
5
pengikatan kredit, bahkan dapat terjadi karena alasan-alasan pelayanan,
penandatanganan perjanjian dilakukan walaupun formulir perjanjian masih
dalam bentuk blangko kosong, bila terjadi perselisihan, debitor dapat
menyangkal menandatangani akta perjanjian tersebut atau mengelak mengakui
perjanjian kredit dengan alasan yang bersangkutan menandatangani blangko
kosong.
c) Apabila akta perjanjian kredit dibawah tangan tersebut hilang karena sebab
apapun, maka bank tidak lagi memiliki arsip asli mengenai adanya perjanjian
tersebut sebagai alat bukti, keadaan ini akan membuat posisi bank menjadi
lemah bila terjadi perselisihan. Berbeda dengan akta perjanjian kredit notaril,
walaupun arsip di bank hilang, masih ada arsip lainnya di notaris.
a) yang dibuat “oleh”, produknya disebut “proses verbal akta” karena prosesnya
hanya menulis apa yang dilihat dan yang dialami sendiri oleh seorang notaris
tentang perbuatan (handeling) dan kejadian (daadzaken); membaca dan
menandatangani hanya bersama para saksi akta tersebut di luar hadirnya atau
karena penolakan para penghadap.
b) yang dibuat “dihadapan” pejabat umum dengan produk berupa “party akta”
prosesnya berupa membaca isi akta tersebut, disusul oleh penandatanganan akta
tersebut oleh para penghadap dan para saksi, terakhir oleh notaris itu sendiri.
6
Isi akta otentik
Bank Perkreditan rakyat, yaitu bank yang dapat menerima simpanan hanya dalam
bentuk deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan
itu pemberian kredit pada hakekatnya melaksanakan secara langsung tugas-tugas
pemerintah yang berkaitan dengan pengembangan sektor ekonomi, untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat menurut pola yamg ditetapkan oleh pemerintah.
7
B. PENERIMA KREDIT (DEBITUR)
Berkenaan dengan hal tersebut pengaturan tentang debitur tidak diatur secara tegas
siapa saja yang dapat menjadi debitur, akan tetapi hanya disebutkan bahwa debitur
adalah orang yang mendapat fasilitas dari pihak kreditur (bank) berupa kredit dengan
kewajiban mengembalikan pada waktu yang telah disepakati. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa debitur adalah perseorangan atau badan usaha yang mendapatkan
kredit dan wajib mengembalikan setelah jangka waktu yang telah ditentukan.
Isi dari Perjanjian Pemberian Kredit Setiap kredit yang telah disepakati oleh
pemberi kredit (Kreditor) dan penerima kredit (Debitor) maka wajib dituangkan dalam
bentuk perjanjian yaitu perjanjian kredit. Perjanjian itu sendir diatur dalam Pasal 1313
KUHPerdata. Perjanjian kredit sendiri berakar pada perjanjian pinjam meminjam
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1754 KUHPerdata. Perjanjian kredit antara Bank
dengan nasabah Debitor merupakan perjanjian pokok, dan sebagaimana perjanjian pada
umumnya harus memenuhi syarat umum yang diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata,
yaitu :
8
ayat 12 menyebutkan bahwa arti kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalah
atau pembagian hasil keuntungan.
Dari pengertian diatas diperoleh dapat dimengerti bahwa dalam perjanjian kredit
tersebut berisi tentang unsure-unsur perjanjian, yaitu;
1. Persetujuan dan kesepakatan pinjam meminjam;
2. Adanya kesepakatan antara para pihak yang nama dan identitasnya
disebutkan secara jelas dan tegas dalam perjanjian tersebut. Agar di
kemudian hari tidak terjadi masalah.
3. Antara pihak bank dengan pihak lain;
4. Para pihak dapat berupa bank dengan individu, bank dengan badan hukum
maupun bank dengan bank lainnya.
5. Kewajiban untuk melunasi hutangnya;
6. Adanya kewajiban untuk melunasi hutang yang apabila wanprestasi dapat
menimbulkan akibat hukum secara pidana maupun perdata. Debitor
bertanggung jawab penuh dalam pelunasan hutang.
7. Untuk jangka waktu tertentu;
8. Biasanya dalam suatu perjanjian kredit bank, diberi jangka waktu yang
tertentu. Umumnya 2 tahun, namun jangka waktu tersebut berkaitan erat
dengan jumlah kedit yang dipinjam Universitas Sumatera Utara
9. Adanya bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.
10. Bank memberikan kredit pasti juga dengan adanya keuntungan yang
didapat. Bank menetapkan bunga yang harus dipenuhi oleh si nasabah bank,
yang juga merupakan kewajibannya untuk dilunasi.
9
Menurut Ch. Gatot Wardoyo, beberapa klausul yang selalu dan perlu
dicantumkan dalam setiap perjanjian kredit, yaitu : Surat permohonan kredit atau daftar
isian merupakan dokumen/data pertama bagi bank untuk melangkah leih jauh lagi,
maka pihak bank meminta kepada pemohon kredit agar melengkapi lampiran-lampiran
yang diperlukan,seperti akta otentik, surat jaminan, referensi, neraca laba rugi
perusahaan yang bersangkkutan, feasibility study dan sebagainya. Sehingga lampiran-
lampiran tersebut merupakan bagian mutlak dan tidak dapat dipisahkan dari perumusan
permohonan kredit. Apabila semua keterangan/datanya telah lengkap, maka langkah
selanjutnya adalah menganalisis data tersebut dan melakukan penilaian secara umum
yang kemudian dilanjutkan dengan acara, memeriksa langsung (insection on the spot)
ke perusahaan Debitor, sesudah semua acara dapat diselesaikan, maka langkah
berikutnya adalah melaksanakan pemberian kredit serta pengatusan administrasi. Hal
tersebut diperlukan karena di dalam setiap pemberian kredit harus dibuat suatu
perjanjian tertulis antara pihak bank dengan si pemohon kredit, perjanjian kredit itu
biasanya disebut dengan “perjanjian kredit/akad kredit”
10
7. Klausul mengenai tindakan yang dilarang oleh bank (negative clause).
Universitas Sumatera Utara
8. Trigger clause atau Opeisbaar Clause. Klausul ini mengatur hak bank
untuk mengakhiri perjanjian kredit secara sepihak walaupun jangka
waktu perjanjian kredit tersebut belum berakhir. Klausul ini memat hal-
hal mengenai hilangnya kewenangan bertindak atau kehilangan hak bagi
Debitor untuk mengatur harta kekayaannya, barang jaminan serta
kelalaian Debitor untuk memenuhi ketentuan-ketentuan dalam perjanjian
kredit/pengakuan utang, sehingga Debitor harus membayar secara
seketika dan sekaligus lunas.
9. Klausul mengenai denda (penalty clause). Klausul ini berisi tentang
jumlah denda yang wajib dibayarkan oleh si Debitor apabila terjadi
keterlambatan pembayaran bunga kredit setiap bulannya.
10. Expence Clause. Klausul ini mengatur mengenai beban biaya dan ongkos
yang timbul sebagai akibat pemberian kredit, yang biasanya dibebankan
kepada Debitor antara lain biaya pengikatan jaminan, pembuatan akta
dan penagihan kredit.
11. Debet Authorization Clause. Klausul ini berisi pendebetan rekening
pinjaman Debitor haruslah dengan seizin Debitor. Bahwa yang
mempunyai hak untuk mendebet adalah Debitor sendiri atau yang telah
diberi kuasa oleh Debitor yang melalui persetujuan dari bank dengan
memakai lampiran surat kuasa.
12. Representation and Warranties. Klausul ini berisi pernyataan-pernyataan
hal tertentu nasabah debitr mengenai fakta-fakta yang menyangkut status
hukum,keadaan keuangan dan harta kekayaan nasabah Debitor pada
waktu kredit diberikan, yaitu yang menjadi asumsi bagi bank dalam
mengambil keputusan untk memberikan kredit tersebut. Universitas
Sumatera Utara
13. Klausul Financial Cobenants. Klausul yang berisi janji-janji nasabah
Debitor untuk menyampaikan laporan keuangannya kepada bank dan
memelihara posisi keuangannya pada minimal taraf tertentu.
14. Miscellaneous (Pasal-Pasal tambahan). Klausul ini berisi tentang
peraturanperaturan tambahan yang berbeda di setiap bank-nya yang
merupakan salah satu syarat mengajukan kredit pada bank tersebut.
15. Dispute Settlement (Alternatif Dispute Resolution). Klausul ini mengatur
mengenai penyelesaian jika antara Kreditor dan Debitor terjadi
perselisihan. Bagaimana tindakan bank apabila Debitor melakukan
wanprestasi, dimana disebutkan bahwa barang jaminan dikuasai oleh
bank.
11
16. Pasal Penutup, memuat eksemplar perjanjian kredit yang memuat
pengaturan mengenai jumlah alat bukti, tanggal berlakunya serta tanggal
penandatanganan perjanjian kredit.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka Pasal 1131 dan 1132 KUHPerdata
merupakan suatu perlindungan kepada kreditur yang bersifat umum yang artinya
bahwa yang dapat dijadikan jaminan adalah semua harta debitur.
12
Menurut Hartono Hadisoeprapto menjelaskan yang dimaksud dengan
jaminan adalah sesuatu yang diberikan kepada kreditur untuk menimbulkan
keyakinan bahwa debitur akan memenuhi kewajiban yang dapat dinilai dengan
uang yang timbul dari suatu perikatan. Jadi tujuannya adalah untuk memberikan
keyakinan kepada kreditur bahwa piutangnya akan dikembalikan oleh debitur.
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa pengertian perjanjian secara umum adalah
suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lainnya atau dimana dua orang
itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Dari peristiwa itulah maka timbul
suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian Kredit
adalah perjanjian pendahuluan dari penyerahan uang.Perjanjian pendahuluan ini
merupakan hasil permufakatan antara pemberi dan penerima pinjaman mengenai
hubungan-hubungan hukum antar keduanya. Isi dari Perjanjian Pemberian Kredit Setiap
kredit yang telah disepakati oleh pemberi kredit (Kreditor) dan penerima kredit
(Debitor) maka wajib dituangkan dalam bentuk perjanjian yaitu perjanjian kredit. Kredit
yang diberikan oleh bank mengandung risiko dalam pelaksanaannya. sehingga, bank
harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat. Perjanjian kredit dibuat
berdasarkan prinsip Character, Capacity, Capital, Collateral dan Conditio of
Economic yang merupakan unsur penting untuk menganalisa apakah calon debitur bisa
mendapat kredit dari bank atau tidak. Fungsi jaminan ini antara lain adalah sebagai
pengaman apabila di kemudian hari debitur tidak memenuhi kewajiban-kewajibannya
13
DAFTAR PUSTAKA
14