Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN MIOMA UTERI

Browse » Home » Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Lengkap » LAPORAN PENDAHULUAN


MIOMA UTERI

MIOMA UTERI

A. PENGERTIAN
 Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang
menumnpang, sehingga dalam kepustakaan dikenal dengan istilah Fibromioma,
leiomioma, atau fibroid (Mansjoer, 2007).
 Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak berkapsul, yang berasal dari otot
polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri atau
uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak yang paling sering ditemukan
pada traktus genitalia wanita,terutama wanita usai produktif. Walaupun tidak sering,
disfungsi reproduksi yang dikaitkan dengan mioma mencakup infertilitas, abortus spontan,
persalinan prematur, dan malpresentasi (Crum, 2003).

B. KLASIFIKASI
Mioma umumnya digolongkan berdasarkan lokasi dan ke arah mana mereka
tumbuh. Klasifikasinya sebagai berikut :
1. Mioma intramural : merupakan mioma yang paling banyak ditemukan. Sebagian besar
tumbuh di antara lapisan uterus yang paling tebal dan paling tengah, yaitu miometrium.
2. Mioma subserosa : merupakan mioma yang tumbuh keluar dari lapisan uterus yang
paling luar, yaitu serosa dan tumbuh ke arah rongga peritonium. Jenis mioma ini bertangkai
(pedunculated) atau memiliki dasar lebar. Apabila terlepas dari induknya dan berjalan-jalan
atau dapat menempel dalam rongga peritoneum disebut wandering/parasitic
fibroid Ditemukan kedua terbanyak.
3. Mioma submukosa : merupakan mioma yang tumbuh dari dinding uterus paling dalam
sehingga menonjol ke dalam uterus. Jenis ini juga dapat bertangkai atau berdasarkan lebar.
Dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui saluran serviks, yang
disebut mioma geburt (Chelmow, 2005)

C. ETIOLOGI
 Etiologi pasti belum diketahui
 Peningkatan reseptor estrogen-progesteron pada jaringan mioma
uteri mempengarui pertumbuhan tumor
 Faktor predisposisi yang bersifat herediter, telah diidentifikasi kromosom yang
membawa 145 gen yang diperkirakan berpengaruh pada pertumbuhan fibroid. Sebagian
ahli mengatakan bahwa fibroid uteri diwariskan dari gen sisi paternal.
 Mioma biasanya membesar pada saat kehamilan dan mengecil setelah
menopause jarang ditemukan sebelum menarke (Crum, 2005).

Faktor Risiko terjadinya mioma uteri yaitu:


1. Usia penderita
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia reproduksi dan sekitar 40%-50% pada
wanita usia di atas 40 tahun (Suhatno, 2007). Mioma uteri jarang ditemukan sebelum
menarke (sebelum mendapatkan haid). Sedangkan pada wanita menopause mioma uteri
ditemukan sebesar 10% (Joedosaputro, 2005).
2. Hormon endogen (Endogenous Hormonal)
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi daripada jaringan miometrium
normal. (Djuwantono, 2005)
3. Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri mempunyai
2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan dengan wanita tanpa garis
keturunan penderita mioma uteri. (Parker, 2007)
4. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. (Parker, 2007)
5. Makanan
Dilaporkan bahwa daging sapi, daging setengah matang (red meat), dan daging babi
menigkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran hijau menurunkan insiden mioma uteri
(Parker, 2007).
6. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar esterogen dalam
kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Hal ini mempercepat pembesaran
mioma uteri (Manuaba, 2003).
7. Paritas
Mioma uteri lebih banyak terjadi pada wanita dengan multipara dibandingkan dengan
wanita yang mempunyai riwayat frekuensi melahirkan 1 (satu) atau 2 (dua) kali
(Khashaeva, 1992).

D. PATOFISIOLOGI
Ammature muscle cell nest dalam miometrium akan berproliferasi hal tersebut
diakibatkan oleh rangsangan hormon estrogen. ukuran myoma sangat bervariasi. sangat
sering ditemukan pada bagian body uterus (corporeal) tapi dapat juga terjadi pada servik.
Tumot subcutan dapat tumbuh diatas pembuluh darah endometrium dan menyebabkan
perdarahan. Bila tumbuh dengan sangat besar tumor ini dapat menyebabkan penghambat
terhadap uterus dan menyebabkan perubahan rongga uterus. Pada beberapa keadaan
tumor subcutan berkembang menjadi bertangkai dan menonjol melalui vagina atau cervik
yang dapat menyebabkan terjadi infeksi atau ulserasi. Tumor fibroid sangat jarang bersifat
ganas, infertile mungkin terjadi akibat dari myoma yang mengobstruksi atau menyebabkan
kelainan bentuk uterus atau tuba falofii. Myoma pada badan uterus dapat menyebabkan
aborsi secara spontan, dan hal ini menyebabkan kecilnya pembukaan cervik yang membuat
bayi lahir sulit.

Pathway Mioma Uteri


E. TANDA DAN GEJALA
Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat mioma, besarnya tumor,
perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala yang mungkin timbul diantaranya:
 Perdarahan abnormal, berupa hipermenore, menoragia dan metroragia. Faktor-
faktor yang menyebabkan perdarahan antara lain:
o Terjadinya hiperplasia endometrium sampai adenokarsinoma endometrium karena
pengaruh ovarium
o Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasanya
o Atrofi endometrium di atas mioma submukosum
o Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya mioma di antara serabut
miometrium
 Rasa nyeri yang mungkin timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang
disertai nekrosis setempat dan peradangan. Nyeri terutama saat menstruasi
 Pembesaran perut bagian bawah
 Uterus membesar merata
 Infertilitas
 Perdarahan setelah bersenggama
 Dismenore
 Abortus berulang
 Poliuri, retention urine, konstipasi serta edema tungkai dan nyeri panggul.
(Chelmow, 2005)

F. DIAGNOSIS
Diagnosis mioma uteri dapat ditegakkan dari:
1. Anamnesis
Dari anamnesis dapat ditemukan antara lain :
a. Timbul benjolan diperut bagian bawah dalam waktu relatif lama.
b. Kadang-kadang disertai gangguan haid
c. Nyeri perut bila terinfeksi, terpuntir mioma bertangkai, atau pecah.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Pemeriksaan abdomen
 Uterus yang membesar dapat dipalpasi pada abdomen
 Teraba benjolan tidak teratur, tetap dan lunak
 Ada nyeri lepas yang disebabkan oleh perdarahan intraperitoneal
b. Pemeriksaan pelvis
 Adanya dilatasi serviks
 Uterus cenderung membesar, tidak beraturan dan berbentuk nodul
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis mioma uteri ,
sebagai berikut :
a. Ultra Sonografi (USG), untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan
endometrium dan keadaan adneksa dalam rongga pelvis. Mioma juga dapat dideteksi
dengan Computerized Tomografi Scanning (CT scan) ataupun Magnetic Resonance
Image ( MRI), tetapi kedua pemeriksaan itu lebih mahal.
b. Foto Bulk Nier Oversidth (BNO), Intra Vena Pielografi (IVP) pemeriksaaan ini penting
untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
c. Histerografi dan histerokopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai dengan
infertilitas.
d. Laparoskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
e. Laboratorium: hitung darah lengkap dan apusan darah, untuk menilai kadar hemoglobin
dan hematokrit serta jumlah leukosit.
f. Tes kehamilan adalah untuk tes hormon Chorionic gonadotropin, karena bisa membantu
dalam mengevaluasi suatu pembesaran uterus, apakah oleh karena kehamilan atau oleh
karena adanya suatu mioma uteri yang dapat menyebabkan pembesaran uterus
menyerupai kehamilan.

Mioma Uteri

G. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding yang harus dipikirkan dengan adanya mioma uteri adalah kehamilan,
neoplasma ovarium, adenomiosis, keganasan uterus.
H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada mioma uteri secara umum, yaitu:
1. Degenerasi ganas
Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila
terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.
2. Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut
sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadi sindrom abdomen akut.

I. PENATALAKSANAAN
1. Penanganan mioma menurut usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor
Penanganan mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor, dan
terbagi atas :
a. Penanganan konservatif
Cara penanganan konservatif dapat dilakukan sebagai berikut :
1) Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
2) Monitor keadaan Hb
3) Pemberian zat besi
4) Penggunaan agonis GnRH untuk mengurangi ukuran mioma
b. Penanganan operatif
Intervensi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri adalah :
1) Perdarahan uterus abnormal yang menyebabkan penderita anemia
2) Nyeri pelvis yang hebat
3) Ketidakmampuan untuk mengevaluasi adneksa (biasanya karena mioma berukuran
kehamilan 12 minggu atau sebesar tinju dewasa)
4) Gangguan buang air kecil (retensi urin)
5) Pertumbuhan mioma setelah menopause
6) Infertilitas
7) Meningkatnya pertumbuhan mioma (Moore, 2001).
Jenis operasi yang dilakukan pada mioma uteri dapat berupa :
a. Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa pengangkatan rahim/uterus
(Rayburn, 2001). Miomektomi lebih sering di lakukan pada penderita mioma uteri secara
umum. Penatalaksanaan ini paling disarankan kepada wanita yang belum memiliki
keturunan setelah penyebab lain disingkirkan (Chelmow, 2005).
b. Histerektomi
Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat rahim, baik
sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total) berikut serviks uteri
(Prawirohardjo, 2001). Histerektomi dapat dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak
lagi, dan pada penderita yang memiliki mioma yang simptomatik atau yang sudah
bergejala. Ada dua cara histerektomi, yaitu :
1) Histerektomi abdominal, dilakukan bila tumor besar terutama mioma intraligamenter, torsi
dan akan dilakukan ooforektomi
2) Histerektomi vaginal, dilakukan bila tumor kecil (ukuran < uterus gravid 12 minggu) atau
disertai dengan kelainan di vagina misalnya rektokel, sistokel atau enterokel (Callahan,
2005).
Kriteria menurut American College of Obstetricians Gynecologists (ACOG) untuk
histerektomi adalah sebagai berikut :
1) Terdapatnya 1 sampai 3 mioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari luar dan
dikeluhkan oleh pasien.
2) Perdarahan uterus berlebihan, meliputi perdarahan yang banyak dan bergumpal-gumpal
atau berulang-ulang selama lebih dari 8 hari dan anemia akibat kehilangan darah akut atau
kronis.
3) Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma uteri meliputi nyeri hebat dan akut, rasa
tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis dan penekanan pada
vesika urinaria mengakibatkan frekuensi miksi yang sering (Chelmow, 2005).
2. Penatalaksanaan mioma uteri pada wanita hamil
Selama kehamilan, terapi awal yang memadai adalah tirah baring, analgesia dan
observasi terhadap mioma. Penatalaksanaan konservatif selalu lebih disukai apabila janin
imatur. Seksio sesarea merupakan indikasi untuk kelahiran apabila mioma uteri
menimbulkan kelainan letak janin, inersia uteri atau obstruksi mekanik.

J. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
 Data biografi pasien
 Riwayat kesehatan saat ini, meliputi : keluhan utama masuk RS, faktor pencetus, lamanya
keluhan, timbulnya keluhan, faktor yang memperberat, upaya yang dilakukan untuk
mengatasi, dan diagnosis medik.
 Riwayat kesehatan masa lalu, meliputi : penyakit yang pernah dialami, riwayat alergi,
imunisasi, kebiasaan merokok,minum kopi, obat-obatan dan alkohol
 Riwayat kesehatan keluarga
 Pemeriksaan fisik umum dan keluhan yang dialami. Untuk pasien dengan kanker servik,
pemeriksaan fisik dan pengkajian keluhan lebih spesifik ke arah pengkajian obstretri dan
ginekologi, meliputi :
o Riwayat kehamilan, meliputi : gangguan kehamilan, proses persalinan, lama persalinan,
tempat persalinan, masalah persalinan, masalah nifas serta laktasi, masalah bayi dan
keadaan anak saat ini
o Pemeriksaan genetalia
o Pemeriksaan payudara
o Riwayat operasi ginekologi
o Pemeriksaan pap smear
o Usia menarche
o Menopause
o Masalah yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi
 Kesehatan lingkungan/higiene
 Aspek psikososial meliputi : pola pikir, persepsi diri, suasana hati, hubungan/komunikasi,
kebiasaan seksual, pertahanan koping, sistem nilai dan kepercayaan dan tingkat
perkembangan.
 Data laboratorium dan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang lain
 Terapi medis yang diberikan
 Efek samping dan respon pasien terhadap terapi
 Persepsi klien terhadap penyakitnya

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis (kanker serviks) dan
agen injuri fisik (jika dilakukan terapi pembedahan)
2. PK : Anemia
3. Cemas b.d krisis situasional (histerektomi atau kemoterapi), ancaman
terhadap konsep diri, perubahan dalam status kesehatan, stres,
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis (status hipermatebolik berkenaan dengan kanker) dan faktor
psikososial
5. Resiko infeksi dengan faktor resiko ketidakadekuatan pertahanan sekunder;
ketidakadekuatan pertahanan imun tubuh; imunosupresi (kemoterapi), dan prosedur
invasi
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakit; keterbatasan kognitif (dilihat dari tingkat pendidikan); misinterpretasi
dengan informasi yang diberikan ; dan tidak familiar dengan sumber informasi
7. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan dan perubahan
perkembangan penyakit
8. Gangguan eliminasi fekal : Konstipasi b.d menurunnya mobilitas intestinal
9. Retensi urin b.d penekanan yang keras pada uretra

L. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

RENCANA KEPERAWATAN
DIANGOSA
KEPERAWATAN DAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NI
KOLABORASI
Nyeri akut berhubungan dengan NIC
agen injuri biologis (kanker NOC : Kontrol Nyeri 1. Manajemen Nyeri
serviks) dan agen injuri fisik Setelah dilakukan pemberian asuhan - Kaji secara komphrehensif tentang n
(jika dilakukan terapi keperawatan selama …..x 24 jam, karakteristik, durasi, frekuensi, kualit
pembedahan) diharapkan respon nyeri pasien dapat nyeri, dan faktor-faktor pencetus
terkontrol dengan kriteria hasil sebagai - observasi isyarat-isyarat verbal da
berikut : ketidaknyamanan, meliputi ekspresi wa
 Klien mampu mengenal faktor-faktor makan, aktitas dan hubungan sosial.
penyebab nyeri, beratnya ringannya nyeri, - Kolaborasi pemberian analgetik ses
durasi nyeri, frekuensi dan letak bagian Pemberian analgetik harus memperha
tubuh yang nyeri berikut : prinsip pemberian obat 6 ben
 Klien mampu melakukan tindakan obat, benar dosis, benar cara, benar wakt
pertolongan non-analgetik, seperti napas dokumentasi)
dalam, relaksasi dan distraksi - Gunakan komunikiasi terapeutik
 Klien melaporkan gejala-gejala kepada tim mengekspresikan nyeri
kesehatan - Kaji pengalaman masa lalu individu ten
 Klien mampu mengontrol nyeri - Evaluasi tentang keefektifan dari tind
 Ekspresi wajah klien rileks yang telah digunakan
 Klien melaporkan adanya penurunan - Berikan dukungan terhadap pasien dan
tingkat nyeri dalam rentang sedang (skala - Berikan informasi tentang nyeri, sepe
nyeri: 4 sampai 6) hingga nyeri ringan lama terjadi, dan tindakan pencegahan
(skala nyeri : 1 sampai 3) - Ajarkan penggunaan teknik non-
 Klien melaporkan dapat beristirahan relaksasi, guided imagery, terapi musik, d
dengan nyaman - Modifikasi tindakan mengontrol nye
pasien
 Nadi klien dalam batas normal (80-
- Anjurkan klien untuk meningkatkan tid
100x/menit)
- Anjurkan klien untuk melaporkan kep
 Tekanan darah klien dalam batas normal
jika tindakan tidak berhasil atau terjadi k
(120/80 mmHG)
 Frekuensi pernafasan klien dalam batas
normal (12 – 20 x/menit)
PK : Anemia Setelah dilakukan tindakan keperawatan- Kaji gejala-gejala anemia yang terjadi
selama ......x 24 jam, perawat dapat- Pantau tanda-tanda anemia yang terjadi
meminimalkan komplikasi anemia yang- Monitor hasil pemeriksaan lab untuk p
terjadi dengan kriteria hasil: RBC, Hct
- Konjungtiva merah muda - Anjurkan pasien untuk mengkonsu
- Capilary refille ≤ 2 detik seimbang, terutama makanan tinggi kalor
- Mukosa mulut merah muda - Kolaborasi pemberian suplemen besi t
- Kadar Hb dbn (wanita dewasa: 12-14 mineral sesuai indikasi
g/dl), RBC dbn (wanita dewasa: 3,80-5,80 x- Kolaborasi pemberian transfusi darah s
105/uL) dan Hct dbn (wanita dewasa : 37,0-- monitor efek samping dan respon pa
47,0%) transfusi darah
Cemas b.d krisis situasional NOC: Kontrol Cemas NIC
(histerektomi atau kemoterapi), Setelah dilakukan asuhan keperawatann Menurunkan cemas:
ancaman terhadap konsep diri, kepada pasien selama …... x 24 jam, Tenangkan pasien dan kaji tingkat kece
perubahan dalam status diharapkan pasien dapat mengkontrol cemas Jelaskan seluruh prosedur tindakan
kesehatan, stres dengan kriteria hasil sebagai berikut: perasaan yang mungkin muncul pada saa
 Perawat memonitor tingkat kecemasan Berusaha memahami keadaan pasien (ra
pasien  Berikan informasi tentang diagnosa, p
 Klien mampu menurunkan penyebab- dengan komunikasi yang baik
penyebab kecemasan  Mendampingi pasien untuk mengur
 Perawat dan keluarga dapat menurunkan meningkatkan kenyamanan
stimulus lingkungan ketika pasien cemas  Dorong pasien untuk menyampaikan te
 Klien mampu mencari informasi tentang Ciptakan hubungan saling percaya
hal-hal yang dapat dilakukan untuk Bantu pasien menjelaskan keadaan ya
menurunkan kecemasan kecemasan
 Klien manpu menggunakan strategi Bantu pasien untuk mengungkapkan h
koping yang efektif cemas dan dengarkan dengan penuh perh
 Klien melaporkan kepada perawat Ajarkan pasien teknik relaksasi
penurunan kecemasan  Anjurkan pasien untuk meningkatkan i
 Klien mampu menggunakan teknik Kolaborasi dengan dokter untuk pemb
relaksasi untuk menurunkan cemas mengurangi kecemasan pasien
 Klien mampu mempertahankan hubungan
social, dan konsentrasi
 Klien melaporkan kepada perawat tidur
cukup, tidak ada keluhan fisik akibat
kecemasan, dan tidak ada perilaku yang
menunjukkan kecemasan
Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC :
kurang dari kebutuhan tubuh Status nutrisi : intake makanan dan 1. Manajemen Nutrisi
berhubungan dengan faktor minuman - Kaji adanya alergi makanan
biologis (status hipermatebolik Setelah dilakukan asuhan keperawatann- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk men
berkenaan dengan kanker) dan kepada pasien selama …... x 24 jam, yang sesuai dengan keadaan pasien
faktor psikososial diharapkan status nutrisi meliputi intake- Anjurkan pasien untuk meningkatkan
makanan dan minuman membaik dengan karbohidrat, dan vitamin C
kriteria hasil sebagai berikut: - Berikan diet yang mengandung tinggi
- Adanya peningkatan berat badan sesuai konstipasi
dengan tujuan - Berikan informasi tentang kebutuhan nut
- Klien mampu mengidentifikasi kebutuhan 2. Monitoring nutrisi
nutrisi - Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang bi
- Tidak ada tanda tanda malnutrisi - Berikan lingkungan yang nyaman dan be
- Jadwalkan pengobatan dan tindakan tida
- Tidak terjadi penurunan berat badan yang- Monitor kulit kering dan perubahan pigm
berarti - Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
- Monitor mual dan muntah
- Monitor kadar albumin, total protein, Hb
- Kaji makanan kesukaan
- Monitor pucat, kemerahan, dan
konjungtiva
- Catat adanya edema, hiperemik, hipert
cavitas oral.
- Monitor variasi makanan yang dikonsum
Resiko infeksi dengan faktor NOC NIC
resiko ketidakadekuatan Pengetahuan:Kontrol infeksi Kontrol Infeksi
pertahanan sekunder; Setelah dilakukan asuhan keperawatann  Bersikan lingkungan setelah digunakan
ketidakadekuatan pertahanan kepada pasien selama …... x 24 jam,  Ganti peralatan pasien setiap selesai tind
imun tubuh; imunosupresi diharapkan pasien dapat menjelaskan  Batasi jumlah pengunjung
(kemoterapi), dan prosedur kembali cara mengkontrol infeksi dengan  Ajarkan cuci tangan untuk menjaga kese
invasi kriteria hasil sebagai berikut:  Anjurkan pasien untuk cuci tangan deng
- Mampu menerangkan cara-cara  Gunakan sabun antimikrobial untuk cuc
penyebaran infeksi
 Anjurkan pengunjung untuk mencuci
- Mampu menerangkan factor-faktor yang
setelah meninggalkan ruangan pasien
berkontribusi dengan penyebaran
 Cuci tangan sebelum dan sesudah konta
- Mampu menjelaskan tanda-tanda dan
gejala  Gunakan universal precautions
- Mampu menjelaskan aktivitas yang dapat  Lakukan perawatan aseptic pada semua
meningkatkan resistensi terhadap infeksi  Lakukan teknik perawatan luka dengan
septik dan aseptik
 Anjurkan istirahat
 Kolaborasi pemberian terapi antibiotik
prinsip pemberian obat 6 benar (benar o
dosis, benar waktu, benar cara pe
dokumentasi)
 Ajarkan pasien dan keluarga tentang t
infeksi dan cara pencegahan infeksi
Kurang pengetahuan NOC NIC
berhubungan dengan kurangnya Pengetahuan : proses penyakit 1. Pembelajaran : proses penyakit
informasi tentang penyakit; Pengetahuan : prosedur perawatan - Kaji tingkat pengetahuan klien tentang
keterbatasan kognitif (dilihat dari Setelah dilakukan asuhan keperawatann - Jelaskan nama penyakit, proses penyaki
tingkat pendidikan); kepada pasien selama …... x 24 jam, faktor pencetus, tanda dan gejala,
misinterpretasi dengan informasi diharapkan pasien dapat menjelaskan perkembangan penyakit, komplikasi
yang diberikan ; dan tidak kembali tentang proses penyakit dan mencegah komplikas
familiar dengan sumber prosedur perawatan dengan kriteria hasil - Berikan informasi tentang kondisi perke
informasi sebagai berikut: - Anjurkan klien untuk melaporkan tan
- Pasien mengenal nama penyakit, proses petugas kesehatan
penyakit, faktor penyebab atau faktor
pencetus, tanda dan gejala, cara
2. Pembelajaran : prosedur/perawatan
meminimalkan perkembangan penyakit, - Informasikan klien waktu pelaksanaan p
komplikasi penyakit dan cara mencegah - Informasikan klien lama w
komplikasi prosedur/perawatan
- Pasien mengetahui prosedur perawatan, - Kaji pengalaman klien dan tingkat pen
tujuan perawatan dan manfaat tindakan. prosedur yang akan dilakukan
- Jelaskan tujuan prosedur/perawatan
- Instruksikan klien utnuk be
prosedur/perawatan
- Jelaskan hal-hal yang perlu
prosedur/perawatan
- Ajarkan tehnik koping seperti relaks
efek dari prosedur yang dilakukan
Gangguan citra tubuh NOC NIC
berhubungan dengan Meningkatkan citra tubuh, Peningkatan citra tubuh
pembedahan dan perubahan Setelah dilakukan asuhan keperawatann - Kaji penerimaan pasien tentang kondisin
perkembangan penyakit kepada pasien selama …... x 24 jam, - Bantu klien untuk mendiskusikan pe
diharapkan citra tubuh atau gambaran tubuh penyakit
pasien meningkat dengan kriteria hasil - Bantu klien untuk mendiskusikan fungsi
sebagai berikut: - Kaji perasaan klien ketika berinteraksi d
- Pasien mengungkapkan penerimaan citra - Kaji persepsi klien dan keluarga tentang
tubuh secara verbal maupuan non verbal terjadi
- Pasien mampu mempertahankan kontak - Kaji strategi mengatasi masalah (koping
mata ketika berkomunikasi - Kaji apakah perubahan gambaran
- Pasien mampu melakukan komunikasi hubungan sosial klien
terbuka - Bantu klien mengidentifikasi bagian tu
- Pasien menunjukkan tingkat kepercayaan positif
diri - Kaji dukungan sosial yang dimiliki klien
Gangguan eliminasi fekal : NOC NIC : Manajemen Konstipasi
Konstipasi b.d menurunnya Buang Air Besar - Monitor tanda dan gejala konstipasi
mobilitas intestinal Setelah dilakukan asuhan keperawatan- Monitor warna, konsistensi, jumlah
kepada pasien selama ….x 24 jam, besar
diharapkan pasien tidak mengalamai- Konsultasikan dengan dokter tentan
gangguan dalam buang air besar, dengan enema dan pengobatan
kriteria hasil: - Berikan cairan yang adekuat
- Pasien kembali ke pola dan normal dari
fungsi bowel
- Terjadi perubahan pola hidup untuk
menurunkan factor penyebab konstipasi

Retensi urin b.d penekanan yang NOC NIC: Pemasangan Kateter


keras pada uretra Inkontinensia urin - Menjelaskan prosedur dan rasional interv
Setelah dilakukan asuhan keperawaran- Monitore intake dan output
selama ...x24 jam, pasien tidak mengalami- Menjaga teknik aseptik dalam melakukan
inkontinensia urin, dengan kriteria hasil: - Memelihara drainase urinari secara tertut
- Pasien mampu memprekdisikan pola
eliminasi urin
- Pasien mampu memulai dan memghentikan
aliran urin
- Tidak adanya tanda-tanda infeksi

M. Discharge Planning
1. Berikan informasi yang jelas tentang penyakit, tanda, gejala dan pengobatan.
2. Berikan informasi tentang obat yang diberikan, baik waktu minum obat, jumlah obat, efek
samping yang mungkin muncul, cara minum obat saat di rumah.
3. Jelaskan bahwa obat antibiotic harus dihabiskan.
4. Jelaskan kapan waktu yang tepat untuk melakukan aktivitas seksual
5. Motivasi klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi protein, buah-buahan, sayur dan biji-
bijian yang dapat membantu penyembuhan luka operasi jika dilakukan histerektomi.
6. Berikan informasi tentang pentingnya menjaga kebersihan dan kekeringan luka pada luka
post histerektomi.
7. Berikan informasi tentang tanda-tanda infeksi luka, yang meliputi kemerahan pada luka,
panas di area luka, bengkak, penurunan fungsi dan nyeri.
8. Motivasi pasangan dan keluarga pasien agar ikut memberi dukungan kepada pasien
9. Tekankan agar pasien kontrol rutin sesuai jadwal, dan bila terjadi hal-hal yang tidak
wajar, seperti perdarahan per vagina yang banyak, nyeri yang tidak tertahan dan keluhan
seperti sebelum pengobatan, segera periksa ke rumah sakit.
10. Anjurkan agar pasien banyak istirahat dan tidak melakukan aktivitas-aktivitas berat, seperti
mengangkat beban berat, naik turun tangga,dll.

DAFTAR PUSTAKA

Achadiat CM. 2004. Prosedur tetap Obstetri dan ginekologi. Jakarta : EGC
Callahan MD MPP, Tamara L. 2005. Benign Disorders of the Upper Genital Tract in Blueprints
Obstetrics & Gynecology. Boston : Blackwell Publishing,
Chelmow.D. 2005. GynecologicMyomectomy Http://www.emedicine.com/med/topic331 9.html.
Crum MD, Christopher P & Kenneth R. Lee MD. 2003. Tumors of the Myometrium in Diagnostic
Gynecologic and Obstetric Pathology. Boston : Elsevier Saunders
Djuwantono T. 2004. Terapi GnRH Agonis Sebelum Histerektomi atau Miomektomi. Farmacia. Vol III
NO. 12. Juli 2004. Jakarta
Hart MD FRCS FRCOG, David McKay. 2000. Fibroids in Gynaecology Illustrated. London :
Churchill Livingstone.
Joedosapoetro MS. 2003. Ilmu Kandungan. Wiknjosastro H, Saifudin AB, Rachimhadi T. Editor.
Edisi Ke-2. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Manuaba IBG. 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Ginekologi. Edisi 2. Jakarta : EGC
Moore JG. 2001. Essensial obstetri dan ginekologi. Edisi 2. Jakarta : Hipokrates
Panay BSc MRCOG MFFP, Nick et al. 2004. Fibroids in Obstetrics and Gynaecology. London :
Mosby
Parker WH. 2007. Etiology, Symptomatology and Diagnosis of Uterine Myomas. Volume 87.
Department of Obstetrics and gynecology UCLA School of Medicine. California : American
Society for Reproductive Medicine

Rayburn WF. 2001. Obstetri dan Ginekologi. Alih Bahasa: H. TMA Chalik. Jakata. Widya Medika,

Anda mungkin juga menyukai