PENDAHULUAN
Jumlah penduduk kota Pekanbaru pada tahun 2009 adalah 834.378 jiwa dengan
pertumbuhan penduduk 3,20 persen. Bersumber dari AntarRiau.com pertambahan
penduduk sekitar 5300 jiwa per bulan yang tersebar pada 60 Kelurahan dan 12
kecamatan terutama di Kecamatan Tampan. Pertumbuhan penduduk lebih
dikarenakan migrasi dari pada faktor kelahiran. Kecamatan Tampan merupakan
salah satu Kecamatan di Ibukota Pekanbaru yang dibentuk berdasarkan Surat
Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Riau, tanggal 20 September 1996
Nomor KPTS: 151/IX/1996.
Secara geografis, lokasi penelitian berada pada kooordinat 101° 22‘ 45“BT–
101° 23‘ 09“BT dan 0° 28‘ 41“LU–0° 29‘ 09“LU memiliki luas wilayah 59.81
km2. Kecamatan Tampan merupakan wilayah terluas dibandingkan kecamatan
lain yang ada di wilayah Kota Pekanbaru, sehingga adanya wacana pemekaran
menjadi dua kecamatan, yakni Kecamatan Tampan dan Kecamatan Tuah Karya.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 1987 tentang Perubahan Batas
Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Pekanbaru, luas wilayah Kecamatan
Tampan adalah 4.872 Km2 atau sama dengan 9,46% dari luas kota Pekanbaru,
yang sebagian besar wilayahnya digunakan untuk perumahan/perkarangan.
1
adalah pertambahan jumlah bangunan rata-rata 10.000 unit tiap tahunnya.
Pekanbaru juga telah memiliki setidaknya 5 (lima) pusat perbelanjaan besar dan
memiliki kecenderungan untuk terus bertambah. Ditambah dengan laju
pertumbuhan penduduk yang lebih dari 4 % per tahun, dapat dibayangkan tingkat
penambahan/perluasan pemanfaatan lahan untuk memenuhi kebutuhan tempat
tinggal dan usaha di dalam wilayah kota.Hal ini membawa dampak negatif dan
positif bagi kota ini.
Dan didalam makalah ini akan dipaparkan kondisi nyata masalah tata ruang di
daerah Kecamatan Tampan dan akan dibandingkan dengan RTRW Kota
Pekanbaru serta akan diberikan solusi penanganannya.
2. Analisis masalah lingkungan (dalam bidang drainase, sampah, air bersih, air
limbah dan pemanfaatan lahan) di Kecamatan Tampan.
2
Pembatasan masalah dalam makalah ini yaitu pembahasan mengenai keadaan
kondisi fisik (keadaan pengelolaan sampah), prasarana (drainase), pemanfaatan
lahan di Kecamatan Tampan yang dianlisis menggunakan perbandingan dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
rakyatnya. Kewajiban negara ini diperkuat dengan dicantumkannya dalam
konstitusi negara yakni pada Pasal 33 ayat (3) yang menyatakan bahwa negara
memiliki kekuasaan atas bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya untuk digunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Dengan
kata lain, ketentuan ini bermakna bahwa negara dengan berbagai cara dan tanpa
alasan apapun dituntut untuk dapat mensejahterakan rakyatnya.
Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang
dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang. Pada
Undang-Undang Penataan Ruang, perencanaan rencana tata ruang wilayah
nasional, rencana tata ruaang wilayah provinsi, dan rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota mencakup ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk
ruang di dalam bumi. Perencanaan Pembangunan Nasional terbagi atas tiga jenis
perencanaan yaitu: Rencana Jangka Panjang, Rencana Lima Tahunan, dan
Rencana Tahunan.
Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola
ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan
5
program beserta pembiayaannya. Ketentuan umum tentang pemanfaatan ruang
ditegaskan dalam Pasal 32 Undang-Undang Penataan Ruang sebagai berikut:
6
2. Dalam rangka pelaksanaan kebijakan strategis operasionalisasi rencana tata
ruang wilayah dan rencana tata ruang kawasan strategis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a ditetapkan kawasan budi daya yang
dikendalikan dan kawasan budi daya yang didorong pengembangannya.
2.3.1 Drainase
Drainase yaitu suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan
pada suatu daerah, serta cara-cara penanggulangan akibat yang ditimbulkan oleh
kelebihan air tersebut.
Sistem dalam perencanaan perkotaan, maka sistem drainase yang ada dikenal
dengan istilah sistem drainase perkotaan. Drainase perkotaan yaitu ilmu drainase
yang mengkhususkan pengkajian pada kawasan perkotaan yang erat kaitannya
dengan kondisi lingkungan sosial-budaya yang ada di kawasan kota yang meliputi
permukiman, kawasan industri dan perdagangan,kampus dan sekolah, rumah sakit
dan fasilitas umum, lapangan olahraga,lapangan parker, instalasi militer, listrik,
telekomunikasi,pelabuhan udara.(H.A. Halim Hasmar.2002:1)
7
2. Mengalirkan kelebihan air permukaan ke badan air terdekat secepatnya agar
tidak membanjiri/ menggenangi wilayah pertanian.
2.3.2 Sampah
Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk
maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau
bercacat dalam pembikinan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau
buangan”. (Kamus Istilah Lingkungan, 1994 dalam Anonim, 2008).
3. Penyakit sesak nafas dan penyakit mata disebabkan bau sampah yang
menyengat yang mengandung Amonia Hydrogen, Solfide dan
Metylmercaptan (Dinas Kebersihan, 2009).
8
Sedangkan menurut Mukono,2006 dampak negative yang ditimbulkan oleh
sampah sebagai berikut :
3. Persyaratan kualitas air untuk limbah cair bagi kegiatan yang telah
beroperasi.
9
3. Tersedia dalam jumlah yang cukup.
1. Kelas A. Air yang dipergunakan sebagai air baku untuk keperluan air
minum.
2. Kelas B. Air yang dipergunakan untuk mandi umum, pertanian dan air
yang terlebih dahulu dimasak.
Menurut Sugiharto (1987), Air Limbah (waste water) adalah kotoran dari
masyarakat dan rumah tangga dan juga yang berasal dari industri, air tanah, air
permukaan serta buangan lainnya. Dengan demikian air buangan ini merupakan
hal yang bersifat kotoran umum.
Air limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak buruk
bagi makhluk hidup dan lingkungannya. Beberapa dampak buruk tersebut antara
lain sebagai berikut:
1. Gangguan kesehatan
a. Cholera adalah penyakit usus halus yang akut dan berat yang disebabkan
oleh bakteri Vibrio cholera.
10
2. Penurunan kualitas lingkungan
Bahan organik yang terdapat dalam air limbah jika dibuang langsung kesungai
dapt menyababkan kehidupan didalam air yang membutuhkan oksigen yang
terlarut di dalam sungai tersebut. Dengan demikian akan menyebabkan kehidupan
didalam air yang membutuhkan oksigen akan terganggu, dalam hal ini akan
mengurangi perkembangannya.
Ada kalanya air limbah mengandung zat-zat yang dapat dikonversi oleh bakteri
anaerobic menjadi gas yang agresif seperti H2C. Gas ini dapat mempercepat
proses perkaratan pada benda yang terbuat dari besi dan bangunan air kotor
lainnya. Dengan cepat rusaknyaair tersebut maka biaya pemeliharaannya akan
semakin besar juga, yang berarti akan menimbulkan kerugian material.
A. Aspek Pendidikan
11
c. Rendahnya Prestasi Siswa
B. Aspek Perumahan
Aspek perumahan merupakan aspek yang penting dalam kegiatan dan aktivitas
perkotaan.Hal ini disebabkan perumahan merupakan pemakai lahan terbesar dari
lahan terbangun perkotaan, sekitar 40 % dari lahan terbangun dalam Rencana Tata
Ruang (RTR), sedangkan penggunaan lainnya adalah untuk open sapce dan
industri.Dari kondisi di atas, terlihat bahwa aspek perumahan berpotensi
menimbulkan permasalahan dalam pemanfaatan lahan perkotaan.
12
mendukung perikehidupan dan penghidupan (UU no.4 tahun 1992, tentang
Perumahan dan Permukiman).
c. Permukiman liar
d. Permukiman kumuh.
13
keruangan dan pola sebaran guna lahan di kawasan perkotaan. Guna lahan
campuran (mixed-use) dijumpai di mana-mana, tidak hanya di pusat-pusat
komersial dengan nilai lahan tinggi, tetapi juga di kawasan pinggiran yang relatif
masih belum intensif tingkat perkembangannya. Pola keruangan yang demikian
tidak hanya terjadi pada kawasan permukiman formal skala besar, tetapi juga
terjadi pada kawasan yang berkembang secara tradisional (kampung).
Pola perkembangan seperti itu justru terjadi pada saat ketika hampir setiap kota
telah mempunyai instrumen pengendali perkembangan kota dalam bentuk rencana
tata ruang kota. Pertanyaan umum yang sering muncul adalah bagaimana
sebenarnya peran rencana kota di dalam proses pembangunan. Rencana kota
terlihat tidak saja tidak efektif, tetapi justru cenderung tidak berperan apa-apa di
dalam mengarahkan pembangunan perkotaan yang sangat pesat.
3. Terjadinya alih fungsi lahan (land conversion) dari ruang terbuka, lahan
konservasi, atau ruang terbuka hijau menjadi kawasan terbangun intensif
(permukiman, industri, perkantoran, prasarana).
Sedangkan permasalahan besar yang dihadapi oleh kawasan sub urban adalah :
B. Aspek Transportasi
14
permasalahan lalu lintas saling berkaitan satu sama lain, sehingga upaya
penyelesaiannya pun akan sulit bila tidak dilakukan secara serentakoleh seluruh
lapisan masyarakat, khususnya pengguna jalan maupun pemerintah. Kendala yang
dihadapi dalam permasalahan lalu lintas dapat berasal dari komponen-komponen
dalam sistem transportasi jalan raya, antara lain kendaraan, energi penggerak,
lintasan/jalur jalan, sistem pengawasan operasional dan terminal.
Kemacetan arus lalu lintas yang terjadi di jalan dapat disebabkan oleh banyak
faktor, antara lain :
1. Kondisi fisik jalan, seperti kerusan struktur atau kondisi geometri yang
kurang memadai, diantaranyalebar dan jumlah jalur yang tidak memadai,
persimpangan jalan yang kurang terkontrol dengan baik.
3. Pelayanan ruas jalan yang tidak sesuai dengan fungsi dan peranannya.
2. Kemacetan lalu lintas pada daerah perbatasan kawasan urban dan sub
urban.
15
C. Aspek Industri
16
2.4 Daya Dukung dan Daya Tampung Kawasan
(http://id.wikipedia.org/wiki/Sumber_daya_alam#cite_note-sdabio1-1)
Menurut Lenzen dan Murray (2003), kebutuhan hidup manusia dari lingkungan
dapat dinyatakan dalam luas area yang dibutuhkan untuk mendukung kehidupan
manusia. Luas area untuk mendukung kehidupan manusia ini disebut jejak
ekologi (ecological footprint). Lenzen juga menjelaskan bahwa untuk mengetahui
tingkat keberlanjutan sumberdaya alam dan lingkungan, kebutuhan hidup manusia
kemudian dibandingkan dengan luas aktual lahan produktif. Perbandingan antara
jejak ekologi dengan luas aktual lahan produktif ini kemudian dihitung sebagai
perbandingan antara lahan tersedia dan lahan yang dibutuhkan. Carrying capacity
17
atau daya dukung lingkungan mengandung pengertian kemampuan suatu tempat
dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara optimum dalam periode waktu
yang panjang.
18
Gambar 2. 1 Carrying Capacity Indicator (Rolasisasi, 2007)
1. Produktivitas Lahan
Jumlah penduduk Indonesia saat ini mencapai 216 juta jiwa dengan angka
pertumbuhan 1.7 % per tahun. Angka tersebut mengindikasikan besarnya bahan
pangan yang harus tersedia.Kebutuhan yang besar jika tidak diimbangi
peningkatan produksi pangan justru menghadapi masalah bahaya latent yaitu laju
peningkatan produksi di dalam negeri yang terus menurun. Sudah pasti jika tidak
ada upaya untuk meningkatkan produksi pangan akan menimbulkan masalah
antara kebutuhan dan ketersediaan dengan kesenjangan semakin melebar.
19
menyebabkan kerusakan sumberdaya lahan dan lingkungan di wilayah hilir, yang
akan menyebabkan ketidak-berlanjutan beberapa kegiatan usaha ekonomi
produktif di wilayah hilir akibat terjadinya pengendapan sedimen, kerusakan
sarana irigasi, bahaya banjir dimusim penghujan dan kekeringan dimusim
kemarau.
20
BAB III
LAPORAN DAN ANALISIS HASIL STUDI LAPANGAN
1. Keadaan Geografis
21
No Kecamatan Luas (km2) Persentase (%)
2. Iklim
Berikut tabel banyaknya curah hujan (Tabel 2.3) dan banyaknya hari hujan
(Tabel 2.4) yang terjadi di Kota Pekanbaru pada tahun 2006 – 2010:
Rata-
Bulan 2006 2007 2008 2009 2010
Rata
Februar
106.9 206.2 140.1 148.5 204.6 161.3
i
22
Maret 173.8 234.2 410.8 551.4 434.4 360.9
23
Tabel 3. Banyak Hari Hujan Kota Pekanbaru Tahun 2006-2010 (hari)
Januari 19 21 20 14 23 19
Februari 14 18 14 12 16 15
Maret 16 17 22 23 20 20
April 18 21 20 21 19 20
Mei 18 18 12 14 16 16
Juni 13 18 13 9 17 14
Juli 16 20 13 11 19 16
Agustus 10 19 18 17 20 17
September 15 21 19 18 24 19
Oktober 19 23 19 17 15 19
Nopember 21 21 20 21 10 19
Desember 22 20 19 21 22 21
3. Topografi
a. Ketinggian
24
dibagian utara kota, khususnya di Kecamatan Rumbai dan Rumbai Pesisir dengan
ketinggian rata-rata sekitar 50 meter di atas permukaan laut.
b. Morfologi
25
Ketinggian satuan ini berkisar antara 20 hingga 35 meter di atas permukaan
laut (dpl), membentuk perbukitan rendah yang ditumbuhi semak dan alang-alang
dengan kemiringan lereng kurang dari 20%. Sungai yang mengalir di daerah ini
berpola aliran meranting (sub dendritik) dan sub paralel, sebagian besar
merupakan sungai-sungai yang airnya dipasok oleh air tanah (efluent stream).
4. Kemiringan Lereng
26
Tabel 4. Luas Kelas Kemiringan Lereng Kota Pekanbaru
27
pengembangan kegiatan budidaya terbangun secara terbatas, yang
meliputi Kecamatan Rumbai, Rumbai Pesisir, dan Tenayan Raya seluas
2.917 Hektar (4,61%)
5. Hidrologi
Kondisi hidrologi dibedakan menjadi 2 (dua) bagian yaitu kondisi hidrologi air
permukaan dan air tanah.
2. Hidrologi air tanah kurang baik sebagai air minum, khususnya hidrologi
air tanah dangkal dari Formasi Petani. Sedangkan untuk air tanah dangkal
dari Formasi Minas memiliki potensi ketersediaan air yang cukup
banyak, mengingat kondisi batuan Formasi Minas memiliki permeabilitas
dan porositas yang tinggi.
a. Aliran Sungai
28
2. Sungai Senapelan, merupakan penampung utama bagi wilayah sebelah Barat
Jl. Jendral Sudirman dan sebelah utara Jalan Tuanku Tambusai, dengan lebar
rata-rata 3-4 meter.
3. Sungai Sail, merupakan penampung utama bagi wilayah sekitar Pasar Laket
yang dibatasi Jl. Pelajar di sebelah barat, Jl. Pepaya di sebelah timur, Jl.
Mangga di sebelah utara dan Jl. Tuanku Tambusai di selatan.
b. Sistem Drainase
3. Saluran drainase sekunder dan tersier pada sub basin anak-anak Sungai
Siak.
Wilayah yang terletak di tepian Sungai Siak dan anak-anak sungai Siak
merupakan kawasan yang berpotensi banjir dan genangan. Secara topografi
kawasan ini terletak pada daerah yang relatif rendah dengan ketinggian elevasi
29
antara 1,50 sampai 2,50 meter di atas permukaan air laut dan setiap musim hujan
sering mengalami banjir.
6. Struktur Geologi
a. Jenis tanah
Kedalaman efektif tanahnya (top soil) sebagian besar kurang dari atau sama
dengan 50 cm yang terdapat di bagian tengah. Kedalaman efektif tanah 50 – 75
cm terdapat di bagian Selatan dan kedalaman lebih dari 100 cm terdapat di bagian
Utara Kota Pekanbaru.
30
Untuk lebih jelasnya, grup fisiografi tanah dan satuan lahan di Kota Pekanbaru
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Grup
Lokasi Komposisi
Fisiogr Luas
Tanah
No afi/ Uraian
Satuan (Gol./PPT/US H
(Kecamatan) %
Lahan DA) a
Tenayan
Raya
Lima Puluh
Rumbai
Rumbai
Pesisir
31
Bentuk permukiman 024 53
Batuan Hapludox
sedimen halus
dan kasar
Masam Hapluduts
Berombak Spodosol/Podzol
ik
Gleiik/Tropaque
pts
Berombak Entisol/Litoso
sampai l/
bergelombang
32
Tropofluvents
Perbukitan
kecil (lereng >
16%)
63 10
Jumlah
.226 0,00
33
wilayah Kecamatan Tampan adalah 59,81 km2 dengan luas masing-masing
kelurahan sebagai berikut:
1
. Kelurahan Simpang Baru : 23,59 km
2
. Kelurahan Siddomulyo Barat : 13,69 km2
3
. Kelurahan Tuah Karya : 12,09 km2
4
. Kelurahan Delima : 10,44 km2
1
. Sebelah timur : Berbatasan dengan Kecamatan Marpoyan Damai
2
. Sebelah barat : berbatasan dengan Kabupaten Kampar
3
. Sebelah utara : berbatasan dengan Kecamatan Payung Sekaki
4
. Sebelah selatan : berbatasan dengan Kabupaten Kampar
17,46%
Sidomulyo Bar
20,21% at
34
22,89% Tuah Karya
Delima
35
28,0°C, sedangkan kelembaban udara berkisar antara 57,9%-93,2% dengan rata-
rata 74,6% dan tekanan udara 1.007,2 Mb-1.013,0 Mb, dengan rata-rata 1,010,1
Mb serta mempunyai kecepatan angin 7-8 knot/jam. Curah hujan antara
1.408 mm/th–4.344 mm/th, dengan rata-rata curah hujan mencapai 2.938
mm/th dan hari hujan selama 198 hari. Musim hujan terjadi pada bulan Januari
sampai April dan September sampai Desember. Musim kemarau terjadi pada
bulan Mei sampai Agustus.Keadaan topografi Kecamatan Tampan yaitu datar
dengan kelerengan antara 0–8% dan ketinggian lokasi lebih kurang 20 m dpl.
Jenis tanahnya adalah brown forest soil. Kondisi tekstur tanahnya berupa lempung
dengan tingkat kesuburan sedang.
Untuk lebih jelasnya, luas wilayah dan jumlah penduduk serta kepadatan
penduduk dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Kepadatan
Jumlah
Kelurahan Luas (Km2) Penduduk (Jiwa/Km²)
36
Sidomulyo Barat 13,69 47,394 3,462
Laki-laki Perempuan
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk kecamatan tampan
didominasi oleh jenis kelamin laki-laki, yaitu berjumlah 105.650 jiwa sedangkan
perempuan berjumlah 206.267 jiwa.
37
Tabel 8. Jumlah Penduduk Menurut Kewarganegaraan Di Kecamatan Tampan
Tahun 2013
WNI WNA
38
Dalam rangka meningkatkan pembangunan suatu wilayah, pendidikan
merupakan sesuatu yang sangat berperan. Karena pendidikan dapat dijadikan
sebagai tolak ukur melihat maju mundurnya suatu wilayah. Dengan pendidikan,
maka pembangunan yang direncanakan diberbagai sektor, akan dapat diwujudkan.
Hal ini sesuai dengan pasal 3 ayat 1 UUD 1945 yang menyatakan bahwa Negara
didirikan untuk mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa. Maka dalam pelaksanaannya pemerintah membentuk suatu sistem
pendidikan dan pengajaran nasional yang dikenal dengan pendidikan formal dan
non formal.
39
Selanjutnya, maju mundurnya pendidikan juga didukung oleh sarana
pendidikan yang ada. Untuk mengetahui jumlah sekolah negeri menurut jenis
sekolah di Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru dapat dilihat dari rincian grafik
berikut :
2. Pelaksanaan di lapangan
Hal ini tidak sesuai dengan RT/RW Kota Pekanbaru yang menetapkan bahwa
kecamatan Tampan merupakan kawasan pendidikan, terbukti kurangnya sekolah
negeri terutama SMP dan SMA. Terlihat di tabel hanya memiliki 2 SMP Negeri
dan 1 SMA Negeri.
40
No
se
44,95
1 TK 1 0,98% 48 44,04% 49 %
30,27
2 SD 16 14,68% 17 15,06% 33 %
SMU
4 Kejuruan 2 1,83% 5 4,59% 7 6,42%
SMU
5 Umum 1 0,98% 3 2,75% 4 3,67%
Sekolah
6 tinggi 2 1,83% 2 1,83% 4 3,67%
41
%
Industri sedang adalah industri yang mempunyai tenaga kerja 20 s.d 99 orang,
sedangkan industri besar yang mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih.
Sementara itu industri kecil adalah perusahaan dengan tenaga kerja 5 s.d. 19
orang.
2. Pelaksanaan di lapangan
42
Dalam masalah ini kita tidak bisa juga menyalahkan pabrik yang berada pada
kecamatan Tampan kerena pabrik sudah berdiri semenjak tahun 1985(wawancara
dengan mantan pekerja PT IGA BINA MIX) jauh sebelum kawasan ini
ditetapkan sebagai kawasan pendidikan.
Keterangan :
Dari hasil survey yang telah kami lakukan dengan mengunjungi pabrik ini
dengan menanyakan warga sekitar kawasan pabrik dan salah satu mantan pekerja
pabrik PT IGA BINA MIX ini ternyata pabrik yang bergerak pada industri
43
pengolahan beton tidak beroperasi lagi selama satu tahun belakangan karena
mengalami kebangkrutan. Perusahaan yang telah berdiri sejak tahun 1985 ini
dijual kepada pabrik industri padang yaitu PT. Asoka. Pabrik PT IGA BINA
MIX sudah berdiri sebelum perumahan di sekitaran Garuda Sakti dibangun.
2. Pelaksanaan Di Lapangan
Jumlah penduduk kecamatan yang tinggi terdapat di Kelurahan Tuah Karya ini
karena padatnya antara perumahan dan toko – toko serta kios – kios kecil .
Padatnya pemukiman dikawasan tampan yang tidak diseimbangi daya dukung
lingkungan membuat berkurangnya lahan terbuka hijau yang mengakibatkan
cuaca panas saat siang hari.
44
3.2.7 Sistem Komersial
1. Sarana Perekonomian
1 Pasar 3 0.08%
2 BUUD/KUD 1 0.03%
3 Bank 22 0.60%
Pada tabel di atas terlihat bahwa sarana perekonomian yang banyak ditemukan
di Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru adalah warung/kios berjumlah 2.224 jiwa
(60,30%), selanjutnya diikuti oleh sarana perekonomian berupa toko berjumlah
1.438 jiwa (38,99%), meskipun adanya sarana perekonomian lain seperti pasar
(0,08%), BUUD/KUD (0,03%), dan bank (0,60%).
2. Pelaksanaan Lapangan
Kota dalam perjalanannya selalu tumbuh dan berkembang, dan salah satu
penyebab terjadinya pertumbuhan dan perkembangan kota adalah adanya
45
pertumbuhan ekonomi, suatu kota cenderung untuk tumbuh, ukurannya bertambah
dan struturnya berubah.
1. Pengelolaan Sampah
46
d. Aspek hukum dan pengaturan (hukum)
Pemeliharaan
APBN,
dan penambahan
Semua APBD DKP,
sarana
Kecamatan Propinsi, Kecamatan
pengangkutan
APBD Kota
sampah
Pembangunan Payung
pos tempat Sekaki, APBN,
Bukit Raya,
47
Tenayan
Raya,
Rumbai,
Rumbai
Pesisir
Penyediaan APBN,
lahan TPA Tenayan APBD DKP, Panitia
Tenayan Raya Propinsi, Pengadaan Lahan
APBD Kota
Pembangunan APBN,
fasilitas TPA Tenayan APBD
DKP, DPU
Tenayan Raya Propinsi,
APBD Kota
Peningkatan
APBN,
pengelolaan
Kota APBD DKP,
sampah terpadu 3R
Pekanbaru Propinsi, Bappeda, BLH
skala kawasan dan
APBD Kota
skala kota
3. Pelaksanaan di Lapangan
48
d. tidak ada penggandaan lahan TPS.tidak ada pemeliharaan dan
pembangunan sarana pengangkutan sampah
Selain sarana dan prasarana yang kurang memadai, faktor yang ikut
mempengaruhi pelaksanaan retribusi kebersihan Kecamatan Tampan Kota
Pekanbaru adalah luas wilayah, Kecamatan Tampan memiliki empat kelurahan
yaitu kelurahan simpang baru,delima tuah karya,dan sidomulyo barat. Hal ini
menyulitkan dalam melakukan pengawasan, begitu juga dengan masalah
pengangkutan sampah, mobil pengangkutan sampah yang dimiliki sangat terbatas,
meskipun sudah ada mobil pengangkut sampah yang dikelola secara pribadi oleh
masyarakat, tetap saja masih kekurangan. Itulah yang menyebabkan terhambatnya
pembayaran retribusi kebersihan oleh masyarakat.
49
sehingga masyarakat lebih sering menumpuk sampah di pinggir-pinggir jalan
meskipun di sana sudah dipasang pengumuman larangan membuang sampah.
Untuk menentukan lokasi TPA juga harus memenuhi hal berikut ini:
50
atau sama dengan 12,47% dari jumlah penduduk kota Pekanbaru sebesar 779.881
jiwa, dengan kepadatan penduduk 1.627 jiwa/𝑘𝑚2 . Jumlah penduduk laki-laki
48.834 jiwa dan perempuan 50.462 jiwa dengan sex ratio antara penduduk laki-
laki dan perempuan sebesar 109, sedangkan jumlah rumah tangganya tercatat
sebanyak 20.814 rumah tangga dengan rata-rata jumlah anggota rumah tangga per
kepala keluarga sebanyak 5 jiwa (Bappeda Kota Pekanbaru, 2007).
Menurut Sutrisno dan Suciastuti (1987), air tanah dangkal kualitasnya lebih
rendah dari air tanah dalam, karena masih sangat rentan terhadap pengaruh zat-zat
kimia (garam-garam yang terlarut) seperti mangan, besi, dipengaruhi sifat organik
tanah dan adakalanya air berwarna. Dengan demikian tidak heran jika banyak
penghuni rumah di Kecamatan Tampan mengatasi masalah sumur dangkalnya
dengan beralih kepada sumur bor yang sumber airnya lebih dalam.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari penghuni rumah bahwa pada saat
musim kemarau, air sumur warga berbau seperti bau air parit, hal ini
kemungkinan terjadinya perembesan air parit ke sumur milik warga. Keyakinan
semakin diperkuat oleh fakta di lapangan bahwa banyak ditemukan saluran parit
tidak berfungsi sehingga air limbah rumah tangga yang masuk ke dalam parit
menjadi tergenang dan merembes ke dalam tanah, fakta ini relevan dengan data
yang dikemukan oleh Tim Pokja Sanitasi Kota Pekanbaru tahun 2007.
Berdasarkan fakta dilapangan, guna untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi
warga perumahan, setidaknya dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
51
1. Sumber air perumahan diambil dari satu lokasi saja.
2. Sumber air bersih diambil dari Perusahaan Daerah Air Minum ( PDAM ).
Pengendalian
pemanfaatan lahan
pada jalur patahan Kec. Tampan
melalui , Kec. Marpoyan Dinas
APBD
pembatasan Damai, Kec. TRB,Dinas
Kota
pengembangan Payung Sekaki, PU, BPN
prasarana dasar, Kec. Bukit Raya
terutama jaringan
jalan.
Evaluasi
Dinas
terhadap hak
TRB,Dinas
penguasaan/ lahan
PU, BPN,
yang telah Semua
Dinas
dikeluarkan/ Kecamatan
kehutanan,
direkomendasikan
Dinas
oleh pemerintah
Pertanian
pusat dan daerah.
52
Tabel 14. Perwujudan Kawasan Budidaya berdasarkan RTRW Kota
Pekanbaru
Rehabilitasi APBN,
bangunan rumah dan Kec. APBD
peremajaan kawasan tampan Propinsi,
kumuh APBD Kota
Penataan atau
APBN,
relokasi kawasan
Kota APBD
permukiman yang
Pekanbaru Propinsi,
berada di sempadan
APBD Kota
sungai, kaw lindung
Relokasi kawasan
APBN,
permukiman dalam
Kec. APBD
radius bahaya
tampan Propinsi,
kecelakaan dan bahaya
APBD Kota
kebisingan.
53
Pengembangan APBN,
permukiman vertikal APBD
untuk kawasan padat Pusat Kota Propinsi,
APBD Kota,
swasta
Dalam pengolahan air limbah dapat dilakukan beberapa cara, salah satu cara
yang efektif dalam mengurangi dampak pencemaran sumber air oleh limbah
domestik, adalah dengan memusatkan pengumpulan limbah tinja dari setiap
rumah ke tempat pengolahan terpadu (komunal). Di Pekanbaru penerapan IPAL
komunal telah mulai dilaksanakan, pemerintah Kota Pekanbaru bekerja sama
dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan konsultan lingkungan asal Belanda
Haskoning.
Sejak tahun 2006 telah dibangun tujuh lokasi unit pengolahan limbah komunal
di beberapa tempat dalam kota Pekanbaru, yang bertujuan untuk mengurangi
dampak pencemaran lingkungan oleh limbah domestik termasuk oleh tinja
manusia. Namun kenyataannya, sampai saat ini pemerintah kota Pekanbaru belum
menekankan pentingnya membuat IPAL komunal kepada pengusaha pengembang
perumahan. Keutamaan IPAL komunal sebagai salah satu cara untuk mengurangi
dampak pencemaran air sumur di lokasi perumahan, ternyata belum mendapat
perhatian dari pemerintah dan dianggap penting oleh masyarakat. Hal ini dapat
dibuktikan dengan banyaknya usaha kecil seperti bengkel motor, rumah makan,
bengkel las, dan laundry, bahkan perumahan masih membuang limbah ke parit.
Berikut adalah salah satu gambar air limbah detergen yang dibuang ke drainase
54
1. Perwujudan Sistem Drainase berdasarkan RTRW Pekanbaru
Pemeliharaan WP I, WP APBN,
danau/kolam II, WP V APBD Propinsi, DPU
tampung/ waduk APBD Kota
Pemeliharaan Kota
APBN,
dan pembangunan Pekanbaru
APBD Propinsi, DPU
jaringan drainase
APBD Kota
kota.
55
Pembuatan Kota APBN, DPU,
sumur resapan Pekanbaru APBD Propinsi, Dinas
APBD Kota Pertanian
Penempatan APBN,
DPU,
pompa APBD Propinsi,
BWSS
pengendalian banjir APBD Kota
2. Pelaksanan dilapangan
Dalam survey yang kami lakukan kami melihat beberapa jalan yang ada di
kecamatan tampan dengan kondisi drainase yang tidak sesuai dengan RTRW
Pekanbaru, kondisi dilapangan menunjukkan saluran yang dibuat oleh pihak
pengembang belum sempurna bahkan ada yang tidak memiliki saluran sehingga
setiap hujan dapat menyebabkan banjir. Permasalahan yang dihadapi dalam
pembangunan drainase adalah lemahnya koordinasi dan sinkronisasi dengan
komponen infrastruktur lain. Pengelolaan drainase perkotaan harus dilaksanakan
secara menyeluruh mengacu pada SIDLACOM (Survey, Investigation, Design
Land Acqulsation, Construction, Operation, Maintenance), serta ditunjang dengan
peningkatan kelembagaan pembiayaan serta partisipasi masyarakat.
56
mengalirkan air, maka air hujan pun akan dialirkan ke anak sungai atau ke sungai.
Namun di Pekanbaru drainase hanya untuk menampung air. Alhasil saat hujan
turun, drainase tidak mampu menampung debit air sehingga meluap dan
menggenang.
Dinas Pekerjaan Umum harus bekerjasama dengan stake holder lain seperti tata
kota guna mengatasi banjir. Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Pekanbaru harus
bekerja ekstra untuk mengatasi masalah banjir yang terjadi di Pekanbaru selama
ini, karena saat ini Pekanbaru selalu mengalami kebanjiran saat hujan datang.
Hasil dari survey lapangan drainase daerah kecamatan tampan terdapat banyak
sampah dan menjadi pemicu terjadinya sumbatan mengakibatkan banjir. Drainase
yang penuh dengan sampah sehingga aliran air tidak mengalir dan menyebabkan
bau tidak sedap dan mengurangi nilai estetika. Selain itu air run off yang berada
dipinggir jalan dikarenakan drainase yang tidak memadai. Selain dari drainase
yang tidak memadai yang menjadi faktor penyebab banjir di daerah kecamatan
tampan yaitu kurangnya lahan terbuka untuk resapan air karena lahan yang ada
sudah disemenisas
57
Ruang terbuka hijau kota merupakan bagian dari penataan ruang perkotaan
yang berfungsi sebagai kawasan lindung. Kawasan hijau kota terdiri atas
pertamanan kota, kawasan hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan
hijau kegiatan olahraga, kawasan hijau perkarangan. Ruang terbuka hijau
diklasifikasi berdasarkan status kawasan, bukan berdasarkan bentuk dan struktur
vegerasinya ( Fandeli, 2004 ).
Luas ruang terbuka hijau di Kota Pekanbaru adalah sekitar 31.750,341 hektar.
Sebaran luas untuk masing-masing kecamatan adalah; Kecamatan Pekanbaru Kota
0,353 hektar, Senapelan 3,173 hektar, Limapuluh 50,246 hektar, Sukajadi 1,852
hektar, Sail 28,649 hektar, Rumbai 9.596,980 hektar, Bukit Raya 18.929,067
hektar, dan Tampan 3.140,021 hektar.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
58
1. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang adalah
susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana
yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang
secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. Penataan ruang adalah suatu
sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan tata ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
4. Pengolahan air limbah dapat dilakukan beberapa cara, salah satu cara yang
efektif dalam mengurangi dampak pencemaran sumber air oleh limbah
domestik, adalah dengan memusatkan pengumpulan limbah tinja dari setiap
rumah ke tempat pengolahan terpadu (komunal). Namun kenyataannya,
sampai saat ini pemerintah kota Pekanbaru belum menekankan pentingnya
membuat IPAL komunal kepada pengusaha pengembang perumahan,
sehingga kebanyakan masyarakat mulai dari yang memiliki usaha kecil
seperti bengkel motor, rumah makan, bengkel las, dan laundry, bahkan
perumahan masih membuang limbah ke parit.
59
5. Permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan drainase adalah lemahnya
koordinasi dan sinkronisasi dengan komponen infrastruktur lain. Pengelolaan
drainase perkotaan harus dilaksanakan secara menyeluruh mengacu pada
SIDLACOM (Survey, Investigation, Design Land Acqulsation, Construction,
Operation, Maintenance), serta ditunjang dengan peningkatan kelembagaan
pembiayaan serta partisipasi masyarakat. Kecamatan Tampan merupakan
kawasan yang masih kurang dalam pembuatan drainase yang layak. Masih
banyak kawasan yang tidak memiliki drainase yang layak sehingga
megakibatkan run off. Mulai dari ukuran parit yang tidak wajar, penggunaan
parit sebagai tempat pembuangan sampah karena kurangnya tempat
penampungan sampah, dan karena kurangnya lahan terbuka hijau yang
digunakan sebagai daerah resapan air sebab banyak lahan terbuka hijau yang
di semenisasi.
6. Luas ruang terbuka hijau di Kota Pekanbaru adalah sekitar 31.750,341 hektar.
Sebaran luas untuk masing-masing kecamatan adalah; Kecamatan Pekanbaru
Kota 0,353 hektar, Senapelan 3,173 hektar, Limapuluh 50,246 hektar,
Sukajadi 1,852 hektar, Sail 28,649 hektar, Rumbai 9.596,980 hektar, Bukit
Raya 18.929,067 hektar, dan Tampan 3.140,021 hektar. Namun
kenyataannya, di Kecamatan Tampan masih sangat susah ditemukan adanya
ruang terbuka hijau, bahkan juga terjadi pengalihan lahan yang semula nya
merupakan ruang terbuka hijau, namun saat ini sudah dibangun sebuah
Rumah Sakit Daerah di Jln. Garuda Sakti.
4.2 Saran
1. Diperlukan keseriusan yang lebih dalam pembuatan makalah ini agar tercapai
tujuan yang telah di tetapkan.
2. Lebih pandai dalam membagi waktu untuk jadwal pelaksanaan studi lapangan
supaya waktu lebih banyak digunakan untuk pemantauan daripada jalan-jalan.
60
DAFTAR PUSTAKA
Akib, Muhammad, Charles Jackson dkk. 2013. Hukum Penataan Ruang. Bandar
Lampung: Pusat Kajian Konstitusi dan Peraturan Perundang-Undangan
Fakultas Hukum Universitas Lampung.
61
Anonim. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar ( RisKesDas )
IndonesiaTahun 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Anonim, (1990), Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
416/MENKES/PER/IX/1990. tentang Syarat-syarat dan Pengawasa
Kualitas Air. Jakarta: Kementrian RI.
Dewantara, K. H. 1977. Karya Ki Hajar Dewantara. Yogyakarta: Majelis Luhur
Persatuan Taman Siswa.
Dinas Kesehatan Pekanbaru. 2009. Profil Kementrian Kesehatan Indonesia
Pusatdan Surveilans Epydemiologi Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta:
Kementrian RI.
Hasmar, Halim. 2002. Drainase Perkotaan. Yogyakarta: UII Press
Hermit Herman. 2008. Pembahasan Undang-Undang Penataan Ruang. Bandung:
Mandar Maju.
Ismoyo Imam Hendargo. 1994. Kamus Istilah Lingkungan. Jakarta: PT Bina Rena
Pariwara.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/MENKES/SK/XI/2002. Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Kerja Perkantoran dan industry. Jakarta: Kementrian RI.
Lenzen, M., dan Murray, S.A., 2003. A modified ecological footprint method
andits application to Australia. Ecological Economics, 37(2), pp. 229–
255.
Mukono, H. J. 1995. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Airangga
Universitas Press.
Mukono, H. J. 2006. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Airlangga
University Press.
Muljana, B. S. 2001. Perencanaan Pembangunan Nasional dan Proses
Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional dengan Fokus Repelita V.
Jakarta: UI-Press
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 173/MenKes/Per/VII/1977. Tentang
Penyediaan Minum yang Harus Memenuhi Standart Kuantitas dan
Kuaitas. Jakarta: Kementrian RI
62
Ridwan, H. R. 2006. Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Radja Grafindo
Persada
Slamet Riyadi, A.L. Skm. 1984. Sistem Kesehatan Nasional. Surabaya: Bina Indra
Karya
Sugiharto. 1987. Dasar – Dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta: UI Press
Tiasnadmidjaja, D. A . 1997. Dalam Asep Warlan Yusuf PranatanPembangunan.
Bandung: Universitas Parahiayang
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman
Andarita Rolasisasi, ` Pemberdayaan Masyarakat guna Mengurangi Kemiskinan
Perkotaan, Diakses 20 Oktober 2014.
http://Pemberdayaanmasyarakatsuwoto.blogspot.com/2009_02_01archive.
html
http:/www.lampungtimurkab.go.id/mobile/, diakses 17 Oktober 2014
http://id.wikipedia.org/wiki/Sumber_daya_alam#cite_note-sdabio1-1
LAMPIRAN
63
Kegiatan Survey di Kantor Camat, Kecamatan Tampan tentang Sarana dan
Prasarana yang ada termasuk jumlah penduduk dll.
Kemacatan yang terjadi akibat padatnya jumlah penduduk yang banyak dengan
fasilitas seperti jalan yang tidak mencukupi ( luas jalan ) dan faktor lainnya yang
mempengaruhi di Km. 15 Jl. Soebrantas Simpangbaru Panam Pekanbaru.
64
Sampah yang dibuang sepanjang jalan di Km. 15 Jl. Soebrantas Simpangbaru
Panam Pekanbaru , kurangnya fasilitas TPA yang memadai dan kesadaran
masyarakat akan sampah.
65
Profil PT Iga Bina Mix Di Jalan Garuda Sakti KM 1 yang sudah tidak
beroperasi.
66
Wawancara dengan salah satu pekerja Di RSUD yang diduga telah
mengalihkan fungsi kawasan terbuka hijau menjadi RSUD
Salah satu sekolah yang ada di Kecamatan Tampan , tepatnya di Jalan Garuda
Sakti
67
Drainase di Kecamatan Tampan yang dipenuhi oleh sampah dan tanaman liar,
tepatnya di daerah sekitar PT Iga Bina Mix Jalan Garuda Sakti KM 1
68