Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

METODE KUANTITATIF MANAJEMEN

“ LINEAR PROGRAMMING, METHOD OF TRANSPORTATION , &


CRITICAL PATH METHOD “

Disusun Oleh:

1. DESLIANA RAPPUNG (13179072)


2. MUTIARA IRDIANTI (12179233)
3. BENY WIRATIKA (13179074)

SEKOLAH TINGGI ILMU MANAJEMEN NITRO


MAKASSAR

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan
sayangnya memberikan pengetahuan, kemampuan dan kesempatan kepada kami
sehingga kami mampu meyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah ini ditulis
sebagai tugas kelompok mata kuliah Metode Kuantitatif Manajemen dengan
pembahasan mengenai “Linear Programming, Method of Transportation, & Critical
Path Method”.

Kami menyadari, dalam penulisan makalah ini masih ada kemungkinan


kekurangan-kekurangan karena keterbatasan kemampuan kami dalam menyusun.
Untuk itu, masukan yang bersifat membangun akan sangat membantu kami untuk
semakin membebenih kekurangannya.

Ucapan terima kasih tidak lupa kami hanturkan kepada:

1. Bapak Dr. Herman Sjahruddin, SE, M.Si, selaku dosen pembimbing mata kuliah
ini yang telah banyak membimbing sehingga makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik;
2. Orang tua dan keluarga tercinta; serta
3. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dalam pengerjaan
makalah ini.

Semoga makalah ini dapat berguna untuk kita semua. Amin.

Makassar, 30 Juni 2015

Desliana Rappung, Mutiara Irdianti, Beny Wiratika

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Masalah 4

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Linear Programming 5-6
Kasus 7
Penyelesaian 8-12
Referensi 13
2.2 Method of Transportation 14-15
Kasus 15
Penyelesaian 15-17
Referensi 17
2.3 Crithical Path Method 18-19
Kasus 20&22
Penyelesaian 20-25
Referensi 25

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan 26

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Miller dan M.K. Starr, Riset Operasi adalah peralatan manajemen yang
menyatukan ilmu pengetahuan, matematika, dan logika dalam kerangka pemecahan
masalah-masalah yang dihadapi sehari-hari, sehingga akhirnya permasalahan tersebut
dapat dipecahkan secara optimal.
Organisasi-organisasi (perusahaan) pada saat ini harus beroperasi didalam
situasi dan kondisi lingkungan bisnis yang dinamis dan selalu bergejolak, serta siap
untuk berubah-ubah. Perubahan-perubahan tersebut terjadi sebagai akibat dari
kemajuan teknologi yang begitu pesat ditambah dengan dampak dari beberapa faktor-
faktor lingkungan lainnya seperti keadaan ekonomi, politik, sosial, dan sebagainya.
Organisasi identik dengan pengambilan keputusan. Dalam mengambil
keputusan, manajer harus memerhatikan faktor-faktor yang terkait dengan kegiatan
organisasi tersebut. Dengan menggunakan beberapa metode riset operasi, manajer
dapat mengambil keputusan untuk mencapai tujuan organisasi.
Untuk memperjelas mengenai ruang lingkup pembahasan, maka kami akan
menguraikan inti dari apa yang kami jelaskan pada BAB II mengenai apa saja metode-
metode dalam riset operasi berdasarkan kasus dan penyelesaian masalahnya
Selanjutnya, penjelasan dari BAB II kami dapat mengambil kesimpulan yang
akan kami jelaskan pada BAB III.

1.1 Rumusan Masalah


1. Apa saja metode-metode yang digunakan untuk pengambilan keputusan
perusahaan dalam metode kuantitatif manajemen?
2. Apa definisi dari metode-metode tersebut?
3. Apa kegunaan dari metode-metode tersebut?
4. Bagaimana penyelesaian kasus dari metode tersebut?

1.2 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui metode-metode yang digunakan untuk pengambilan
keputusan perusahaan dalam metode kuantitatif manajemen.
2. Untuk mengetahui definisi dari masing-masing metode tersebut.
3. Untuk mengetahui kegunaan dari masing-masing metode tersebut.
4. Untuk mengetahui keputusan apa yang sebaiknya manajer ambil berdasarkan
penyelesaian kasus.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Linear Programming

Program linear atau Linear Programming (LP) berasal dari kata “programa” dan
“linear”. Programa yang berarti perencanaan dan linear yang mempunyai arti bahwa
seluruh fungsi matematis dalam model ini merupakan fungsi yang tidak mempunyai
fungsi kuadratik. Berdasarkan arti dari kedua tersebut maka program linier dapat
diartikan sebagai perencanaan guna menyelesaikan masalah atau persoalan tertentu
berdasarkan kaidah matematika dengan menyelidiki model matematikanya untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.

Program linier ditemukan dan dikembangkan oleh beberapa ahli dan


matematikawan dimasa sebelum Perang Dunia ke-II. Penemuan dan pengembangan
oleh beberapa matematikawan tersebut rata-rata didasarkan karena persoalan atau
masalah, yaitu dalam hal industri dan peperangan yang membutuhkan metode-metode
agar dapat efisien dalam penggunaan modal dan mencapai hasil yang maksimal.
Beberapa matematikawan tersebut adalah Leonid V. Kartovich, George B. Dantzig,
John von Neumann, Leonid Khachiyan dan Naranda Karmarkar.

Secara umum LP banyak digunakan untuk menyelesaikan masalah optimasi


dalam industri, perbankan, pendidikan dan masalah-masalah yang dapat dinyatakan
dalam bentuk linier. Bentuk linier disini berarti bahwa seluruh fungsi dalam model ini
merupakan fungsi linier.

Fungsi pada model ini ada dua macam, yaitu fungsi tujuan dan fungsi pembatas.
Fungsi tujuan dimaksudkan untuk menentukan nilai optimum yaitu nilai maksimal untuk
masalah keuntungan dan nilai minimal untuk masalah biaya. Fungsi pembatas
diperlukan berkenaan dengan adanya keterbatasan sumberdaya yang tersedia,
misalnya jumlah bahan baku yang terbatas, waktu kerja, jumlah tenaga kerja. Tujuan
utama dari LP ini adalah menentukan nilai optimum (maksimal/minimal) dari fungsi
tujuan yang telah ditetapkan.

Langkah-langkah pembuatan model program linier adalah sebagai berikut:

1. Tentukan variabel-variabel keputusan. Variabel keputusan adalah besaran yang


harus ditentukan nilainya agar optimalitas yang diinginkan tercapai.
2. Buatlah fungsi sasaran, yaitu fungsi yang akan dioptimumkan. Fungsi ini harus
merupakan kombinasi linier variabel-variabel keputusan.
3. Tentukan kendala berdasarkan keterbatasan sumberdaya atay karena kondisi
yang harus terpenuhi. Seperti halnya fungsi sasaran, fungsi tiap kendala harus

5
merupakan fungsi linier variabel keputusan. Kendala bisa berupa suatu
persamaan atau pertidaksamaan.

Ada 2 metode yang sering digunakan dalam metode pemrograman linier ini,
yaitu:

1. Metode grafik
Metode grafik menggunakan grafik kendala sebagai alat untuk mencari titik
optimum. Kendala dalam program linier selalu akan membentuk bidang datar
segi-n yang merupakan himpunan konveks sehingga titik optimum pasti terjadi
pada titik sudut bidang datar yang terbentuk. Metode ini relatif mudah dikerjakan
secara manual, tetapi terbatas untuk 2 kendala saja.
Langkah-langkah penyelesaian program linier dengan metode grafik adalah
sebagai berikut:
a. Menentukan fungsi tujuan dan memformulasikannya dalam bentuk matematis
b. Mengidentifikasi batasan-batasan yang berlaku dan memformulasikannya
dalam bentuk matematis
c. Menggambarkan masing-masing garis fungsi batasan dalam satu sistem salib
sumbu.
d. Mencari titik yang paling menguntungkan (optimal) dihubungkan dengan
fungsi tujuan.
2. Metode simpleks
Metode simpleks mengatasi masalah yang ada pada metode grafik. Prinsip
kerjanya sama, yaitu secara iterative mencari titik sudut bidang datar yang
menghasilkan nilai optimum. Akan tetapi pencarian tidak dilakukan secara grafik,
melainkan secara numerik sehingga dapat dilakukan untuk berapapun jumlah
variabel yang digunakan. Metode ini mampu menyelesaikan minimal 3 kendala.
Langkah-langkah penyelesaian program linier dengan metode simpleks adalah
sebagai berikut:
a. Mengubah fungsi tujuan menjadi fungsi implisit.
b. Mengubah pertidaksamaan pada fungsi batasan menjadi persamaan dengan
menambahkan Slack Variable.
c. Menyusun persamaan fungsi tujuan dan fungsi batasan ke dalam tabel
simpleks.
d. Memilih kolom kunci.
e. Memilih baris kunci
f. Mengubah nilai-nilai baris kunci.
g. Mengubah nilai-nilai selain baris kunci.
h. Melanjutkan perbaikan-perbaikan hingga diperoleh solusi optimal.

6
KASUS

Perusahaan tas PT. DMB membuat 2 jenis tas, yakni merk A1 dengan tas dari kulit, dan
merk A2 dengan tas dari kain.

Untuk membuat tas tersebut, perusahaan memiliki 3 macam mesin.

a. Mesin 1 khusus membuat tas dari kulit,


b. Mesin 2 khusus membuat tas dari kain, dan
c. Mesin 3 membuat aksesori tambahan untuk tas

Setiap lusin tas merk A1

a. Mula-mula dikerjakan di mesin 1 selama 2 jam,


b. Kemudian tanpa melalui mesin 2
c. Terus dikerjakan di mesin 3 selama 4 jam.

Sedang untuk sepatu merk I2

a. Tidak diproses di mesin 1,


b. Tetapi pertama kali dikerjakan di mesin 2 selama 3 jam
c. Kemudian di mesin 3 selama 5 jam.

Jam kerja maksimum setiap hari untuk mesin

a. 1 = 8 jam,
b. mesin 2 = 15 jam,
c. dan mesin 3 = 20 jam.

Sumbangan laba untuk sepatu merk

a. I1 = Rp 300.000/lusin, sedang
b. merk I2 = Rp 500.000/lusin.

Tentukan banyaknya masing-masing tas yang dibuat untuk memaksimumkan laba

7
Penyelesaian:

A. Metode Grafik

Summary Data

Mesin Merek Kapasitas


A1 A2 Maksimum
Mesin 1 2 0 10
Mesin 2 0 3 15
Mesin 3 7 6 42
Laba per lusin 4 6
Fungsi Tujuan Fungsi Batasan:

Maksimumkan: Mesin 1: 2X1 + 0X2 ≤ 10

Z = 4x1 + 6x2 Mesin 2: 0X1 + 3X2 ≤ 15

Mesin 3: 7X1 + 6X2 ≤ 42

Batasan non-negatif:

X1 dan X2 ≥ 0

Fungsi Batasan:

X2

7X1 + 6X2 ≤ 42

7 2X1 ≤ 10

5 D C 3X2 ≤ 15

2
B
1
A X1

0 1 2 3 4 5 6 7

8
Nilai Z pada titik A, dimana X1 = 5 dan X2 = 0, Sehingga:

Z = 4X1 + 6X2

Z = 4(5) + 6(0) = 20 atau 2.000.000

Nilai Z pada titik B,

2X1 + 0X2 = 10 kali 3,5 7X1 + 0X2 = 35

7X1 + 6X2 = 42 kali 1 7X1 + 6X2 = 42 (-)

0X1 - 6X2 = -7

X2 = 7/6

7X1 + 6(7/6) = 42

7X1 = 42 – 7

X1 = 35/7 = 5

Z = 4(5) + 6(7/6) = 27 atau 2.700.000

Nilai Z pada titik C,

0X1 + 3X2 = 15 kali 2 0X1 + 6X2 = 30

7X1 + 6X2 = 42 kali 1 7X1 + 6X2 = 42 (-)

-7X1 - 0X2 = -12

X1 = 12/7

7(12/7) + 6X2 = 42

6X2 = 42 – 12

X2 = 30/6 = 5

Z = 4(12/7) + 6(5) = 36,85 atau 3.685.000

Nilai Z pada titik D, dimana X1 = 0 dan X2 = 5, Sehingga:

Z = 4X1 + 6X2

Z = 4(0) + 6(5) = 30 atau 3.000.000

9
Summary of Z Value :

Nilai Z pada titik A = Rp 2.000.000

Nilai Z pada titik B = Rp 2.700.000

Nilai Z pada titik C = Rp 3.685.000

Nilai Z pada titik D = Rp 3.000.000

Conclusion :

Kombinasi produksi yang optimal adalah memproduksi tas merek A1 = 12/7 lusin per
hari dan tas A2 = 5 lusin per hari (pada titik C), dengan keuntungan sebesar Rp
3.685.000 per hari.

B. Metode Simpleks

Fungsi Tujuan yang berbentuk eksplisit

Maksimumkan: Z = 4X1 + 6X2

Diubah menjadi bentuk implisit

Maksimumkan: Z = 4X1 - 6X2 = 0

Fungsi Batasan:

2X1 ≤ 10 2X1 + X3 = 10

3X2 ≤ 15 3X2 + X4 = 15

7X1 + 6X2 ≤ 42 7X1 + 6X2 + X5 = 42

Menyusun persamaan fungsi tujuan dan fungsi batasan ke dalam tabel simpleks

Tabel I

Variabel Z X1 X2 X3 X4 X5 Nilai Indeks


Dasar Kanan
Z 1 -4 -6 0 0 0 0
X3 0 2 0 1 0 0 10 10/0 = ∞
X4 0 0 3 0 1 0 15 15/3 = 5
X5 0 7 6 0 0 1 42 42/6 = 7

10
Mengubah nilai-nilai baris kunci

X2 0 3 0 1 0 15

3 3 3 3 3 3 (bagi)

0 1 0 1/3 0 5

Z (-4 -6 0 0 0 0)

-6 (0 1 0 1/3 0 5) (-)

-4 0 0 6/3 0 30

Mengubah nilai baris selain baris kunci

X3 (2 0 1 0 0 10)

0 (0 1 0 1/3 0 5) (-)

2 0 1 0 0 10

X5 (7 6 0 0 1 42)

6 (0 1 0 1/3 0 5) (-)

7 0 0 -6/3 1 12

Tabel II

Variabel Z X1 X2 X3 X4 X5 Nilai
Dasar Kanan
Z 1 -4 0 0 6/3 0 30
X3 0 2 0 1 0 0 10
X2 0 0 1 0 1/3 0 5
X5 0 7 0 0 -6/3 1 12
Z = 4(0) + 6(5) = 30 atau Rp 3.000.000/hari

Memilih kolom dan baris kunci

Tabel III

Variabel Z X1 X2 X3 X4 X5 Nilai Indeks


Dasar Kanan
Z 1 -4 0 0 6/3 0 30
X3 0 2 0 1 0 0 10 10/2 = 5
X2 0 0 1 0 1/3 0 5 5/0 = ∞
X1 0 7 0 0 -6/3 1 12 12/7

11
Mengubah nilai baris kunci

X1 7 0 0 -6/3 1 12

7 7 7 7 7 7 (bagi)

1 0 0 -6/21 1/7 12/7

Z (-4 0 0 6/3 0 30)

-4 (1 0 0 -6/12 1/7 12/7) (-)

0 0 0 6/4 4/7 36 ½

Mengubah nilai baris selain baris kunci

X3 (2 0 1 0 0 10)

2 (1 0 0 -6/12 1/7 12/7) (-)

0 0 1 6/6 -1/7 6½

X2 (0 1 0 1/3 0 5)

0 (1 0 0 -6/12 1/7 12/7) (-)

0 1 0 1/3 0 5

Tabel IV

Variabel Z X1 X2 X3 X4 X5 Nilai
Dasar Kanan
Z 1 0 0 0 6/4 4/7 36 ½
X3 0 0 0 1 6/6 -1/7 6½
X2 0 0 1 0 1/3 0 5
X1 0 1 0 0 -6/21 1/7 12/7
Z = 4(12/7) + 6(5) = 36,85 atau Rp 3.685.000/hari

Conclusion:

Kombinasi produksi yang optimal adalah memproduksi tas merek A1 = 12/7 lusin per
hari dan tas merek A2 = 5 lusin per hari, dengan keuntungan sebesar Rp 3.685.000 per
hari.

12
REFERENSI

 Siang, Jong Jek. 2011. Riset Operasi dalam Pendekatan Algoritmis. Penerbit: Andi,
Jakarta.
 Sjahruddin, Herman. 2015. 3_Ch_HR_MKM_NITRO_ Linerar Programming - Grafik
– Copy.ppsx. Makassar
 Sjahruddin, Herman. 2015. 4_Ch_HR_MKM_NITRO – Copy.ppsx. Makassar
 Wikipedia. _. Pemrograman Linier. (Diakses 19 Juni 2015)
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pemrogramanlinier
 _. 2010. Sejarah Penemuan Program Linier. (Diakses 22 Juni 2015)
https://www.scribd.com
 Dwijanto. _. Bab II Pengenalan Program Linier. (Diakses 22 Juni 2015)
https://dwijanto77.files.wordpress.com

13
2.2 Method of Transportation
Metode transportasi dikembangkan oleh George B Dantzig, dan Program
Integer.
Metode transportasi adalah suatu metode dalam riset operasi yang digunakan
untuk mengatur distribusi dari sumber-sumber yang menyediakan produk yang sama,
ke tempat-tempat yang membutuhkan secara optimal.
Alokasi produk harus diatur sedemikian rupa, karena terdapat perbedaan biaya-
biaya alokasi dari sumber ke tempat tujuan yang berbeda. Disamping itu juga metode
transportasi juga dapat digunakan untuk memecahkan masalah dunia usaha lainnya
seperti masalah yang meliputi periklanan, pembelanjaan modal dan alokasi dana untuk
investasi, analisis lokasi, keseimbangan lini perakitan dan perencanaan serta jadwal
produksi.
Asumsi dasar model transportasi adalah biaya transportasi pada suatu rute
tertentu proporsional dengan banyaknya unit yang dikirim.
Ada 3 metode penyelesaian masalah transportasi sebagai solusi dasar awal,
yaitu:
1. Metode Pojok Barat Laut (North-West-Corner Method)
Metode ini mengisi tabel awal transportasi dari sisi barat laut (kiri atas) dengan
kuantitas sebanyak-banyaknya. Pengisian dilakukan terus-menerus hingga
semua sumber dihabiskan.
Langkah-langkah penyelesaian NWC:
a. Mulai dari pojok barat laut Tabel dan alokasikan sebanyak mungkin pada X 11
tanpa menyimpang dari kendala penawaran atau permintaan.
b. Jika baik kolom maupun baris telah dihabiskan, pindahkanlah secara
diagonal ke kotak berikutnya.
c. Lanjutkan dengan cara yang sama sampai semua penawaran telah
dihabiskan dan keperluan permintaan telah dipenuhi.
2. Metode Biaya Terendah (Least-Cost Method)
Metode ini mengisi tabel awal transportasi dari sel yang biaya pengirimannya
terendah dengan kuantitas sebanyak mungkin. Jika ada beberapa sel yang biaya
terendahnya sama, maka pilihlah sembarang.
Langkah-langkah penyelesaian LCW:
a. Pilih variabel X11 dengan biaya transportasi yang terkecil dan alokasikan
sebanyak mungkin dengan memperhatikan kendala penawaran dan
permintaan.
b. Pada kotak-kotak sisanya yang layak dipiih nilai biaya transportasi terkecil
dan alokasikan sebanyak mungkin.
c. Lanjutkan proses ini sampai semua penawaran telah dihabiskan dan
permintaan telah terpenuhi.
3. Metode Vogel (Vogels Approximation Method)

14
Perhitungan penyelesaian awal dengan metode ini lebih rumit dibandingkan
kedua metode terdahulu. Akan tetapi biasanya lebih mendekati penyelesaian
optimalnnya.
Langkah-langkah penyelesaian VAM:
a. Hitung opportunity cost untuk setiap baris dan kolom. Opportunity cost yang
terpilih adalah dengan mengurangi 2 biaya transportasi per unit yang terkecil.
b. Pilih baris atau kolom dengan opportunity cost terbesar (jika terdapat nilai
kembar pilih secara sembarang).
c. Sesuaikan penawaran dan permintaan untuk menunjukkan alokasi yang
sudah dilakukan. Hilangkan semua baris dan kolom dimana penawaran telah
dihabiskan dan permintaan telah terpenuhi.
d. Jika semua penawaran dan permintaan belum terpenuhi, kembali ke langkah
awal dan hitung lagi opportunity cost yang baru, hingga diperoleh solusi awal.

KASUS

Pabrik Biaya Transportasi Ke Pasar Penawaran


A B C (Unit)
(ribu Rp) (ribu Rp) (ribu Rp)
X 8 5 6 120
Y 5 10 12 80
Z 3 9 10 80
Permintaan 150 70 60 120
(Unit)

Penyelesaian:

A. Metode NWC

Pabrik Biaya Transportasi Ke Pasar Penawaran


A B C (Unit)
(ribu Rp) (ribu Rp) (ribu Rp)
X 8 5 6 120
120

Y 15 10 12 80
30 50

Z 3 9 10 80
20 60

Permintaan 150 70 60 120


(Unit)
Biaya Transportasi:

8 (120) + 15 (30) + 10 (50) + 9 (20) + 10 (60) = 2.690

15
B. Metode LCM

Pabrik Biaya Transportasi Ke Pasar Penawaran


A B C (Unit)
(ribu Rp) (ribu Rp) (ribu Rp)
X 8 5 6 120
70 50

Y 15 70 10 12 80
10

Z 3 9 10 80
80

Permintaan 150 70 60 120


(Unit)
Biaya Transportasi:

3 (80) + 15 (70) + 12 (10) + 6 (50) + 5 (70) = 2.060

C. Metode VAM

Pabrik Biaya Transportasi Ke Pasar Penawaran OC


A B C (Unit)
(ribu Rp) (ribu Rp) (ribu Rp) Bars
X 8 5 6 120
70 50 1
Y 15 10 12 80 2
70 10

Z 3 9 10 80 6
80

Permintaan 150 70 60 120


(Unit)
OC Kolom 5 4 4

Biaya Transportasi:

3 (80) + 8 (70) + 6 (50) + 12 (10) + 10 (70) = 1.920

Perbandingan Solusi Awal

 Biaya Transportasi: North West Corner (NWC)

8 (120) + 15 (30) + 10 (50) + 9 (20) + 10 (60) = 2.690

 Biaya Transportasi: Least Cost Method (LCM)

3 (80) + 15 (70) + 12 (10) + 6 (50) + 5 (70) = 2.060

16
 Biaya Transportasi: Vogels Approximation Method (VAM)

3 (80) + 8 (70) + 6 (50) + 12 (10) + 10 (70) = 1.920

Umumnya pemecahan awal Vogels Approximation Method (VAM) lebih murah dari
metode yang lainnya.

REFERENSI

 Siang, Jong Jek. 2011. Riset Operasi dalam Pendekatan Algoritmis. Penerbit: Andi,
Jakarta.
 Sjahruddin, Herman. 2015. 5_Ch_HR_MKM_NITRO - Copy.ppsx. Makassar
 _ ._ . Metode Transportasi. (Diakses 26 Juni 2015)
https://www.mdp.ac.id
 _ ._ . Sekilas Pengertian dan Asal Mula Tentang Manajemen Sciense. (Diakses 26
Juni 2015) https://www.belonomi.com

17
2.3 Critical Path Method
Critical Path Method dikembangkan ditahun 1950 oleh DuPont Perusahaan dan
Remington Rand Corporation. Ini secara khusus dikembangkan untuk mengelola
proyek pembangkit listrik pemeliharaan.
Critical Path Method atau Metode Jalur Kritis adalah suatu rangkaian item
pekerjaan dalam suatu proyek yang menjadi bagian kritis atas terselesainya proyek
secara keseluruhan. Ini artinya, tidak terselesaikannya tepat waktu suatu pekerjaan
yang masuk dalam pekerjaan kritis akan menyebabkan proyek mengalami
keterlambatan karena waktu waktu finish proyek akan menjadi mundur atau delay.
Langkah standar dalam penentuan CPM adalah sebagai berikut:
1. Membagi seluruh pekerjaan menjadi beberapa kelompok pekerjaan yang dapat
dikatakan sejenis.
2. Menentukan durasi penyelesaian pekerjaan masing-masing milestone.
3. Menentukan keterkaitan (interdependencies) antara kelompok-kelompok pekerjaan
tersebut.
4. Menentukan critical path method atas milestone berdasarkan hubungan saling
keterkaitannya.
5. Membandingkan durasi total pekerjaan dengan waktu yang dibutuhkan.
Ada beberapa manfaat CPM bagi suatu proyek adalah sebagai berikut:
1. Memberikan uraian kegiatan, menyusun logika urutan kejadian, menentukan syarat-
syarat pendahuluan, menentukan interelasi dan interpendensi antara kegiatan.
2. Memperkirakan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan tiap kegiatan,
menentukan kapan suatu kegiatan dimulai dan kapan berakhir, menentukan
keseluruhan proyek berakhir.
3. Jika dibutuhkan, tetapkan alokasi biaya dan peralatan guna pelaksanaan tiap
kegiatan.
Ada beberapa symbol diagram yang digunakan untuk mendeskripsikan urutan,
waktu pelaksanaan dan jenis kegiatan pada suatu proyek, yaitu sebagai berikut:
1. Anak panah (arrow)
- Menyatakan kegiatan (panjang panah tidak mempunyai arti khusus).
- Pangkal dan ujung panah menerangkan kegiatan mulai dan berakhir.
- Kegiatan harus berlangsung terus dalam jangka waktu tertentu dengan
pemakaian sejumlah sumber (manusia, alat, bahan, dan dana).
- Pada umumnya kegiatan diberi kode huruf a,b,c,dst.

Gambar Anak Panah (arrow)

18
2. Simpul (node)
- Menyatakan suatu kejadian atau peristiwa.
- Kejadian diartikan sebagai awal atau akhir dari satu atau beberapa kegiatan.
- Umumnya kejadian diberi kode dengan angka 1,2,3,dst, yang disebut nomor
kejadian.

Gambar Simpul

3. Anak panah putus-putus


- Menyatakan kegiatan semu (dummy).
- Dummy sebagai pemberitahuan bahwa terjadi perpindahan satu kejadian ke
kejadian lain pada saat yang sama.
- Dummy tidak memerlukan waktu dan tidak menghabiskan sumber.

Gambar Anak Panah Putus-Putus

Dalam melakukan perhitungan penentuan waktu penyelesaian digunakan


beberapa terminologi dasar sebagai berikut:

1. Earliest Start Time (ES) adalah waktu tercepat untuk bisa memulai suatu kegiatan
dengan waktu normal, tanpa mengganggu kegiatan lain.
2. Latest Start Time (LS) adalah waktu paling lambat untuk bisa memulai kegiatan
dengan waktu normal, tanpa mengganggu kegiatan-kegiatan lainnya.
3. Earliest Finish Time (EF) adalah waktu paling cepat untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan dalam waktu normal, tanpa mengganggu kegiatan lain.
4. Latest Finish Time (LF) adalah waktu paling lambat untuk menyelesaikan suatu
kegiatan dalam waktu normal, tanpa mengganggu kegiatan lain.

19
KASUS 1

Aktivitas Aktivitas Waktu Pelaksanaan


Pendahulu (Minggu)
A - 5
B - 9
C A,B 8
D B 17
E B 23
F C,D 8
G E,F 17
H F 9

Penyelesaian:

3 C 4 F 5
8 8
A

5 D H
1 9
17

9
B 23 17
2 6 7
E G

Menghitung ES

ES1 = 0

ES2 = max {ES1 + t12} = 0 + 9 = 9

ES3 = max {ES1 + t13 = 0 + 5}= 5


=9
max {ES2 + t23 = 9 + 0}= 9

ES4 = max {ES3 + t34 = 9 + 8}= 17


= 26
max {ES2 + t24 = 9 +17}= 26

ES5 = max {ES4 + t45 = 26+ 8}= 34

20
ES6 = max {ES5 + t56 = 34+ 0}= 34
= 34
max {ES2 + t26 = 9 + 23}=32

ES7 = max {ES5 + t57 = 34+ 9} =43


= 51
max {ES6 + t67 = 34+17}=51

Menghitung LS

LS7 = 51

LS6 = min {LS7 – t67} = 51–17 = 34

LS5 = min {LS7 – t57 = 51– 9 } =38


= 34
min {LS6 – t56 = 31– 0} = 34

LS4 = min {LS5 – t45} = 34 – 8 = 26

LS3 = min {LS4 – t34} = 26 – 8 = 18

LS2 = min {LS4 – t24 = 26 – 17}= 9

min {LS6 – t26 = 34 – 23}=11 = 9

min {LS3 – t23 = 18 – 0 } =18

LS1 = min {LS2 – t12 = 9 – 9 } = 0


=0
min {LS3 – t13 = 18 – 5 }= 13

21
Network Value ES & LS

3 9 C 4 26 F 5 34
8 8
18 26 34
A

5 D H
1 0 Dummy 1 Dummy 2 9
17
0
9
B 23 17
2 9 6 34 7 51
E G
9 34 51

Conclusion:

1. Kegiatan Kritis: B,D,F, Dummy 2, G


2. Jalur Kritisnya: 1 – 2 – 4 – 5 – 6 – 7
3. Waktu Kritisnya: 9 + 17 + 8 + 0 + 17 = 51
4. Waktu penyelesaian persoalan diatas minimal 51 minggu

KASUS 2

Act Est D-25


2 5
A 13
B 11 A-13 E-30 H-11
C 15
D 25
E 30 1 3 6 8
B-11 F-10 I-23
F 10
G 18
H 11
I 23 C-15 4 G-18 7 J-18
J 18

22
Jalur Penyelesaian Proyek

A – D – H = 13 + 25 + 11 = 49

A – D – J = 13 + 25 + 18 = 56

B – E – H = 11 + 30 + 11 = 52

B – E – J = 11 + 30 + 18 = 59 (Jalur Kritis)

B – F – I = 11 + 10 + 23 = 44

B – G – J = 11 + 18 + 18 = 47

C – G – J = 15 + 18 + 18 = 51

2 13 D - 21 5 41

16 41

A – 13 E – 30 H - 11

8 59
1 0 B-11 3 11 F – 10 6 21 I - 23
0 11 36 59

C – 15 J - 18
4 15 G – 18 7 41

23 41

Jalur Kritis = B – E – J

23
Penyelesaian ES

ES1 = 0

ES2 = max (ES1 + t12) = 0 + 13 = 13

ES3 = max (ES1 + t13) = 0 + 11 = 11

ES4 = max (ES1 + t14) = 0 + 15 = 15

max (ES1 + t34) = 0 + 0 = 0

ES5 = max (ES4 + t25) = 15 + 25 = 40

max (ES3 + t35) = 11 + 30 = 41

ES6 = max (ES3 + t36) = 11 + 10 = 21

ES7 = max (ES4 + t47) = 15 + 18 = 33

max (ES5 + t57) = 41 + 0 = 41

ES8 = max (ES5 + t58) = 41 + 11 + 52

max (ES6 + t68) = 21 + 23 = 44

max (ES7 + t78) = 41 + 18 = 59

Penyelesaian LF

LF8 = 59

LF7 = min (LF8 – t78) = 59 – 18 = 41

min (LF8 – t58) = 59 – 11 = 48

LF6 = min (LF8 – t68) = 59 – 23 = 36

LF5 = min (LF7 – t57) = 41 – 0 = 41

LF4 = min (LF7 – t47) = 41 – 18 = 23

LF3 = min (LF6 – t36) = 36 – 10 = 26

min (LF5 – t35) = 41 – 30 = 11

LF2 = min (LF5 – t25) = 41 – 25 = 16

24
LF1 = min (LF2 – t12) = 16 – 13 =3

min (LF3 – t13) = 11 – 11 = 0

min (LF4 – t14) = 23 – 15 = 8

Slack / Float

Act Waktu ES LF LS EF Slack


Estimasi (LF – Waktu (ES +
Estimasi) Waktu
Estimasi)
A 13 0 16 3 13 3
B 11 0 11 0 11 0 Jalur Kritis
C 15 0 23 8 15 8
D 25 13 41 16 38 3
E 30 11 41 11 41 0 Jalur Kritis

F 10 11 36 26 21 15
G 18 15 41 23 33 8
H 11 41 59 48 52 7
I 23 21 59 36 44 15
J 18 41 59 41 59 0 Jalur Kritis

Jadi, jalur penyelesaian proyek untuk meminimumkan biaya adalah jalur B – F – I (44
minggu) karena waktu penyelesaiannya lebih cepat daripada jalur yang lainnya.

Sedangkan, jalur penyelesaian proyek yang memaksimumkan biaya adalah jalur B – E


– J (59 minggu). Jalur ini tidak disarankan oleh manajer karena memerlukan waktu
yang lama

REFERENSI

 Sjahruddin, Herman. 2015. 9_10_ Ch_HR_Evaluasi Proyek - Copy.ppsx. Makassar


 Tuhlani, Andry. _ . Makalah CPM. (Diakses 27 Juni 2015)
https://www.academia.edu/6573315/Makalh_cpm
 _. 2011. Program Evaluation and Review Technique. (Diakses 27 Juni 2015)
https://ikma11.weebly.com

25
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Program linier dapat diartikan sebagai perencanaan guna menyelesaikan


masalah atau persoalan tertentu berdasarkan kaidah matematika dengan menyelidiki
model matematikanya untuk mencapai suatu tujuan tertentu. LP banyak digunakan
untuk menyelesaikan masalah optimasi dalam industri, perbankan, pendidikan dan
masalah-masalah yang dapat dinyatakan dalam bentuk linier. Bentuk linier disini berarti
bahwa seluruh fungsi dalam model ini merupakan fungsi linier.

Metode transportasi adalah suatu metode dalam riset operasi yang digunakan
untuk mengatur distribusi dari sumber-sumber yang menyediakan produk yang sama,
ke tempat-tempat yang membutuhkan secara optimal. Metode transportasi juga dapat
digunakan untuk memecahkan masalah dunia usaha lainnya seperti masalah yang
meliputi periklanan, pembelanjaan modal dan alokasi dana untuk investasi, analisis
lokasi, keseimbangan lini perakitan dan perencanaan serta jadwal produksi.

Metode Jalur Kritis adalah suatu rangkaian item pekerjaan dalam suatu proyek
yang menjadi bagian kritis atas terselesainya proyek secara keseluruhan. Metode ini
digunakan untuk Memberikan uraian kegiatan, menyusun logika urutan kejadian,
menentukan syarat-syarat pendahuluan, menentukan interelasi dan interpendensi
antara kegiatan, Memperkirakan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan tiap
kegiatan, menentukan kapan suatu kegiatan dimulai dan kapan berakhir, menentukan
keseluruhan proyek berakhir.

26

Anda mungkin juga menyukai