Anda di halaman 1dari 3

DIABETES MELITUS

No. Dokumen : 010.53/SOP.C/V/2017


No. Revisi : 00
SOP
Tanggal Terbit : 27 Juli 2016
Halaman : 1-3
UPT Puskesmas dr.Cepy Tricahyadi
Haurngombong NIP.197007062006041017
1. Pengertian Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, saraf, ginjal dan pembuluh
darah

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah pengobatan yang tepat pada


diabetes melitus di UPT Puskesmas Haurngombong

3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Haurngombong Nomor


001/SK.C/HRG/IV/2017 tentang Kebijakan Pelayanan Klinis di UPT
Puskesmas Haurngombong

4. Referensi Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas Tahun 2007


Panduan Praktis Klinis bagi Dokter di FKTP Peraturan Menteri
Kesehatan No.5 Tahun 2014

5. Prosedur 1. Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut


2. Petugas menulis identitas pasien di buku register
3. Petugas melakukan anamnesa pada pasien apakah pasien
mengeluhkan gejala klasik DM yang berupa poliuria (sering
kencing), polidipsi (sering haus) dan polifagi (sering lapar)
4. Petugas menanyakan pada pasien apakah terdapat keluhan lain
seperti berat badan turun tanpa penyebab yang jelas, kesemutan,
gatal, mata kabur, impotensi pada pria, pruritus vulva pada wanita,
serta adakah luka yang tidak kunjung sembuh
5. Petugas melakukan pemeriksaan tekanan darah
6. Petugas melakukan pemeriksaan nadi
7. Petugas melakukan pemeriksaan suhu
8. Petugas melakukan pemeriksaan fisik termasuk ekstremitas atas
dan bawah termasuk jari
9. Bila diperlukan petugas membuat p pemeriksaan gula darah atau
urin ke laboratorium
10. Petugas menyerahkan surat permintaan kepada pasien untuk
selanjutnya pasien ke laboratorium
11. Petugas menerima hasil laboratorium dari pasien
12. Petugas membaca hasil laboratorium dan menegakan diagnosa
berdasarkan hasil lab dan anamnesis, yaitu:

Gejala klasik DM + Glukosa darah sewatu ≥ 200 mg/dl (darah


kapiler)
Gejala klasik DM + Glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl (darah
kapiler)
Tanpa gejala kasik DM + kadar GDS ≥ 200 mg/dl atau GDP ulang
≥ 126 mg/dl (darah kapiler)

13. Petugas memberikan penatalaksanaan awal DM berupa terapi gizi


medis (TGM) dan latihan jasmani selama 2 – 4 minggu. Apabila
kadar gula darah belum mencapai sasaran dilakukan intervensi
farmakologi dengan obat hipoglikemik oral (OHO) dan atau
suntikan insulin

14. Obat hipoglikemik oral (OHO) dimulai dengan dosis kecil dan
ditingkatkan secara bertahap sesuai respons kadar glukosa darah,
dapat diberikan sampai dosis hampir maksimal. Pemberian OHO
bersamaan dengan pengaturan diit dan latihan jasmani, bila
diperlukan dapat dilakukan pemberian OHO tunggal atau OHO
kombinasi. Terapi OHO kombinasi harus dipilih dua macam obat
dari kelompok yang mempunyai mekanisme kerja berbeda

15. Golongan Biguanid: Metformin, dosis awal 500 mg dosis maksimal


2500 mg diberikan 1-3 kali/hari

16. Golongan Sulfonilurea: Glibenklamid dosis awal 2.5 mg dosis


maksimal 15 mg/hr diberikan 15 – 30 menit sebelum makan, 1-2
kali/hari

17. Petugas mengedukasi pasien tentang penyakit DM, perlunya


pengendalian dan pemantauan gula darah, penyulit DM dan
resikonya serta bagaimana mengatasi sementara keadaan gawat
darurat akibat DM (rasa sakit dan hipoglikemia)
18. Petugas mengedukasi pasien tentang terapi gizi medis (TGM)
makanan yang seimbang sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat
gizi masing-masing individu. Pentingnya keteraturan makan dalam
hal jadwal makan, jenis dan jumlah makanan
19. Petugas mengedukasi pasien tentan latihan jasmani secara teratur
3 – 4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit
20. Petugas menulis resep
21. Petugas menyerahkan resep kepada pasien
22. Petugas menulis hasil pemeriksaan fisik, laboratorium, diagnosa
dan terapi ke dalam rekam medik pasien
23. Petugas menandatangani rekam medic
24. Petugas menulis diagnosa ke buku register rawat jalan

6. Unit Terkait 1. Unit BP Umum


2. Unit Laboratorium
3. Unit farmasi

Anda mungkin juga menyukai