Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 06, No.

4, Oktober 2017 258

PERANCANGAN MESIN UJI LELAH BAJA POROS DENGAN PEMBEBANAN


PUNTIR DINAMIS
Udur Januari Hutabarat, Melvin Bismark H. Sitorus
Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Medan, Medan
E-mail: udur.htbarat@gmal.com

Abstrak--Kegagalan lelah pada suatu komponen dalam struktur mekanik akibat beban dinamis menjadi
dominan ketika dalam pengoperasiannya tidak memperhatikan daerah pembebanan. Dalam sistem
pengujian lelah dengan beban puntir dinamis, kekuatan lelah material dipengaruhi oleh faktor
konsentrasi tegangan, kondisi permukaan, dimensi material dan temperatur pengoperasian. Kondisi
kegagalan tersebut mendorong penulis melakukan penelitian dengan terlebih dahulu melakukan
perancangan alat untuk menguji karakteristik lelah spesimen poros yang dikenai beban putar dinamis.
Perancangan dilakukan meliputi konstruksi mesin uji, motor penggerak 1450 Rpm dengan daya ¼ Hp,
kopling penghubung, bantalan duduk, control on-off, counter hour, desain specimen standar ASTM
E466 dan variasi pembebanan maksimum 10 Kg. Dari hasil perancangan ini dilanjutkan dengan uji coba
pengujian specimen baja poros dengan variasi beban putar dinamis dengan putaran kostan.

Kata kunci: Perancangan, Pengujian lelah, Puntir dinamis, Poros.

1. PENDAHULUAN memperkecil resiko terjadinya kegagalan fatik


mulai dari tahap-tahap desain, fabrikasi sampai
Baja merupakan logam yang banyak dipakai di pada inspeksi melalui penelitian-penelitian yang
bidang teknik, karena kekuatan tarik yang tinggi berkelanjutan. Penelitian yang diusulkan ini
dan keuletan yang baik. Paduan ini mempunyai merupakan tindak lanjut untuk mengetahui atau
sifat mampu bentuk yang baik dan sifat-sifat menganalisis salah satu bahan logam.
mekaniknya dapat diperbaiki dengan jalan Diharapkan luaran dari penelitian ini dapat
perlakuan panas. Perlakuan panas dapat digunakan sebagai acuan dalam perancangan
menjadikan bahan mampu bentuk, dapat komponen-komponen mesin terutama komponen-
meredakan tegangan, meningkatkan kekerasan, komponen yang terkena beban puntir dinamis.
ketahanan terhadap fatik, tahan aus dan
ketahanan terhadap korosi. Pemakaian baja 2. TINJAUAN PUSTAKA
merupakan jenis logam yang paling banyak
dijumpai pada berbagai bidang teknik, terutama Pada sistem pembebanan berulang (bervariasi),
untuk keperluan industri, bidang konstruksi, terdapat beberapa faktor yang berpengaruh
pembuatan alat-alat perkakas, poros mesin-mesin terhadap kekuatan lelah suatu material. Faktor-
dan lain-lain. faktor tersebut diantaranya: faktor konsenstrasi
Pada beberapa jenis komponen dalam suatu tegangan, kondisi permukaan, dimensi material,
struktur mekanik yang mengalami bentuk temperatur operasi dan jenis variasi pembebanan
pembebanan dinamis, seperti pada komponen yang diterima. Karena efek konsentrasi tegangan,
gandar dan sejenisnya, kegagalan karena lelah kegagalan lelah dapat terjadi dengan tegangan
merupakan penyebab utama atas kerusakan yang kerja yang besarnya jauh dibawah dari sepertiga
terjadi. Menurut Dieter (1986), kegagalan lelah kekuatan tarik statiknya (Surdia, 1992).
(fatigue failure) adalah kegagalan yang terjadi Sedangkan terutama pada material baja, karena
pada keadaan beban dinamik setelah periode efek kondisi permukaan, dimensi material dan
pemakaian cukup lama. Tahapan kelelahan temperatur operasi besarnya harga-harga
material terdiri atas crack initiation yang bermula tersebut harus dimasukkan sebagai faktor
pada daerah dengan konsentrasi tegangan yang pereduksi yang harus dikalikan dengan harga
tinggi, crack growth dan final fracture. Kerusakan kekuatan lelah dari material yang digunakan
pada mesin atau struktur dimulai dari lokasi yang (Darmawan, 1997).
mempunyai konsentrasi tegangan. Munculnya Pada berbagai penelitian yang telah dilakukan
konsentrasi tegangan dapat disebabkan lubang, untuk memperbaiki sifat lelah material
kekasaran permukaan, cacat material, porositas, membuktikan bahwa pada pembebanan statik
inklusi, pemanasan lebih lokal pada saat yang berupa tekanan internal pada struktur
pemesinan, dekarburasi dan sebagainya. tabung gas (dengan material paduan 6351-T6)
Sebagian besar kegagalan tidak terdeteksi, dapat menyebabkan terbentuknya retak pada
sehingga menyebabkan perpatahan pada suatu lokasi lipatan dan goresan. Retakan ini dapat
komponen atau struktur secara tiba-tiba. Ini menyebabkan terjadinya kebocoran bahkan
merupakan suatu tantangan bagai para injiner ledakan (lam, dkk, 1994). Untuk itu dari hasil
untuk dapat mengantisipasi kegagalan yang penelitian tersebut merekomendasikan perlu
disebabkan oleh fatik tersebut dengan

ISSN 2549 - 2888


259 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 06, No. 4, Oktober 2017

dilakukannya proses perlakukan permukaan yang Pada pengujian lelah terdapat suatu poros yang
dihubungkan dengan geomteri takik yang terjadi. berputar, diberi beban lentur, akan mengalami
Suhartono (2002) menyatakan lelah adalah tegangan tarik dan tekan pada setiap putaran dari
kerusakan karena beban berulang atau poros tersebut. Kalau poros merupakan suatu
perubahan struktur, dan progresif yang terjadi bagian dari sebuah motor listrik yang berputar 800
pada bahan yang dibebani dengan rpm, poros tersebut mendapat tegangan tarik dan
tegangan/regangan fluktuatif yang dapat tekan 800 kali setiap menit. Kalau kondisi ini poros
mengakibatkan retak atau petahan setelah jumlah juga menerima beban aksial dari tegangan akan
siklus tertentu. Kondisi pembebanan yang saling menambah dengan komponen tegangan
menyebabkan lelah adalah fluktuasi tegangan, lentur. Ini menghasilkan suatu tegangan pada
getaran (vibrasi), regangan, temperatur atau salah setiap satu serat yang masih berubah-ubah, tetapi
satu unsur diatas di dalam lingkungan korosif atau berubah antara harga yang berbeda. Beban-
pada suhu tinggi (Dieter,1986). beban ini dan jenis beban lainnya yang terjadi
Kerusakan karena lelah mulai terjadi sebelum dalam anggota-anggota mesin menghasilkan
terbentuknya suatu retak. Akibat beban siklus tegangan yang disebut tegangan yang berulang,
maka terjadi deformasi plastik (slip) secara lokal. bolak-balik atau tegangan berfluktuasi
Bila slip terjadi maka slip tersebut dapat terlihat (Shigley,1989).
pada permukaan logam sebagai suatu tangga Suatu kegagalan lelah bermula dengan
(step) yang disebabkan oleh pergerakan logam sebuah retak kecil. Retak permulaan ini begitu
sepanjang bidang slip. Demikian seterusnya maka kecil sehingga tidak bisa dilihat oleh mata
lama kelamaan akan terjadi suatu retak. Siklus telanjang dan bahkan agak sulit ditemukan
untuk menimbulkan awal retak dan penjalaran melalui pemeriksaan sinar X. Retak tersebut akan
retak tergantung pada tegangan yang bekerja. timbul pada titik ketidak mulusan pada bahan. Titik
Bila tegangan yang bekerja tinggi maka waktu yang kurang jelas dimana kegagalan lelah
terbentuknya awal retak akan lebih pendek. Bila mungkin timbul adalah pada tanda-tanda
tegangan yang sangat rendah maka hampir pemeriksaan atau cap, retak dalam atau bahkan
seluruh umur lelah digunakan untuk membentuk ketidakberaturan karena pengerjaan mesin.
retak awal. Pada tegangan yang tinggi sekali retak Sekali waktu retak muncul, pengaruh pemusatan
terbentuk sangat cepat (Dieter, 1986). tegangan menjadi bertambah besar dan retak
Faktor dasar agar terjadi kegagalan lelah tersebut akan maju lebih cepat. Begitu ukuran
adalah tegangan tarik maksimum yang cukup luas yang menerima tegangan berkurang,
tinggi, variasi atau fluktuasi tegangan yang cukup tegangan bertambah besar sampai akhirnya luas
besar dan siklus penerapan tegangan yang cukup yang tersisa tiba-tiba gagal menahan tegangan
besar. Faktor yang cenderung mengubah kondisi tersebut. Karena itu kegagalan lelah ditandai dari
kelelahan yaitu kosentrasi tegangan, korosi, suhu, perkembangan retak yang ada dan kepatahan
kelelahan bahan, struktur metalurgis, tegangan mendadak dengan daerah yang mirip perpatahan
sisa dan tegangan kombinasi (Dieter, 1986). bahan rapuh (Shigley,1989)
Faktor penyebab kerusakan atau kegagalan Pada pengujian lelah dengan pembebanan
ditinjau dari bahan antara lain oleh kesalahan lentur putar membuktikan bahwa pada spesimen
spesifikasi bahan/komposisi kimia, cacat dengan berbagai bentuk dan dimensi takik, retak
pengecoran (porositas, inklusi, segregasi, retak, lelah diawali pada lokasi terjadinya efek
sobekan panas), cacat proses pembentukan konsentrasi tegangan. Adapun besarnya harga
(laminasi, seams, stringers, lap cracks) salah faktor konsentrasi tegangan (Kt) bergantung pada
manufaktur dan laku panas (casting, geometri takik. Semakin tajam sudut takik, harga
metalworking, heat treatment, machining, faktor konsentrasi tegangan akan semakin tinggi.
joining/welding), pengerjaan akhir (coating, Semakin besar harga Kt, kekuatan lelah spesimen
surface treatmen, mechanical finishing) dan akan semakin turun (Collins, 1980).
terjadinya penurunan sifat mekanis (Suhartono, Secara umum, hubungan tegangan geser
2002). terhadap siklus pembebanan pada pengujian
Kerusakan akibat kelelahan secara makro lelah dengan beban lentur putar dapat dinyatakan
tidak terlihat namun pertumbuhannya cepat dan dalam bentuk persamaan sebagai berikut:
sangat berbahaya. Penanggulangan kerusakan
N .S P  C
dapat dilakukan dengan menurunkan
gaya/tegangan kerja melalui perbaikan disain dengan N : siklus pembebanan
(bentuk, geometri, dimensi), meningkatkan S : tegangan geser yang bekerja
ketahanan bahan melalui pemilihan bahan yang P dan C : Konstanta empiris bahan
sesuai, perbaikan proses manufaktur, perlakuan
panas dan mengendalikan lingkungan seperti Pada jenis pembebanan lentur-putar (rotary
temperatur kerja, kotaminasi, dan lingkungan bending), bentuk beban dapat digambarkan
korosif dalam pola sebagai berikut:

ISSN 2549 - 2888


Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 06, No. 4, Oktober 2017 260

Dari hasil pengujian lelah material dengan beban


lentur putar menunjukkan, bahwa ketidak-
kontinyuan geometri takik terhadap kekuatan lelah
material memberikan pengaruh yang cukup besar.
Dari data hasil penelitian yang sudah dilakukan
menunjukkan bahwa spesimen dengan takik V
memiliki ketahanan lelah yang lebih rendah
dibandingkan dengan spesimen tanpa takik
(Sagaf, 2002). Data penelitian tersebut dinyatakan
Gambar 1. Konfigurasi amplitudo tegangan dalam bentuk grafik S – N (beban terhadap siklus
konstan pembebanan) sebagai berikut:

Gambar 2. Grafik S-N hasil pengujian lelah dengan beban lentur putar untuk spesimen tanpa takik
dan spesimen bertakik-V
3. METODE PELAKSANAAN

3.1 Tahapan-TahapanPenelitian

Gambar 3. Skema tahapan penelitian

3.2 Rancangan Penelitian Keterangan:


Peralatan uji lelah didesain seperti diperlihatkan 1. Motor Listrik
pada Gambar 4. Bahan yang digunakan untuk 2. Poros
memproduksi peralatan uji adalah baja struktur St 3. Pulley dan Belt
40 dan St 50 masing-masing untuk konstruksi 4. Bantalan Poros
mesin dan beban.
5. Spesimen
6. Bantalan Beban
7. Limit Switch
8. Beban
9. Swicth On-Off
10. Magnetik Kontraktor
11. Counter Hour

Komponen-komponen utama mesin uji lelah


dikerjakan pada workshop mesin. Sedangkan
perlengkapan pendukung lainnya dibeli. Adapun
Gambar 4. Mesin Uji Lelah Poros dengan Puntir komponen dan peralatan yang digunakan antara
Dinamis lain:

ISSN 2549 - 2888


261 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 06, No. 4, Oktober 2017

a. Mesin bubut untuk membuat poros dan beban


b. Mesin las untuk merakit dudukan mesin

Pada mesin ini terdapat empat unit utama, yaitu:

1. Unit penggerak (driver unit)


Unit penggerak (driver unit) merupakan sebuah Gambar 5. Ukuran Spesimen (sesuai ASTM
motor listrik 1-phasa dengan daya 1/4 HP, putaran E466)
1450Rpm dan tegangan sebesar 220 V.
pertimbangan spesifikasi motor penggerak adalah 4. HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI
dengan pertimbangan standar specimen yang
diuji yaitu maksimum pada diameter 10 mm Dari gambar rancangan dilakukan fabrikasi
dengan pembebanan 20 kg. Spesimen diputar konstruksi rangka, kemudian pemasangan
melalui poros penggerak yang dihubungkan komponen mesin yaitu motor penggerak,
dengan kopling fleksibel untuk mengatasi bantalan, kopling, poros penghubung dan
perubahan yang terjadi pada saat spesimen pencekam specimen uji, lalu menyetel dudukan
membengkok. semua komponen serta mengunci dengan baik.
Melakukan uji coba tanpa beban, setelah
2. Komponen pembebanan beban bending dinyatakan dalam keadaan aman, kemudian
(bending loading component) dilakukan pemasangan specimen uji seperti
Momen bending diberikan pada sebuah batang gambar di bawah ini.
yang digantung pada ujung spesimen. Rumah
bantalan yang ada pada ujung spesimen sisi
menyebabkan momen bending yang diberikan
terhadap spesimen uji lelah seragam. Beban
dapat diberikan atau dilepaskan tanpa
mengakibatkan kejutan tambahan terhadap
speimen. Komponen pembebanan dapat di
variasikan dari 5-20 Kg.

3. Alat penghenti otomatis (automatic stop


device)
Alat ini adalah tombol pembatas yang beroperasi
berdasarkan gerakan rumah bantalan. Pada saat
terjadi kegagalan atau perpatahan pada spesimen
uji, maka sumber tegangan dapat diputuskan
secara otomatis. Fungsi alat ini mirip seperti
tombol stop engine pada kendaraan bermotor.

4. Pencatat (Counter)
Pada sisi yang berlawanan dengan motor listrik
terdapat sebuah pencatat putaran poros yang
ditransmisikan ke pencatat putaran poros yang Gambar 6. Hasil rancangan mesin uji puntir
ditransmisikan kepencatat melalui sebuah wire dinamis dan pemberat
ladder chain dan melewati sebuah roda gigi
cacing dengan perbandingan kecepatan 1000: 1. 5. KESIMPULAN
Angka terkecil pada pencatat dihitung sebagai
100 kali putaran spesimen, sehingga aktualnya Mesin ini mempunyai dimensi 40 x 50 x 50 cm,
pencatat tersebut menghitung hingga 107 putaran. menggunakan motor listrik 1 phasa 1450 Rpm,
daya ¼ HP dan tegangan 220V, dapat menguji
3.3 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data specimen baja poros maksimum diameter 10 mm
Setelah dilakukan perancangan, kemudian dalam standar ASTM E 466 pada putaran konstan
dilakukan uji coba dan kalibrasi. Pengujian dan pembebanan mulai dari 5 -20 Kg.
dilakukan beberapa kali dengan menggunakan
specimen sesuai standar ASTM dalam pengujian DAFTAR PUSTAKA
lelah poros. Berikut ukuran specimen sesuai
standar ASTM E-466. [1]. ASTM, Annual Book of ASTM Standarts,
1996, Metal Test Methods and Analytical
Procedures, Section 3, Volume 03.01, USA
[2]. Dieter, G, E., 1986, Mechanical Metallurgy,
Third Edition, McGraw-Hill, NewYork

ISSN 2549 - 2888


Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 06, No. 4, Oktober 2017 262

[3]. Fuchs, H,O.,1980, Metal Fatigue in [8]. Suhartono, A., 2002, Failure Analysis and
Engineering, John Wiley & Son, Singapore. Prevention of Machinery and Structural
[4]. Gibson, R.F. 1994, Principles of Composite Componen, Yayasan Puncak Sari, Jakarta.
Material Mechanics, McGraw-Hill, New York [9]. Surdia., SaitoS., 1992 “ Pengetahuan Bahan
[5]. Shigley, J,E 1989, Mechanical Engineering Teknik”, Cetakan Kedua, PT Pradna
Design, Fifth Edition, McGraw-Hill, NewYork Paramita, Jakarta
[6]. Smith, F,W., 1990, Principles of Metal [10]. Hutabarat Udur, 2005” Studi Perambatan
Science and Engineering, Ed.2, John Wiley & Retak Fatik Pada Pipa Baja Karbon Rendah”,
Son , Singapore Thesis, Perpustakaan Universitas Gajah
[7]. Sadagopan, D & Pichumani, R. 1998, Mada, Yogjakarta
Property Based Optimal Design of [11]. Hutabarat Udur, 2015” Perambatan retak
Composite materials and Their Internal fatik tarik dinamis pada pipa baja karbon
Architectures, J. Composite Material, 32 (19): rendah”, Jurnal Flywheel ,Volume I Nomor 2,
1741-1752 November 2015.

ISSN 2549 - 2888

Anda mungkin juga menyukai