1
Ristya M. Paendong
2
Herry Pandaleke
2
Ferra Mawu
1
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
2
Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado
E-mail: ristyampaendong@gmail.com
Abstract: Work-related diseases that cause skin disorders are called occupational skin diseases
inter alia contact dermatitis and urticaria. Work-related contact dermatitis reaches 20% of all
occupational diseases; 80% of them occur in hands. Occupational contact dermatitis can be
experienced by all workers such as cleaning service workers because they are often exposed to
irritants and allergen substances in their work places due to unavailable personal protective
equipment. This study was aimed to obtain the overview of occupational contact dermatitis
incidence among cleaning services of Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado. This was a
descriptive study with a cross sectional design. Respondents of this study involved 135 cleaning
service workers obtained by using total sampling method. The results showed that 28 of 135
respondents (20,7%) were suffered from occupational contact dermatitis. Conclusion:
Occupational contact dermatitis was found in around 20% of the cleaning service workers at
Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado.
Keywords: occupational contact dermatitis, cleaning service
Abstrak: Penyakit akibat kerja yang menyebabkan kelainan pada kulit disebut penyakit kulit
akibat kerja yang dapat berupa dermatitis kontak dan urtikaria. Dermatitis kontak akibat kerja
(DKAK) mencapai 20% dari seluruh penyakit akibat kerja dan 80% terjadi di tangan. Dermatitis
kontak akibat kerja dapat terjadi pada semua pekerja, diantaranya petugas cleaning service
akibat sering terpapar bahan iritan dan alergen di tempat kerja tanpa penggunaan alat pelindung
diri yang memadai dan tingkat kebersihan diri yang buruk. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran kejadian DKAK pada petugas cleaning service di RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado. Jenis penelitian ini ialah deskriptif dengan desain potong lintang. Jumlah
responden penelitian sebanyak 135 orang diperoleh dengan teknik total sampling. Hasil
penelitian menujukkan bahwa 28 dari 135 responden (20,7%) mengalami dermatitis kontak
akibat kerja. Simpulan: Dermatitis kontak akibat kerja ditemukan pada sekitar 20% petugas
cleaning service RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
Kata kunci: dermatitis kontak akibat kerja, cleaning service
156
Paendong, Pandaleke, Mawu: Gambaran kejadian dermatitis kontak akibat kerja …
seluruh penyakit akibat kerja dan 80% sebanyak 28% pada petugas kebersihan
terjadi di tangan. Meskipun kejadian DKAK versus 18% pada populasi umum.4,9
secara global mengalami penurun-an, Penelitian yang dilakukan oleh Douwes et
namun masih banyak kasus yang terjadi al.10 di New Zealand mendapatkan DKAK
secara lokal yang tidak dilaporkan atau tidak sebanyak 14,8% dalam tiga bulan terakhir
mencari pengobatan sehingga tidak dan 9,4% sebelum tiga bulan terakhir pada
diterapi.2,3 418 petugas kebersihan dari berbagai tempat
Dermatitis kontak ialah dermatitis yang kerja yang salah satunya ialah rumah sakit.
disebabkan oleh bahan atau substansi yang Penelitian yang dilakukan oleh Saftarina et
menempel pada kulit. Dikenal dua jenis al.11 terhadap petugas cleaning service di
dermatitis kontak yaitu dermatitis kontak Rumah Sakit Umum Abdoel Moeloek
iritan (DKI) dan dermatitis kontak alergika mendapatkan 47 dari total 102 petugas
(DKA); keduanya dapat bersifat akut mengalami DKAK.
maupun kronis. Dermatitis kontak iritan Data dermatitis kontak di RSUP Prof.
merupakan reaksi peradangan kulit non- Dr. R. D. Kandou Manado berdasarkan
imunologik dimana kerusakan kulit terjadi kunjungan pasien di Poliklinik Kulit dan
langsung tanpa didahului proses pengenalan Kelamin sudah tercatat di bagian rekam
atau sensitisasi. Sebaliknya, DKA terjadi medik, namun belum ada data khusus
pada seseorang yang telah mengalami DKAK terutama yang terjadi pada pekerja
sensitisasi terhadap suatu bahan penyebab di lingkungan rumah sakit khususnya pada
atau alergen.3 petugas cleaning service.
Dermatitis kontak akibat kerja dapat Dermatitis kontak akibat kerja masih
terjadi pada pekerja salon, pekerja bahan banyak dijumpai antara lain pada petugas
logam, pekerja industri makanan, petugas cleaning service. Data kejadian DKAK
kebersihan, dan petugas kesehatan akibat penting untuk diketahui karena masih
sering terpapar bahan-bahan iritan dan menjadi masalah kesehatan masyarakat
alergen di tempat kerja tanpa penggunaan termasuk di Indonesia akibat sifatnya yang
alat pelindung diri (APD) yang memadai kronik dan berdampak sosial ekonomi
dan tingkat kebersihan diri yang buruk.4 sehingga memengaruhi kualitas kerja dan
Dermatitis kontak akibat kerja yang paling kualitas hidup.6,9,12
sering ditemukan ialah jenis DKI. Bentuk
DKI mencapai 60-80% sedangkan DKA METODE PENELITIAN
sekitar 20-40%.5,6 Penelitian ini dilaksanakan di RSUP
Berdasarkan studi retrospektif yang Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada bulan
dilakukan oleh Safe Work Australia antara 1 September-November 2017. Jenis peneli-
Januari 1993 sampai 31 Desember 2010 tian ialah deskriptif dengan desain potong
terdapat 2177 (75,1%) pasien dengan lintang. Populasi penelitian ialah seluruh
diagnosis penyakit kulit akibat kerja; 958 petugas cleaning service yang berjumlah
(44%) diantaranya ialah DKI dan 712 147 orang. Pengambilan sampel mengguna-
(32,7%) ialah DKA.7 Di Indonesia, menurut kan metode total sampling. Data dikumpul-
Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan kan dengan melakukan tatap muka dan
Kelamin Indonesia sekitar 90% penyakit wawancara langsung serta melakukan
kulit akibat kerja merupakan dermatitis pengamatan penggunaan APD berupa
kontak, baik DKI maupun DKA.8 sarung tangan. Diagnosis ditegakkan di
Petugas kebersihan atau cleaning bawah supervisi dokter dan dokter spesialis
service adalah salah satu kelompok pekerja di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof.
yang sering mengalami DKAK. Keadaan ini Dr. R. D. Kandou Manado. Analisis data
terutama akibat kombinasi pekerjaan basah dilakukan dengan mengguna-kan program
dan terpapar dengan agen pembersih dalam Microsoft Excel dan SPSS 17.
frekuensi yang cukup tinggi. Satu studi di Penelitian ini dilakukan setelah
UK menemukan kejadian dermatitis mendapat persetujuan etik dari Komisi Etik
157
Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 5, Nomor 2, Juli-Desember 2017
Penelitian Kesehatan RSUP Prof. Dr. R. D. (45,2%), dan yang paling sedikit masa kerja
Kandou Manado. >20 tahun (4,4%). Rerata masa kerja
responden yaitu 6,9 tahun dengan masa
HASIL PENELITIAN kerja minimum 1 bulan dan maksimum 30
Responden penelitian ini berjumlah 135 tahun.
petugas cleaning service yang bersedia dan
menandatangani informed consent. Tabel 3. Distribusi karakteristik responden
berdasarkan pendidikan
Karakterisktik responden Pendidikan Frekuensi (%)
Tabel 1 menunjukkan karakteristik terakhir
responden berdasarkan jenis kelamin.
SD 35 25,9
Sebagian besar responden berjenis kelamin SMP 53 39,3
perempuan yaitu sebanyak 90 responden
SMA 47 34,8
(66,7%) sedangkan yang berjenis kelamin
Total 135 100
laki-laki sebanyak 45 responden (33,3%).
Tabel 4. Distribusi karakteristik responden
Tabel 1. Distribusi karakteristik responden
berdasarkan masa kerja
berdasarkan jenis kelamin
Jenis kelamin Frekuensi (%) Masa kerja Frekuensi (%)
Laki-laki 45 33,3 (tahun)
Perempuan 90 66,7 <1 19 14,1
Total 135 100 1-5 61 45,2
6-10 28 20,7
Tabel 2 menunjukkan karakteristik 11-15 11 8,1
responden berdasarkan usia. Responden 16-20 10 7,4
paling banyak berusia 36-45 tahun (31,1%), >20 6 4,4
dan paling sedikit berusia >65 tahun (0,7%). Total 135 100
Rerata usia responden ialah 41,55 tahun
dengan usia minimum 17 tahun dan Tabel 5 menunjukkan distribusi karak-
maksimum 69 tahun. teristik responden berdasarkan penggunaan
APD yaitu sarung tangan. Sebanyak 69
Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan usia responden (51,1%) menggunakan APD, dan
sebanyak 66 responden (48,9%) tidak
Usia (tahun) Frekuensi (%)
menggunakan APD.
17-25 14 10,4
26-35 25 18,5 Tabel 5. Distribusi karakteristik responden
36-45 42 31,1 berdasarkan penggunaan APD
46-55 39 28,9
56-65 14 10,4 Penggunaan APD Frekuensi (%)
>65 1 0,7
Total 135 100 Menggunakan 69 51,1
Tidak 66 48,9
Tabel 3 menunjukkan karakteristik Menggunakan
responden berdasarkan pendidikan terakhir. Total 135 100
Jenjang pendidikan SMP yang terbanyak
(39,3%), diikuti jenjang pendidikan SMA Kejadian dermatitis kontak akibat kerja
(34,8%), dan yang paling sedikit yaitu Tabel 6 menunjukkan responden yang
jenjang pendidikan SD (25,9%). mengalami DKAK sebanyak 28 responden
Tabel 4 menunjukkan karateristik (20,7%), dan yang tidak mengalami DKAK
responden berdasarkan masa kerja. Yang yaitu 107 responden (79,3%).
terbanyak yaitu masa kerja 1-5 tahun
158
Paendong, Pandaleke, Mawu: Gambaran kejadian dermatitis kontak akibat kerja …
Tabel 6. Distribusi kejadian DKAK pada pendidikan terakhir SMP (57,1%), diikuti
petugas cleaning service oleh tingkat pendidikan terakhir SMA
Kejadian Frekuensi (%) (25,0%), dan SD (17,9%).
DKAK 28 20,7
Tidak DKAK 107 79,3 Tabel 9. Distribusi kejadian DKAK berdasar-
kan pendidikan terakhir
Total 135 100
Pendidikan DKAK
Tabel 7 menunjukkan kejadian DKAK terakhir Frekuensi (%)
berdasarkan jenis kelamin. Dari 28 respon- SD 5 17,9
den yang mengalami DKAK, terdapat 17 SMP 16 57,1
responden dengan jenis kelamin perempuan SMA 7 25,0
(60,7%) yang mengalami DKAK dan 11 Total 28 100
responden dengan jenis kelamin laki-laki
(39,3%) yang mengalami DKAK.
Tabel 10 menunjukkan kejadian DKAK
berdasarkan masa kerja. Didapat-kan
Tabel 7. Distribusi kejadian DKAK berdasar-
kan jenis kelamin jumlah terbanyak pada masa kerja 1-5 tahun
(46,4%) dan yang paling sedikit pada masa
DKAK kerja 11-15 tahun dan >20 tahun (masing-
Jenis kelamin
Frekuensi (%) masing 3,6%).
Laki-laki 11 39,3
Tabel 10. Distribusi kejadian DKAK berdasar-
Perempuan 17 60,7
kan masa kerja
Total 28 100
Masa kerja DKAK
Tabel 8 menunjukkan kejadian DKAK (tahun) Frekuensi (%)
pada cleaning service di RSUP Prof. Dr. R. <1 5 17,9
D. Kandou Manado terbanyak pada usia 36- 1-5 13 46,4
45 tahun (39,3%) dan paling sedikit pada 6-10 6 21,4
usia >65 tahun (3,6%). 11-15 1 3,6
16-20 2 7,1
Tabel 8. Distribusi kejadian DKAK berdasar- >20 1 3,6
kan kelompok usia Total 28 100
159
BAHASAN laki 20% lebih tebal dibandingkan
Berdasarkan hasil penelitian yang perempuan. Ketebalan kulit memengaruhi
dilakukan pada petugas cleaning service di ketahanan kulit terhadap paparan bahan
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado kimia. Selain itu, laki-laki mempunyai
terdapat 28 (20,7%) dari 135 responden kelenjar sebasea yang lebih aktif daripada
yang mengalami DKAK. Diagnosis DKAK perempuan dan produksi sebum dua kali
dilakukan dengan menggunakan kriteria lebih banyak dari perempuan, sehingga pada
Mathias dan juga melalui pemeriksaan perempuan kulit akan lebih kering
dokter spesialis. Hasil penelitian ini sejalan dibandingkan laki-laki. Terlebih lagi seiring
dengan penelitian yang dilakukan oleh dengan bertambahnya usia, maka
Elston et al.13 yang menunjukkan 9-35% perempuan berisiko lebih besar terkena
penyakit kulit akibat kerja merupakan DKAK dibandingkan laki-laki.2
DKAK khususnya pada area tangan dan Berdasarkan usia, kejadian DKAK pada
lengan. petugas cleaning service di RSUP Prof. Dr.
Petugas cleaning service di RSUP Prof R. D. Kandou Manado terbanyak pada
R. D. Kandou Manado yang mengalami kelompok usia 36-45 tahun yaitu 11 (39,3%)
DKAK memiliki keluhan seperti rasa gatal, dari total 28 responden yang menderita
rasa terbakar, nyeri, kulit kemerahan, DKAK. Hasil penelitian ini sejalan dengan
bengkak, bintik berair, lepuhan dan penelitian Kusworo15 yaitu kejadian DKAK
kerusakan kuku. Keluhan dialami setelah didominasi kelompok umur 31-40 tahun
terpajan cairan pembersih, sarung tangan, sebanyak 24 dari 60 responden. Hasil
dan atau alat pembersih beberapa menit penelitian ini tidak selaras dengan penelitian
setelah pajanan hingga setelah terjadi oleh Afifah16 yang mendapatkan kejadian
pajanan berulang. Hal tersebut terjadi akibat DKAK terbanyak pada usia <30 tahun yaitu
proses kerja yang mengharuskan petugas 17 (67,7%) dari 28 responden. Faktor
cleaning service berkontak dengan bahan- individu turut berpe-ngaruh pada kejadian
bahan kimia penyebab DKAK. DKAK, misalnya perbedaan ketebalan kulit
Berdasarkan jenis kelamin, kejadian menyebabkan perbedaan permeabilitas.
DKAK pada petugas cleaning service di Pada usia anak di bawah 8 tahun dan usia
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado lanjut lebih mudah teriritasi sehingga lebih
terbanyak pada jenis kelamin perempuan rentan terhadap DKAK.3 Perubahan struktur
yaitu 17 responden (60,7%) sedangkan pada kulit seiring dengan pertambahan usia
jenis kelamin laki-laki 11 responden namun tetap melakukan pekerjaan yang
(39,3%). Hal ini sejalan dengan penelitian berhubungan dengan bahan-bahan alergen
yang dilakukan pada petugas kesehatan di maupun iritan yang ada di lingkungan
Rumah Sakit Tanjung, Tabalong, Kaliman- pekerjaan dapat menjadi salah satu faktor
tan Selatan yaitu dari 16 responden yang risiko DKAK. DKAK tidak hanya muncul
menderita DKAK, terdapat 15 responden pada usia tertentu namun dapat mengenai
yang berjenis kelamin perempuan, dan 1 segala usia dan meningkat pada usia yang
responden berjenis kelamin laki-laki.14 produktif.17
Berdasarkan pengamatan pada lokasi Berdasarkan pendidikan terakhir,
penellitian, petugas perempuan lebih kejadian DKAK pada petugas cleaning
banyak melakukan kontak dengan bahan- service di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
bahan alergen dan iritan yang ada di Manado terbanyak pada petugas dengan
lingkungan pekerjaan sehingga petugas pendidikan terakhir SMP yaitu 16 respon-
perempuan lebih mudah terkena DKAK. den (57,1%). Tingkat pendidikan dapat
Selain itu terdapat perbedaan antara kulit berhubungan dengan perilaku kesehatan
pria dengan wanita, perbedaan tersebut kerja di lingkungan kerja, seperti kesadaran
dilihat dari jumlah folikel rambut, kelenjar untuk membersihkan diri pada saat selesai
sebasea dan hormon. Hormon testosteron melakukan pekerjaan dan juga penggunaan
pada laki-laki dapat menyebabkan kulit laki- APD sehingga dapat mengurangi potensi
160
Paendong, Pandaleke, Mawu: Gambaran kejadian dermatitis kontak akibat kerja …
161
Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 5, Nomor 2, Juli-Desember 2017
162