Anda di halaman 1dari 7

Gambaran Kejadian Dermatitis Kontak Akibat Kerja pada Petugas

Cleaning Service di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

1
Ristya M. Paendong
2
Herry Pandaleke
2
Ferra Mawu

1
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
2
Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado
E-mail: ristyampaendong@gmail.com

Abstract: Work-related diseases that cause skin disorders are called occupational skin diseases
inter alia contact dermatitis and urticaria. Work-related contact dermatitis reaches 20% of all
occupational diseases; 80% of them occur in hands. Occupational contact dermatitis can be
experienced by all workers such as cleaning service workers because they are often exposed to
irritants and allergen substances in their work places due to unavailable personal protective
equipment. This study was aimed to obtain the overview of occupational contact dermatitis
incidence among cleaning services of Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado. This was a
descriptive study with a cross sectional design. Respondents of this study involved 135 cleaning
service workers obtained by using total sampling method. The results showed that 28 of 135
respondents (20,7%) were suffered from occupational contact dermatitis. Conclusion:
Occupational contact dermatitis was found in around 20% of the cleaning service workers at
Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado.
Keywords: occupational contact dermatitis, cleaning service

Abstrak: Penyakit akibat kerja yang menyebabkan kelainan pada kulit disebut penyakit kulit
akibat kerja yang dapat berupa dermatitis kontak dan urtikaria. Dermatitis kontak akibat kerja
(DKAK) mencapai 20% dari seluruh penyakit akibat kerja dan 80% terjadi di tangan. Dermatitis
kontak akibat kerja dapat terjadi pada semua pekerja, diantaranya petugas cleaning service
akibat sering terpapar bahan iritan dan alergen di tempat kerja tanpa penggunaan alat pelindung
diri yang memadai dan tingkat kebersihan diri yang buruk. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran kejadian DKAK pada petugas cleaning service di RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado. Jenis penelitian ini ialah deskriptif dengan desain potong lintang. Jumlah
responden penelitian sebanyak 135 orang diperoleh dengan teknik total sampling. Hasil
penelitian menujukkan bahwa 28 dari 135 responden (20,7%) mengalami dermatitis kontak
akibat kerja. Simpulan: Dermatitis kontak akibat kerja ditemukan pada sekitar 20% petugas
cleaning service RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
Kata kunci: dermatitis kontak akibat kerja, cleaning service

Masalah kesehatan dapat terjadi pada kungan kerja.1


pekerja akibat proses pekerjaan, lingkungan Penyakit akibat kerja yang
perkerjaan serta perilaku kesehatan pekerja. menyebabkan kelainan pada kulit disebut
Bukan hanya penyakit menular dan tidak dengan penyakit kulit akibat kerja. Penyakit
menular tetapi juga penyakit akibat kerja. kulit akibat kerja dapat berupa dermatitis
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang kontak dan urtikaria. Dermatitis kontak
disebabkan oleh pekerjaan dan/atau ling- akibat kerja (DKAK) mencapai 20% dari

156
Paendong, Pandaleke, Mawu: Gambaran kejadian dermatitis kontak akibat kerja …

seluruh penyakit akibat kerja dan 80% sebanyak 28% pada petugas kebersihan
terjadi di tangan. Meskipun kejadian DKAK versus 18% pada populasi umum.4,9
secara global mengalami penurun-an, Penelitian yang dilakukan oleh Douwes et
namun masih banyak kasus yang terjadi al.10 di New Zealand mendapatkan DKAK
secara lokal yang tidak dilaporkan atau tidak sebanyak 14,8% dalam tiga bulan terakhir
mencari pengobatan sehingga tidak dan 9,4% sebelum tiga bulan terakhir pada
diterapi.2,3 418 petugas kebersihan dari berbagai tempat
Dermatitis kontak ialah dermatitis yang kerja yang salah satunya ialah rumah sakit.
disebabkan oleh bahan atau substansi yang Penelitian yang dilakukan oleh Saftarina et
menempel pada kulit. Dikenal dua jenis al.11 terhadap petugas cleaning service di
dermatitis kontak yaitu dermatitis kontak Rumah Sakit Umum Abdoel Moeloek
iritan (DKI) dan dermatitis kontak alergika mendapatkan 47 dari total 102 petugas
(DKA); keduanya dapat bersifat akut mengalami DKAK.
maupun kronis. Dermatitis kontak iritan Data dermatitis kontak di RSUP Prof.
merupakan reaksi peradangan kulit non- Dr. R. D. Kandou Manado berdasarkan
imunologik dimana kerusakan kulit terjadi kunjungan pasien di Poliklinik Kulit dan
langsung tanpa didahului proses pengenalan Kelamin sudah tercatat di bagian rekam
atau sensitisasi. Sebaliknya, DKA terjadi medik, namun belum ada data khusus
pada seseorang yang telah mengalami DKAK terutama yang terjadi pada pekerja
sensitisasi terhadap suatu bahan penyebab di lingkungan rumah sakit khususnya pada
atau alergen.3 petugas cleaning service.
Dermatitis kontak akibat kerja dapat Dermatitis kontak akibat kerja masih
terjadi pada pekerja salon, pekerja bahan banyak dijumpai antara lain pada petugas
logam, pekerja industri makanan, petugas cleaning service. Data kejadian DKAK
kebersihan, dan petugas kesehatan akibat penting untuk diketahui karena masih
sering terpapar bahan-bahan iritan dan menjadi masalah kesehatan masyarakat
alergen di tempat kerja tanpa penggunaan termasuk di Indonesia akibat sifatnya yang
alat pelindung diri (APD) yang memadai kronik dan berdampak sosial ekonomi
dan tingkat kebersihan diri yang buruk.4 sehingga memengaruhi kualitas kerja dan
Dermatitis kontak akibat kerja yang paling kualitas hidup.6,9,12
sering ditemukan ialah jenis DKI. Bentuk
DKI mencapai 60-80% sedangkan DKA METODE PENELITIAN
sekitar 20-40%.5,6 Penelitian ini dilaksanakan di RSUP
Berdasarkan studi retrospektif yang Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada bulan
dilakukan oleh Safe Work Australia antara 1 September-November 2017. Jenis peneli-
Januari 1993 sampai 31 Desember 2010 tian ialah deskriptif dengan desain potong
terdapat 2177 (75,1%) pasien dengan lintang. Populasi penelitian ialah seluruh
diagnosis penyakit kulit akibat kerja; 958 petugas cleaning service yang berjumlah
(44%) diantaranya ialah DKI dan 712 147 orang. Pengambilan sampel mengguna-
(32,7%) ialah DKA.7 Di Indonesia, menurut kan metode total sampling. Data dikumpul-
Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan kan dengan melakukan tatap muka dan
Kelamin Indonesia sekitar 90% penyakit wawancara langsung serta melakukan
kulit akibat kerja merupakan dermatitis pengamatan penggunaan APD berupa
kontak, baik DKI maupun DKA.8 sarung tangan. Diagnosis ditegakkan di
Petugas kebersihan atau cleaning bawah supervisi dokter dan dokter spesialis
service adalah salah satu kelompok pekerja di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof.
yang sering mengalami DKAK. Keadaan ini Dr. R. D. Kandou Manado. Analisis data
terutama akibat kombinasi pekerjaan basah dilakukan dengan mengguna-kan program
dan terpapar dengan agen pembersih dalam Microsoft Excel dan SPSS 17.
frekuensi yang cukup tinggi. Satu studi di Penelitian ini dilakukan setelah
UK menemukan kejadian dermatitis mendapat persetujuan etik dari Komisi Etik

157
Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 5, Nomor 2, Juli-Desember 2017

Penelitian Kesehatan RSUP Prof. Dr. R. D. (45,2%), dan yang paling sedikit masa kerja
Kandou Manado. >20 tahun (4,4%). Rerata masa kerja
responden yaitu 6,9 tahun dengan masa
HASIL PENELITIAN kerja minimum 1 bulan dan maksimum 30
Responden penelitian ini berjumlah 135 tahun.
petugas cleaning service yang bersedia dan
menandatangani informed consent. Tabel 3. Distribusi karakteristik responden
berdasarkan pendidikan
Karakterisktik responden Pendidikan Frekuensi (%)
Tabel 1 menunjukkan karakteristik terakhir
responden berdasarkan jenis kelamin.
SD 35 25,9
Sebagian besar responden berjenis kelamin SMP 53 39,3
perempuan yaitu sebanyak 90 responden
SMA 47 34,8
(66,7%) sedangkan yang berjenis kelamin
Total 135 100
laki-laki sebanyak 45 responden (33,3%).
Tabel 4. Distribusi karakteristik responden
Tabel 1. Distribusi karakteristik responden
berdasarkan masa kerja
berdasarkan jenis kelamin
Jenis kelamin Frekuensi (%) Masa kerja Frekuensi (%)
Laki-laki 45 33,3 (tahun)
Perempuan 90 66,7 <1 19 14,1
Total 135 100 1-5 61 45,2
6-10 28 20,7
Tabel 2 menunjukkan karakteristik 11-15 11 8,1
responden berdasarkan usia. Responden 16-20 10 7,4
paling banyak berusia 36-45 tahun (31,1%), >20 6 4,4
dan paling sedikit berusia >65 tahun (0,7%). Total 135 100
Rerata usia responden ialah 41,55 tahun
dengan usia minimum 17 tahun dan Tabel 5 menunjukkan distribusi karak-
maksimum 69 tahun. teristik responden berdasarkan penggunaan
APD yaitu sarung tangan. Sebanyak 69
Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan usia responden (51,1%) menggunakan APD, dan
sebanyak 66 responden (48,9%) tidak
Usia (tahun) Frekuensi (%)
menggunakan APD.
17-25 14 10,4
26-35 25 18,5 Tabel 5. Distribusi karakteristik responden
36-45 42 31,1 berdasarkan penggunaan APD
46-55 39 28,9
56-65 14 10,4 Penggunaan APD Frekuensi (%)
>65 1 0,7
Total 135 100 Menggunakan 69 51,1
Tidak 66 48,9
Tabel 3 menunjukkan karakteristik Menggunakan
responden berdasarkan pendidikan terakhir. Total 135 100
Jenjang pendidikan SMP yang terbanyak
(39,3%), diikuti jenjang pendidikan SMA Kejadian dermatitis kontak akibat kerja
(34,8%), dan yang paling sedikit yaitu Tabel 6 menunjukkan responden yang
jenjang pendidikan SD (25,9%). mengalami DKAK sebanyak 28 responden
Tabel 4 menunjukkan karateristik (20,7%), dan yang tidak mengalami DKAK
responden berdasarkan masa kerja. Yang yaitu 107 responden (79,3%).
terbanyak yaitu masa kerja 1-5 tahun

158
Paendong, Pandaleke, Mawu: Gambaran kejadian dermatitis kontak akibat kerja …

Tabel 6. Distribusi kejadian DKAK pada pendidikan terakhir SMP (57,1%), diikuti
petugas cleaning service oleh tingkat pendidikan terakhir SMA
Kejadian Frekuensi (%) (25,0%), dan SD (17,9%).
DKAK 28 20,7
Tidak DKAK 107 79,3 Tabel 9. Distribusi kejadian DKAK berdasar-
kan pendidikan terakhir
Total 135 100
Pendidikan DKAK
Tabel 7 menunjukkan kejadian DKAK terakhir Frekuensi (%)
berdasarkan jenis kelamin. Dari 28 respon- SD 5 17,9
den yang mengalami DKAK, terdapat 17 SMP 16 57,1
responden dengan jenis kelamin perempuan SMA 7 25,0
(60,7%) yang mengalami DKAK dan 11 Total 28 100
responden dengan jenis kelamin laki-laki
(39,3%) yang mengalami DKAK.
Tabel 10 menunjukkan kejadian DKAK
berdasarkan masa kerja. Didapat-kan
Tabel 7. Distribusi kejadian DKAK berdasar-
kan jenis kelamin jumlah terbanyak pada masa kerja 1-5 tahun
(46,4%) dan yang paling sedikit pada masa
DKAK kerja 11-15 tahun dan >20 tahun (masing-
Jenis kelamin
Frekuensi (%) masing 3,6%).
Laki-laki 11 39,3
Tabel 10. Distribusi kejadian DKAK berdasar-
Perempuan 17 60,7
kan masa kerja
Total 28 100
Masa kerja DKAK
Tabel 8 menunjukkan kejadian DKAK (tahun) Frekuensi (%)
pada cleaning service di RSUP Prof. Dr. R. <1 5 17,9
D. Kandou Manado terbanyak pada usia 36- 1-5 13 46,4
45 tahun (39,3%) dan paling sedikit pada 6-10 6 21,4
usia >65 tahun (3,6%). 11-15 1 3,6
16-20 2 7,1
Tabel 8. Distribusi kejadian DKAK berdasar- >20 1 3,6
kan kelompok usia Total 28 100

Kelompok usia DKAK Tabel 11 menunjukkan kejadian DKAK


(tahun) Frekuensi (%) berdasarkan penggunaan APD. Terdapat 9
17-25 3 10,7
(32,1%) dari 69 petugas yang menggunakan
APD mengalami DKAK, dan 19 (67,9%)
26-35 5 17,9 dari 66 petugas yang tidak menggunakan
36-45 11 39,3 APD mengalami DKAK.
46-55 6 21,4
56-65 2 7,1 Tabel 11. Distribusi kejadian DKAK berdasar-
kan penggunaan APD
>65 1 3,6
Total 28 100 DKAK
Penggunaan APD
Frekuensi (%)
Tabel 9 menunjukkan distribusi kejadian Menggunakan 9 32,1
DKAK berdasarkan pendidikan terakhir. Tidak menggunakan 19 67,9
Kejadian DKAK paling banyak pada tingkat Total 28 100

159
BAHASAN laki 20% lebih tebal dibandingkan
Berdasarkan hasil penelitian yang perempuan. Ketebalan kulit memengaruhi
dilakukan pada petugas cleaning service di ketahanan kulit terhadap paparan bahan
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado kimia. Selain itu, laki-laki mempunyai
terdapat 28 (20,7%) dari 135 responden kelenjar sebasea yang lebih aktif daripada
yang mengalami DKAK. Diagnosis DKAK perempuan dan produksi sebum dua kali
dilakukan dengan menggunakan kriteria lebih banyak dari perempuan, sehingga pada
Mathias dan juga melalui pemeriksaan perempuan kulit akan lebih kering
dokter spesialis. Hasil penelitian ini sejalan dibandingkan laki-laki. Terlebih lagi seiring
dengan penelitian yang dilakukan oleh dengan bertambahnya usia, maka
Elston et al.13 yang menunjukkan 9-35% perempuan berisiko lebih besar terkena
penyakit kulit akibat kerja merupakan DKAK dibandingkan laki-laki.2
DKAK khususnya pada area tangan dan Berdasarkan usia, kejadian DKAK pada
lengan. petugas cleaning service di RSUP Prof. Dr.
Petugas cleaning service di RSUP Prof R. D. Kandou Manado terbanyak pada
R. D. Kandou Manado yang mengalami kelompok usia 36-45 tahun yaitu 11 (39,3%)
DKAK memiliki keluhan seperti rasa gatal, dari total 28 responden yang menderita
rasa terbakar, nyeri, kulit kemerahan, DKAK. Hasil penelitian ini sejalan dengan
bengkak, bintik berair, lepuhan dan penelitian Kusworo15 yaitu kejadian DKAK
kerusakan kuku. Keluhan dialami setelah didominasi kelompok umur 31-40 tahun
terpajan cairan pembersih, sarung tangan, sebanyak 24 dari 60 responden. Hasil
dan atau alat pembersih beberapa menit penelitian ini tidak selaras dengan penelitian
setelah pajanan hingga setelah terjadi oleh Afifah16 yang mendapatkan kejadian
pajanan berulang. Hal tersebut terjadi akibat DKAK terbanyak pada usia <30 tahun yaitu
proses kerja yang mengharuskan petugas 17 (67,7%) dari 28 responden. Faktor
cleaning service berkontak dengan bahan- individu turut berpe-ngaruh pada kejadian
bahan kimia penyebab DKAK. DKAK, misalnya perbedaan ketebalan kulit
Berdasarkan jenis kelamin, kejadian menyebabkan perbedaan permeabilitas.
DKAK pada petugas cleaning service di Pada usia anak di bawah 8 tahun dan usia
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado lanjut lebih mudah teriritasi sehingga lebih
terbanyak pada jenis kelamin perempuan rentan terhadap DKAK.3 Perubahan struktur
yaitu 17 responden (60,7%) sedangkan pada kulit seiring dengan pertambahan usia
jenis kelamin laki-laki 11 responden namun tetap melakukan pekerjaan yang
(39,3%). Hal ini sejalan dengan penelitian berhubungan dengan bahan-bahan alergen
yang dilakukan pada petugas kesehatan di maupun iritan yang ada di lingkungan
Rumah Sakit Tanjung, Tabalong, Kaliman- pekerjaan dapat menjadi salah satu faktor
tan Selatan yaitu dari 16 responden yang risiko DKAK. DKAK tidak hanya muncul
menderita DKAK, terdapat 15 responden pada usia tertentu namun dapat mengenai
yang berjenis kelamin perempuan, dan 1 segala usia dan meningkat pada usia yang
responden berjenis kelamin laki-laki.14 produktif.17
Berdasarkan pengamatan pada lokasi Berdasarkan pendidikan terakhir,
penellitian, petugas perempuan lebih kejadian DKAK pada petugas cleaning
banyak melakukan kontak dengan bahan- service di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
bahan alergen dan iritan yang ada di Manado terbanyak pada petugas dengan
lingkungan pekerjaan sehingga petugas pendidikan terakhir SMP yaitu 16 respon-
perempuan lebih mudah terkena DKAK. den (57,1%). Tingkat pendidikan dapat
Selain itu terdapat perbedaan antara kulit berhubungan dengan perilaku kesehatan
pria dengan wanita, perbedaan tersebut kerja di lingkungan kerja, seperti kesadaran
dilihat dari jumlah folikel rambut, kelenjar untuk membersihkan diri pada saat selesai
sebasea dan hormon. Hormon testosteron melakukan pekerjaan dan juga penggunaan
pada laki-laki dapat menyebabkan kulit laki- APD sehingga dapat mengurangi potensi

160
Paendong, Pandaleke, Mawu: Gambaran kejadian dermatitis kontak akibat kerja …

bahan-bahan iritan dan alergen penyebab Berdasarkan penggunaan APD, kejadi-


DKAK menempel pada kulit untuk waktu an DKAK pada petugas cleaning service di
yang lama, dan hal ini dapat mencegah RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
terjadinya DKAK.15,18 terbanyak pada responden yang tidak
Berdasarkan masa kerja, kejadian menggunakan APD pada saat bekerja yaitu
DKAK pada petugas cleaning service di 19 (67,9%) dari 28 responden yang menga-
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado lami DKAK. Hasil penelitian yang dilaku-
terbanyak pada responden dengan masa kan pada petugas cleaning service di Rumah
kerja 1-5 tahun yaitu 13 responden (46,4%). Sakit Umum Abdul Moeloek menunjukkan
DKAK dapat terjadi pada petugas cleaning bahwa petugas yang tidak menggunakan
service dengan masa kerja yang baru APD 2,71 kali lebih berisiko mengalami
maupun masa kerja yang lama akibat kontak DKAK bila dibandingkan dengan petugas
dengan bahan-bahan penyebab DKAK. yang menggunakan APD.11 Berdasarkan
Kelainan dapat timbul segera setelah penelitian yang telah dilaku-kan, didapatkan
kontak, beberapa hari, minggu, bulan, bahwa responden yang tidak menggunakan
bahkan tahun ataupun setelah terjadi APD disebabkan oleh karena kurangnya
pajanan berulang.4 Berdasarkan penelitian pengetahuan mengenai jenis APD yang
yang dilakukan pada petugas cleaning sesuai, manfaat pengguna-an APD, ada pula
service di Kampus UIN Jakarta menunjuk- yang lupa memakai APD, serta kurangnya
kan tidak ada hubungan antara masa kerja ketersediaan APD, Beberapa responden
dengan kejadian DKAK.18 Demikian juga juga mengatakan bahwa kurang leluasa
dengan penelitian yang dilakukan pada melakukan pekerjaan bila menggunakan
cleaning service di Rumah Sakit Umum APD. Para pekerja tidak mengetahui jika
Abdul Moeloek, bahwa tidak terdapat kontak langsung dengan bahan kimia
hubungan antara masa kerja dengan selama melakukan pekerjaan dapat
kejadian DKAK. Terdapat 47 (46,1%) dari mengakibatkan penyakit kulit akibat kerja
102 responden yang mengalami DKAK salah satunya DKAK. Ditemukan pula
dengan masa kerja yang bervariasi.11 responden yang mengalami DKAK meski-
Masa kerja yang baru ataupun lama pun menggunakan APD pada saat bekerja.
tetap mempunyai risiko mengalami DKAK. Hal ini dapat terjadi oleh karena kondisi
Kejadian DKAK dapat dipengaruhi bebe- kulit tidak sesuai dengan jenis APD yang
rapa faktor seperti riwayat atopi, frekuensi digunakan karena mengandung bahan-
kontak, lama kontak, jenis pekerjaan, lokasi bahan yang dapat menyebabkan reaksi
kerja, serta jenis bahan kimia.3,4 Pada alergi maupun iritasi pada kulit. Sarung
penelitian ini ditemukan perbedaan pada tangan lateks dan sarung tangan dengan
lokasi kerja pada masing-masing respon- bedak dapat menyebabkan reaksi alergi.
den, misalnya ada responden yang bekerja di Reaksi dapat terjadi secara cepat ataupun
ruangan, rawat inap, rawat jalan, setelah pemakaian yang lebih lama.11
laboratorium, halaman dan taman sehingga
terdapat perbedaan lama kontak dan SIMPULAN
frekuensi kontak dengan bahan-bahan Dari hasil penelitian yang dilakukan
penyebab DKAK seperti cairan pembersih pada petugas cleaning service di RSUP Prof.
lantai, cairan pembersih kaca, detergen, dan Dr. R. D. Kandou Manado dapat disimpul-
bahan kimia lainnya. Responden yang kan bahwa dermatitis kontak akibat kerja
bekerja di ruangan lebih sering terpapar ditemukan sekitar 20%.
dengan bahan-bahan kimia ini dibanding-
kan dengan responden yang ditugaskan di DAFTAR PUSTAKA
halaman dan taman. DKAK dapat terjadi 1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
pada semua individu jika terjadi kontak Indonesia Nomor 56 Tahun 2016.
yang memadai dengan bahan-bahan Penyelenggaraan pelayanan kesehatan
penyebab DKAK.11 akibat kerja. Jakarta: Peraturan Menteri

161
Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 5, Nomor 2, Juli-Desember 2017

Kesehatan RI, 2016. 11. Saftarina F, Sibero HT, Aditya M, Dinanti


2. Honari G, Taylor JS, Sood A. Occupational BR. Prevalensi dermatitis kontak akibat
skin diseases due to irritants and kerja dan faktor yang mempengaruhi-
allergens. In: Goldsmith LA, Katz SI, nya pada pekerja cleaning service di
Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek.
Wolff K, editors. Fitzpatrick’s Bandar Lampung: Prosiding Seminar
Dermatology in General Medicine (7th Presentasi Artikel Ilmiah Dies Natalis
ed). New York: McGraw-Hill, 2012; p. FK Unila ke 13, 2015 Okt; p. 19-25.
2612-18. 12. Lau MYZ, Burgess JA, Nixon R, Dharmage
3. Sularsito SA, Soebaryo RW. Dermatitis SC, Matheson MC. A review of the
kontak. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit impact of occupational contact
Kulit dan Kelamin (7th ed). Jakarta: dermatitis on quality of life. Journal of
Fakultas Kedokteran Universitas Allergy. Vol. 2011(2011): 1-12.
Indonesia, 2015; p. 157-65. 13. Elston DM, Ahmed DDF, Watsky KL,
4. Behroozy A, Keegel TG. Wet-work exposure: Schwarzenberger K. Hand dermatitis.
a main risk factor for occupational hand August 2002. [cited 2017 Nov 17].
dermatitis. Saf Health Work. 2014;5(4): Available from: http://www.jaad.org/
175-80. article/.S0190-9622(02)00061-
5. James WD. Berger T, Elston DM, editors. 0/fulltext
Andrew’s Diseases of the Skin: Clinical 14. Anshar R, Pramuningtyas R, Udiana D.
Dermatology (12th ed). Chapter 6, sub Hubungan pekerja basah dengan
topic: ocupational contact dermatitis. kejadian dermatitis kontak akibat kerja
Cina: Saunders Elesevier, 2012; p. 109 pada petugas kesehatan di Rumah Sakit
6. Nanto SS. Kejadian timbunya dermatitis X Tanjung, Tabalong, Kalimantan
kontak pada petugas kebersihan. Selatan. Biomedika. 2016;8:28.
Majority. 2015;4(8):147-51. 15. Kusworo NSR. Hubungan antara lama kontak
7. Cahil J, Williams JDL, Matheson MC, dengan kejadian dermatitis kontak
Palmer AM, Burgess JA, Dharmage akibat kerja pada pekerja bengkel
SC, et al. Occupational contact kendaraan bermotor di Kecamatan
dermatitis: a review of 18 years of data Kartasura [Skripsi]. Surakarta: Fakultas
from an occupational dermatology Kedokteran Universitas
clinic in Australia. Victoria: Safe Work Muhammadiyah Surakarta; 2015.
Australia, 2012. 16. Afifah A. Faktor-faktor yang berhubungan
8. Balgis V, Retno S, Indrastuti N, Soebono H. dengan terjadinya dermatitis kontak
Laporan kasus dermatitis kontak akibat akibat kerja pada karyawan binatu
kerja pada pekerjs kebun anggrek. Maj [Skripsi]. Semarang: Fakultas
Ilm Dermato-Venerologica Indones, Kedokteran Universitas Diponegoro;
2009;36(4):163. 2012.
9. Wu B. Skin problems in professional cleaners 17. Sunaryo Y. Pandaleke HEJ, Kapantow
[MD candidate]. Keck School of MG. Profil dermatitis kontak di
Medicine. A manuscript in DermNet poliklinik kulit dan kelamin BLU RSUP
New Zealand. December 2015. [cited Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode
2017 Aug 7]. Available from: Januari-Desember 2012. e-Clinic.
https://www.dermnetnz.org/topics/skin- 2014;2:6.
problems-in-professional-cleaners/ 18. Septian S. Faktor-faktor yang berhubungan
10. Douwes J, Slater T, McLean D, Pearce N, dengan kejadian dermatitis kontak
Judd L, Firestone R, etc. Occupational akibat kerja pada cleaning service di
dermatitis in New Zealand cleaners. Kampus UIN Syarif Hidayatullah
Centre for Public Health Reasearch, Jakarta [Skripsi]. Jakarta: Fakultas
Massey University. Study report for the Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Department of Labour. 2014:1-97. Syarif Hidayatullah; 2012.

162

Anda mungkin juga menyukai