Anda di halaman 1dari 64

ASPEK HUKUM DAN ETIK REPRODUKSI

MANUSIA DAN REKAYASA GENETIK DAN


ASPEK HUKUM DAN ETIK PENYAKIT
MENULAR DAN ODHA

MELYA SUSANTI
Defenisi Etika dan Hukum
Etik (Ethics)
Berasal dari kata Yunani
Ethos Akhlak

KBBI( Purwadarminta,
1953)
Etika Ilmu pengetahuan
tentang azas akhlak
Defenisi Etika dan Hukum
ETIKA
KBBI ( Debdikbud 1988)
Etika adalah
1. Ilmu tentang apa yang baik dan buruk
dan tentang hak dan kewajiban
2. Kumpulan atau seperangkat asas
atau nilai yang berkenaan dengan
akhlak
3. Nilai yang benar dan salah yang
dianut suatu golongan atau
masyarakat
Defenisi Etika dan Hukum
Pemakaian istilah etika dan etik sering
dipertukarkan, tidak jelas perbedaan antar
keduanya

Etika : Ilmu yang mempelajari azas akhlak

Etik : Seperangkat asas atau nilai yang berkaitan


dengan akhlak seperti dalam Kode Etik
Defenisi Etika dan Hukum
Hukum tidak dapat memuaskan semua pihak, karena
banyak seginya dan sedemikian luasnya sehingga sulit
disatukan dalam satu rumusan

Hukum : peraturan perundang-undangan yang


menyangkut pelayanan kedokteran

PERHUKI ( perhimpunan hukum kesehatan indonesia)


Persamaan Etik dan Hukum
Alat untuk mengatur ketertiban hidup
masyarakat

Objeknya tingkah laku manusia

Mengandung hak dan kewajiban anggota


masyarakat agar tidak saling merugikan

Mengunggah kesadaran untuk bersikap


manusiawi

Sumbernya adalah hasil pemikiran para


pakar dan pengalaman para anggota
senior
Perbedaan Etik dan Hukum
Etik berlaku untuk lingkungan profesi, hukum berlaku untuk
lingkungan yang umum

Etik disusun berdasarkan kesepakatan anggota profesi,


hukum disusun oleh badan pemerintah

Etik tidak seluruhnya tertulis, hukum tercantum secara


terinci dalam kitab undang-undang dan lembaran/berita
negara
Hukum Dan Etik Reproduksi Manusia
Dan Rekayasa Genetik

Etika, Moral dan


Hukum Ilmu Pengetahuan

Ada banyak hal di dunia ini yang membutuhkan


ketiganya agar ilmu pengetahuan memiliki
batasan atau pengendalian; tujuannya adalah
memberikan rambu-rambu kepada manusia
supaya ilmu pengetahuan digunakan hanya
untuk kebaikan dan hal-hal yang bermanfaat
Mengatur peradaban bagi kepentingan umum, tidak menyimpang
manusia dari nilai-nilai dasar kemanusiaan serta harkat
dan martabat manusia itu sendiri.
Hukum Dan Etik Reproduksi
Manusia Dan Rekayasa Genetik
 Abortus
 Kontrasepsi
 Teknologi reproduksi
buatan
 Rekayasa genetik
ABORTUS
Abortus
 Abortus
 Defenisi abortus : keluarnya atau dikeluarkannya hasil
konsepsi dari kandungan seorang ibu sebelum
waktunya
 Abortus : Spontan dan buatan ( pengguguran, aborsi,
abortus provokatus)
 Aborstus secara spontan merupakan mekanisme
alamiah keluarnya hasil konsepsi yang abnormal
(keguguran)
 Abortus buatan: Abortus yang terjadi akibat intervensi
tertentu yang bertujuan mengakhiri proses kehamilan
Abortus

Abortus
buatan :
• ( abortus provokatus
Legal medicinalis/therapeutik)

• ( abortus provokatus
Ilegal criminalis)
Abortus

 Abortus buatan ilegal :


 Dilakukan oleh tenaga kesehatan/tenaga medis yang
tidak kompeten
 Melalui cara-cara diluar medis (pijat, jamu atau
ramuan-ramuan)
 Dengan atau tanpa persetujuan ibu hamil dan/atau
suaminya.
 Abortus ilegal sering juga dilakukan oleh tenaga medis
yang kompeten, tetapi tidak mempunyai indikasi
medis.
Abortus

 Abortus legal dilakukan dengan tindakan operatif (


kuretase, aspirasi vakum)
 Deklarasi Oslo (1970) dan UU no.23 tahun 1992 :
ketentuan abortus yang LEGAL
1. Dilakukan sebagai tindakan terapeutik yang
diputuskan oleh 2 orang dokter yang berkompeten,
prosedural operasinya dilakukan oleh dokter yang
berkompeten di instalasi yang diakui suatu otoritas
yang sah, disetujui oleh pasien, suami dan keluarga
Abortus

2. Jika dokter yang melaksanakan merasa bahwa hati


nuraninya tidak membenarkan ia melakukan pengguguran
itu, ia berhak mengundurkan diri dan menyerahkan pada
teman sejawat yang lain
3. Indikasi medis dalam abortus legal
 Kondisi yang benar-benar mengharuskan dilakukan tindakan
tersebut, tanpa tindakan tersebut dapat membahayakan jiwa
ibu
 Adanya ancaman gangguan fisik, mental dan psikososial jika
kehamilan dilanjutkan
 Resiko yang sangat jelas bahwa anak yang akan dilahirkan
menderita cacat mental atau cacat fisik yang berat.
Abortus

 4. hak utama untuk memberikan persetujuan medik


adalah pada pasien, dalam keadaan tidak sadar
dapat diminta pada suami/keluarganya.
Hukum dan etik Abortus

 PP No. 61 Th 2014 ttg o P asal 35


Kesehatan o Praktik abortus yang aman
Reproduksi. o Pasal 36
o Ketentuan pelaksana abortus
 Pasal 31
o Pasal 37
 Indikasi abortus
o Konseling pra tindakan
( indikasi kedaruratan abortus dan konseling pasca
medis dan perkosaan) abortus
 Pasal 32 o Pasal 38
 Penjelasan Indikasi o Konseling untuk korban
kedarutan medis abortus selama kehamilan
ibu dan anak o Pasal 39
 Pasal 33 o Pelaporan tindakan abortus
 Pelaksana abortus kedinkes kota/kabupaten
Hukum dan etik abortus

 Lafal sumpah dokter Setiap dokter wajib


 International of menghormati dan
medical ethics melindungi makhluk
hidup insani
 KODEKI

abortus berdasarkan
indikasi non medik adalah
TIDAK ETIS
Hukum dan etik abortus

Hukum abortus diberbagai negara berbeda-beda:


1. Hukum yang tanpa pengecualian melarang abortus ( Belanda dan
Indonesia ) sebelum ada UU No.23 tahun 1992, tentang kesehatan
2. Hukum yang memperbolehkan atas indikasi medis, seperti Kanada,
Thailand dan Swiss
3. Hukum yang membolehkan abortus demi keselamatan kehidupan
penderita ( ibu), seperti di Perancis dan Pakistan
4. Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi sosial-medik
seperti di Islandia, Inggris, Skandinavia, India
5. Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi sosial seperti
Jepang, Polandia, Serbia ( menghindari penyakit keturunan, janin
cacat)
6. Hukum yang memperbolehkan abortus atas pemintaan, seperti di
Bulgaria, Hungaria
Ancaman pidana pelaku
abortus buatan ilegal

 KUHP Pasal 336


 Wanita yang sengaja menggugurkan kandungan atau
menyuruh orang lain melakukannya, hukuman
maksimal 4 tahun
 KUHP pasal 347
 Seseorang yang menggugurkan kandungan tanpa
seizinnya, hukuman maksimal 12 tahun dan bila wanita
tersebut meninggal hukuman maksimal 15 tahun
 KUHP pasal 348
 Seseorang yang menggugurkan kandungan wanita
dengan seizin wanita tersebut, hukuman maksimum 5
tahun 6 bulan dan bila wanita tersebut meninggal,
maksimum 7 tahun
Ancaman pidana pelaku
abortus buatan ilegal

 KUHP pasal 349


 Dokter, bidan atau juru obat yang melakukan kejahatan
diatas, hukuman ditambah dengan sepertiganya dan
pencabutan hak pekerjaannya
 KUHP pasal 383
 Barang siapa menunjukkan alat atau cara
menggugurkan kandungan kepada anak usia dibawah
17 tahun /dibawah umur, hukuman maksimum 9 bulan
 KUHP pasal 299
 Barang siapa menganjurkan /merawat/memberi obat
kepada seorang wanita dengan memberi harapan agar
gugur kandunganya , hukuman maksimum 4 tahun
KONTRASEP
SI
KONTRASEPSI

•Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan


usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi,
perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas.

•Program Keluarga Berencana di Indonesia telah dimulai sejak tahun


1970, sampai dengan saat ini telah mengalami pasang surut

•Berbagai cara ber –KB telah ditawarkan dan berbagai alat kontrasepsi
di sediakan oleh pemerintah, mulai dari cara tradisional, hormonal (pil,
suntikan, susuk KB), bahkan saat ini tersedia alat kontrasepsi yang
bersifat permanen.(kontrasepsi mantap / vasektomi dan tubektomi)

•Dari segi hak-hak asasi manusia, maka seyogiayanya segala jenis


kontrasepsi yang ditawarkan haruslah mendapat persetujuan dari
pasangan suami istri.
KONTRASEPSI

 Calon akseptor KB berhak memperoleh informasi,


hak didengar/memilih, hak akses, aman, privasi dan
kerahasiaan
 Masalah kontrasepsi diatur dalam PP No. 61 Th
2014 ttg Kesehatan Reproduksi. Pasal 19, pasal 20,
pasal 21, pasal 22, pasal 23, pasal 24
 Pasal 19, pemberian informasi untuk membantu
pasutri memilih KB
 Pasal 20, hak mendapatkan komunikasi, informasi
dan edukasi tentang keluarga berencana
 Pasal 21, penyelenggaraan pelayan kontrasepsi,
penyediaan SDM, logistik dan pendanaan
 Pasal 22, hak memilih metode kontrasepsi
 Pasal 23, partisipasi pasangan dalam pemilihan alat
kontrasepsi
 Pasal 24, pelayan kontrasepsi darurat
Teknologi
reproduksi
buatan
Teknologi
Reproduksi Buatan
• Tiga dasawarsa terakhir ini, tekhnologi kesehatan khususnya di
bidang reproduksi telah mengalami terobosan yang besar,
yakni bayi tabung (baby tube)dan cloning.
• Kedua metode ini merupakan metode diluar kehamilan
alamiah, oleh karena itu disebut Tekhnologi Reproduksi
Buatan / TRB (man made reproduction technology)
• TRB merupakan tekhnik dimana oosit (sel telur yang sudah
dibuahi ) dimanipulasi (disemaikan) dalam media tabung (tube)
sebelum ditanamkan kedalam rahim ibu.
Tehknik Reproduksi Buatan

1. Fertilisasi in vitro dan pemindahan embrio (IVF dan ET)


yaitu prosedur pembuahan ovum dan sperma di
laboratorium yang kemudian dilanjutkan dengan
pemindahan embrio ke dalam uterus.
2. Gamette fallopian transfer (GIFT)
yaitu prosedur memindahkan ovum yang telah di-
aspirasi dari ovarium bersama dengan se- jumlah sperma
yang dialirkan langsung ke tuba Falopi dengan tujuan
terjadi pembuahan di tuba Falopi.
3. Zygote intrafallopian transfer (ZIPT)
yaitu prosedur pemindahan zigot sebagai hasil IVF ke
dalam tuba Falopi dengan tujuan zigot tumbuh di dalam
tuba Falopi.
Tehknik Reproduksi
Buatan
4. Cryopreservation
yaitu teknik simpan beku ovum, sperma, embrio,
serta pencairannya kembali pada saat yangditetapkan
 5. Intracytoplasmic sperm injection
yaitu penyuntikan satu sel sperma yang berasal dari
ejakulat ke dalam ooplasma.
Dasar hukum teknologi reproduksi
buatan
PP No. 61 Th 2014 ttg Kesehatan Reproduksi
1. Pasal 40, ketentuan menggunakan reproduksi
dengan bantuan
2. Pasal 41, syarat pasutri yang ingin
menggunakan reproduksi dengan bantuan
3. Pasal 42, konseling pra dan pasca reproduksi
dengan bantuan
4. Pasal 43, ketentuan kelebihan embrio
5. Pasal 44, larangan menggunakan reproduksi
dengan bantuan untuk pemilihan jenis kelamin
6. Pasal 45,fasilitas pelayanan kesehatan
7. Pasal 46, pelaporan kedinkes kab/kota
tembusan provinsi
Rekayasa genetik

Kemajuan teknik dan konsep dari disiplin ilmu


biologi molekuler membawa pengaruh
luarbiasa di dalam penguasaan bioteknologi

Semakin banyak bukti penelitian dengan


pendekatan genetika berhasil menerangkan
patogenesis sebuah penyakit yang
sebelumnya tidak pernah didiskusikan dengan
tinjauan genetika.

Oleh karena itu cukup beralasan apabila saat


ini genetika menjadi sebuah ilmu yang banyak
dipakai di dalam biomedis.
Rekayasa genetik

 Pemahaman tentang konsep dasar DNA


sebagai pembawa informasi genetik,
pada akhirnya melahirkan sub disiplin
ilmu baru dari disiplin ilmu genetika,
genetika molekuler.

Genetika molekuler berbicara banyak


tentang:
DNA sebagai pembawa informasi genetik;
Struktur DNA, replikasi, dan reparasi;
Konsep dasar transkripsi dan translasi;
Konsep dasar kode genetik, gena, dan
mutasi; serta rekayasa genetika.
Rekayasa genetik
 Penerapan teknik Biologi molekuler untuk mengubah
susunan genetik dalam kromosom atau mengubah
sistem ekspresi genetik yang diarahkan pada
kemanfaatan tertentu
Rekayasa genetik

 Dari segi etik dan dampak sosial saat ini


terdapat beberapa pedoman tentang
rekayasa genetik:
1. Pengubahan gen pada individu yang sehat,
dengan tujuan eugenetik seperti
peningkatan kualitas fisik dan sangat
inteligen pada saat uni dianggap tidak etis
2. Terapi genetik dengan merubah gen yang
bertujuan meringankan penderitaan atau
penyakit seseorang adalah etis sepanjang
berdasarkan altruistik dan tanpa ekploitasi
komersial
Rekayasa genetik

3. Penelitian pengubahan gen pada sperma, oosit,


atau zigot yang kemudian diimplantasikan pada uterus
saat ini dianggap tidak etis karena perubahan genetik
itu akan diteruskan pada keturunan
ASPEK
HUKUM DAN
ETIK
PENYAKIT
MENULAR
ASPEK ETIK DAN HUKUM
PENYAKIT MENULAR

 1. Wabah Penyakit Menular


 2. Penyakit Menular
Seksual
Wabah penyakit menular
 UU nomor 6 tahun 1962
 UU nomor 7 tahun 1968
 Undang-undang RI nomor 4 tahun 1984
 Dalam UU dinyatakan wabah adalah kejadian
terjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah pasiennya meningkat
secara nyata melebihi dari keadaan lazim pada
waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan
malapetaka
 Dalam UU ini disebutkan sumber penyakit dapat
berasal dari
 Manusia
 Hewan
 Tumbuhan
 Benda-benda yang mengandung atau tercemar bibit
penyakit yang dapat menimbulkan wabah.
 Peraturan menteri kesehatan RI nomor 560/Menkes/
Per/VIII/1989 menjelaskan tentang
 Jenis penyakit yang dapat menimbulkan wabah
 Tata cara penyampaian laporan
 Tata cara penanggulangan seperlunya
 Jenis penyakit yang  Difteri
dapat menimbulkan  Pertusis
wabah sesuai Peraturan  Rabies
menteri kesehatan RI  Malaria
nomor 560/Menkes/  Influenza
Per/VIII/1989  Hepatitis
 Kolera  Tifus perut
 Pes  Meningitis
 Demam kuning  Ensefalitis
 Demam rekuren  Antrax
 Tifus bercak wabah  Penyakit lain yang
 DBD dapat menyebabkan
wabah dapat
 Polio ditentukan
selanjutnya oleh
menteri kesehatan
Laporan kewaspadaan
 Harus disampaikan segera
 Dapat dipercaya
 Bertanggung jawab
 Laporan kesehatan memuat
 Nama/ nama-nama pasien atau yang meninggal
 Golongan umur
 Tempat/alamat kejadian
 Waktu kejadian
 Jumlah yang sakit atau meninggal
Pihak yang wajib melaporkan
laporan kewaspadaan
 Orang tua pasien
 Keluarga pasien
 RT
 Dokter
 Petugas kesehatan yang memeriksa
 Dokter hewan yang memeriksa hewan hewan
tersangka pasien, kepala asrama
Laporan ditujukan kepada
 Kepala desa, kepala unit
kesehatan
Penyakit menular seksual
 Angka kejadian penyakit menular seksual semakin
meningkat
 Secara medis tidak ada masalah bagi dokter dalam
mengatasi masalah penyakit menular seksual
 Namun akan menjadi rumit ketika penyakit menular
seksual apabila pasiennya adalah anak dibawah umur,
pasutri, PRT, penderita HIV/AIDS karena menyangkut
masyarakat luas
 Penyakit menular seksual gonorea, sifilis, herpes
genital, penularanya terutama karena hubungan
seksual
 Penularan HIV/AIDS bisa dari transfusi darah, jarum
suntik yang terkontaminasi virus, plasenta.
 Dokter atau kalangan kesehatan harus memahami
aspek etik dan hukum dalam mengobati pasien yang
terkait dengan penyakit menular seksual
Pengobatan pasien PMS belum
menikah
 Perlu diingatkan pasien untuk tidak menularkan
penyakit ini pada orang lain
 Apalagi bila kita dokter mengetahui profesi pasien
adalah wanita tuna susila
Pengobatan pasien PMS yang
sudah menikah
 Bila pasangannya sudah mengetahui
 Dokter perlu mengingatkan agar tidak menulari
pasanganya sementara penyakitnya diobati
 Masalahnya muncul jika pasanganya ingin
mengetahui penyakit yang diderita pasien
 Bolehkah dokter menyampaikan penyakit salah
seorang pasutri kepada orang lain?
 Membuka rahasia pasien kepada orang lain biarpun
dalam ikatan suami istri harus dihindari dokter
Sanksi hukum atau sanksi
administratif
 Sanksi hukum terhadap pelanggaran ini terdapat
dalam pada KUHP pasal 322, KUH perdata pasal
1365 dan pasal 1366 sanksi administratif seperti
dijelaskan dalam UU kesehatan pasal 23 tahun 1992
ayat 1:
 Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan
kesalahan atau kelalaian dalam melaksanakan
profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin
Sanksi hukum atau sanksi
administratif
 SIP dicabut
 Sanksi sosial dijauhi masyarakat karena dicap dokter
yang tidak bisa menjaga rahasia pasiennya.
Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)

 Diketahui pertam kali pada tahun 1981


 Sekarang sudah menjadi pandemi diseluruh dunia
 Prevalensi yang terus meningkat
 Instruksi menteri kesehatan RI No.27/Menkes/
Inst/1988
 Tentang kewajiban melaporkan pasien dengan gejala
AIDS menetapkan bahwa petugas kesehatan wajib
melapor kesarana kesehatan terdekat dengan
memperhatikan kerahasiaan pribadi pasien
 Selanjut sarana pelayan kesehatan wajib melaporkan
ke direktorat jenderal pemberantasan penyakit
menular dan penyehatan lingkungan pemukiman
 Keputusan direktur jenderal pemberantasan penyakit
menular dan penyehatan lingkungan pemukiman No.
KH.00.06.4.323 tentang petunjuk pelaksanaan
kewajiban melaporkan pasien dengan gejala AIDS
 Laporan dalam bentuk formulir “ Laporan surveilans
pasien AIDS” baik untuk pasien hidup maupun sudah
meninggal
Sarana kesehatan yang
dimaksud
 Balai pengobatan
 Pusat kesehatan masyarakat
 RSU
 Rumah sakit khusus
 Praktek dokter ( umum, gigi, spesialis)
 Dan sarana kesehatan lainnya
 Kebijakan dalam pelaporan harus memperhatikan
kerahasiaan identitas pasien dan nama pasien cukup
ditulis inisial saja, alamt pasien cukup diisi dengan
nama kabupaten atau kotamadya saja
 Kebijaksaan yang seperti diatas bertujuan agar
pasien ODHA
 Mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa diskriminasi
dari lingkungan, tempat kerja
 Kualitas hidup ODHA dapat diperbaiki
 Dilain pihak masyarkat dilindungi terhadap bahaya
penularan terutama melalui komunikasi, informasi
dan edukasi (KIE) tentang masalah HIV/AIDS
Strategi nasional
penanggulangan HIV/AIDS
 Setiap orang berhak mendapat informasi yang baru
tentang HIV/AIDS, baik untuk melindungi diri sendiri
maupun mencegah penularan pada orang lain
 Tetap menghormati harkat dan martabat para pasien
HIV/AIDS dan keluarganya
 Mencegah perlakuan diskriminatif kepada pengidap HIV/
AIDS dan keluarganya
 Setiap upaya diarahkan untuk mempertahankan dan
memperkuat ketahanan keluarga yang menjadi salah satu
pilar dari kesejahteraan keluarga
 Dalam jangka panjang memebentuk perilaku bertanggung
jawab khususnya dalam kesehatan reproduksi yang
mampu menangkal penyebaran virus HIV/AIDS
UU kesehatan pasal 30 dan 31 tentang
pemberantasan penyakt menular
 Pasal 30
 Pemberantasan penyakit menular dilakukan dengan
upaya penyuluhan, penyelidikan, pengebalan
menghilangkan sumber dan pemberantasan penyakit,
tindakan karantina dan upaya lain yang diperlukan
 Pasal 31
 Pemberantasan penyakit menular yang dapat
menimbulkan wabah dan penyakit karantina
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan UU yang
berlaku
 Pemahaman dokter dan tenaga kesehatan tentang
aspek etik hukum
 Dapat membantu penanggulangan peningkatan dan
penyebaran penyakit
 Menghindarkan dokter dan tenaga kesehatan lainnya
dari maslah hukum
Terima kasih
Hukum Dan Etik Reproduksi
Manusia Dan Rekayasa
Genetik

Konseling abortus,
Kehamilan yang mencegah
tidak diinginkan abortus berulang

abortus yang tidak


aman

Anda mungkin juga menyukai