II. Tinjauan Pustaka
II. Tinjauan Pustaka
A. Deskripsi Teori
Lahan sawah adalah lahan pertanian yang secara fisik berpermukaan rata,
dibatasi oleh pematang, serta dapat ditanami padi, palawija atau tanaman
padi. Untuk keperluan ini, lahan sawah harus mampu menyangga genangan air
pertumbuhannya. Untuk mengairi sawah digunakan sistem irigasi dari mata air,
sungai dan air hujan. Pada lahan sawah yang berkemiringan tinggi, sawah dicetak
berteras untuk menghindari erosi dan menahan air (Barus dan Andaria, 2007).
Lahan sawah adalah lahan yang digunakan untuk bertanam padi sawah,
Lahan dapat dikelompokan ke dalam lahan sawah apabila lahan tersebut sudah
dipergunakan selama 40-50 tahun dan akan terbentuk lapisan tapak, lapisan ini
biasanya dijumpai pada kedalaman 10-15 cm dari permukaan tanah dan tebalnya
dapat mengakibatkan perubahan baik sifat mineral, kimia, fisika dan biologi
tanah. Perubahan sifat fisik tanah juga banyak dipengaruhi oleh terjadinya iluviasi
6
atau eluviasi bahan kimia atau partikel tanah akibat proses pelumpuran dan
Tanah sawah berbeda dengan tanah lahan kering karena ciri utama tanah
sawah adalah identik dengan genangan air dalam waktu yang lama. Penggenangan
tanah menyebabkan terjadinya perubahan sifat kimia, fisika dan biologi tanah.
Kondisi inilah yang membedakan lahan sawah dengan lahan kering (Siradz,
2006).
Tanah sawah memiliki ciri-ciri tertentu, antara lain Bolbol et al. (2003)
menyatakan bahwa tanah sawah memiliki lapisan oksida dan lapisan reduksi,
reduksi dan aktifitas mikroba tanah yang menentukan tingkat ketersediaan hara
hara. Keadaan reduksi akibat penggenangan akan merubah aktifitas mikroba tanah
dimana mikroba aerob akan digantikan oleh mikroba anaerob, yang menggunakan
sumber energi dari senyawa teroksidasi yang mudah direduksi yang berperan
sebagai elektron seperti ion NO3-, SO42- , Fe 3+, Mn 4+ (Prasetyo et al., 2004).
7
pemupukan yang efisien. Aplikasi pupuk baik jenis, takaran, waktu maupun cara
dimasukkan ke dalam lapisan reduksi dan diberikan dua sampai tiga kali
(Adiningsih, 2004).
Sifat fisik tanah sangat menentukan kesesuaian suatu lahan dijadikan lahan
efisiensi penggunaan air. Jika tanah disawahkan sifat fisik yang sangat perlu
dinilai adalah tekstur, struktur, drainase dan permeabilitas tanah (Prasetyo et al.,
2004).
dapat mengakibatkan perubahan baik sifat mineral, kimia, fisika dan biologi
tanah. Perubahan sifat fisik tanah juga banyak dipengaruhi oleh terjadinya iluviasi
atau eluviasi bahan kimia atau partikel tanah akibat proses pelumpuran dan
pengangkutan udara, panas, air dan bahan terlarut dalam tanah. Sifat fisik tanah
8
sangat bervariasi pada tanah tropis. Beberapa sifat fisik tanah dapat berubah
aliran permukaan (run-off), dan erosi, kemampuan mengikat air dan menyuplai
air untuk tanaman (Damanik et al., 2010). Sistem usaha tani monokultur pangan
keseimbangan biologi dan kimianya. Pergantian aerobik dan anaerobik pada lahan
persawahan pada kedalaman 0-15 cm dan 15-30 cm secara umum didominasi oleh
fraksi debu dan liat karena terjadinya iluviasi dan eluviasi bahan kimia atau
partikel tanah akibat proses pelumpuran dan drainase mempengaruhi sifat fisika
tanaman padi. Tanah bertekstur halus bila terdispersi akan mampu menutup pori
di bawah lapisan olah. Kondisi ini dapat mempercepat terbentuknya lapisan tapak
biota (organisme) yang hidup dan beraktivitas di dalam tanah, yang melalui
aktivitas metaboliknya, perannya dalam aliran energi dan siklus hara berkaitan
erat dengan produksi bahan organik primer (tetanaman) (Hanafiah et al., 2005).
9
Lapisan topsoil pada tanah sawah merupakan lapisan tanah atas yang
mengandung bahan organik, berwarna gelap dan subur yang memiliki ketebalan
dan menyimpan air pada tanah berkurang. Tanah sawah memiliki karakteristik
subsoil yang padat. Lapisan subsoil yang padat dapat menyebabkan pergerakan air
di dalam tanah sangat lambat sehingga air sulit masuk kedalam lapisan
Menurut Hardjowigeno (2005) tanah yang mempunyai berat isi tinggi sulit
meneruskan air atau sukar ditembus akar tanaman, sebaliknya tanah dengan berat
isi rendah, akar tanaman lebih mudah berkembang. Sifat dan karakteristik topsoil
dan subsoil seperti berat isi, kadar air, porositas, permeabilitas dan tekstur dapat
Kandungan bahan organik yang ada pada lapisan atas yaitu pada
kedalaman 0-20 cm lebih tinggi jika dibandingkan dengan tanah pada lapisan
tanah bawah pada kedalaman 20-40 cm. Rendahnya kandungan bahan organik
pada lapisan tanah bawah disebabkan oleh bahan organik yang berasal dari atas
3. Nitrogen
Nitrogen (N) merupakan salah satu hara makro yang paling banyak
mendapat perhatian para ilmuwan, terutama terkait dengan isu lingkungan dan
serta RNA) dan khlorofil. Gejala defisiensi N umumnya ditunjukan oleh klorosis
pada daun-daun bagian bawah, pertumbuhan terhambat, tanaman kerdil dan pada
kasus yang berat mengakibatkan nekrosis pada daun-daun tua. Kelebihan N juga
a. Sumber Nitrogen
Nitrogen menempati posisi yang unik diantara sejumlah unsur hara yang
(bahan induk, tanah, sedimen, mineral liat dan fosil) sekitar 98 %, selebihnya 2 %
78 % N), namun nitrogen tersebut tidak dapat digunakan langsung oleh tanaman
Nitrogen dalam tanah berasal dari: (1) mineralisasi N dari bahan organik
melalui hujan serta bentuk presipitasi yang lain dan (4) pemupukan (Yulipriyanto,
2010).
memperoleh energi dengan hasil sampingan berupa CO2 (Benbi dan Richter,
2002).
dan S serta sumber makanan dan energi bagi mikroorganisme yang berperan
karena ketersediaan bahan organik, suhu dan kadar lengas tanah yang tinggi.
akar tanaman. Salah satu bakteri yang sudah dikenal lama berasosiasi dengan akar
tanaman legum adalah dari genus Rhizobium. Tanaman leguminosa baik herba
tidak tersedia bagi tanaman) dan mengubahnya menjadi bentuk N yang tersedia
secara optimal akan dihasilkan fiksasi N yang optimal pula. Interaksi tanaman
inang dan bakteri Rhizobium bervariasi, dari yang moderat sampai yang spesifik,
sehingga perlu diidentifikasi kombinasi antara spesies dan rhizobia yang superior
Fiksasi N non simbiotik, merupakan salah satu bentuk fiksasi biologi yang
dilakukan oleh mikroba yang hidup bebas di dalam tanah. Nitrogen dalam bentuk
N2 bebas diatmosfer tidak dapat langsung diserap oleh tanaman tingkat tinggi.
amonium NH4+. Unsur ini dapat diperoleh dari tanah dengan bantuan
sel bakteri ini mati dan lisis, senyawa nitrogen organik dalam sel seperti protein
pada kadar lengas tanah, oksigen dan sumber makanan. Sementara bakteri
13
anaerob seperti Clostridium umumnya pada padang rumput, air tergenang dan
bahan organik tersedia, tetapi suplai oksigen terbatas. Azetobacter tumbuh dan
berkembang baik pada tanah-tanah dengan kisaran pH 6-7, kaya mineral dan
miskin N. Jenis Clostridium ditemukan hampir disemua jenis tanah dan lebih
bumi umumnya merupakan kombinasi dari NH4+, NO2-, NO3- dan N Organik.
Pupuk organik atau bahan organik merupakan sumber nitrogen tanah yang
utama dan di dalam tanah pupuk organik akan dirombak oleh mikroorganisme
menjadi humus, atau bahan organik tanah. Pupuk organik berasal dari sisa-sisa
tanaman, hewan atau manusia, seperti pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos
baik yang berbentuk cair maupun padat. Manfaat utama pupuk organik adalah
untuk memperbaiki kesuburan kimia, fisik, biologi tanah dan sebagai sumber
menjadi amonium yang dikenal sebagai proses amonifikasi. Amonifikasi ini dapat
bentuk nitrogen anorganik (mineral) yang utama dalam tanah (Tisdale dan
Nelson, 2006).
hara N, P, K dan unsur hara lainya karena pupuk hijau mempunyai pengaruh
terhadap pengawetan hara tanah karena bahan organik segar yang ditambahkan ke
dalam tanah dicerna oleh berbagai jasad renik yang ada di dalam tanah dan
berguna untuk mendukung proses pengomposan adalah kadar karbon (C) dan
nitrogen (N), hal ini karena karbon akan digunakan oleh mikroorganisme sebagai
Kadar N tanah bervariasi sekitar 0,02 % pada lapisan bawah tanah, hingga
mencapai 3 % pada tanah gambut. Bentuk tanah dapat dibedakan menjadi bentuk
organik dan anorganik lebih dari 90 % N pada lapisan tanah atas topsoil yang
15
berbentuk organik dalam bentuk asam amino, purin dan pirimidin serta senyawa-
mengalami mineralisasi dan fraksi yang stabil. Asam amino dapat ditemukan
dalam larutan tanah atau pori mikro tanah, terikat kuat pada mineral liat, atau
terikat pada koloid humus. Asam amino mudah mengalami mineralisasi yang
terdapat dalam tiga bentuk utama yang berada dalam keseimbangan yaitu nitrat,
buangan limbah cair yang berasal dari kegiatan domestik, industri, bahan peledak,
(NO3-), nitrit (NO2-) amonium (NH4+) dapat tukar (terfiksasi), gas dinitrogen (N2)
dan oksida nitrus (N2O). Dari aspek kesuburan tanah, bentuk N di dalam tanah
yang paling penting adalah nitrat (NO3-), nitrit (NO2-) dan amonium (NH4+)
kerena bentuk inilah yang dapat diserap oleh tanaman. Kadar N Organik tanah
yakni pada kisaran 2 sampai 5 % N dari Volume tanah (Suleman et al., 2014).
16
Nitrogen yang ada atau diaplikasikan kedalam tanah akan mengalami proses
proses ini terjadi secara simultan (Suleman et al., 2014). Proses mineralisasi
sebagian besar N tanah berada dalam bentuk N organik yang tidak tersedia bagi
2012).
berikut:
Begitu terbentuk amonium, maka ada sejumlah proses yang mungkin terjadi
antara lain: terasimilasi oleh mikroba atau tanaman, terikat pada kompleks
pertukaran, terfiksasi pada mineral liat, bereaksi dengan bahan organik tanah
17
oksidasi biologi amoniak menjadi amonium dan nitrit menjadi nitrat. Proses
Proses nitrifikasi dapat terjadi pada kondisi aerob, misalnya pada tanah kering
yang bereaksi baik. Pada tanah yang tergenang nitrifikasi akan terhambat
nitrogen mineral dalam tanah setiap saat tergantung balance antara mineralisasi
Menurut Suleman (2014) nitrogen tanah hilang dari sistem tanah melalui
beberara cara antara lain: pencucian, denitrifikasi dan volalitas. Nitrogen tanah
khusus dalam bentuk nitrat (NO3-) bersifat sangat larut dalam air tidak teradopsi
pada mineral liat tanah, sehingga mudah hilang dalam kondisi ekses air. Dalam
kondisi seperti ini N hilang menjahui zona perakaran, sehingga sangat potensial
untuk masuk kedalam zona air tanah dalam atau hilang melalui drainase
bentuk gas (NO, NO2 atau N2). Proses ini terjadi melalui reduksi nitrat dengan
pada kondisi anaerob, melalui perantara bakteri fakultatif anaerob dan sebagian
besar heterotropik yang memanfaat karbon sebagai sumber energi. Jumlah N yang
hilang dari tanah akibat denitrifikasi sangat beragam, yakni sekitar 3-62 % dari
total aplikasi N, dan kehilangan paling tinggi terjadi pada tanah sawah
amoniak (NH3-). Kehilangan ini banyak terjadi pada tanah kering, bertekstur
kasar, kadar bahan organik dan liat rendah mengadsorpsi amonium serta
permukaan tanah alkalin (Barber, 1995). Volatilisasi sangat besar pada pH tanah
di atas 7,3 permukaan tanah lembab dan suhu udara tinggi (Suleman et al., 2014).
19
Nitrogen merupakan salah satu unsur hara utama yang dibutuhkan bagi
tanaman. Tanaman yang tumbuh pada tanah yang cukup N berwarna lebih hijau.
pertumbuhan vegetatif, batang lemah dan mudah rebah serta mengurangi daya
menjadi faktor pembatas pada tanah-tanah yang tidak dipupuk. N diambil akar
dalam bentuk anorganik yaitu NH4+ (amonium) dan NO3- (nitrat). Jumlahnya
tergantung kondisi tanah, nitrat lebih banyak terbentuk jika tanah hangat, lembab
dan aerasi baik. Penyerapan NH4+ lebih banyak terjadi pada pH tanah netral,
sedangkan NO3- pada pH rendah. Senyawa NO3- umumnya bergerak menuju akar
karena aliran massa, senyawa NH4+ bersifat tidak mobil, gerakan disebabkan oleh
batang dan daun yang besar serta mempengaruhi kualitas tanaman. Nitrogen juga
20
menengahi pemanfaatan potasium, fosfor dan unsur hara lainya pada tanaman
serta jumlah optimum unsur-unsur ini di dalam tanah tidak dapat dimanfaatkan
baik dalam bentuk organik maupun anorganik, karena kandungan N tanah pada
sebagai bahan dalam proses fisiologis dan konversi yang diatur oleh enzim
synthase (GOGAT) dan endo peptidase (EP) (Senoaji dan Praptana, 2013).
tanaman secara visual. Peran utama N bagi tanaman padi diantaranya untuk
jumlah anakan dan jumlah bulir per rumpun. Kekurangan N dapat menyebabkan
panen), tanaman mudah rebah, serta menurunkan kualitas bulir dan respons yang
tinggi, pertumbuhan vegetatif yang dahsyat, warna hijau gelap pada daun, suplai
disimpan pada sel vegetatif. Ketika suplai N cukup dan kondisi baik untuk
nukleotida, porpirin, alkaloid dan beberapa lipid. Dalam ekosistem unsur ini
dibutuhkan dalam jumlah yang besar oleh tumbuhan dan mikroorganisme jika
kandungan bahan organik yang rendah, seperti tanah-tanah berpasir (Endrizal and
Julistia, 2004).
dengan sistem pengelolaan tanaman secara tepat agar aman dari serangan
terjadi pada pertanaman padi sawah irigasi di daerah endemis yang menggunakan
jaringan tanaman (succulent) sehingga lebih peka terhadap serangan hama dan
tanaman menjadi lebih rapat sehingga menyediakan lingkungan yang sesuai bagi
4. Fosfor
dalam hara makro utama. Fosfor dibutuhkan tanaman dalam berbagai proses
pertumbuhan akar, pematangan buah dan sintes protein. Fosfor dapat menangkap
bagi tanaman (Suleman, 2014). Menurut Lamber et al. (2008) Fosfor merupakan
nukleoprotein lain), untuk sistem informasi genetik (DNA dan RNA), untuk
Terdapat dua bentuk fosfor dalam tanah, yakni fosfor anorganik dan fosfor
organik. Sumber utama fosfat anorganik adalah hasil pelapukan dari mineral-
(Ca-P), Alumunium (Al-P), dan besi (Fe-P) yang semuanya sulit larut di dalam
air. Fosfor organik tanah berada dalam tiga grup senyawa, yaitu: fitin dan
turunannya, asam nukleat, dan fosfolipida. Kadar fosfor organik tanah dijumpai
lebih besar pada lapisan tanah atas (top soil) dibandingkan dengan lapisan tanah
23
bawah (sub soil). Hal ini terjadi karena pada lapisan atas terdapat penumpukan
sebagian kecil dalam bentuk ortofosfet sekunder (HPO4) (Barker dan Pilbeam,
2007). Bentuk P dalam tanah dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu organik dan
sorpsi P lebih cenderung digunakan untuk menyatakan fiksasi P yang terjadi pada
fiksasi P yang terperangkap di antara lapisan mineral liat. Tanah yang mempunyai
kata lain, jika jumlah pupuk P yang sama diberikan pada vulkanik dan tanah
padang rumput yang pelapukannya sedang, maka tanah vulkanik akan cenderung
Menurut Havlin et al. (2005) P dalam tanah dan P dari pupuk sebagian
besar tidak dapat tersedia bagi tanaman karena adanya Fixsasi, mekanismenya
adalah sebagai berikut:
24
Sejumlah Fe, Al dan Mn larut akan dijumpai dalam tanah mineral sangat
masam, reaksi dengan H2PO4 akan segera terjadi yang menyebabkan fosfat tidak
reaksi berjalan kekanan membentuk fosfat tidak larut sehingga hanya sedikit
Senyawa yang dibentuk sebagai hasil fixsasi oleh oksidasi Fe dan Al adalah
fosfat hidroksil.
OH OH
Al OH + H2PO4- < ==== > Al OH
OH H2PO4
(larut) (tidak larut)
Terjadi dalam kisaran pH yang lebar, adanya oksida hidrous besi dan Al
Pada waktu yang bersamaan juga tercipta suatu keadaan yang memungkinkan
5. Kalium
mempunyai valensi satu dan diserap dalam bentuk ion K+. Kalium tergolong
unsur yang mobil dalam tanaman baik dalam sel, dalam jaringan tanaman,
maupun dalam xylem dan floem. Kalium banyak terdapat dalam sitoplasma,
garam kalium berperan dalam tekanan osmose sel. Dalam sitoplasma kisaran
bervariasi, yaitu 20 - 200 mM. Peranan K dalam mengatur turgor sel diduga
a. K di dalam tanah
Konsentrasi K tanah bervariasi antara 0,3 % hingga 3,0 %. Tanah organik kurang
mengandung K karena kurangnya kadar mineral, dan rata-rata kurang dari 0,03 %.
tinggi.
26
Ada tiga bentuk kalium dalam tanah yaitu: (1) kalium dalam bentuk
mineral primer yakni bentuk relatif tidak tersedia, (2) kaliun yang terfiksasi oleh
mineral sekunder yakni bentuk kalium lambat tersedia, (3) kalium dapat
dipertukarkan dan kalium di dalam larutan tanah. Menurut Damanik et al. (2010)
Sumber kalium yang terdapat dalam tanah berasal dari pelapukan mineral
atau terjerapan tanah dalam bentuk tertukar. Letak kalium dalam lempung
umumnya dalam permukaan dakhil (internal surface) yang sering diduduki oleh
ion Mg2+, Fe3+, Al4+ dan molekul H2O. Perubahan mineral karena pelepasan K
K diserap oleh tanaman dari larutan tanah dalam bentuk ion K+. Salah satu
fungsi utama K dalam tanaman adalah sebagai activator enzim. Enzim sangat
membuka dan menutupnya stomata. Stomata akan membuka karena sel penjaga
menyerap air, dan penyerapan air ini terjadi sebagai akibat adanya ion K+
(Singh et al., 2014). Menurut Mengel dan Kirkby (2001) kalium juga berfungsi
mengatur tegangan turgor dinding sel, sehingga jika tanaman defisiensi K nampak
tidak tahan terhadap cekaman air, karena tanaman tidak dapat memanfaatkan air
secara maksimal.
28
B. Kerangkan Pikir
sativa L.) ataupun tanaman semusim lainya. Padi merupakan tanaman pangan
dan K yang sesuai dan spesifik lokasi untuk mengupayakan produktivitas lahan
yang optimal. Hal ini didasarkan pada, hara makro N, P dan K merupakan salah
sawah khususnya untuk tanaman padi. Hara N dalam tanaman berfungsi sebagai
pembentuk zat hijau daun (klorofil) dan unsur pembentuk protein. Hara P yang
Produktivitas
Lahan Sawah
yang tidak Menetap
Meningkatkan
produktivitas lahan sawah
C. Hipotesis
2. Terdapat korelasi atau hubungan antara waktu inkubasi dan kedalaman tanah