Anda di halaman 1dari 4

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lahan sawah adalah lahan yang dikelola sedemikian rupa untuk budidaya

tanaman padi sawah dan perlu adanya penggenangan pada masa pertumbuhan

padi. Perbedaan dari lahan sawah dan lahan rawa adalah masa penggenangan

airnya, pada lahan sawah penggenangan tidak terjadi terus menerus tetapi

mengalami masa pengeringan (Musa et al., 2006).

Peningkatan produksi padi menjadi fokus utama program pemerintah

karena padi merupakan komoditas strategis. Dalam upaya pencapaian ketahanan

pangan nasional, peningkatan produksi padi menjadi salah satu strategi dasar yang

dilakukan. Capaian produksi tersebut terutama dikontribusi dari pertanaman padi

di lahan sawah (Abidin et al., 2016).

Kebutuhan padi sawah terus mengalami peningkatan seiring bertambahnya

jumlah penduduk, namun tidak diikuti dengan peningkatan produktivitas padi

sawah itu sendiri. Produktivitas padi sawah di Sulawesi Tenggara pada tahun

2014 mengalami peningkatan yang cukup signifikan hinggga mencapai 10,42 %

yaitu sebesar 4,76 t.ha-1 (BPS Sultra, 2015) dari produktivitas padi sawah pada

tahun 2013 yang hanya mencapai 4,31 t.ha-1 (BPS Sultra, 2014). Pada tahun 2015

peningkatan produktivitas padi sawah yang tejadi tidak signifikan dibandingkan

tahun sebelumnya hanya mencapai 0,51 % yakni sebesar 4,79 t.ha-1 (BPS Sultra,

2016).

Dierolf et al. (2000) menyatakan bahwa hara makro N, P, dan K merupakan

salah satu permasalahan utama yang menyebabkan rendahnya produktivitas lahan


2

sawah. Hara N dalam tanaman berfungsi sebagai pembentuk zat hijau daun

(klorofil) dan unsur pembentuk protein. Hara P yang berfungsi sebagai penyimpan

dan transfer energi, merupakan komponen penting dalam asam nukleat, koenzim,

nukleotida, fospoprotein, fospolipid dan gula fosfat. Hara K berfungsi dalam

pembentukan pati, mengaktifkan enzim dan katalisator penyimpanan hasil

fotosintesis.

Adiningsih dan Agus (2011) menyatakan bahwa ketersediaan bahan organik

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ketersediaan hara makro. Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian yang dilaporkan Simamora et al. (2015) bahwa

bahan organik merupakan sumber utama penyumbang hara yang ada di dalam

tanah. Bahan organik merupakan salah faktor yang memegang peranan penting

dalam tingkat produktivitas tanah sawah, khususnya unsur hara makro primer,

yaitu N, P, dan K.

Nitrogen yang diberikan secara tepat pada tanaman, kebutuhan akan hara

lain seperti Fosfor dan Kalium akan meningkat untuk mengimbangi laju

pertumbuhan tanaman yang cepat (Fairhurst et al., 2007). Nitrogen memegang

peranan yang sangat penting, karena nitrogen berberan dalam proses fotosintesis

dan pertumbuhan vegetatif. Nitrogen yang berlebihan dapat memicu serangga

hama dan penyakit sehingga berkembang pesat sebaliknya jika kekurangan

nitrogen maka tanaman akan tumbuh kerdil (Sahid et al., 2000).

Pemupukan fosfor (P) dan kalium (K) memegang peranan penting dalam

meningkatkan produksi pertanian disamping pupuk nitrogen. Umumnya

penggunaan pupuk tersebut belum rasional dan berimbang karena belum


3

didasarkan pada potensi atau status hara tanah dan kebutuhan tanaman. Pada lahan

sawah status ketersediaan P cenderung berlebih, sehingga banyak penelitian yang

menunjukkan bahwa P yang diberkan pada tanaman tidak diikuti dengan

peningkatan hasil serta efisiensinya sangat rendah, sementara harga pupuk

tersebut cukup mahal (Adiningsih, 2004).

Kalium merupakan unsur hara yang esensial untuk tanaman salah satu

fungsinya untuk meningkatkan produksi biji. Namun pemupukan yang terus

menerus dengan takaran yang semakin meningkat mengakibatkan kerusakan pada

tanah. Misalnya adalah pemakaian pupuk kalium yang terus menerus diberikan

ke dalam tanah oleh petani, padahal untuk tanah yang mengalami pemupukan

kalium terus menerus ion-ion K tersebut akan terikat oleh mineral liat sehingga

tidak mudah tersedia bagi tanaman (Erpan, 2000).

Simamora et al. (2015) menyatakan, hasil penelitian Badan Litbang

Pertanian diketahui bahwa tingkat kesuburan lahan setiap tahunnya menurun.

Kebutuhan pupuk untuk tanaman padi sawahpun dari tahun ke tahun mengalami

peningkatan, hal ini menggambarkan bahwa umur lahan sawah yang berbeda

merupakan salah satu faktor lain yang mempengaruhi adanya penurunan

produktivitas lahan sawah.

Berdasarkan uraian di atas maka dipandang perlu untuk dilakukan penelitian

ini. Dalam Penelitian ini bermaksud mengetahui status ketersediaan unsur hara

makro pada umur lahan sawah yang berbeda. Informasi tentang status

ketersediaan hara makro primer dalam tanah dapat digunakan sebagai acuan
4

dalam menyusun usulan pengelolaan tanah yang sesuai dan spesifik lokasi untuk

mengupayakan produktivitas lahan yang optimal.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimanakah pengaruh waktu inkubasi dan kedalaman tanah terhadap

ketersediaan hara makro pada umur lahan sawah berbeda?

2. Bagaimanakah korelasi atau hubungan antara waktu inkubasi dan kedalaman

tanah terhadap ketersediaan hara makro pada umur lahan sawah berbeda?

C. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui pengaruh waktu inkubasi dan kedalaman tanah terhadap

ketersediaan hara makro pada umur lahan sawah berbeda.

2. Untuk mengetahui korelasi atau hubungan antara waktu inkubasi dan

kedalaman tanah terhadap ketersediaan hara makro pada umur lahan sawah

berbeda.

Kegunaan dari penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi bagi

petani dan peneliti selanjutnya, khususnya tentang status ketersediaan hara makro

pada umur lahan sawah berbeda.

Anda mungkin juga menyukai