IV. Hasil Dan Pembahasan
IV. Hasil Dan Pembahasan
berjarak 73 km dari Kota Kendari yang secara geografis terletak dibagian selatan
Kecamatan Lambuya merupakan wilayah urutan kedua yang memiliki luas lahan
sawah terluas yaitu sebesar 2.748 ha, Kecamatan Uepai menempati urutan
keempat untuk lahan sawah terluas yaitu sebesar 2.636 ha dan Kecamatan Abuki
menempati urutan kesembilan yaitu sebesar 2.150 ha untuk lahan sawah terluas
di Kabupaten Konawe. Menurut jenis pengairan dari total 27 Kecamatan yang ada
sawah irigasi maupun sawah non irigasi. Luas lahan sawah menurut jenis
Tongauna seluas 5.056 ha yang terdiri dari lahan sawah irigasi seluas 2.235 ha
dan lahan sawah non irigasi seluas 513 ha, namun merupakan lahan sawah bukaan
baru. Sedangkan lahan sawah yang memiliki luas lahan terkecil adalah Kecamatan
Besulutu yang hanya terdiri dari lahan sawah irigasi yakni seluas 55 ha, menurut
luas lahan sawah menurut jenis pengairan dan Kecamatan di Kabupaten Konawe.
37
2. Keadaan Iklim
berikut:
bulan basah (BB) dan 2,1 bulan kering (BK) Wilayah di Kabupaten Konawe.
mm/bulan).
38
B. Hasil Penelitian
1. Amonium (NH4+)
dan kedalaman tanah terhadap ketersediaan amonium pada umur lahan sawah
terdapat di umur lahan sawah 17 tahun pada kedalam tanah 0-15 cm yakni sebesar
umur lahan sawah 27 tahun pada kedalaman tanah 15-30 cm yakni sebesar
0,58 ppm.
0
39
U1K1 U2K1
Kadar amonium (ppm)
10.0
U1K2 U2K2
Kadar amonium (ppm)
Gambar 2. Grafik hubungan antara waktu inkubasi dengan ketersediaan amonium pada
umur lahan sawah berbeda U1K1, U1K2, U2K1 dan U2K2.
Hubungan antara amonium dan waktu inkubasi untuk U1K1 pada grafik
yang tertera pada Gambar 2. Dari gambar tersebut terlihat bahwa ketersediaan
Y = 0,030x + 5,893 yang berarti koefisien regresi b1x = 0,030 ppm menunjukan
Hubungan antara amonium dan waktu inkubasi untuk U1K2 pada grafik
yang tertera pada Gambar 2. Dari gambar tersebut terlihat bahwa ketersediaan
Y = 0,010x + 2,585 yang berarti koefisien regresi b1x = 0,010 ppm menunjukan
Hubungan antara amonium dan waktu inkubasi untuk U2K1 pada grafik
yang tertera pada Gambar 2. Dari gambar tersebut terlihat bahwa ketersediaan
Y = 0,020x + 5,424 yang berarti koefisien regresi b1x = 0,020 ppm menunjukan
Hubungan antara amonium dan waktu inkubasi untuk U2K2 pada grafik
yang tertera pada Gambar 2. Dari gambar tersebut terlihat bahwa ketersediaan
yang berarti koefisien regresi b1x = 0,022 ppm menunjukan besarnya penigkatan
2. Nitrat (NO3-)
dan kedalaman tanah terhadap ketersediaan nitrat pada umur lahan sawah yang
terdapat di umur lahan sawah 17 tahun pada kedalam tanah 15-30 cm yakni
sebesar 7,59 ppm. Sedangkan rata-rata nilai keterediaan nitrat terkecil terdapat di
umur lahan sawah 27 tahun pada kedalaman tanah 15-30 cm yakni sebesar
0,13 ppm.
42
U1K1 U2K1
2.5 5.0
4.0 y = -0,0777x + 4,3566
2.0 R² = 0,6651
1.5 3.0
1.0 y = -0,0134x + 2,5171 2.0
0.5 R² = 0,3749 1.0
0.0 0.0
0 28 56 0 28 56
Waktu inkubasi (hari) Waktu inkubasi (hari)
U1K2
U1K2 U2K2
U2K2
(ppm)
10.0 1.5
nitrat(ppm)
10.0 1.5
(ppm)
nitrat(ppm)
8.0
8.0
1.0
Kadarnitrat
6.0 1.0
6.0
Kadarnitrat
4.0 yy =
4.0 = -0,0745x
-0,0745x +
+ 7,3395
7,3395 0.5 yy =
= -0,013x
-0,013x +
+ 7,337
7,337
Kadar
0.5
2.0 R² = 0,5553 R² = 0,2234
Kadar
tertera pada Gambar 3. Dari gambar tersebut terlihat bahwa ketersediaan nitrat
dipengaruhi oleh waktu inkubasi dan sisanya sebesar 63 % dipengaruhi hal yang
Hubungan antara nitrat dan waktu inkubasi untuk U1K2 pada grafik yang
tertera pada Gambar 3. Dari gambar tersebut terlihat bahwa ketersediaan nitrat
43
dipengaruhi oleh waktu inkubasi dan sisanya sebesar 45 % dipengaruhi hal yang
Hubungan antara nitrat dan waktu inkubasi untuk U2K1 pada grafik yang
tertera pada Gambar 3. Dari gambar tersebut terlihat bahwa ketersediaan nitrat
satu satuan sedangkan nilai intersep b0 bila X = 0 ppm, maka Y = 7,337 ppm.
Hubungan antara nitrat dan waktu inkubasi untuk U2K2 pada grafik yang
tertera pada Gambar 3. Dari gambar tersebut terlihat bahwa ketersediaan nitrat
satu satuan sedangkan nilai intersep b0 bila X = 0 ppm, maka Y = 7,337 ppm.
44
3. P-Tersedia
dan kedalaman tanah terhadap ketersediaan P-tersedia pada umur lahan sawah
Keterangan: K = Kedalaman pengambilan sampel tanah (K1 = 0-15 cm dan K2 = 15-30 cm) H =
Waktu pengamatan sampel tanah (H0 = 1 hari, H1 = 28 hari dan H2 = 56 hari).
terdapat di umur lahan sawah 17 tahun pada kedalam tanah 0-15 cm yakni sebesar
umur lahan sawah 17 tahun pada kedalaman tanah 15-30 cm yakni sebesar
0,13 ppm.
45
U1K1 U2K1
1.0 0.6
0.8 0.5
0.6 0.4
y = 0.0017x + 0.7239 0.3
0.4 y = 0.0034x + 0.3628
R² = 0.2545 0.2
0.2 R² = 0.9797
0.1
0.0 0.0
0 28 56 0 28 56
Waktu inkubasi (hari) Waktu inkubasi (hari)
U1K2 U2K2
Kadar P-tersedia (ppm)
yang tertera pada Gambar 4. Dari gambar tersebut terlihat bahwa P-tersedia
dipengaruhi oleh waktu inkubasi dan sisanya sebesar 75 % dipengaruhi hal yang
tidak diketahui. Persamaan yang didapatkan yaitu Y = 0,001x + 0,723 yang berarti
Hubungan antara P-tersedia dan waktu inkubasi untuk U1K2 pada grafik
yang tertera pada Gambar 4. Dari gambar tersebut terlihat bahwa P-tersedia
46
dipengaruhi oleh waktu inkubasi dan sisanya sebesar 5 % dipengaruhi hal yang
tidak diketahui. Persamaan yang didapatkan yaitu Y = 0,001x + 0,532 yang berarti
Hubungan antara P-tersedia dan waktu inkubasi untuk U2K1 pada grafik
yang tertera pada Gambar 4. Dari gambar tersebut terlihat bahwa P-tersedia
yang berarti koefisien regresi b1x = 0,003 ppm menunjukan besarnya penigkatan
Hubungan antara P-tersedia dan waktu inkubasi untuk U2K2 pada grafik
yang tertera pada Gambar 4. Dari gambar tersebut terlihat bahwa P-tersedia
yang berarti koefisien regresi b1x = 0,001 ppm menunjukan besarnya penigkatan
4. K-Tersedia
dan kedalaman tanah terhadap ketersediaan K-tersedia pada umur lahan sawah
terdapat di umur lahan sawah 27 tahun pada kedalam tanah 0-15 cm yakni sebesar
terdapat di umur lahan sawah 17 tahun pada kedalaman tanah 15-30 cm yakni
U1K1 U2K1
Kadar K-tersedia
25.0
Kadar K-tersedia
1.5
(mg/100g-1)
20.0
(mg/100g-1)
15.0 1.0
10.0
0.5
5.0 y = 0.2872x + 3.6296 y = -0.0029x + 1.0132
R² = 0.8319 0.0 R² = 0.5818
0.0
0 28 56 0 28 56
Waktu inkubasi (hari) Waktu inkubasi (hari)
U1K2 U2K2
25.0
Kadar K-tersedia
Kadar K-tersedia
20.0 2.5
(mg/100g-1)
(mg/100g-1)
2.0
15.0
1.5
10.0
1.0
5.0 y = 0.2828x + 4.7134 y = 0.0069x + 1.1882
R² = 0.7476 0.5 R² = 0.111
0.0 0.0
0 28 56 0 28 56
Waktu inkubasi (hari) Waktu inkubasi (hari)
Gambar 5. Grafik hubungan antara waktu inkubasi dengan ketersediaan K-tersedia pada
perlakuan U1K1, U1K2, U2K1 dan U2K2.
Hubungan antara K-tersedia dan waktu inkubasi untuk U1K1 pada grafik
yang tertera pada Gambar 5. Dari gambar tersebut terlihat bahwa K-tersedia
Y = 3,629 mg/100g-1.
Hubungan antara K-tersedia dan waktu inkubasi untuk U1K2 pada grafik
yang tertera pada Gambar 5. Dari gambar tersebut terlihat bahwa K-tersedia
4,713 yang berarti koefisien regresi b1x = 0,282 mg/100g-1 menunjukan besarnya
Hubungan antara K-tersedia dan waktu inkubasi untuk U2K1 pada grafik
yang tertera pada Gambar 5. Dari gambar tersebut terlihat bahwa K-tersedia
Y = 1,013 mg/100g-1.
Hubungan antara K-tersedia dan waktu inkubasi untuk U2K2 pada grafik
yang tertera pada Gambar 5. Dari gambar tersebut terlihat bahwa K-tersedia
Y = 1,188 mg/100g-1.
50
5. C-Organik
dan kedalaman tanah terhadap ketersediaan C-organik pada umur lahan sawah
terdapat di umur lahan sawah 27 tahun pada kedalam tanah 15-30 cm yakni
di umur lahan sawah 17 tahun pada kedalaman tanah 15-30 cm yakni sebesar
0,49 mg/100g-1.
51
U1K1 U2K1
Kadar C-organik (%)
2.0
U1K2 U2K2
Kadar C-organik (%)
2.0
Hubungan antara c-organik dan waktu inkubasi untuk U1K1 pada grafik
yang tertera pada Gambar 6. Dari gambar tersebut terlihat bahwa c-organik
dipengaruhi oleh waktu inkubasi dan sisanya sebesar 7 % dipengaruhi hal yang
tidak diketahui. Persamaan yang didapatkan yaitu Y = 0,007x + 1,091 yang berarti
apabila X (waktu inkubasi) meningkat satu satuan sedangkan nilai intersep b0 bila
X = 0 %, maka Y = 1,091 %.
Hubungan antara c-organik dan waktu inkubasi untuk U1K2 pada grafik
yang tertera pada Gambar 6. Dari gambar tersebut terlihat bahwa c-organik
52
dengan waktu inkubasi memperlihatkan hubungan yang agak tinggi dengan nilai
grafik yang tertera pada Gambar 6. Dari gambar tersebut terlihat bahwa c-organik
Hubungan antara c-organik dan waktu inkubasi untuk U2K2 pada grafik
yang tertera pada Gambar 6. Dari gambar tersebut terlihat bahwa c-organik
yang tidak diketahui. Persamaan yang didapatkan yaitu Y = 0,007x + 1,185 yang
6. pH H2O
waktu inkubasi dan kedalaman tanah pada umur lahan sawah yang berbeda
Tabel 9. Hasil pengamatan rata-rata nilai pH H2O terhadap waktu inkubasi dan
kedalaman tanah pada umur lahan sawah yang berbeda.
Umur lahan sawah 17 tahun Umur lahan sawah 27 tahun
Sampel
Uepai Lambuya Abuki Uepai Lambuya Abuki
K1H0 5,65 5,25 5,63 5,65 4,85 5,53
K1H1 5,72 5,35 5,19 5,61 4,75 5,98
K1H2 5,58 5,47 5,2 5,64 4,81 5,07
K2H0 5,24 5,46 5,01 5,76 4,91 5,24
K2H1 5,25 5,87 5,05 5,51 4,79 5,27
K2H2 5,15 5,96 5,02 5,58 4,73 5,26
Total 32,59 33,36 31,1 33,75 28,84 32,35
Keterangan: K = Kedalaman pengambilan sampel tanah (K1 = 0-15 cm dan K2 = 15-30 cm) H =
Waktu pengamatan sampel tanah (H0 = 1 hari, H1 = 28 hari dan H2 = 56 hari).
5.51
5.42 5.42 5.45
5.39 5.38
5.34
5.3
Nilai pH H2O
5.24
5.17 5.19 5.19
Perlakuan
Gambar 7. Grafik rerata nilai pH H2O terhadap kedalaman tanah dan waktu inkubasi pada
umur lahan sawah berbeda.
54
7. pH KCL
waktu inkubasi dan kedalaman tanah pada umur lahan sawah yang berbeda
Tabel 10. Hasil pengamatan rerata nilai pH KCL terhadap waktu inkubasi dan
kedalaman tanah pada umur lahan sawah yang berbeda.
Umur sawah tahun 2000 Umur sawah tahun 1900
Sampel
Uepai Lambuya Abuki Uepai Lambuya Abuki
K1H0 4,39 5,03 5,53 4,32 5,24 5,44
K1H1 4,41 5,09 5,47 4,32 5,31 5,32
K1H2 4,53 5,92 5,45 4,41 5,36 5,32
K2H0 4,19 5,17 5,45 4,21 5,06 5,18
K2H1 4,21 5,63 5,27 4,23 5,11 5,14
K2H2 4,35 5,65 5,18 4,29 5,14 5,27
Total 26,08 32,49 32,35 25,78 31,22 31,67
Keterangan: K = Kedalaman pengambilan sampel tanah (K1 = 0-15 cm dan K2 = 15-30 cm) H =
Waktu pengamatan sampel tanah (H0 = 1 hari, H1 = 28 hari dan H2 = 56 hari).
5.3
Perlakuan
Gambar 8. Grafik rerata nilai pH KCL terhadap kedalaman tanah dan waktu inkubasi
.
pada umur lahan sawah berbeda
55
56
C. Pembahasan
dan kualitas hidup masyarakat. Namun pengalaman selama lebih dari 30 tahun
peningkatan produktivitas padi sawah khususnya selama lebih dari sepuluh (10)
tahun terakhir ini (1990-2000) tidak lagi menunjukkan peningkatan yang berarti
bahkan dapat dikatakan cenderung zero growth (Lopulisa dan Husni, 2008).
Menurut Lopulisa (1995) fenomena ini dapat diakibatkan oleh sejumlah faktor
antara lain: (1) teknologi tanah yang digunakan saat ini tidak sesuai lagi dengan
perkembangan dinamis tanah, hal ini dapat dilihat dari semakin rendahnya respon
umumnya masih bersifat umum atau tidak spesifik lokasi, dan (3) rendahnya
Tanah sebagai media tumbuh bagi tanaman dan termasuk aspek penting
sangat tergantung pada kondisi dan keadaan spesifik dari bumi. Semua jenis
tanaman yang hidup di muka bumi pasti memerlukan unsur hara agar tumbuh
Berdasarkan hasil penelitian Kandungan Unsur Hara Makro (N, P dan K),
yang rendah pada beberapa sampel tanah sawah diduga diakibatkan oleh pola
yang berlebihan, serta tidak ada penambahan bahan organik kedalam tanah seperti
pengembalian kembali jerami padi kedalam tanah. Hal ini sesuai dengan
penelitian terjadi karena diserap oleh tanaman, menguap atau tercuci, seperti yang
dinyatakan oleh Muklis et al. (2003) bahwa ketidak tersediaan nitrogen dari dalam
menjadi N2O, volatilisasi NH4+ menjadi NH3-, terfiksasi oleh mineral liat atau
Berdasarkan hasil uji korelasi antara waktu inkubasi dengan umur lahan
dan kedalaman tanah terhadap ketersediaan Nitrogen (N), amonium (NH4+) rata-
hubungan yang kecil dimana nilai koefisien tertingginya adalah sebesar 0,555
artinya ketersediaan nitrat hanya 55,5 % dipengaruhi oleh waktu inkubasi dan
amonium tertinggi ada pada perlakuan U1K1 yaitu terjadi peningkatan sebesar
0.030 ppm apabila waktu inkubasi bertambah satu satuan. Hal dikarenakan umur
lahan bukaan baru lebih tinggi kandungan haranya dibadingkan umur lahan
bukaan lama serta kandungan hara lebih banyak terdapat pada tanah lapisan atas
ketersediaan hara dalam tanah termaksud amonium. Menurut Hidayat et al. (2007)
topsoil merupakan tanah yang mengandung unsur hara yang tinggi, berwarna
gelap dan subur karena memiliki kandungan bahan orgonik yang tinggi sebaliknya
pada tanah lapisan subsoil atau lapisan tanah bawah yang memiliki kandungan
waktu inkubasi (hari). Hal ini disebabkan karena tanah sawah yang tergenang,
sehingga nitrogen akan tersedia dalam bentuk amonium seperti yang dinyatakan
oleh Tan (1982). Menurut Havlin et al. (1999) di dalam tanah, bentuk NH4+ lebih
stabil dibandingkan bentuk NO3- karena kation tersebut dapat dijerap atau diikat oleh
Nitrat dan waktu inkubasi setelah dilakukan uji korelasi menunjukan hasil,
dimana semakin bertambah waktu inkubasi maka akan semakin tinggi terjadi
ketersediaan nitrat tertinggi ada pada perlakuan U2K1 yakni berkurang sebesar
0.077 ppm setiap bertambah satu satuan waktu inkubasi. Hal ini menunjukan
59
bahwa NO3-tidak stabil pada tanah sawah atau tergenang, dimana sering terjadi
tranformasi NO3- menjadi NH4+ yaitu proses amonifikasi. Selain itu nitrat juga
seperti Fosfor (P) dan Kalium (K). Di sesuaikan dengan hasil penelitian dimana
NH4+ juga meningkatkan ketersediaan unsur hara P dan K dalam bentuk tersedia.
dengan ketersediaan hara lain. Hal ini disebabkan oleh pH tanah yang masam
pada lokasi penelitian. Tisdale et al. (1990) mengemukakan bahwa ion P dalam
tanah di temukan dalam 2 bentuk yakni H2PO4- atau HPO-2 dan kedaanya sangat
tergantung pada kondisi pH tanah. Kedua bentuk inilah yang tersedia bagi
berkriteria sangat rendah hinga tinggi. Hal ini menunjukan bahwa umur lahan
tanah yang diperoleh terlihat bahwa kedalaman tanah sawah berbeda terus
60
dalam kategori yang sama. Hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian Islam dan
Weil (2000) yang menyatatakan bahwa kalium merupakan sifat tanah yang mudah
berubah akibat pengolahan. Hal ini dapat dikarenakan oleh tingginya keperluan
tanaman itu sendiri, selain itu hal tersebut diduga akibat perbedaan bahan induk
pada derah tersebut yang sulit mudah melapuk sehingga kandungan kalium tukar
tanah yang disajikan pada lampiran 3. sampel tanah sawah memiliki niali C-Organik
yang menunjukkan bahwa tanah tergolong dalam kriteria sangat rendah, artinya
tanah tersebut tidak sehat (pada sampel yang berasal dari Kecamatan Uepai dan
Kecamatan Lambuya), dan kriteria rendah artinya tanah tersebut kurang sehat
(2008) bahwa dalam penilaian kualitas tanah, tanah yang memiliki nlai C-Organik
yang rendah (yaitu berkisar antara 0,1 - 1,0 %) merupakan tanah dengan kriteria
tidak sehat, tanah yang memiliki nilai C-Organik yang sedang (yaitu berkisar antara
1,01 -2,0 %) merupakan tanah dengan kriteria kurang sehat. Hal ini didukung hasil
terlihat mempunyai kadar C-organik yang relatif rendah, dari 1.548 contoh tanah
lahan sawah, 17% berkadar C-organik <1%, 28% berkadar C-organik antara 1-1,5%,
Kemasaman tanah yang diperoleh termasuk dalam kriteria masam. Hal ini
menunjukan bahwa kemasaman tanah tidak mengalami perubahan akibat adanya alih
61
fungsi lahan. Namun pada tabel 10 dapat dilihat bahwa kemasaman tanah akibat umur
lahan sawah berbeda ada meningkat pada umur lahan sawah tahun. Hal ini terjadi
kemasaman tanah semakin menuju netral atau dalam kisaran 6.6-7.5. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Prasetyo et al. (2004) bahwa penggenangan pada tanah mineral
masam mengakibatkan nilai pH tanah meningkat dan pada tanah basa akan
ketersediaan hara yang rendah pada lokasi penelitian. Hal ini disebabkan
tanah atau pH tanah masam dapat menghambat proses dekomposisi bahan organik
dan pada hara N proses mineralisasi amoniom dan nitrifikasi juga akan terhambat.
ketersediaan hara. Dimana, hasil pengamatan tekstur tanah pada lokasi penelitian
didominasi oleh fraksi debu sehingga kebanyakan terbentuk kelas tekstur debu.