Anda di halaman 1dari 38

KATA PENGANTAR

Om Swastiastu,

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
terselesaikannya makalah ini. Atas dukungan moral dan material yang di berikan
dalam penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada:

Ni Wayan Eka Widiastari, S.Pd, M.Pd selaku dosen pengajar yang


memberikan materi mengenai HAM serta memberikan masukan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh
karena itu,penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak agar kelak dalam menyusun makalah dapat lebih
baik lagi. Semoga makalah ini berguna bagi siapa saja terutama bagi pembaca.

Om, Santih, Santih, Santih, Om.

Singaraja, 12 November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................................... ii


Daftar Isi ............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan ...................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Hakikat HAM ................................................................... 3
2.2 Perkembangan Pemikiran HAM .............................................................. 4
2.3 Landasan Hukum HAM ............................................................................ 11
2.4 Macam-Macam HAM .............................................................................. 19
2.5 Hak dan Kewajiban Anak dan Masyarakat dalam Kehidupan ................. 20
2.6 Pelanggaran dan Pengadilan HAM ........................................................... 24
2.7 Penanggungjawab dalam Penegakan, Pemajuan, Perlindungan, dan
Pemenuhan HAM ..................................................................................... 31

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan ..................................................................................................
3.2 Saran .........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Untuk memahami hakikat Hak Asasi Manusia, terlebih dahulu akan
di jelaskan pengertian dasar tentang hak. Secara defenitif “ hak “ merupakan
unsure normative yang berfungsi sebagai pedoman berperilaku, melindungi
kebebasan, kekebalan serta menjamin adanya peluang bagi manusia dalam
menjaga harkat dan martabatnya.
Hak asasi manusia merupakan hak dasar, pemeberian tuhan dan
dimiliki manusia selama hidup dan sesudahnya serta tidak dapat dicabut
dengan semena – menanya tanpa ketentuan hukum yang ada, jelas, adil.
Sehingga hak tersebut harus dihormati, dijaga dan dilindungi oleh individu,
masyarakat dan negara. Karena hak asasi manusia tersebut merupakan
pemberian tuhan, maka dapat dikatakan bahwa hak asasi manusia bukan
merupakan pemberian dari negara dan hukum. Untuk mempertahankan
ataupun meraihnya, memerlukan perjuangan bersama lewat jalur
konstitusional dan politik yang ada.
Tiap manusia mempunyai hak hidup, hak kawin, hak berkeluarga,
hak milik, hak nama, hak kemerdekaan, hak berfikir bebas, hak kemerdekaan
berbicara, hak keselamatan dan sebagainya. Hak – hak itulah yang
mempengaruhi sikap tindakannya. Dipandang dari ssatu segi, motif laku
perbuatan manusia dapat dipulangkan kepada hak – hak itu, karena individu
mempunyai hak itu. Kewajiban bagi individu untuk menghormatinya.
Kewajiban seorang individu terhadap hak individulain, dibalas oleh individu
lain itu dengan kewajiban pula terhadap hak – hak individu tersebut.
Terkait tentang hakikat hak asasi manusia, maka sangat penting
sebagai makhluk ciptaan tuhan harus saling menjaga dan menghormati hak
asasi masing – masing individu, namun pada kenyataannya kita melihat
perkembangan HAM di negara ini masih banyak bentuk pelanggaran HAM
yang sering kita temui. Melanggar HAM seseorang akan bertentangan dengan
hukum yang berlaku di Indonesia. Hak asasi manusia memiliki wadah

1
organisasi yang menurus permasalahan seputar hak asasi manusia yaitu
Komnas HAM.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan HAM ?
1.2.2 Bagaimanakah perkembangan pemikiran HAM ?
1.2.3 Apa saja landasan hukum HAM ?
1.2.4 Apa saja macam-macam dari HAM ?
1.2.5 Apa saja hak dan kewajiban anak dan masyarakat dalam kehidupan ?
1.2.6 Apa saja pelanggaran dan pengadilan HAM ?
1.2.7 Siapakah penanggung jawab dalam penegakan, pemajuan, perlindungan,
dan pemenuhan HAM ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan HAM.
1.3.2 Untuk mengetahui bagaimanakah perkembangan pemikiran HAM.
1.3.3 Untuk mengetahui apa saja landasan hukum HAM.
1.3.4 Untuk mengetahui apa saja macam-macam dari HAM.
1.3.5 Untuk mengetahuiapa saja hak dan kewajiban anak dan masyarakat dalam
kehidupan.
1.3.6 Untuk mengetahuiapa saja pelanggaran dan pengadilan HAM.
1.3.7 Untuk mengetahui siapakah penanggung jawab dalam penegakan,
pemajuan, perlindungan, dan pemenuhan HAM.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Hakikat HAM
Menurut Sutarno , Rahayuningsih (2007; 53-58). Menyatakan bahwa Hak
Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada manusia sebagai
makhluk ciptaan tuhan yang maha esa. HAM sebagai anugrah tuhan yang maha
esa yang wajib di hormati, dijunjung tinggi dan dilindungi negara, hukum,
pemerintahan dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat
martabat manusia.
Ada dua pemikiran yang melandasi hak asasi manusia, yaitu :
1. landasan langsung dan pertama, artinya kodrat manusia adalah sama
derajat tanpa membedakan ras, suku, bangsa maupun agama dan bahasa
2. landasan kedua dan lebih dalam, yaitu tuhan yang menciptakan manusia.
Semua manusia diciptakan sama, untuk itu manusia di hadapan tuhan
sama, kecuali amalnya.
Ham lahir dari keyakinan manusia itu sendiri bahwa semua manusia
sebagai makhluk tuhan adalah sama derajatnya. Ia dilahirkan bebas dan memiliki
martabat serta hak – hak yang sama. Oleh karena itu, manusia harus diperlakukan
dengan adil, beradab dan sama. Manusia membutuhkan perjuangan untuk
mendapatkan hak – haknya. Perlunya perlindungan atas HAM berawal dari
banyaknya penindasan manusia atas manusia lain atau bangsa atas bangsa lain.
Perang dunia I dan II merupakan contoh penindasan hak asasi manusia atau hak
hidup suatu bangsa. Pengakuan dan jaminan hak asasi manusia dinyatakan dalam
piagam PBB atau Universal Declaration of Human Right (pernyataan hak asasi
manusia sedunia) yang terdiri atas 30 pasal. Deklarasi itu diterima oleh negara
atau anggota pada tanggal 10 desember 1948. Pada tanggal 10 desember
diperingati sebagai hari hak asasi manusia sedunia. HAM yang diakui secara
universal, antara lain hak hidup, hak atas kebebasan, dan hak atas hak milik.
Dalam pasal 1 deklarasi tersebut dengan tegas dinyatakan bahwa sekalian orang
dilahirkan merdeka dan mempunai martabat dan hak – hak yang sama. Mereka
dikaruniai akal dan budi, serta kehendaknya bergaul satu sama lain dalam
persaudaraan.

3
Menurut Sutarno, Rahayuningsih (2007; 55), hak asasi manusia pada
hakikatnya merupakan hak yang dimiliki manusia yang melekat (inheren) padanya
karena dia adalah manusia. Manusia adalah makhluk ciptaan tuhan dengan segala
harkat dan martabatnya yang tinggi. Hal itulah yang membedakannya dengan
makhluk lain. Hak asasi manusia ini sifatnya mendasar dan fundamental. Dalam
arti, pelaksanaannya mutlak diperlukan agar manusia dapat berkembang sesuai
dengan harkat, martabat dan cita – citanya. Hak ini juga dianggap universal,
artinya dimiliki manusia tanpa membedakan bangsa, ras, agama, suku dan bahasa
ataupun jenis kelamin.
Sejarah hak asasi manusia bermula dari dunia barat (Eropa). Pada abad ke-
17, seorang filsuf inggris, Jhon Locke merumuskan adanya hak alamiah (natural
right) yang melekat pada setiap diri manusia, yaitu hak atas hidup, hak kebebasan
dan hak milik. Pada saat itu hak masih terbatas pada bidang sipil (pribadi) dan
politik.
2.2Perkembangan Pemikiran HAM
2.2.1 Perkembangan Pemikiran HAM di Dunia
A. Piagam Madinnah
Piagam Madinah yang merupakan piagam tertulis pertama di dunia ini telah
meletakkan dasar-dasar Hak Asasi Manusia yang berdasarkan Syari’at Islam.
Pada awal pembukaan Piagam Madinah telah disebutkan bahwa semua manusia
itu adalah umat yang satu, yang dilahirkan dari sumber yang sama, jadi tidak ada
perbedaan antara seseorang dengan orang lain dalam segala hal. Namun dalam
islam ada satu hal yang membuat seseorang dianggap lebih tinggi derajatnya
dimata Allah, yaitu kadar imannya, jadi bukan dilihat dari warna kulit, suku, ras,
Negara dan jenis kelaminnya, namun kadar iman seseorang itu yang
membedakannya dengan orang lain.
Konsep Hak Asasi Manusia dalam Piagam Madinah adalah,
1. Manusia adalah sama, dalam segala kehidupan bermasyarakat.
2. Adanya hak hidup bagi setiap individu manusia.
3. Kebebasan beragama bagi setiap pemeluk agama.
4. Adanya persamaan hak bagi setiap orang dimuka hukum dan diranah
politik.

4
B. Magna Charta
Dimulai dengan munculnya Perjanjian Agung atau yang dikenal dengan
Magna Charta di Prancis 15 Juli 1215 M, yang berisi tuntutan para baron kepada
raja Jhon.Nilai-nilai yang penting dari perjanjian ini adalah; Raja tidak boleh
melanggar hak-hak kepemilikan dan kebebasan setiap individu, ini dikarenakan
para baron dikenakan pajak yang sangat tinggi dan diperbolehkannya anak-anak
putri mereka untuk menikah dengan pemuda dari rakyat biasa.Al-Maududi
menilai bahwa perjanjian yang keluar pada abad ke 13 itu tidak diketahui oleh
masyarakat barat bahwa di dalamnya terdapat persamaan hak dimuka hukum
hingga abad ke 17 hal tersebut baru diketahui bahwa itu terdapat di Magna Charta.
Isi Magna Charta:
 Raja beserta keturunannya berjanji akan menghormati kemerdekaan, hak dan
kebebasan Gereja Inggris.
 Raja berjanji kepada penduduk kerajaan yang bebas untuk memberikan hak-
hak.
 Para petugas keamanan dan pemungut pajak akan menghormati hak-hak
penduduk.
 Polisi ataupun jaksa tidak dapat menuntut seseorang tanpa bukti dan saksi yang
sah.
 Seseorang yang bukan budak tidak akan ditahan, ditangkap, dinyatakan
bersalah tanpa perlindungan negara dan tanpa alasan hukum sebagai dasar
tindakannya.
 Apabila seseorang tanpa perlindungan hukum sudah terlanjur ditahan, raja
berjanji akan mengoreksi kesalahannya.
 Kekuasaan raja harus dibatasi.
 HAM (Hak Asasi Manusia) lebih penting daripada kedaulatan, hukum atau
kekuasaan.
 Piagam Magna Charta dianggap sebagai lambang perjuangan HAM (Hak
Asasi Manusia) dan dianggap sebagai tonggak perjuangan lahirnya HAM (Hak
Asasi Manusia).
C. Bill of Rights

5
Perkembangan selanjutnya dari perkembangan Hak Asasi Manusia ditandai
dengan munculnya Bill of Right pada tahun 1628 M di Inggris, yang kelahirannya
sedikit banyak dipengaruhi oleh Magna Charta. Dokumen ini berisi tentang
pembatasan hak-hak raja, dan penghapusan hak raja untuk mengutus pasukan
sesuka hatinya.Hingga muncullah pandangan tentang Persamaan Hak dihadapan
hukum (Equality before the law), pandangan inilah yang mendorong munculnya
Negara Hukum dan Negara Demokrasi.
Bill Of Rights tidak dapat diubah dalam bidang apapun kecuali oleh
parlemen sendiri yang wilayah, dan kemudian, dengan konvensi dan menyentuh
pada suksesi tahta bersama, hanya dengan persetujuan dari semua alam lainnya.
D. The French Revolution
Perjuangan hak asasi manusia di Prancis dirumuskan dalam suatu naskah
pada awal Revolusi Prancis. Perjuangan itu dilakukan untuk melawan
kesewenang-wenangan rezim lama. Naskah tersebut dikenal dengan
DECLARATION DES DROITS DE L’HOMME ET DU CITOYEN yaitu
pernyataan mengenai hak-hak manusia dan warga negara. The French
Declaration, dimana hak-hak yang lebih rinci lagi melahirkan dasar The Rule of
Law. dalam French Declaration sudah tercakup semua hak, meliputi hak-hak yang
menjamin tumbuhnya demokrasi maupun negara hukum yang asas-asasnya sudah
dicanangkan sebelumnya.
E. The America Declaration
Dalam French Declaration sudah tercakup semua hak, meliputi hak-hak yang
menjamin tumbuhnya demokrasi maupun negara hukum yang asas-asasnya sudah
dicanangkan sebelumnya.Declaration of Independence di Amerika Serikat
menempatkan Amerika sebagai negara yang memberi perlindungan dan jaminan
hak-hak asasi manusia dalam konstitusinya, kendatipun secara resmi rakyat
Perancis sudah lebih dulu memulainya sejak masa Rousseau.Kesemuanya atas
jasa presiden Thomas Jefferson presiden Amerika Serikat.
F. The Four Freedom
Pada abad ke-20, hak-hak politik ini dianggap kurang sempurna dan mulailah
dicetuskan beberapa hak lain yang lebih luas ruang lingkupnya. Menjelang Perang

6
Dunia, Presiden Amerika Serikat, Franklin Delano Roosevelt, mencetuskan The
Four Freedoms (Empat Kebebasan) yang meliputi :
1) Kebebasan untuk berbicara dan mengeluarkan pendapat (freedom of speech)
2) Kebebasan untuk memeluk agama (freedom of religion)
3) Kebebasan dari ketakutan (freedom from fear) dan
4) Kebebasan dari kemelaratan (freedom from want).

(Dr. Triyanto, M. Hum dalam Negara Hukum dan Ham, hal 124-134)
menyatakan Deklarasi HAM PBB mengatur antara lain hak setiap individu tanpa
perbedaan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa atau agama. Dalam
perkembangannya, konseptualisasi hak asasi manusia telah melampau beberapa
generasi perkembangan sebagai berikut:

1. Generasi Pertama
Meskipun gagasan tentang HAM telah dimulai berabad-abad yang lalu,
namun wacana HAM baru berkembang pesat setelah revolusi Amerika dan
revolusi Perancis, karena sejak revolusi itulah ada upaya
mengimplementasikan gagasan John Locke (1632-1704), Montesquieu
(1689-1755) dan penggagas lainnya. Tonggak revolusi itu dapat dilihat
dalam Declaration of Independence pada 1776 yang disusul dengan The
Virginia Declaration of Rights pad 1791 di Amerika Serikat yang
selanjutnya memberi inspirasi bagi revolusi Perancis dengan Declaration
of Rights of Man and of the Citizen.Dari kedua revolusi itu melahirkan
Negara demokrasi modern. Tetap hsl tersebut menimbulkan masalah social
baru karena liberalise yang menimbulkan kesenjangan ekenomi atau
kelaparan dan kemiskinan masal.
2. Generasi Kedua
Konsepsi HAM individual telah melahirkan kekecewaan karena hanya
menekankan pada hak sipil dan politik bagi individu.Keadaan ini
mendorong timbulnya pemikiran tentang Negara demokrasi dan hokum
baru yang disebut welfare state yang disebut konsepsi HAM generasi
kedua.Konsepsi ini menekankan bahwa HAM tidak hanya menekankan

7
kepentingan individu tetapi juga harus memperhatikan kepetingan social
atau komunal.
3. Generasi Ketiga
Pada 1986, muncul pula konsepsi baru hak asasi manusia yaitu
mencangkup pengertian mengenai hak untuk pembangunan.Hak atas atau
untuk maju yang berlaku bagi segala bangsa, dan termasuk hak setiap
orang yang hidup sebagai bagian dari kehidupan bangsa tersebut. Hak
untuk pembangunan ini antara lain meliputi hak untuk berpartisipasi dalam
proses pembangunan dan hak untuk menikmati hasil-hasil pembangunan.
4. Generasi Keempat
Ketiga generasi konsepsi hak asasi manusia tersebut mempunyai
karakteristik yang sama yaitu dipahami dalam konteks hubungan
kekuasaan yang bersifat vertical, rakyat dan pemerintahan dalam suatu
Negara. Setiap pelanggaran terhadap hak asasi manusia mulai dari
generasi pertama sampai generasi ketiga selalu melibatkan peran
pemerintah yang biasa dikategorikan sebagai crime by government yang
termasuk ke dalam pengertian kejahatan terhadap kekuasaan resmi.Yang
selalu menjadi sasaran perjuangan hak asasi manusia adalah kekuasaan
represif Negara terhadap rakyatnya. Namun dalam perkembangan zaman
sekarang dan dimasa mendatang, hak asasi manusia akan berubah makin
kompleks sifatnya.
5. Generasi Kelima
Menjelang berakhirnya abad ke 20 kita menyaksikan munculnya beberapa
fenomena baru yang tidak pernah ada ataupun kurang mendapat perhatian
di masa-mas sebelumnya.Fenomena tersebut bersifat sangat khusus yang
membangkitkan kesadaran kita mengenai keragaman kultural yang kita
warisi dari masa lalu, tetapi sekaligus menimbulkan persoalan mengenai
kesadaran berbangsa dan bernegara umat manusai yang selama ini secara
resmi dibatasi oleh batas-batas territorial satu Negara.Perkembangan
konsepsi yang terakhir ini dapat disebut juga sebagai perkembangan
konsepsi hak asasi manusia generasi kelima dengan ciri pokok yang
terletak dalam pemahaman mengenai struktur hubungan kekuasaan yang

8
bersifat horizontal antara produsen yang memiliki segala potensi dan
peluang untuk melakukan tindakan-tindakan sewenang-wenang terhadap
pihak konsumen yang mungkin diperlukan sewenang-wenang dan tidak
adil.Kita semua harus menyadari perubahan struktur hubungan kekuasaan
ini, sehingga tidak terpaku pada kemungkinan terjadinya pelanggaran hak
asasi manusia dalam pengertian konvensional.

2.2.2 Perkembangan Pemikiran HAM di Indonesia


Secara garis besar, Prof. Dr. Bagir Manan dalam bukunya berjudul
“Perkembangan Pemikiran dan Pengaturan HAM di Indonesia” (2001), membagi
pemikiran HAM dalam dua periode, yaitu periode kemerdekaan (1908-1956) dan
periode setelah kemerdekaan.
Perkembangan Pemikiran Tentang HAM di Indonesia Periode Sebelum
Kemerdekaan
Perkembangan pemikiran tentang Hak Asasi Manusia (HAM) pada
periode sebelum kemerdekaan dapat dijumpai pada organisasi-organisasi
pergerakan nasional sebagai berikut :
 Budi Utomo, pemikirannya adalah hak kebebasan berserikat dan
mengeluarkan pendapat.
 Perhimpunan Indonesia memiliki pemikiran yaitu hak untuk
menentukan nasib sendiri (the right of self determination).
 Serekat Islam memiliki pemikiran mengenai hak untuk penghidupan
yang layak dan bebas dari penindasan dan diskriminasi rasial.
 Partai Komunis Indonesia yang memiliki pemikiran mengenai hak
sosial dan berkaitan dengan alat-alat produksi.
 Indische Partij yang pemikirannya adalah hak untuk mendapatkan
perlakuan yang sama.
 Partai Nasional Indonesia yang pemikirannya adalah hak untuk
memperoleh kemerdekaan.
 Organisasi Pendidikan Nasional Indonesia yang pemikirannya antara
lain hak untuk menentukan nasib sendiri, hak untuk mengeluarkan
pendapat, hak untuk berserikat dan berkumpul, hak persamaan di muka
hukum, dan hak untuk turut dalam penyelenggaraan negara.

9
Perkembangan Pemikiran Tentang HAM di Indonesia Pada Periode Sesudah
Kemerdekaan
1. Periode 1945-1950
Pemikiran hak asasi manusia (HAM) pada periode ini menekankan pada hak-
hak mengenai :
- Hak untuk merdeka (Self determination)
- Hak kebebasan untuk berserikat melalui organisasi politik yang didirikan
- Hak kebebasan untuk menyampaikan pendapat terutama di parlemen
Sebagai implementsi pemikiran HAM di atas, pemerintah mengeluarkan
Maklumat Pemerintah pada tanggal 3 November 1945 tentang Partai Politik
dengan tujuan untuk mengatur segala aliran yang ada di dalam masyarakat dan
pemerintah berharap partai tersebut telah terbentuk sebelum pemilu DPR pada
bulan Januari 1946.
2. Periode 1950-1959
Pemikiran HAM pada periode ini lebih menekankan pada semangat kebebasan
demokrasi liberal yang berintikan kebebasan individu. Implementasi pemikiran
hak asasi manusia pada periode ini lebih memberi ruang hidup bagi tumbuhnya
lembaga demokrasi yang antara lain :
- Partai politik dengan beragam ideologinya
- Kebebasan pers yang bersifat liberal
- Pemilu dengan sistem multipartai
- Parlemen sebagai lembaga control pemerintah
- Wacana pemikiran hak asasi manusia yang kondusif karena pemerintah
memberi kebebasan
3. Periode 1959-1966
Pada periode ini pemikiran hak asasi manusia (HAM) tidak mendapat ruang
kebebsan dari pemerintah atau dengan kata lain pemerintah melakukan
pemasungan HAM, yaitu hak sipil, seperti hak untuk berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pemikiran dengan tulisan.
Sikap pemerintah yang bersifat restriktif (pembatasan yang ketat oleh
kekuasaan) terhadap hak sipil dan hak politik warga negara. Salah satu

10
penyebabnya adalah karena periode ini sistem pemerintahan parlementer berubah
menjadi sistem demokrasi terpimpin.
4. Periode 1966-1998
Dalam periode ini pemikiran HAM di Indonesia dapat dilihat dalam tiga kurun
waktu yang berbeda. Kurun waktu yang pertama tahun 1967 (awal pemerintahan
Presiden Soeharto), berusaha melindungi kebebasan dasar manusia yang ditandai
dengan adanya hak uji material (judicial review) yang diberikan kepada
Mahkamah Agung.
Kedua, kurun waktu 1970-1980, pemerintah melakukan pemasungan HAM
dengan sikap defensive (bertahan), represif (kekerasan) yang dicerminkan dengan
produk hukum yang bersifat restriktif (membatasi) terhadap HAM. Alasan
pemerintah adalah bahwa hak asasi manusia merupakan produk pemikiran Barat
yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa yang tercermin dalam
Pancasila.
Ketiga, kurun waktu 1990-an, pemikiran tentang Hak asasi manusia (HAM)
tidak lagi hanya bersifat wacana saja, melainkan sudah dibentuk lembaga
penegakan HAM, seperti Komnas HAM berdasarkan Keppres No. 50 Tahun
1993, tanggal 7 Juni 1993. Selain itu, pemerintah memberikan kebebasan yang
sangat besar menurut UUD 1945 amandemen, Piagam PBB, dan Piagam
Mukadimah.
5. Periode 1998-sekarang
Pada periode ini, hak asasi manusia di Indonesia mendapat perhatian yang
resmi dari pemerintah dengan melakukan amandemen UUD 1945 guna menjamin
HAM dan menetapkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia. Artinya, pemerintah memberi perlindungan yang signifikan terhadap
kebebasan HAM dalam semua aspek, yaitu aspek hak politik, sosial, ekonomi,
budaya, keamanan, hukum dan pemerintahan.
2.3 Landasan Hukum HAM
Dalam penegakan HAM, tentu diperlukan adanya landasan hukum sebagai
dasar dan pemajuan atas perlindungan HAM.Di bawah ini merupakan landasan-
landasan hukum perlindungan dan penegakan hak asasi manusia di Indonesia
yakni sebagai berikut.

11
1. Pancasila
Dasar hukum HAM yang kedudukannya paling tinggi dan paling utama
ialah sila-sila pada Pancasila.
1. Ketuhanan yang maha esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Kelima sila Pancasila memuat hak asasi manusia dengan penjabaran
sebagai berikut:
 Sila 1 : Menjamin kebebasan dalam memeluk agama dan melaksanakan
ibadah. Setiap orang mempunyai kebebasan dalam memeluk agama
dan kepercayaannya masing-masing sesuai dengan keinginan dari
dirinya sendiri dan bukan berupa paksaan dari orang lain.
 Sila 2 : Memperlakukan manusia dengan pantas sesuai dengan harkat,
martabat dan derajatnya. Setiap manusia mempunyai derajat yang
sama dalam hukum serta mempunyai hak dan kewajiban yang sama
untuk mendapat perlindungan undang-undang.
 Sila 3 : Mengutamakan kepentingan bangsa dan negara. dalam
mewujudkan negara yang bersatu maka perlu dipupuk semangat
rela berkorban dan menempatkan kepentingan bangsa dan negara
diatas kepentingan pribadi.
 Sila 4 : Menjamin warga negara untuk berkumpul, berpendapat dan
berperan serta dalam pemerintahan. Dalam kehidupan sehari-hari
dicerminkan melalui pemerintahan, bernegara dan bermasyarakat
yang demokratis. Selalu menghargai hak setiap warga negara untuk
bermusyawarah untuk mencapai mufakat yang dilakukan tanpa
adanya tekanan, paksaan, ataupun intervensi yang membelenggu
hak-hak partisipasi masyarakat. Dalam hal ini dimaksudkan bahwa
setiap manusia dalam menyelesaikan masalah dan pengambilan
keputusan secara musyawarah mufakat tidak diperkenankan untuk

12
mengambil tindakan sendiri atas inisiatif sendiri yang dapat
mengganggu kebebasan orang lain.
 Sila 5 : Menjamin untuk hidup layak dan memperoleh kesempatan dalam
bekerja. Seluruh rakyat Indonesia mengakui hak milik perorangan
dan dilindungi pemanfaatannya oleh negara serta memberi
kesempatan sebesar-besarnya pada masyarakat. Keadilan
ditunjukkan bagi kepentingan umum tidak ada pembedaan atau
diskriminasi antar individu.
1. Pembukaan UUD 1945
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 juga menjadi landasan hukum
HAM di Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada alinea 1 tentang hak untuk
merdeka serta pada alinea 4 tentang memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta memelihara perdamaian dunia.
a. Alinea I : “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa
dan oleh sebab itu maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, karena
tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”
b. Alinea IV : “… Pemerintah Negara Republik Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk
memajukan kesejahteran umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia, yang berdasarkan kemerdekaan
perdamaian abadi dan keadilan sosial…”
2. Batang Tubuh UUD 1945
Selain pada pembukaan UUD 1945, landasan hukum hak asasi manusia
juga termuat pada batang tubuh UUD 1945 antara lain sebagai berikut:

 Pasal 27
Hak asasi manusia untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan
layak, di mana ayat (2) berbunyi “tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak atas kemanusiaan”. Setiap warga
negara berhak mendapatkannya dengan cara yang sah menurut hukum
dengan tidak melanggar hak asasi orang lain. Hak asasi manusia terhadap

13
kewarganegaraan dan kebangsaannya, di mana ayat (3) berbunyi “ setiap
warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam pembelaan negara”.
 Pasal 28
Sejak terakhir amandemen UUD 1945, pada tahun 2004, pasal 28
dijabarkan dengan lebih terperinci.Dengan bagian utama tetap pada
“kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan
lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”.
 Pasal 28 A
“Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak untuk
mempertahankan hidup dan kehidupannya.”
 Pasal 28 B
Pasal 28 B terdiri dari dua ayat, di mana ayat (1) berbunyi “Setiap
orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah”.Ayat (2) berbunyi “Setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.”Negara menjamin hal
tersebut.
 Pasal 28 C
Ayat (1) berbunyi “Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui
pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan
memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan
budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan
umat manusia.”Ayat (2) berbunyi “Setiap orang berhak untuk memajukan
dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun
masyarakat, bangsa dan negaranya.”

 Pasal 28 D
Terdiri dari 4 ayat yang secara keseluruhan saling menyambung satu
sama lain. Pasal ini mengandung pernyataan hak atas pengakuan, jaminan,
dan perlindungan hukum, hak untuk mendapatkan imbalan yang adil
dalam hubungan kerja, hak untuk mendapatkan kesempatan yang sama
dalam pemerintahan, dan hak yang sama dalam status kewarganegaraan.

14
Ayat (1) berbunyi “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,
perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama
dihadapan hukum.”Ayat (2) berbunyi “Setiap orang berhak untuk bekerja
serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam
hubungan kerja.”Ayat (3) berbunyi “Setiap warga negara berhak
memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.”Ayat (4)
berbunyi “Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.”
 Pasal 28 E
Ayat (1) “Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut
agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan,
memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal diwilayah negara dan
meninggalkannya, serta berhak kembali.”Ayat (2) “Setiap orang atas
kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai
dengan hati nuraninya.”Ayat (3) “Setiap orang berhak atas kebebasan
berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.”
 Pasal 28 F
Pasal ini dijelaskan sesuai dengan perkembangan teknologi informasi
dan media saat ini.Berisikan tentang hak atau kebebasan pada setiap orang
untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan
pribadi dan lingkungan sosialnya.Selain itu, setiap orang juga berhak
untuk mencari, memeroleh, memiliki, dan menyimpan informasi, serta
menyebarkannya dengan bertanggungjawab.” Setiap orang berhak untuk
berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi
dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh,
memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.”
 Pasal 28 G
Pernyataan pasal 28 G adalah perlindungan pemerintah dan negara
atas hak setiap orang untuk mendapatkan perlindungan dirinya dan
keluarga atas harta benda yang berada di bawah kekuasaannya, berhak
untuk bebas dari ancaman dan ketakutan, dan berhak untuk mendapatan
suakan dari negara lain. Ayat (1) “Setiap orang berhak atas perlindungan

15
diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang
dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari
ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang
merupakan hak asasi.”Ayat (2) “Setiap orang berhak untuk bebas dari
penyiksaan dan perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia
dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain.”
 Pasal 28 H
Pasal 28 H ini terdiri dari 4 ayat, yang masing-masing berisi hak
tentang: hak setiap orang untuk kesejahteraan lahir dan bathin,
mendapatkan tempat tinggal yang layak, dan hak untuk pelayanan
kesehatan yang layak ; hak setiap orang untuk mendapatkan kemudahan
dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang
sama untuk mencapai persamaan dan keadilan ; hak setiap orang untuk
jaminan sosial ; Hak atas kepemilikan pribadi sesuai aturan yang berlaku.
 Pasal 28 I
Dalam setiap ayat terkandung sebagai berikut ; ayat (1), hak tiap orang
untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan dan hati nurani,
hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak agar tidak dituntut atas
hukum yang berlaku surut ; hak atas bebas dari perlakuan diskriminatif ;
perlindungan terhadap budaya dan hak masyarakat tradisional ; semua
perlindungan atas negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara. Ayat (2), mengandung pernyataan
bahwa setiap orang bebas dari perlakuan diskriminatif. Ayat 3,
mengandung hak dihormati identitas budaya dan masyarakat
tradisionalnya selaras dengan perkembangan zaman. Ayat (4),
mengandung perlindungan dan penanggungjawab pelaksanaan HAM
adalah pemerintah Ayat (5), pelaksanaan HAM di Indonesia diatur dengan
lebih rinci oleh peraturan perundang-undangan.
 Pasal 28 J
Pasal 28 J terdiri dari 2 ayat yang isinya mengenai kewajiban setiap
orang untuk menghormati hak asasi orang lain. Selain itu, pada pasal ini
juga menyatakan bahwa dalam hidup bernasyarakat dengan

16
adanya jaminan perlindungan HAMdiberi pembatasan tertentu agar tetap
sesuai dengan norma dan menjaga ketertiban umum.
 Pasal 29
Pasal 29, terdiri dari 2 ayat yang menyatakan dan menegaskan bahwa
negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa dan setiap warga
negara berhak beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya
masing-masing.
 Pasal 31
Pasal ini merupakan aturan tentang hak setiap warga negara untuk
mendapatkan pendidikan dan kewajibannya mengikuti pendidikan dasar
yang dibiayai oleh pemerintah. Pasal ini menjamin hak asasi anak-anak
terlantar dan fakir miskin, yang semuanya dipelihara oleh negara. Pasal ini
mengenai hak dan kewajiban warga negara dalam pertahanan
negara. Dalam pasal ini dinayatakn bahwa negara menjamin kebebasan
masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.
 Pasal 33
Pasal 33 juga terdiri dari 3 ayat yang berisi pernyataan bahwa
perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas
kekeluargaan ; cabang-cabang produksi yang penting dan menyangkut
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara ; dan bahwa penggunaan
seluruh sumber daya alam yang ada dalam bumi, air , dan tanah untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
3. UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia
Undang-undang nomor 39 tahun 1999 mempunyai dasar perlindungan
hukum dalam Hak Asasi Manusia. Adapun HAM yang dijamin dalam UU ini
antara lain yaitu:
 Hak untuk hidup
 Hak untuk berkeluarga
 Hak untuk mengembangkan diri
 Hak untuk memperoleh keadilan
 Hak atas kebebasan pribadi
 Hak atas rasa aman

17
 Hak atas kesejahteraan
 Hak turut serta dalam pemerintahan
 Hak wanita
 Hak anak-anak
4. Peraturan Perundang-Undangan Pemerintah
Ada beberapa peraturan perundang-undangan yang dibuat pemerintah
yang menjadi dasar hukum HAM, baik itu Undang-Undang, Keputusan
Presiden (Keppres) atau pun TAP MPR. Berikut merupakan peraturan
perundang-undangan tentan HAM.
 UU no. 26 tahun 2000 tentang pengadilan hak asasi manusia
 UU no. 5 tahun 1998 tentang konvensi menentang penyiksaan dan
perlakuan atau penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi atau
merendahkan martabat manusia
 TAP MPR No 27/MPR 1998
 Keppres no. 181 tahun 1998 tentang Komisi Nasional Anti Kekerasan
terhadap perempuan
 UU no. 7 tahun 1984 tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi
terhadap perempuan
 UU no. 9 tahun 1998 tentang kebebasan menyatakan pendapat
 Perpu no. 1 tahun 1999 tentang pengadilan HAM
 Kepres no. 50 tahun 1993 tentang Komisi Nasional Hukum Asasi Manusia
(HAM)
 Keppres no. 129 tahun 2008 tentang rencana aksi nasional Hak Asasi
Manusia

5. Hukum Internasional Tentang HAM yang Sudah Diratifikasi di Indonesia


Hak Asasi Manusia yang mempunyai pengakuan dari hukum internasional
yang telah mendapatkan ratifikasi dari negara Indonesia sebagai berikut:
 UU Republik Indonesia no. 5 tahun 1998 tentang pengesahan konvensi
menentang penyiksaan dan perlakuan atau penghukuman lain yang kejam,
tidak manusiawi atau merendahkan martabat orang lain

18
 UU no. 8 tahun 1984 tentang pengesahan konvensi mengenai penghapusan
segala bentuk diskriminasi terhadap wanita.
 Deklarasi sedunia tentang Hak Asasi Manusia tahun 1948 (Declaration
Universal of Human Rights)
Pengaturan HAM dengan menggunakan peraturan perundang-undangan
masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihan pengaturan
HAM dalam UUD/konstitusi memberikan jaminan kepastian hukum yang sangat
kuat, karena perubahan dan/atau penghapusan pasal-pasal dalam konstitusi seperti
dalam ketatanegaraan di Indonesia dilakukan melalui proses amandemen dan
referendum. Sedangkan kelemahannya dalam konstitusi hanya memuat aturan
yang bersifat global, seperti ketentuan tentang HAM dalam konstitusi Republik
Indonesia.
2.4 Macam-Macam HAM
(Menurut Murda dalam buku pendidikan kewarganegaraan, 2014) menyatakan
a. Hak Asasi Pribadi ( personal right ), contohnya :
 Hak mengemukakan pendapat
 Hak memeluk agama
 Hak beribadah
 Hak kebebasan berorganisasi berserikat
b. Hak Asasi Ekonomi ( property right ), contohnya :
 Hak memiliki sesuatu
 Hak mengadakan suatu perjanjian/ kontrak
 Hak memilih pekerjaan
 Hak membeli dan menjual
c. Hak Asasi untuk mendapatkan pengayoman dan perlakuan yang
sama dalam keadilan hukum dan pemerintahan ( right og legal
equality ), contohnya :
 Hak persamaan hukum
 Hak asas praduga tak bersalah
 Hak untuk diakui sebagai WNI
 Hak ikut serta dalam pemerintahan
 Hak untuk dipilih dan memilih dalam pemilu

19
 Hak mendirikan partai politik
d. Hak Asasi Politik ( political right ), contohnya :
 Hak untuk diakui sebagai WNI
 Hak ikut serta dalam pemerintahan
 Hak untuk dipilih dan memilih dalam pemilu
2.5 Hak dan Kewajiban Anak dan Masyarakat dalam Kehidupan
2.5.1 Hak dan Kewajiban Anak
Pengertian anak menurut UUD 35 Tahun 2014 adalah seseorang yang belum
berusia 18 tahun. Sementara hak dan kewajiban anak sebagaimana dijelaskan pada
pasal 4 UUD Perlindungan anak ialah setiap anak berhak untuk dapat hidup,
tumbuh dan berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan
martabat kemanusiaan, serta mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi.Menjamin terpenuhinya hak partisipasi anak akan berdampak positif
terhadap tumbuh kembang anak.
Di Indonesia banyak kita temukan kasus-kasus pelanggaran terhadap hak-hak
anak, hal ini terjadi salah satunya karena masih banyak yang belum memahami
hak-hak anak yang harus kita penuhi. Kenyataannya, anak-anak sebagaimana
orang dewasa memiliki hak-hak yang harus dipenuhi dan dihormati. Media swasta
maupun media Nasional serta yang sering kita jumpai dilapangan sudah cukup
membuka mata kita untuk melihat begitu terabaikan hak anak yang ada di
Indonesia.
Kita perlu ketahui bersama bahwa setiap anak itu mempunyai 4 hak dasar
anak dan 31 hak wajib anak yang dimana seluruh warga Negara Indonesia wajib
untuk melaksanakan dan melindungi hak tersebut.
A. EMPAT HAK DASAR ANAK :
1. Hak untuk hidup
Yang termasuk dalam hak ini adalah mendapatkan pelayanan kesehatan, air
bersih, tempat berteduh dan aman, serta berhak untuk memiliki nama dan
kebangsaan.
2. Hak untuk berkembang
Hak untuk berkembang sesuai potensinya, berhak mendapatkan pendidikan,
istirahat dan rekreasi, ikut serta dalam semua kegiatan kebudayaan.

20
3. Hak untuk mendapatkan perlindungan
Anak berhak dilindungi dari eksploitasi ekonomi dan seks, diskriminasi,
kekerasan, bahkan penelantaraan (termasuk cacar fisik maupun mental,
pengungsi, anak yatim piatu).
4. Hak untuk berpartisipasi
Hak untuk berpatisipasi di dalam keluarga, dalam kehidupan dan sosial, bebas
mengutarakan pendapat, hak untuk mendapatkan informasi dan hak untuk
didengar pandangan dan pendapatnya.
B. 31 HAK WAJIB ANAK
Anak Mempunyai Hak :
 Bermain
 Berkreasi
 Berpartisipasi
 berhubungan dengan orang tua bila terpisahkan
 bebas beribadah menurut agamanya
 bebas berkumpul
 bebas berserikat
 hidup dengan orang tua
 kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang
Hak Untuk Mendapatkan:
 nama
 identitas
 kewarganegaraan
 pendidikan
 informasi
 standar kesehatan paling tinggi
 standar hidup yang layak
Hak Untuk Mendapatkan Perlindungan:
Pribadi
 dari tindakan penangkapan sewenang-wenang
 dari perampasan kebebasan
 dari perlakuan kejam, hukuman dan perlakuan tidak manusiawi

21
 dari siksaan fisik dan non fisik
 dari penculikan, penjualan dan perdagangan atau trafiking
 dari eksploitasi seksual dan kegunaan seksual
 dari eksploitasi /penyalahgunaan obat-obatan
 dari eksploitasi sebagai pekerja anak
 dari eksploitasi sebagai kelompok minoritas/kelompok adat terpencil
 dari pemandangan atau keadaan yg menurut sifatnya belum layak untuk dilihat
anak
 khusus, dalam situasi genting/darurat
 khusus, sebagai pengungsi/orang yg terusir/tergusur
 khusus, jika mengalami konflik hukum
 khusus, dalam konflik bersenjata atau konflik sosial
Dalam kehidupan pada lingkup keluarga dan masyarakat, anak-anak
memiliki kewajiban, yang menyangkut kewajiban terhadap diri sendiri,
orangtua/keluarga dan masyarakat. Kewajiban ini ditanamkan melalui pembiasaan
secara terus menerus sejak dini melalui teladan dari orangtua.
C. KEWAJIBAN ANAK
Anak memiliki kewajiban terhadap diri sendiri, antara lain:
 Menjaga kebersihan diri
 Menjaga kesehatan
 Menuntut ilmu demi perkembangan dan kemajuan diri
 Menjaga diri dari segala bentuk perbuatan yang asosial
Kewajiban anak terhadap orangtua/keluarga antara lain:
 Menjaga hubungan berdasarkan pada nilai-nilai kesopanan
 Menyayangi orangtua
 Membangung komunikasi yang efektif dengan orangtua/keluarga
Kewajiban anak terhadap masyarakat antara lain :
 Menjaga pergaulan sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku
 Menolong mereka yang memerlukan
 Menghargai setiap orang
 Berinteraksi dengan masyarakat sesuai dengan aturan yang berlaku.

22
D. HAK & KEWAJIBAN ORANGTUA TERHADAP ANAK
Orang tua memiliki hak juga atas anak-anak, antara lain :
 Mengarahkan anak menuju pada tujuan hidupnya dengan baik dan benar
 Mendapatkan penghargaan dan kasih sayang dari anak-anak dalam hubungan
yang harmonis.
 Sementara itu, kewajiban orangtua terhadap anak pada dasarnya adalah
memenuhi hak-hak anak sebagaimana tertuang dalam peraturan perundang-
undangan dan memberikan perlindungan dan cinta sebagaimana dibutuhkan
oleh anak, sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
2.5.2 Hak dan Kewajiban Masyarakat
Selain tanggung jawab, kita juga mempunyai hak dan kewajiban sebagai
warga masyarakat. Hak, kewajiban, dan tanggung jawab merupakan tiga hal yang
berbeda, tetapi saling berkaitanerat satu sama lain dan tidak bisa dipisahkan.Hak
dan kewajiban bersifat kodrati yakni melekat bersama kelahiran manusia. Hak dan
kewajiban tersebut harus dilaksanakan secara bertanggung jawab oleh pihak yang
bersangkutan. Orang yang tidak melaksanakan hak dan kewajibannya dapat
dikatakan sebagai orang yang tidak bertanggung jawab. Bagaimanakah perbedaan
antara hak, kewajiban, dan tanggung jawab?
A. Hak sebagai Warga Masyarakat
Hak berarti sesuatu yang mutlak menjadi milik seseorang dan
penggunaannya tergantung kepada orang yang bersangkutan. Jadi, hak warga
masyarakat adalah sesuatu yang mutlak menjadi milik seseorang yang
berkedudukan sebagai warga masyarakat. Bentuk hak warga masyarakat seperti
berikut.
 Mendapatkan perlindungan hukum.
 Mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak.
 Menikmati lingkungan bersih.
 Hidup tenang dan damai.
 Bebas memilih, memeluk, dan menjalankan agama.
 Berpendapat dan berorganisasi.
 Mengembangkan kebudayaan daerah.
B. Kewajiban sebagai Warga Masyarakat

23
Kewajiban berarti sesuatu yang harus dilakukan dengan penuh rasa
tanggung jawab. Jadi, kewajiban warga masyarakat adalah sesuatu yang harus
dilakukan seseorang sebagai warga masyarakat dengan penuh rasa tanggung
jawab. Bentuk kewajiban warga masyarakat seperti berikut.
 Mematuhi aturan atau norma yang berlaku dalam masyarakat.
 Menjaga ketenangan dan ketertiban lingkungan masyarakat.
 Mengikuti kegiatan yang ada di lingkungan RT, RW, atau desa setempat,
misalnya kegiatan kerja bakti, gotong royong, dan musyawarah warga
masyarakat setempat.
 Menghormati tetangga di lingkungan tempat tinggal.
 Membantu tetangga yang terkena musibah.
 Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal.
2.5 Pelanggaran dan Pengadilan HAM
2.6.1 Pelanggaran HAM

(Sutarno dan Rahayuningsih dalam Pembelajaran Pendidikan


Kewarganegaraan SMP VII : 69-70) menyatakan pelanggaran terhadap hak asasi
manusia dapat dilakukan oleh dua pihak yaitu:

a. Pihak Negara dalam hal ini aparat Negara atau pemerintah


b. Pihak masyarakat atau warga Negara

Pelanggaran ham yang dilakukan oleh pihak aparat Negara meliputi pelanggaran
oleh lembaga eksekutif, legislative, yudikatif, dan aparat kepolisian serta tentara
atau militer. Pelanggaran yang dilakukan oleh pihak eksekutif misalnya kasus
penggusuran tanah, penggusuran bangunan, larangan penyampaian pendapat dan
pembungkaman hak-hak politik rakyat. Pelanggaran hak asasi manusia dari pihak
legislatif misalnya mengeluarkan produk hukum yang menghianati rasa keadilan
dan mengendapkan aspirasi masyarakat titik pelanggaran hak asasi manusia oleh
pihak yudikatif misalnya mafia peradilan penundaan eksekusi dan membatalkan
putusan yang telah berkekuatan hukum tetap. Pelanggaran oleh pihak kepolisian
atau militer misalnya kasus penembakan, penculikan, dan penahanan tanpa proses
hukum. Pelanggaran hak asasi manusia oleh masyarakat atau warga negara dapat
dilakukan perorangan atau kelompok orang terhadap seseorang sedangkan

24
pelanggaran dapat dilakukan lembaga publik terhadap aparat negara pemerintah
titik pelanggaran hak asasi manusia oleh masyarakat ini memiliki kasus-kasus
seperti kekerasan massal, perkelahian antar kelompok masyarakat asli
penyerangan dan pembakaran, perusakan,terror, ancaman perilaku anarkis dan
konflik antar bangsa. Pada umumnya pelanggaran hak asasi manusia oleh
masyarakat ini tidak kalah kejamnya atau lebih membahayakan kehidupan
berbangsa daripada pelanggaran dari pihak penyelenggara negara. Pelanggaran
oleh masyarakat mudah meluas dan meningkat sehingga makin sulit
penyelesaiannya. Tantangan penegakan hak asasi manusia di Indonesia adalah
makin banyaknya pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di titik kasus
pelanggaran hak asasi manusia sebagai yang telah diselesaikan. Sedangkan yang
lainnya masih belum dapat diselesaikan titik terlebih di Era Reformasi ini kasus-
kasus pelanggaran hak asasi manusia banyak sekali kita dengan dan kita lihat
misalnya melalui pemberitaan di media yang dilakukan oleh pihak penyelenggara
negara maupun oleh masyarakat.Beberapa kasus pelanggaran hak asasi manusia
selama kurun waktu periode reformasi antara lain penculikan, penganiayaan dan
penghilangan para aktivis penembakan mati para mahasiswa mahasiswa
Universitas Trisakti kerusuhan 13 sampai 15 Mei 1998 pembunuhan ulama-ulama
dan Sejumlah warga di Banyuwangi, peristiwa Timor Leste, peristiwa Semanggi 1
dan 2, kerusuhan Ketapang dan kerugian piutang, serta peristiwa Makassar semua
peristiwa kekerasan dan konflik yang berlarut-larut diantaranya adalah kasus di
Maluku. Sebagian konflik telah diatasi misalnya konflik di Nanggroe Aceh
Darussalam dengan adanya operasi terpadu dan perjanjian antara pihak bank dan
pemerintah RI konflik di Timor Leste dengan pemberian hak menentukan nasib
sendiri dari beberapa kasus tersebut masih menyisakan perlunya penyelesaian
hukum terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di tempat tersebut

Meskipun banyak kasus pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia


bukan berarti masalah penegakan hak asasi manusia dikatakan Lemah atau tidak
ada penegakan hukum tidak terbukti sekarang ini banyak pelaku pelaku
pelanggaran hukum menghadapi tuntutan hukum titik yang tidak orang yang
ditangkap pelaku pelanggaran hak asasi manusia akan dijatuhi hukuman. Hanya
keputusan yang pengadilan Allah yang menyatakan bahwa mereka memang

25
terbukti bersalah dan dijatuhi hukuman. Banyak dari mereka yang dinyatakan
bebas setelah menjalani proses pengadilan titik misalnya kasus pelanggaran hak
asasi manusia di Timor Leste jajak pendapat berupa Anggota militer yang diadili
dinyatakan bebas titik proses penegakan dan penyelesaian atau kasus pelanggaran
hak asasi manusia sulit dan membutuhkan proses yang lama dan juga prinsip
keadilan serta supremasi hukum harus dijunjung tinggi.Maka hal yang perlu
diperlakukan adalah langkah nyata secara bersama baik dari negara maupun
masyarakat untuk melakukan penegakan perlindungan dan pemajuan hak asasi
manusia di Indonesia Hal itu telah menjadi komitmen kuat dari bangsa serta
Tersedianya seperangkat peraturan hukum nya.

2.6.2 Pengadilan HAM

(Dr. Triyanto, M. Hum dalam Negara Hukum dan Ham, hal 124-134)
menyatakan hak asasi manusia merupakan hak dasar yang secara kodrat pada diri
manusia, bersifat universal dan langgeng oleh karena itu harus dilindungi,
dihormati , dipertahankan dan tidak boleh diabaikan atau dirampas oleh siapapun.
Untuk ikut serta memelihara perdamaian dunia dan menjamin pelaksanaan hak
asasi manusia serta memberi perlindungan dan perasaan aman kepada perorangan
ataupun masyarakat maka dibentuk suatu pengadilan hak asasi manusia.
Pelanggaran hak asasi manusia yang berat sesuai dengan ketentuan pasal 104 ayat
1 UU Nomor 39 /1999 tentang hak asasi manusia.Pembentukan pengadilan hak
asasi manusia untuk menyelesaikan pelanggaran hak asasi manusia yang berat
telah diupayakan oleh pemerintah berdasarkan peraturan pemerintah pengganti
UU Nomor 1 /1999 tentang pengadilan hak asasi manusia. Yang dinilai tidak
memadai sehingga tidak disetujui oleh dewan perwakilan rakyat republik
indonesia menjadi undang-undang dan oleh karena itu peraturan pemerintah
pengganti undang-undang tersebut perlu dicabut berdasarkan hal tersebut maka
dibentuk lah pengadilan ham berdasarkan uu nomor 26 / 2000.

1. Kedudukan dan Kewenangan


Pengadilan ham merupakan pengadilan khusus yang berada di lingkungan
peradilan umum yang bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus perkara
pelanggaran hak asasi manusia yang berat, serta berwenang juga dalam

26
memeriksa dan memutus perkara pelanggaran ham yang berat yang dilakukan di
luar batas teritorial wilayah negara republik indonesia oleh warga negara
indonesia. Pengadilan ham tidak berwenang memeriksa dan memutus pelanggaran
ham yang berat yang dilakukan oleh seseorang yang berumur dibawah 18 tahun
pada saat kejahatan dilakukan.
2. Penangkapan dan Penahanan
Dalam hal ini tidak ditentukan lain dalam uu nomor 26 / 2000 hukum acara
atas perkara pelanggaran ham yang berarti lakukan berdasarkan ketentuan hukum
acara pidana. Jaksa agung sebagai pendidik berwenang melakukan penangkapan
untuk kepentingan penyidikan terhadap seseorang yang diduga keras melakukan
pelanggaran ham yang berat berdasarkan bukti permulaan yang cukup.
Pelaksanaan tugas penangkapan dilakukan oleh penyidik dengan memperlihatkan
surat tugas dan memberikan kepada tersangka surat perintah penangkapan yang
mencantumkan. Identitas tersangka dengan menyebutkan alasan penangkapan
tempat dilakukan pemeriksaan serta uraian singkat perkara pelanggaran ham yang
berat yang di tersangka kan. Tembusan surat perintah penangkapan harus
diberikan kepada keluarga segera setelah penangkapan. Dalam hal tertangkap
tangan penangkapan dilakukan tanpa surat perintah dengan ketentuan bahwa
penangkap harus segera menyerahkan tertangkap beserta barang bukti yang ada
kepada penyidik. Penangkapan dilakukan paling lama satu hari masa penangkapan
dikurang kan dari pidana yang dijatuhkan. Jaksa agung sebagai pendidik dan
penuntut umum berwenang melakukan penahanan atau penahanan lanjutan untuk
kepentingan pendidikan dan penuntutan.Hakim pengadilan ham dengan penetapan
nya berwenang melakukan penahanan untuk kepentingan pemeriksaan di sidang
pengadilan. Perintah penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan terhadap
tersangka atau terdakwa yang diduga keras melakukan pelanggaran ham yang
berat berdasarkan bukti yang cukup dalam hal tersebut terdapat keadaan yang
menimbulkan ke kuatir and bahwa tersangka atau terdakwa akan melarikan diri
atau menghilangkan barang bukti dan mengulangi pelanggaran ham yang berat.
3. Penyelidikan, Penyidikan dan Penuntutan
Penyelidikan terhadap pelanggaran ham yang berat dilakukan oleh komnas
ham yang sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dapat membentuk tim adhoc yang

27
terdiri atas komnas ham dan unsur masyarakat. Dalam melaksanakan penyelidikan
komnas ham berwenang:
 Melakukan penyelidikan dan pemeriksaan terhadap peristiwa yang timbul
dalam masyarakat yang berdasarkan sifat atau lingkupnya apa tuh diduga
terdapat pelanggaran ham yang berat.
 Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang atau kelompok orang
tentang terjadinya pelanggaran ham yang berat serta mencari keterangan
dan barang bukti.
 Memanggil pihak pengaduk korban atau pihak yang diajukan untuk diminta
dan didengar keterangannya.
 Memanggil saksi untuk diminta keterangan

Penyidikan perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat dilakukan oleh
jaksa agung yang tidak termasuk kewenangan menerima laporan atau pengaduan.
Dalam pelaksanaan tugasnya jaksa agung dapat mengangkat penyidik adhoc yang
terdiri atas unsur pemerintahan dan unsur masyarakat. Syarat dapat diangkat
menjadi adhoc ialah:

 Warga negara Republik Indonesia.


 Berumur sekurang-kurangnya 40 tahun dan paling tinggi 65 tahun.
 Berpendidikan sarjana hukum atau sarjana lain yang mempunyai keahlian
di bidang hukum.
 Itu sehat jasmani dan rohani serta berwibawa, jujur, adil, dan ber kelakuan
tidak tercela
 Setia kepada pancasila dan undang-undang dasar 1945.
 Memiliki pengetahuan dan kepedulian di bidang ham.

Penutup perkara pelanggaran ham yang berat dilakukan oleh jaksa agung dalam
hal ini jaksa agung mendapat mengangkat penuntut umum adhoc yang terdiri atas
unsur pemerintahan dan unsur masyarakat adapun syarat-syarat nya ialah:

 Warga negara Republik Indonesia.


 Berumur sekurang-kurangnya 40 tahun dan paling tinggi 65 tahun.

28
 Berpendidikan sarjana hukum atau sarjana lain yang mempunyai keahlian
di bidang hukum.
 Itu sehat jasmani dan rohani serta berwibawa, jujur, adil, dan ber kelakuan
tidak tercela
 Setia kepada pancasila dan undang-undang dasar 1945.
 Memiliki pengetahuan dan kepedulian di bidang ham.
4. Pemeriksaan di Sidang Pengadilan

Perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berhak diperiksa dan diputus oleh
pengadilan ham yang mana pemeriksaan tersebut merupakan pelanggaran ham
yang berat dilakukan oleh majelis hakim. Pengadilan ham yang berjumlah 5 orang
terdiri atas dua orang hakim pada pengadilan ham yang bersangkutan dan tiga
orang kaki yang adhoc. Majelis hakim diketuai oleh hakim dari pengadilan ham
yang bersangkutan. Syarat menjadi hakim ad hoc harus memenuhi:

 Warga negara Republik Indonesia.


 Berumur sekurang-kurangnya 40 tahun dan paling tinggi 65 tahun.
 Berpendidikan sarjana hukum atau sarjana lain yang mempunyai keahlian
di bidang hukum.
 Itu sehat jasmani dan rohani serta berwibawa, jujur, adil, dan ber kelakuan
tidak tercela
 Setia kepada pancasila dan undang-undang dasar 1945.
 Memiliki pengetahuan dan kepedulian di bidang ham.

Hakim adhoc adalah hakim yang diangkat dari luar hakim karet yang mengenai
persyaratan profesional berdedikasi dan berinteraksi tinggi serta menghayati cita-
cita negara hukum dan negara kesejahteran yang berisikan keadilan memahami
dan menghormati ham dan kewajiban dasar manusia. Perkara pelanggaran ham
yang berat diperiksa dan diputus oleh pengadilan ham dalam waktu paling lama
180 hari terhitung sejak perkara dilimpahkan ke pengadilan ham.

5. Ketentuan Pidana

Setiap orang yang melakukan perbuatan kejahatan dipidana dengan pidana


mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling lama 25 tahun

29
dan paling singkat 10 tahun. Setiap orang yang melakukan perbuatan kejahatan
terhadap kemanusiaan dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur
hidup atau pidana penjara paling lama 25 tahun dan paling singkat 5 tahun.

6. Kompensasi, Restitusi, dan Rehabilitasi

Setiap korban pelanggaran ham yang berat dan atau ahli waris nya dapat
memperoleh kompensasi restitusi dan rehabilitas. Hal tersebut dicantumkan dalam
putusan pengadilan ham. Kompensasi adalah ganti kerugian yang diberikan oleh
negara karena pelaku tidak mampu memberikan ganti kerugian sebenarnya yang
menjadi tanggung jawabnya. Restitusi adalah ganti kerugian yang diberikan
kepada korban atau keluarganya oleh pelaku atau pihak ketiga. Restitusi dapat
berupa pengembalian harta milik pembayaran ganti kerugian untuk kehilangan
atau penderitaan atau penggantian biaya untuk tindakan tertentu. Rehabilitas
adalah pemilihan pada kedudukan semula misalnya kehormatan nama baik jabatan
atau hak-hak lain.

7. Pengadilan HAM Adhoc

Disamping pengadilan ham saat ini dikenal pula adanya pengadilan ham
ad hoc. Menurut pasal 43 ayat 1 UU No. 26/2000, Pengadilan Ham Adhoc adalah
pengadilan yang memeriksa menghadiri dan memutuskan pelanggaran ham yang
berat yang terjadi sebelumnya berlakunya uu nomor 26/ 2000. Dengan demikian
undang-undang pengadilan ham berlaku surut atau retroaktif. Pelanggaran ham
yang berat mempunyai sifat khusus dan digolongkan sebagai kejahatan yang luar
biasa. Oleh karena itu , pasal 28 ayat 2 uud 1945 dan hukum internasional
menentukan bahwa asas retro aktif berlaku dalam menyelesaikan kasus-kasus
pelanggaran ham yang berat. Asas retroaktif merupakan dasar yang
membolehkan suatu peraturan perundang-undangan dapat berlaku surut ke
belakang. Statuta Roma 1998 tidak mengenal pengadilan ham adhoc karena
Statuta Roma lebih mengedepankan pengadilan ham permanen. Keberadaan
pengadilan ham adhoc di mulai sejak dibentuknya mahkamah militer di
nuremberg dan di tokyo untuk para penjahat perang dunia ke-2. Keberadaan
PHAc ini juga diperkuat dengan dibentuknya mahkamah tribunal di Rwanda dan
di bekas jajahan Yogoslavia. Pembentukan kedua mahkamah adhoc tersebut

30
dilandasi kan pada resolusi Dewan Keamanan PBB sedangkan ICC tidak dibentuk
atas dasar resolusi melainkan atas dasar kesepakatan negara-negara peserta ICC
merupakan suatu perjanjian atau treaty sehingga pembentukan norma-norma nya
dan pemberlakuan nya sangat tergantung dari consent dari negara-negara yang
bersangkutan. Proses pembentukan PHAc berdasarkan UU No. 26/2000 harus di
didahului oleh penyelidikan proaktif oleh komnas ham sebagai lembaga satu-
satunya yang berwenang melakukan penyelidikan terhadap kasus pelanggaran
ham berat. Kedudukan komnas ham dalam uu nomor 26/2000 sangat kuat karena
hasil penyelidikan nya bersifat projustitia. Kedudukan ini sangat jauh berbeda
dengan kedudukannya di dalam UU No. 39/1999 Tentang Hak Asasi Manusia.
Kedudukan komnas ham dalam UU No.26/2000 memiliki implikasi bahwa
komnas ham tidak boleh bersifat pasif dan menunggu permintaan masyarakat atau
menunggu pihak kepolisian untuk bertindak bahkan kedudukannya sebagai
lembaga pemantauan merupakan modal dasar untuk meningkatkan kedudukan dan
perannya sebagai lembaga satu-satunya yang dapat melaksanakan penyelidikan
atas pelanggaran ham berat. Setelah fungsi penyelidikan selesai dilaksanakan
maka komnas ham bekerjasama dengan pihak kejaksaan untuk ditindaklanjuti
dengan pendidikan maka setelah itu fungsi penyidikan selesai dilaksanakan maka
kejaksaan agung melalui presiden dapat memberitahukan DPR RI untuk segera
meminta pemerintah membentuk Pengadilan HAM Adhoc. Dengan berlakunya uu
nomor 26/2000 tentang pengadilan hak asasi manusia dan kedudukan komnas
ham yang diperkuat di dalam undang-undang tersebut maka tidak ada alasan
masyarakat internasional menuntut pembentukan mahkamah adhoc untuk kasus di
timor timur dan kasus lainnya. Penyelesaian pelanggaran ham di indonesia
melalui jalur pengadilan harus dilandasi kan kepada prinsip-prinsip non -
impunity, transparansi, imparsial dan due process of law.

2.6 Penanggung jawab dalam Penegakan, Pemajuan, Perlindungan dan


Pemenuhan HAM
Perdebatan tentang siapa yang bertanggung jawab dalam penegakan,
pemajuan, perlindungan, dan pemenuhan HAM sampai kini menjadi wacana yang
tidak berkesudahan. Dalam kaitan dengan persoalan tersebut, paling tidak ada 2
pandangan. Pandangan pertama menyatakan bahwa yang harus bertanggungjawab

31
memajukan HAM adalah negara karena negara dibentuk sebagai wadah untuk
kepentingan kesejahteraan rakyatnya. Rakyat agar cukup cerdas dan sadar untuk
menghargai dan menghormati HAM, perlu diberikan pendidikan yang berkaitan
dengan HAM. Negara yang tidak memfasilitasi rakyat melalui pendidikan HAM
berarti telah mengabaikan amanat rakyat. Pula, perlindungan HAM adalah
tanggung jawab negara (state). UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM juga
lebih mengedepankan tanggung jawab perlindungan (protection), pemajuan
(promotion), penghormatan( respect), dan pemenuhan (fulfillment) HAM pada
pemerintah.
Pandangan kedua menyatakan bahwa tanggung jawab pemajuan,
penghormatan, dan perlindungan HAM tidak saja dibebankan kepada negara,
melainkan juga kepada individu atau warga negara. Artinya, negara dan individu
sama-sama memiliki tanggung jawab terhadap pemajuan, penghormatan, dan
perlindungan HAM. Karena itu, pelanggaran HAM sebenarnya tidak saja
dilakukan oleh negara kepada rakyatnya, melainkan juga oleh rakyat kepada
rakyar yang disebut dengan pelanggaran HAM secara horizontal. Bentuk
pelanggaran HAM jenis ini antara lain:
a. adanya penembakan rakyat oleh sipil bersenjata seperti dalam kasus
penembakan Rektor IAIN Ar-Raniry Banda Aceh, Rektor Universitas Syiah
Kuala Banda Aceh, dan beberapa tokoh lainnya;
b. penganiayaan buruh atau budak oleh majikan seperti kasus Marsinah;
c. para perampok yang mengambil harta serta membunuh korbannya;
d. kasus Ambon berupa pembantaian dan pengusiran warga;
e. kasus Poso
Masalah-masalah Penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia Perpres
Nomor 7 Tahun 2004 tentang Program Pembangunan Jangka Menengah
mengemukakan tiga masalah upaya penegakan HAM di Indonesia, yaitu masih
banyaknya pelanggaran HAM, impunitas, dan tidak berfungsinya institusi-
institusi negara yang berwenang.
a. Masih banyaknya pelanggaran HAM Pelanggaran hak asasi manusia masih
terjadi dan dilakukan oleh kelompok atau golongan atau seseorang terhadap
kelompok atau golongan atau orang lainnya. Oleh karena itu, sangat penting untuk

32
melihat berbagai pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan terhadap warga
sipil dan mencari serta menyelesaikan berbagai pemecahan masalah secara
objektif dan adil sesuai ketentuan hukum dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Misalnya, kasus konflik horizontal yang terjadi di Poso, Ambon, dan
Sampit, Kalimantan Barat.
b. Banyaknya pelanggar HAM yang tidak bertanggungjawab dan tidak dapat
dihukum (impunitas) Impunitas ini telah meluas dan terjadi hampir di setiap kasus
pelanggaran HAM. Contohnya, kasus pelanggaran HAM pada tragedi Trisakti dan
Semanggi, pelanggaran HAIVI pada kasus Tanjung Priok, atau pelanggaran HAM
pada kasus Timor Timur. Hal tersebut sangat mengkhawatirkan karena akan
melemahkan kedudukan korban pelanggaran HAM.
c. Tidak berfungsinya institusi-institusi negara yang berwenang dan wajib
menegakkan HAM Hal tersebut terjadi di seluruh institusi yang ada, mulai dari
Komisi Nasional (Komnas) HAM, Kejaksaan Agung, pengadilan, Kementrian
Hukum dan HAM, DPR-RI, hingga Lembaga Kepresidenan. Hal itu dikarenakan
seluruh institusi tersebut terjebak dalam alasan prosedural hukum, politik
birokrasi, tidak adanya good-will, dan aksi saling lempar tanggungjawab.

33
BAB III
PENUTUP
3.1Simpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada manusia
sebagai makhluk ciptaan tuhan yang maha esa. Perkembangan pemikiran
HAM terdiri dari Perkembangan pemikiran HAM di dunia dan di Indonesia.
Perkembangan pemikiran HAM di dunia terdiri dari Piagam Madinnah,
Magna Charta, Bill of Rights, The French Revolution, The America
Declaration, serta The Four Freedom. Adapun Perkembangan Pemikiran
HAM di Indonesia dibagi menjadi 2 periode yaitu periode kemerdekaan
(1908-1956) dan periode setelah kemerdekaan. Landasan hukum HAM
diantaranya Pancasila, Pembukaan UUD 1945, Batang Tubuh UUD 1945,
UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia,Peraturan Perundang-
Undangan Pemerintah, serta Hukum Internasional Tentang HAM yang Sudah
Diratifikasi di Indonesia. Macam-macam HAM antara lain Hak Asasi Pribadi
(Personal Rights), Hak Asasi Politik (Political Rights), Hak Asasi Hukum
(Legal Equality Rights), Hak Asasi Ekonomi (Property Rigths), Hak Asasi
Peradilan (Procedural Rights), serta Hak Asasi Sosial Budaya (Social Culture
Rights). Hak dan kewajiban anak dan masyarakat dalam kehidupan antara
lain hak dasar dan hak wajib anak, kewajiban anak terhadap diri sendiri,
orang tua, masyarakat, serta hak dan kewajiban masyarakat secara umum.
Pelanggaran Hak Asasi Manusia Terdiri atas pihak Negara dalam hal ini
aparat Negara atau pemerintah dan pihak masyarakat atau warga Negara
Pengadilan HAM adalah Pengadilan khususterhadap pelanggaran hak asasi
manusia yang berat. Pengadilan Hak Asasi Manusia merupakan salah satu
tugas dari pengadilan HAM adalah memeriksa dan memutus perkara
pelanggaran HAM bera serta memeriksa dan memutus perkara pelanggaran
HAM berat, fungsi dari Pengadilan HAM adalah pengadilan khusus HAM,
pengadilan HAM Ad Hoc, menjamin penegakan HAM, menjamin kemajuan
HAM, pengkajian instrumen HAM, serta meningkatkan kesadaran akan

34
HAM. Penanggung jawab dalam penegakan, pemajuan, perlindungan dan
pemenuhan HAM adalah negara dan individu atau warga negara.
3.2 Saran

Kita sebagai seorang mahluk social yang mempunyai harkat dan martabat
lebih tinggi dari semua makluh ciptaan Tuhan Yang Maha Esa seharusnya
menanamkan dalam diri kita masing-masing citra kehidupan tentang hak asasi
manusia yang dalam hidup ini sangat penting untuk kita terapkan agar terciptanya
sebuah rasa toleransi antar umat manusia. Khususnya negara tempat kita berdiri
ini seperti tertuju pada sila kedua yaitu “ Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab”.
Semoga dengan adanya makalah ini nantinya dapat menanamkan dalam diri
tentang hak asasi manusia tersebut.

35
DAFTAR PUSTAKA

Muljono, Pudji (ed.). (2003). Hak Asasi Manusia (Suatu Tunjauan Teoritis dan
aplikasi). Jakarta: Restu Agung
Saraswati, L. G. dan Rocky Gerung.(2006). Hak Asasi Manusia: Teori, Hukum,
Kasus. Jakarta: Filsafat-UI Press.
Sutarno dan Rahayuningsih. 2007. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Untuk Smp & Mts VII. Jakarta: Karya Mandiri Nusantara.
Murda, I Nyoman, dkk. 2002. Pendidikan Kewarganegaraan. Singaraja:
Universitas Pendidikan Ganesha.
Arliman S, Laurensius. 2015. Komnas Ham Dan Perlindungan Anak Pelaku
Tinfak Pidana. Yogyakarta: CV Budi Utama.

Anda mungkin juga menyukai