Family Folder
Family Folder
Kedokteran Keluarga
Pendahuluan
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernapasan yang disebabkan
oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari. ISPA merupakan penyakit infeksi
akut yang menyerang saluran pernapasan bagian atas dan bagian bawah. ISPA dapat
menimbulkan gejala ringan (batuk, pilek), gejala sedang (sesak, wheezing) bahkan sampai
gejala yang berat (sianosis, pernapasan cuping hidung). ISPA yang berat jika mengenai
jaringan paru-paru dapat menyebabkan tejadinya pneumonia (Puskesdas,2013). Pneumonia
merupakan penyakit infeksi penyebab kematian nomor satu pada balita. ISPA merupakan
salah satu penyebab utama kunjungan pasien pada sarana kesehatan. Sebanyak 40% - 60%
kunjungan pasien berobat di Puskesmas dan 15% - 30% kunjungan pasien berobat di bagian
rawat jalan dan rawat inap rumah sakit karena menderita penyakit ISPA (Dirjend PP dan PL,
2012). Saat ini ISPA masih menjadi masalah kesehatan dunia. Berdasarkan WHO (2007)
ISPA adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular didunia. Hampir 4
juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%- nya disebabkan oleh infeksi saluran
pernapasan bawah. Tingkat mortalitas sangat tinggi pada bayi, anak-anak, dan orang lanjut
usia, terutama di negara-negara dengan pendapatan perkapita rendah dan menengah. Dimana
ISPA juga merupakan salah satu penyebab utama konsultasi atau rawat inap di fasilitas
pelayanan kesehatan terutama pada bagian perawatan anak.1
Epidemiologi
ISPA merupakan masalah kesehatan yang utama di Indonesia karena masih tingginya angka
kejadian ISPA terutama pada balita. Prevalensi ISPA di Indonesia pada tahun 2013 adalah
25,0% tidak jauh berbeda dengan prevalensi pada tahun 2007 sebesar 25,5%. Prevalensi
ISPA yang tertinggi terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun sebesar 25,8% dan <1 tahun
sebesar 22,0%.
Mayoritas penyebab dari ISPA adalah oleh virus, dengan frekuensi lebih dari 90% untuk
ISPA bagian atas, sedangkan untuk ISPA bagian bawah frekuensinya lebih kecil. Penyakit
ISPA bagian atas mulai dari hidung, nasofaring, sinus paranasalis sampai dengan laring
hampir 90% disebabkan oleh viral, sedangkan ISPA bagian bawah hampir 50% diakibatkan
1
oleh bakteri. Bakteri penyebab ISPA antara lain genus Streptococcus, Staphylococcus,
Pnuemococcus, Hemofilus, Bordetella, dan Corynebacterium. Virus penyebab ISPA antara
lain golongan Mexovirus, Adenovirus, Coronavirus, Pikornavirus, Mikoplama, Herpervirus,
dan lain-lain. Sedangkan paparan zat kimia bersifat iritan, yaitu mengiritasi saluran
pernafasan, sehingga dapat mempermudah virus dan bakteri menyerang saluran pernafasan. 1
ISPA dapat menular melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh melalui saluran
pernapasan. Adanya bibit penyakit di udara umumnya berbentuk aerosol. Penyebaran infeksi
melalui aerosol dapat terjadi pada waktu batuk dan bersin-bersin.2 Masuknya virus sebagai
antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran
nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks
spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan
lapisan mukosa saluran pernafasan. Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan
timbulnya batuk kering. Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan
kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas,
sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi noramal. Rangsangan cairan
yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk. Sehingga pada tahap awal gejala ISPA
yang paling menonjol adalah batuk. Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya
infeksi sekunder bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme
mukosiliaris yang merupakan mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap
infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada saluran
pernafasan atas seperti streptococcus pneumonia, haemophylus influenza dan
staphylococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut. Infeksi sekunder bakteri ini
menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran nafas
sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif.3 Penyakit ini
sebenarnya self limited disease, yang sembuh sendiri 5 sampai 6 hari, jika tidak terjadi
invasi kuman lain. Tetapi ISPA yang tidak mendapatkan pengobatan dan perawatan yang
baik dapat menimbulkan komplikasi seperti: sinusitis paranasal, penutupan tuba eustachi,
empiema, meningitis dan bronkopneumonia serta berlanjut pada kematian karena adanya
sepsis.4
3. Faktor perilaku
Banyaknya jumlah perokok di dalam rumah akan memperbesar resiko anggota keluarga
untuk menderita gangguan pernafasan. Asap rokok tersebut akan meningkatkan resiko ISPA
6
khususnya pada balita. Anak-anak yang orang tuanya 13 perokok lebih mudah terkena
penyakit saluran pernafasan seperti flu, pneumonia, dan penyakit saluran pernapasan
lainnya. Asap rokok merangsang pembentukan lender sehingga bakteri tidak dapat
dikeluarkan, sebagai penyebab bronchitis kronis. Keadaan tersebut menyebabkan
lumpuhnya serat elastin di jaringan paru yang mengakibatkan daya pompa paru berkurang,
udara tertahan di paru-paru dan mengakibatkan pecahnya kantong udara .8
7
2. Air bersih kelas B kategori kurang baik mengandung koliform 51-100
3. Air bersih kelas C kategori jelek mengandung koliform 101-1000
4. Air bersih kelas D kategori amat jelek mengandung koliform 1001-2400
5. Air bersih kelas E kategori sangat amat jelek mengandung koliform lebih 2400
Penggunaan Jamban
Pembuangan tinja manusia yang terinfeksi yang dilaksanakan secara tidak layak tanpa
memenuhi persyaratan sanitasi dapat menyebabkan terjadinya pencemaran tanah dan
sumber-sumber penyediaan air. Disamping itu, juga akan dapat memberi kesempatan bagi
lalat-lalat dari species tertentu untuk bertelur, bersarang, makan bahan tersebut, serta
membawa infeksi, menarik hewan ternak, tikus serta serangga lain yang dapat menyebarkan
tinja dan kadang-kadang menimbulkan bau yang tidak dapat ditolerir. Atas dasar hal
tersebut, maka perlu dilakukan penanganan pembungan tinja yang memenuhi persyaratan
sanitasi. Tujuan dilakukannya pembuangan tinja secara saniter adalah untuk menampung
serta mengisolir tinja sedemikian rupa sehingga dapat tercegah terjadinya hubungan
langsung maupun tidak langsung antara tinja dengan manusia, dan dapat dicegah terjadinya
penularan faecal borne diseases dari penderita kepada orang yang sehat, maupun
pencemaran lingkungan pada umumnya. 9
Adapun persyaratan sarana pembuangan tinja yang baik dan memenuhi syarat
kesehatan adalah:
1. Tidak terjadi kontaminasi pada tanah permukaan.
2. Tidak terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin masuk ke mata air atau sumur.
3. Tidak terjadi kontaminasi pada air permukaan.
4. Excreta tidak dapat dijangkau oleh lalat atau kuman.
5. Tidak terjadi penanganan Excreta segar. Apabila tidak dapat dihindarkan, harus ditekan
seminimal mungkin.
6. Harus bebas dari bau serta kondisi yang tidak sedap.
7. Metode yang digunakan harus sederhana serta murah dalam pembangunan dan
penyelenggaraannya. 9
Jamban keluarga sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat sebagai
Berikut: 9
1. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampungan berjarak 10 – 15meter
dari sumber air minum
2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamak oleh serangga maupun tikus.
8
3. Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok agar tidak mencemari tanah
disekitarnya.
4. Mudah dibersihkan dan aman penggunaanya.
5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung,dinding kedap air dan berwarna terang.
6. Cukup penerangan.
7. Lantai kedap air.
8. Ventilasi cukup baik
9. Tersedia air dan alat pembersih
Hasil pengamatan
Pada Rabu, 22 Juli 2015 dilakukan pencatatan kondisi pasien, keluarga, serta lingkungan
tempat tinggal dengan hasil sebagai berikut.
1. Identitas Pasien
Nama Pasien: Suhaeni
9
Umur: 85 tahun
Jenis kelamin: Perempuan
Alamat: Jln.Kampung Keramat Bahagia No.22 RT 09 RW 09
No telepon: -
Pekerjaan: -
Pendidikan terakhir: Tidak Sekolah
2. Nama Keluarga dan anggota serumah yang bukan keluarga
Nama dan umu pekerjaa pendidika Hub Status Domisili Keadaan
jenis r n n keluarga perkawina kesehatan
kelamin n penyakit
(bila ada)
Gayusman 50 Buruh SMA Menantu Sudah Serumah Baik
(L) menikah
Siti 49 Ibu RT SMA Anak Sudah Serumah Baik
Rahmawati menikah
(P)
Saiful 48 Teknisi SMP Anak Sudah Serumah Baik
Bakhri (L) menikah
Dewi 45 Ibu RT SMA Menantu Sudah Serumah Baik
Hartati (P) menikah
Nanang (L) 45 Buruh SMP Menantu Sudah Serumah Baik
menikah
Siti 31 Ibu RT SD Anak Sudah Serumah Baik
nurpuadah menikah
(P)
Rika 22 Jaga SMK Cucu Belum Serumah Baik
Mudrika Toko menikah
(P)
Ratna Dwi 21 Jaga SMA Cucu Belum Serumah Baik
Zayati (P) Toko menikah
Syifa 18 - SMA Cucu Belum Serumah Baik
Aulia(P) menikah
Naesi 17 Sekolah SMP Cucu Belum Serumah Baik
Risma (P) menikah
Siti 17 Sekolah SMP Cucu Belum Serumah Baik
Awaliah menikah
(P)
10
Farhan (L) 13 Sekolah SD Cucu Belum Serumah Baik
menikah
Muhamma 9 Sekolah SD Cucu Belum Serumah Baik
d Zidan (L) menikah
Syeina 8 Sekolah SD Cucu Belum Serumah Baik
afifa menikah
(P)
3. Anamnesis
Keluhan utama: Batuk berdahak sejak 3 hari yang lalu.
Riwayat penyakit sekarang: Disertai pilek sejak 1 hari
Riwayat penyakit dahulu: Saat ditanya apakah sebelumnya ada menderita sakit berat
sampai minum obat teratur atau dirawat di Rumah Sakit pasien mengatakan tidak ada.
Kemudian apakah sering batuk pilek seperti ini sebelumnya pasien mengatakan biasa saja.
Perilaku pasien dan keluarga yang berhubungan dengan penyakitnya sekarang: tidak
ada
Riwayat penyakit keluarga yang tidak berhubungan dengan penyakit pasien sekarang:
saat ditanya apakah dalam anggota keluarga ada yang menderita sakit berat sampai minum
obat teratur atau dirawat di Rumah Sakit pasien mengatakan tidak ada.
11
Riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit sekarang: tidak ada
Kebiasaan Merokok: tidak ada anggota keluarga yang merokok
Minum yang mengandung alcohol: tidak ada anggota keluarga yang minum alkohol
Pola makan: Pola makan pasien dapat dikatakan baik dari pola makan sehari – hari yang
teratur yaitu 3 kali sehari dan pada jam – jam makan. Asupan gizi makan keluarga baik
yakni tersedia nasi, sayur, dan lauk.
Kebiasaan Olahraga: Cukup baik. Pasien rutin jalan pagi untuk berolahraga.
Kebersihan hygiene: Kebersihan pasien dapat dikatakan cukup karena yang terlihat dari
hygiene rambut, tangan, kaki dan pakaian tampak bersih. Kebiasaan mandi, keramas,sikat
gigi, ganti baju, dan cuci tangan sebelum makan dan setelah buang air rutin dilakukan.
Tetapi kadang pasien mencuci tamgan tidak menggunakan sabun.
Rekreasi: Pasien dan keluarga jarang berpergian.
Ketaatan beribadah: Pasien mengatakan rajin ke Masjid untuk sholat.
Pola membersihkan rumah/ lingkungan: rumah disapu dan dipel tiap hari 2 kali setiap
pagi dan sore hari.
Pola pengobatan: jika sakit dibawa ke Puskesmas. Pasien kadang mengkonsumsi jamu.
Pola hubungan social: hubungan dengan tetangga dan lingkungan baik. Pasien dan
keluarga sering bersosialisasi dengan tetangga dan warga sekitar.
Pola aktifitas kemasyarakatan: pasien tidak mengikuti kegiatan organisasi di
lingkungannya
Keadaan psikologis pasien dan keluarga yang mempengaruhi atau dipengaruhi
penyakit dalam keluarga: tidak ada
Adat istiadat/ social budaya yang mempengaruhi: tidak ada
4. Keadaan Rumah/ Lingkungan
Keadaan Rumah
Jenis bangunan : Semi permanen
Lantai rumah : Keramik dan Papan
Tembok : Semen
Atap : Seng
Luas rumah : ± 128 m2 (56m2 + 72m2)
Luas kamar pasien : ± 3 x 3 m2
Jumlah orang yang tinggal : 13 orang ( lantai bawah 3 orang, lantai atas 10 orang)
Penerangan : Kurang
Karena rumah pasien tidak memiliki ventilasi yang cukup (hanya terdapat 1 ventilasi
pada ruang tengah), dan letak rumah yang masuk ke gang kecil serta padat tidak
12
memungkinakan mendapat penyinaran matahari yang cukup. Untuk sumber
pencahayaan yang memadai diperlukan lampu.
Kebersihan : Kurang
Pada lantai atas tampak beberapa sampah.
Ventilasi : Kurang
Ventilasi untuk keluar masuk cahaya dan udara sangat kurang (hanya terdapat 1
ventilasi pada ruang tengah dan itu berasal dari kamar tidur). Ditambah lagi rumah
pasien yang letaknya berada masuk ke gang kecil dan sempit sehingga sirkulasi
udara dan pencahayaan kurang baik.
Kebersihan dapur : Kurang
Dapur berada dibagian depan rumah dan langsung menghadap ke jalan umum.
Tempat sampah berada sangat dekat dengan tempat memasak dan tidak ada penutup.
Tempat penyimpanan makanan : Kurang baik
Makanan disimpan di atas meja yang dekat dengan jalan dan hanya ditutup tudung
saji sehingga tidak terlindung dari debu
Tempat penyimpanan alat makan: Cukup
Alat makan disimpan dalam lemari bertutup rapat
Tempat cuci tangan : Kurang
Pasien dan keluarga mencuci tangan didepan rumah dan tidak terdapat sabun dan lap
tangan bersih.
Keadaan kamar mandi : Kurang
Dinding dan lantai kamar mandi kotor dan jarang dibersihkan.
Keadaan Kakus dan sistem Pembuangan
Keadaan wc : Kurang
Dinding dan lantai kamar mandi kotor dan jarang dibersihkan.
Sumber air sehari-hari : Air tanah tanpa filter
Tempat penyimpanan air : Kurang
Tempat penyimpanan air ada didepan rumah dan tidak ditutup. Sedangkan, diatas
rumah ada kandang burung dan tempat penyimpanan air langsung berhubungan
dengan jalan.
Sumber air minum : Air galon
Kebersihan tempat penyimpanan air minum: Cukup
Air minum disimpan didalam dispenser yang tertutup rapat
Tempat sampah di dalam rumah: Tidak terdapat tempat sampah didalam rumah
13
Sistem pembuangan air limbah: Air limbah dialirkan langsung ke got yang mengalir
didepan rumah
Keadaan Lingkungan
Kebersihan sekitar rumah : Kurang
Terlihat beberapa sampah dan puntung rokok juga kotoran burung.
Tempat sampah di luar rumah : Ada tetapi tidak memiliki penutup
Keadaan pekarangan : Rumah pasien tidak memiliki pekarangan.
14
ukuran nya ± 0,1 m2 (0,35m x 0,30m) sedangkan jendela sehat memiliki luas minimal 10%
dari luas lantai (luas lantai kamar ± 9m2, luas jendela minimal 0,9m2). Kurangnya luas
jendela sangat berpengaruh terhadap ventilasi, pencahayaan dan kelembapan udara yang
memudahkan perkembangbiakan bakteri pathogen di dalam rumah, misalnya bakteri
penyebab penyakit ISPA dan TBC. Sebuah rumah yang memiliki kelembaban udara yang
tinggi memungkinkan adanya tikus, kecoa, dan jamur yang semuanya memiliki peran besar
dalam pathogenesis penyakit pernafasan. Untuk penyimpanan air bersih yang digunakan
untuk mencuci peralatan makan dan mencuci tangan kurang baik karena diletakkan didepan
jalan umum dan diatas kandang burung serta tidak ada penutup sehingga resiko tercermar
sangat mungkin terjadi. Ditambah lagi meja makan dan dapur terletak dibagian depan rumah
yang langsung menghadap ke jalan umum dan hanya ditutup dengan tudung saji yang tidak
bisa melindungi makanan dari debu. Terkait perilaku mencuci tangan pasien mengatakan
rutin mencuci tangan sebelum makan tetapi yang menjadi masalah pasien mencuci tangan
menggunakan air yang disimpan dalam ember didepan rumah, tidak menggunakan air
mengalir dan sabun juga tidak tersedia lap tangan bersih untuk mengeringkan tangan.
Perilaku dan cara penyimpanan air ini meningkatkan resiko terjadinya penyakit saluran
pencernaan yang disebabkan masuknya agen patogen ke dalam saluran cerna.
15
gizi, kebersihan
rumah dan
lingkungan,
PHBS
\
Lampiran : foto foto perilaku atau lingkungan yang mempengaruhi timbulnya
penyakit atau yang nantinya akan mempengaruhi keadaan kesehatan keluarga
16
17
Gambar (1) Tempat Penyimpanan Air Bersih
18
Stradling J, West S. Oxford Handbook of Respiratory Medicine 1st Edition. Oxford:
Oxford University Press. 2005.h.448-51
6. Rahajoe, Lilis. 2005. Hubungan Sanitasi Rumah dengan Kejadian Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) pada Anak Balita. Surabaya: Unair.2005.h.43-52
7. Suryanto, Soesanto. Hubungan Kondisi Perumahan dengan Penularan Penyakit
ISPA. Media Litbang Kesehatan.2000.h.27-31.
8. Dachroni J. Septic System Density in Defined Population of Adult. Environmental
Health Perspectives.2003.h.742-748
9. Depkes RI. Pedoman teknis penilaian rumah sehat. Jakarta: Direktorat Jenderal PPM
& PL.2002.
19