Anda di halaman 1dari 39

PROPOSAL

EFEKTIVITAS PEMBERIAN REWARD MELALUI METODE TOKEN


EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN ANAK USIA 3 – 5
TAHUN DI TK AL – HIJRAH ISLAM KOTA GORONTALO

OLEH

SAWITRI TOLINGGILO

NIM : 841 414 021

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2018
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

1.1 Kajian Teoritis

1.1.1 Anak Pra Sekolah

1.1.1.1 Definisi Anak Pra Sekolah

Anak usia pra sekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun (Wong,

2000), di mana memiliki karakteristik tersendiri dalam segi pertumbuhan

dan perkembangan.

1.1.1.2 Pertumbuhan Fisik Anak Pra Sekolah

a. Anatomi dan Fisiologi Anak Pra Sekolah :

Beberapa perkembangan anatomi dan fisiologi pada anak pra sekolah

(dimana terdapat sedikit perbedaan antara toddler dan pra sekolah) yang

perlu dicermati, diuraikan pada table di bawah ini :

1) Leher dan Lomfoid

No. Hal-Hal Yang Perlu Uraian


Diperhatikan
1 Leher Leher memanjang pada
sekitar usia 3 atau 4 tahun
2 Tonsil  Tonsil secara khas
sangat besar pada masa
kanak-kanak awal dan
jarang pada masa
dewasa
 Tonsil ini secara cepat
mencapai ukuran dewasa
pada usia 6 tahun, terus
tumbuh sampai usia 10
atau 12 tahun
2) Mata

No. Hal-Hal Yang Perlu Uraian


Diperhatikan
1 Pandangan Mata Pandangan binocular dan
perifer dikembangkan pada
usia 6 tahun
2 Biasanya, anak-anak tetap
berpandangan jauh sampai
usia 7 tahun

3) Telinga

No. Hal-Hal Yang Perlu Uraian


Diperhatikan
Telinga Pendengaran mencapai
kematangan pada usia 3
sampai 4 tahun

4) Sistem Kardiovaskuler

No. Hal-Hal Yang Perlu Uraian


Diperhatikan
1 Jantung Jantung membagi empat
pada ukurannya pada usia 5
tahun
2 Sinus Aritmia  Sinus aritmia menjadi
lebih jelas selama masa-
masa pra sekolah
 Celah fisiologis bisa
tampil untuk pertama
kalinya, dan murmur
fungsional bisa
terdengar
5) Abdomen (Kandung Kemih)

No. Hal-Hal Yang Perlu Uraian


Diperhatikan
Kandung Kemih Kapasitas kandung kemih
meningkat sesuai usia dan
menurun ke dalam pelviks
pada usia 3 tahun

6) Sistem Neurologis

No. Hal-Hal Yang Perlu Uraian


Diperhatikan
1 Hubungan Neuron Sejumlah bentuk hubungan
yang lebih besar antara
neuron dengan neuron
meningkat dalam
kompleksitasnya
2 Hemisfer Aktivitas pada hemisfer
terjadi, dibuktikan dengan
pilihan menggunakan
tangan
3 Sistem Limbik Sistem limbik me-
matangkan tidur teratur
yang lebih baik, bangun,
dan emosi-emosinya

7) Sistem Sensori

No. Hal-Hal Yang Perlu Uraian


Diperhatikan
1 Olfaktori  Anak pra-sekolah sering
berespon pada bau-
bauan dalam cara yang
tidak terlambat
(menutup muka,
berpura-pura muntah,
menutup hidung)
 Mereka mempelajari
hal-hal tabu olfaktori,
tetapi tidak disukai
sosial
2 Gustatori Anak-anak pra sekolah
seringkali menyatakan
inisiatifnya dengan
menanyakan sesuatu ‘yang
enak’ dan dengan
menanyakan/meminta
untuk membuang makanan
yang ‘tidak enak/enek’
3 Taktil Kebanyakan anak masih
suka menjadi dekat dengan
orang lain, terutama jika
anak memerlukan pelukan

b. Ciri-Ciri Umum Anak Pra Sekolah

1) Anak pra sekolah yang sehat adalah yang langsing, ceria dan gesit

dengan postur yang baik

2) Perkembangan utama terjadi pada koordinasi motorik halus, seperti

diperlihatkan dengan membaiknya kemampuan untuk menggambar

3) Keterampilan motorik kasar juga meningkat, seperti anak dapat

melompat, meloncat dan berlari lebih baik. Kemampuan-

kemampuan atletik, seperti berseluncur dan berenang, dapat

dikembangkan

c. Tinggi Badan

1) Secara fisik anak pada tahun ketiga terjadi penambahan TB berkisar

antara 7,5 cm dan TB rata-rata 95 cm


2) Kecepatan pertumbuhan pada tahun keempat hamper sama dengan

tahun sebelumnya. TB mencapai 103 cm sehingga TB sudah

mencapai dua kali lipat dari TB saat lahir

3) Pertumbuhan pada tahun kelima sampai akhir masa pra sekolah TB

rata-rata mencapai 110 cm

d. Berat Badan

1) Secara fisik anak pada tahun ketiga terjadi penambahan BB 1,8 s/d

2,7 kg dan rata-rata BB 14,6 kg

2) Kecepatan pertumbuhan pada tahun keempat hamper sama dengan

tahun sebelumnya. BB mencapai 16,7 kg

3) Pertumbuhan pada tahun kelima sampai akhir masa pra sekolah BB

rata-rata mencapai 18,7 kg

1.1.1.3 Perkembangan Kognitif

Diuraikan menjadi dua, yaitu perkembangan kognitif par sekolah menurut

Piaget dan perkembangan bahasa, yang diuraikan berikut ini :

a. Perkembangan Kognitif Pra Sekolah menurut Piaget :

1) Tahap Pra operasional (2-7 tahun) Tahap Perkembangan Kognitif

menurut Piaget :

Perkembangan kognitif pra sekolah menurut Piaget masih masuk

pada tahap pra operasional, berikut ini :


a) Pra operasional ditandai oleh adanya pemakaian kata-kata lebih

awal dan memanipulasi simbol-simbol yang menggambarkan

objek atau benda dan keterikatan atau hubungan di antara mereka

b) Pemikiran atau sifat anak yang aneh/ganjil menunjukkan fakta

bahwa mereka pada umumnya mereka tidak mampu

menunjukkan operations (eksploitasi) atau jika mereka bisa

menunjukkan operation maka keadaannya akan terbatas

c) Mental operations pada tahap ini sifatnya fleksibel dan dapat

berubah

d) Tahap pra operasional ini juga ditandai oleh beberapa hal,

anatara lain : egosentrisme, ketidakmatangan pikiran/ide/gagasan

tentang sebab-sebab dunia di fisik, kebingungan antara simbol

dan objek yang mereka wakili, kemampuan untuk fokus pada

satu dimensi pada satu waktu dan kebingungan tentang identitas

orang dan objek

2) Perkembangan kognitif menurut Piaget diuraikan secara lebih luas,

berikut ini :

a) Menurut Piaget, tahap pemikiran pra operasional ini (2-7 tahun)

terdiri dari 2 fase, yaitu :

i. Fase pre konseptual

 Terjadi pada usia 2 sampai 4 tahun


 Anak membentuk konsep yang tidak selengkap atau

selogis pada orang dewasa, membuat klasifikasi

sederhana, menggabungkan satu peristiwa dengan sesuatu

yang simultan (alasan transduktif), dan menunjukkan

pemikiran egosentrik

ii. Fase intuisif

 Berkisar dari usia 4 sampai 7 tahun

 Anak menjadi mampu mengklasifikasikan, menjumlahkan

dan menghubungkan obyek-obyek tetapi tetap tidak

menyadari prinsip-prinsip di belakang operasi-operasi ini

 Ini menunjukkan proses berfikir intuisif (menyadari

bahwa sesuatu itu tidak benar, tetapi tidak dapat

menyatakan mengapa), tidak dapat untuk melihat sudut

pandang dari orang lain, dan menggunakan banyak kata-

kata dengan tepat tetapi tanpa pengetahuan nyata tentang

pengertiannya

b) Anak pra sekolah menunjukkan pemikiran khayal dan percaya

bahwa pemikiran tersebut semuanya menguatkan. Mereka

mungkin merasa bersalah dan bertanggung jawab untuk

terjadinya pikiran-pikiran buruk, yang pada waktu ini mungkin

tepat dengan kejadian dari peristiwa yang diharapkan


b. Perkembangan Bahasa Pra Sekolah

1) Anak usia 3 tahun : dapat mengatakan 900 kata, menggunakan tiga

sampai empat kalimat, dan dan berbicara dengan tidak putus-

putusnya (ceriwis)

2) Anak usia 4 tahun : dapat menyatakan 1500 kata, menceritakan

cerita yang berlebihan, dan menyanyikan lagu sederhana. (ini

merupakan usia puncak untuk pertanyaan ‘mengapa’)

3) Anak usia 5 tahun : dapat mengatakan 2100 kata, dan mengetahui

empat warna atau lebih, nama-nama hari dalam seminggu, dan nama

bulan

1.1.1.4 Perkembangan Psikososial

Yang dibahas pada perkembangan psikososial, ini antara lain perkembangan

psikososial menurut Erikson, ketakutan dan mekanisme koping, sosialisasi,

bermain, mainan, disiplin, tugas-tugas perkembangan, perkembangan body

image

a. Perkembangan Psikososial menurut Erikson :

1) Perkembangan Psikososial Erikson Tahap 3 Inisiatif vs Kesalahan

(1) :

a) Tahap ini dialami pada anak saat usia 4-5 tahun (preschool age)

b) Anak-anak pada usia ini mulai berinteraksi dengan lingkungan

sekitarnya sehingga menimbulkan rasa ingin tahu terhadap

segala hal yang dilihatnya


c) Mereka mencoba mengambil banyak inisiatif dari rasa ingin tahu

yang mereka alami

d) Akan tetapi bila anak-anak pada masa ini mendapatkan pola asuh

yang salah, mereka cenderung merasa bersalah dan akhirnya

hanya berdiam diri

e) Sikap berdiam diri yang mereka lakukan bertujuan untuk

menghindari suatu kesalahan-kesalahan dalam sikap maupun

perbuatan

2) Perkembangan Psikososial Erikson Tahap 3 Inisiatif vs Kesalahan

(2), diuraikan secara luas sebagai berikut :

a) Antara usia 3 dan 6 tahun , anak menghadapi krisis psikososial

dimana Erikson mengistilahkan sebagai ‘inisiatif melawan rasa

bersalah (initiative versus guilt)

b) Orang lain yang penting bagi anak adalah keluarga

c) Pada usia ini, anak secara normal telah menguasai rasa otonomi

dan memindahkan untuk menguasai rasa inisiatif

d) Anak Pra sekolah adalah seorang pembelajar yang energik,

antusiasme, dan pengganggu dengan imajinasi yang aktif

e) Kesadaran (suara dalam yang memperingatkan dan mengancam)

mulai berkembang

f) Anak menyelidiki dunia fisik dengan semua indra dan

kekuatannya
g) Perkembangan rasa bersalah terjadi pada waktu anak dibuat

merasa bahwa imajinasi dan aktivitasnya tidak dapat diterima

h) Rasa bersalah, cemas, dan takut yang diakibatkan pada saat

pikiran dan aktivitas anak dengan harapan-harapan orang tua

i) Anak pra sekolah mulai menggunakan alasan sederhana dan

dapat bertoleransi terhadap keterlambatan pemuasan dalam

periode yang lama

b. Ketakutan dan Mekanisme Koping :

1) Ketakutan :

a) Seorang anak biasanya mengalami lebih banyak ketakutan

selama masa pra sekolah daripada waktu lainnya

b) Ketakutan-ketakutan umum pada pra sekolah meliputi takut

gelap; takut ditinggal sendirian, terutama pada saat tidur; takut

binatang, terutama anjing yang besar; takut hantu, pemotongan

tubuh; nyeri, dan takut obyek-obyek dan orang-orang yang

berhubungan dengan pengalaman yang menyakitkan

c) Pra sekolah tengkurap untuk bersembunyi dari hardikan dan

tindakan orang tuanya, orang tua sering tidak menyadari bahwa

perilaku mereka mebuat ketakutan pada anak mereka

d) Menginginkan anak pra sekolah untuk menggunakan lampu pada

malam hari dan mendorongnya untuk memainkan ketakutannya


dengan boneka atau mainan lainnya yang bisa membantu

memberikan anak rasa pengendalian terhadap ketakutannya

2) Mekanisme Koping

a) Mekanisme koping termasuk menanyakan pertanyaan-

pertanyaan, menginginkan perintah, memegang mainan favorit,

mempelajari dengan uji coba, melemparkan tantrum (ledakan

amarah), agresi, mengisap jempol, menarik diri dan regresi

b) Memperlihatkan anak terhadap obyek yang menakutkan di

lingkungan yang terkontrol, dapat memberikan kesempatan

untuk mengurangi ketakutannya

c. Sosialisasi

1) Pada masa-masa pra sekolah, jangkauan anak pada orang lain/orang

terdekat berkembang di luar orang tuanya yang mencakup kakek-

neneknya, saudara kandung dan guru-guru pra sekolah

2) Anak memerlukan interaksi teratur dengan teman sebaya untuk

membantu perkembangan keterampilan sosial

3) Tujuan utama pra sekolah adalah untuk membantu perkembangan

keterampilan sosial anak. Kriteria yang dipertimbangkan pada waktu

memilih program pra sekolah mencakup sebagai berikut :

a) Akreditasi dan lisensi diikuti

b) Jadwal aktivitas harian dan materi yang tersedia

c) Guru yang berkualifikasi


d) Lingkungan yang aman, dengan tingkat kebisingan rendah, rasio

guru-anak tepat, dan parktek sanitasi yang baik

e) Orang lain telah merekomendasikan sekolah

f) Observasi terhadap anak-anak pada permainan dan pekerjaan,

serta interaksi mereka dengan guru-guru dapat diterima

g) Rencana-rencana alternatif tersedia pada waktu anak sakit dan

orang tua bekerja

d. Bermain

1) Permainan khas pada anak pra sekolah adalah permainan yang

asosiatif-interaktif dan kooperatif dengan saling berbagi

2) Hal yang paling penting adalah kontak dengan teman sebaya

3) Aktivitas-aktivitas seharusnya meningkatkan keterampilan

pertumbuhan dan motorik; melompat, berlari, dan memanjat

4) Pada masa ini merupakan usia yang tepat untuk permainan

imajiner/khayal

5) Permainan meniru, imaginatif, dan dramatik adalah hal yang penting

6) TV dan video games seharusnya hanya menjadi bagian dari

permainan anak dan orang tuanya seharusnya memonitor isi

tayangan dan jumlah waktu yang digunakan

e. Mainan

1) Mainan dan games/permainan yang mendorong perkembangan

motorik kasar dan halus, meliputi sepeda roda tiga, mobil-mobilan,


peralatan senam, kolam, boks pasir, puzzle dengan blok besar,

krayon, cat, dan eletronik games yang tepat usia

2) Mainan dan games/permainan yang mendorong permainan

meniru/imaginatif termasuk memakaikan pakaian pada boneka,

mainan rumah tangga, mainan tenda, dan peralatan dokter/perawat

3) Anak pra sekolahn yang aktif dan cerdas perlu diawasi oleh orang

dewasa, terutama bila dekat dengan air dan peralatan senam

f. Disiplin

1) Figur penguasa harus menerapkan disiplin yang kuat, adil dan

konsisten

2) Anak memerlukan penjelasan sederhana mengapa perilaku tertentu

tidak tepat

3) Pada situasi konflik, pemberian waktu luang pendek dapat

membantu anak menghilangkan intensitasnya, memperoleh kembali

pengontrolan, dan memikirkan tentang perilaku mereka

g. Tugas-Tugas Perkembangan

Anak pra sekolah memiliki tugas-tugas perkembangan, sebagai berikut :

1) Mengembangkan rutinitas sehari-hari yang sehat

2) Menjadi anggota keluarga yang berpartisipasi

3) Belajar menguasai impuls dan menyesuaikan dengan harapan sosial

4) Mengembangkan ekspresi emosional yang sehat

5) Mempelajari komunikasi yang efektif


6) Kemampuan untuk menangani situasi yang kemungkinan berbahaya

7) Mengembangkan inisiatifnya

8) Mempelajari landasan untuk mengerti kehidupan

h. Perkembangan Body Image

1) Masa ini merupakan waktu penting untuk body image

2) Anak-anak pra sekolah mengenali bahwa terdapat penampilan yang

diinginkan dan tida diinginkan

3) Anak pra sekolah rentan terhadap hal yang mendua/bias

4) Anak-anak sangat menyadari ukuran tubuhnya pada usia 5 tahun

1.1.1.5 Perkembangan Motorik

Perkembangan motorik halus dam kasar pada anak pra sekolah sebagai

berikut :

a. Perkembangan Motorik Halus (Fine Motor) :

No. Usia Aktivitas


1 3 Tahun a. Anak dapat menyusun ke atas 9-10 balok
b. Anak dapat membentuk jembatan 3 balok
c. Anak dapat membuat lingkaran dan silang
2 4 Tahun a. Anak dapat melepas sepatu
b. Anak dapat membuat segiempat
c. Anak dapat menambahkan 3 bagian ke
gambar stik
3 5 Tahun a. Anak dapat mengikat tali sepatu
b. Anak dapat menggunakan gunting dengan
baik
c. Anak dapat menyalin wajik dan segitiga
d. Anak dapat menambahkan 7 sampai 9
bagian ke gambar stik
e. Anak dapat menuliskan beberapa huruf dan
angka, dan nama pertamanya
b. Perkembangan Motorik Kasar (Gross Motor) :

No. Usia Aktivitas


1 3 Tahun a. Anak dapat memiliki sepeda roda tiga
b. Anak menaiki tangga menggunakan kaki
bergantian
c. Anak berdiri pada satu kaki selama
beberapa detik
d. Anak melompat jauh
2 4 Tahun a. Anak dapat meloncat
b. Menangkap bola
c. Menuruni tangga menggunakan kaki
bergantian
3 5 Tahun a. Anak dapat meloncat
b. Anak berjingkat dengan satu kaki
c. Anak mendorong dan menangkap bola
d. Anak lompat tali
e. Anak menyeimbangkan kaki bergantian
dengan mata tertutup

1.1.1.6 Perkembangan Psikoseksual

Yang dibahas adalah Perkembangan Psikoseksual menurut Freud dan

perkembangan Seksual :

a. Perkembangan Psikoseksual menurut Freud :

1) Pada fase phalic, berkisar dan sekitar usia 3-7 tahun, pusat

kenikmatan anak berada pada genitalia dan masturbasi

2) Tahap Oedipus terjadi, yang ditandai dengan kecemburuan dan

persaingan terhadap orangtua berjenis kelamin sama dan mencintai

orangtua yang berjenis kelamin berlainan


3) Tahap Oedipus secara khas menghilang pada periode pra sekolah

akhir dengan identifikasi kuat dengan orangtua yang berjenis

kelamin sama

b. Perkembangan Seksual :

1) Banyak anak pra sekolah bermasturbasi untuk kenikmatan fisiologis

2) Anak pra sekolah membentuk ikatan kuat pada orang tua dengan

jenis kelamin yang berlawanan tetapi mengidentifikasi dengan orang

tua yang berjenis kelamin sama

3) Identitas seksual dikembangkan, kesopanan mungkin menjadi

perhatian, maupun ketakutan katrasi (pengebirian)

4) Karena anak pra sekolah merupakan pengamat yang tekun tetapi

penafsir/menginterpretasikan dengan buruk, anak bisa mengenali

tetapi tidak mengerti aktivitas seksual

5) Sebelum menjawab pertanyaan anak tentang seks, klasifikasikan

apakah anak benar-benar bertanya dan apakah anak sudah

memikirkan tentang subyek tertentu

6) Jawab pertanyaan tentang seks dengan sederhana dan jujur, berikan

informasi yang hanya benar-benar anak minta, detail-detail

tambahan dapat diberikan nanti


1.1.1.7 Perkembangan Moral menurut Kohlberg

a. Anak pra sekolah berada pada tahap prekonvensional [ada tahap

perkembangan moral yang berlangsung sampai usia 10 tahun

b. Pada fase ini, kesadaran timbul, dan penekannya pada kontrol eksternal

c. Standar moral anak berada pada orang lain dan ia mengobservasi mereka

untuk menghindari hukuman dan mendapatkan ganjaran

1.1.2 Disiplin

1.1.2.1 Definisi Disiplin

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disiplin berarti penyesuaian

terhadap tata tertib (di sekolah, kemiliteran dan lain sebagainya), ketaatan

atau kepatuhan terhadap peraturan atau tata tertib. Selanjutnya pengertian

disiplin yang diterangkan oleh Elizabet B. Hurlock dan artikel tentang

perkembangan sosial anak, disiplin berasal dari kata disciple, yakni seorang

yang belajar dari atau secara suka rela mengikuti seorang pemimpin. Lebih

luas lagi dalam kamus populernya menerangkan pengertian disiplin adalah

meliputi sama halnya dengan hukuman. Disiplin digunakan apabila anak

melanggar peraturan dan perintah yang diberikan orang tua, guru atau orang

dewasa yang berwenang mengatur kehidupan bermasyarakat, tempat anak

itu tinggal.

Demikian pula pernyataan Charles Schaefer menerangkan bahwa, inti

dari disiplin ialah untuk mengajarkan seseorang mengikuti ajaran dari

seorang pemimpin. Dimana tujuan dari disiplin ialah untuk membuat anak-
anak terlatih dan terkontrol, dengan mengajarkan mereka berbagai bentuk

tingkah laku yang pantas atau bahkan yang tidak pantas atau masih asing

bagi mereka. Disiplin sendiri adalah cara masyarakat (orang tua, guru, orang

dewasa lain) mengajarkan tingkah laku moral pada anak yang dapat diterima

oleh kelompoknya, tujuan semua disiplin adalah membentuk tingkah laku,

oleh karenanya harus disesuaikan dengan peran yang ditentukan oleh

kelompok sosialnya. Disiplin secara luas dapat diartikan sebagai semacam

pengaruh yang dirancang untuk membantu anak mampu menghadapi

tuntutan dari lingkungan. Disiplin itu tumbuh dari kebutuhan untuk menjaga

keseimbangan antara kecenderungan dan keinginan individu untuk berbuat

sesuatu yang dapat dan ingin ia peroleh dari orang lain atau karena situasi

kondisi tertentu, dengan pembatasan peraturan yang diperlukan terhadap

dirinya oleh lingkungan di mana ia hidup. Disiplin juga membantu dalam

mengendalikan tingkah laku dan mengembangkan hati nurani, sehingga

peka dengan nilai kebenaran. Disiplin memungkinkan anak melakukan hal

yang dapat diterima lingkungannya dan mendapat penghargaan atau pujian.

Disiplin berkaitan erat dengan cara mengkoreksi, memperbaiki dan

mengajarkan seorang anak dalam bertingkah laku yang baik tanpa merusak

harga diri anak. Disiplin juga berperan penting dalam perkembangan anak,

karena dapat memenuhi kebutuhan akan rasa aman terhadap tingkah laku

yang akan diaplikasikan di lingkungan sekitar.


1.1.2.2 Pentingnya Disiplin

Dalam masyarakat yang cepat berubah seperti sekarang ini, pendidikan

nilai bagi anak merupakan hal yang sangat penting, hal ini disebabkan di era

global dewasa ini, anak akan dihadapkan pada banyak pilihan tentang nilai

yang mungkin dianggapnya baik. Pertukaran dan pengikisan nilai-nilai suatu

masyarakat akan mungkin terjadi secara terbuka. Seperti yang telah

diutarakan. Disiplin adalah satu dari banyaknya karakter yang harus

dikembangkan di dalam diri anak-anak, disiplin berguna bukan hanya demi

kepentingan masyarakat sebagai suatu sasaran mutlak, melainkan demi

kesejahteraan individu itu sendiri. Melalui kedisiplinan kita belajar

mengendalikan keinginan, tanpa ini mustahil orang dapat mendapatkan

kebahagiaan. Melalui disiplinlah mereka dapat belajar berperilaku dengan

cara yang diterima masyarakat, dan sebagai hasilnya diterima oleh anggota

kelompok mereka. Disiplin sangat diperlukan untuk perkembangan anak,

karena ia memenuhi beberapa kebutuhan tertentu. Dengan demikian disiplin

memperbesar kebahagiaan dan penyesuaian pribadi serta sosial anak.

Disiplin memberikan manfaat kepada anak, sebagaimana dijelaskan

Hurlock dan artikel perkembangan sosial anak menjelaskan bahwa ada 5

manfaat yang diberikan oleh disiplin, yaitu: (1) disiplin memberi anak rasa

aman dengan memberi tahukan yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan.

(2) disiplin membantu anak terhindar dari rasa bersalah dan rasa malu akibat

perilaku yang salah. Perasaan yang pasti mengakibatkan rasa tidak bahagia
dan penyesuaian yang buruk. Disiplin memungkinkan anak hidup menurut

standar yang disetujui kelompok sosial dan dengan demikian memperoleh

persetujuan sosial. (3) disiplin mengajarkan anak belajar untuk bersikap

menurut cara yang akan mendatangkan pujian yang akan ditafsirkan anak

sebagai tanda kasih sayang. Hal ini esensial bagi penyesuaian yang berhasil

dan kebahagiaan. (4) disiplin yang sesuai dengan perkembangan berfungsi

sebagai motivasi pendorong ego yang mendorong anak mencapai apa yang

diharapkan darinya. (5) disiplin membantu anak mengembangkan hati

nurani pembimbing dalam pengambilan keputusan dan pengendalian

perilaku.

Pada saat kedisiplinan diterapkan, seorang anak akan senang jika

peraturan dan hakikat dari kedisiplinan tersebut keluar dari dalam hati

mereka, dan kesan tersebut sungguh memberikan dampak positif untuk

membiasakan hidup disiplin. Artinya, menerapkan disiplin yang baik tidak

harus dengan pengekangan dan kekerasan yang membuat mereka takut

melainkan disaat disiplin diterapkan mereka harus merasa nyaman untuk

melakukan kedisiplinan di lingkungannya. Terdapat banyak kondisi yang

mempengaruhi kebutuhan anak akan disiplin, enam diantaranya dianggap

sangat penting, diantaranya :

1) Karena terdapat variasi dalam laju perkembangan berbagai anak, tidak

semua anak dengan usia yang sama dapat diharapkan mempunyai

kebutuhan akan disiplin yang sama, ataupun disiplin yang sama.


2) Kebutuhan akan disiplin bervariasi menurut waktu dalam sehari.

3) Kegiatan yang dilakukan anak mempengaruhi kebutuhan akan disiplin.

4) Kebutuhan akan disiplin bervariasi dengan hari dalam seminggu.

5) Disiplin lebih dibutuhkan dalam keluarga besar dari pada keluarga kecil.

6) Kebutuhan akan disiplin bervariasi dengan usia

1.1.2.3 Tujuan Disiplin

Seperti beberapa pernyataan tentang pentingnya disiplin dalam

kehidupan manusia, disiplin juga memiliki tujuan berbeda. Diantaranya,

Elizabeth menyatakan bahwa tujuan disiplin ialah membentuk perilaku

sedemikian rupa sehingga ia akan sesuai dengan peran-peran yang

ditetapkan kelompok budaya, tempat individu itu berada. Selanjutnya,

pendidikan disiplin pada anak bertujuan untuk membuat anak bertanggung

jawab dan membuat anak menyadari bahwa terdapat segala konsekuensi

dari segala tindakan yang dilakukannya. Tujuan berikutnya adalah untuk

membantu dan membimbing anak dalam menanamkan tingkah laku yang

baik dan mengajarkan anak menghindari tingkah laku yang buruk. Tujuan

disiplin yang ketiga adalah untuk membimbing, mendidik, dan melatih anak

agar ia mampu menentukan pilihannya sendiri secara bijaksana, sikap

kedisiplinan sangat penting untuk diterapkan sejak dini. Seperti

pertumbuhan fase-fase awal pada umumnya, usia dini perlu diarahkan

kemauannya. Kemauan ini harus dibina dan dituntun sesuai tingkat

perkembangannya. Sehingga dengan pendidikan kedisiplinan mereka


memahami dengan sadar kesalahan yang mungkin pernah mereka lakukan,

untuk kemudian tidak akan mengulanginya lagi.

1.1.2.4 Cara Menerapkan Disiplin yang Efektif

a. Mengenal akibat disiplin yang dipaksakan

Kedisiplinan diterapkan sejak dini, tetapi penerapan disiplin tidak

selamannya dapat diterima dengan sepenuh hati oleh peserta didik.

Peserta didik mungkin tidak menyukai peraturan yang diterapkan oleh

guru atau orang tuanya. Akibatnya anak merasa terpaksa menjalankan

disiplin. Beberapa akibat yang ditimbulkan karena disiplin yang

dipaksakan, diantaranya:

1) Disiplin yang terjadi sesaat saja, peserta didik cenderung berlaku

disiplin hanya saat ada guru atau orang tua. Hal ini dilakukan untuk

menghindari konsekuensi dari ketidakdisiplinannya.

2) Anak cenderung lebih mengingat hal-hal negatif dari disiplin dari

pada hal-hal positif, orang tua berharap agar anak dapat menjalankan

disiplin dengan senang hati dan sukarela. Anak yang menjalankan

disiplin dengan keterpaksaan justru melakukannya dengan hati yang

berat dan merasa terbebani. Akibatnya anak menjadi tertekan atau

justru melakukan pelanggaran atas bentuk protesnya terhadap

paksaan dalam menjalankan disiplin.

3) Tujuan disiplin menjadi kurang efektif, karena adanya tekanan dari

guru dan orang tua yang memaksakan anak harus berdisiplin


sehingga ada keterpaksaan dari diri anak membuat tujuab disiplin

menjadi kurang efektif, padahal tujuan disiplin sebenarnya adalah

membantu membentuk anak bertanggung jawab terhadap dirinya

sendiri dan orang lain. Tolak ukur keberhasilan penerapan

kedisiplinan tidak dilihat dari sejauh mana anak mematuhi setiap

aturan yang ditetapkan atau sejauh mana ia memenuhi keinginan

orang tuanya. Kepatuhan seperti itu ialah hanya tujuan jangka

pendek dari pendidikan disiplin. Hal inilah yang sesungguhnya

menjadi hakikat dari disiplin.

Ada pula perlakuan yang tidak kalah pentingnya salah satunya adalah

mengajak anak berdiskusi mengenai apa saja hal positif yang anak

dapatkan ketika mengikuti kedisiplinan dengan baik, seperti

mendapatkan pujian, acungan jempol bahkan hadiah. Ada beberapa

strategi untuk mendisiplinkan peserta didik, diantaranya sebagai berikut:

1) Konsep diri (self-concept), strategi ini menekankan bahwa konsep-

konsep diri masing-masing individu merupakan faktor penting dari

setiap perilaku. Untuk menumbuhkan konsep diri, guru disarankan

bersikap empatik, menerima, hangat, dan terbuka, sehingga peserta

didik dapat mengeksplorasikan pikiran dan perasaannya dalam

memecahkan masalah.

2) Keterampilan berkomunikasi (communication skills), guru harus

memiliki keterampilan komunikasi yang efektif agar mampu


menerima semua perasaan, dan mendorong timbulnya kepatuhan

peserta didik.

3) Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami (natural and logical

consequences), perilaku-perilaku yang salah terjadi karena peserta

didik telah mengembangkan kepercayaan yang salah terhadap

dirinya.

4) Analisis transaksional (transactional analysis), disarankan agar guru

belajar sebagai orang dewasa, terutama apabila berhadapan dengan

peserta didik yang menghadapi masalah.

5) Terapi realistis (reality therapy), sekolah harus berupaya mengurangi

kegagalan dan meningkatkan keterlibatan. Dalam hal ini guru harus

bersikap positif dan bertanggungjawab.

6) Disiplin yang terinteraksi (assertive discipline), metode ini

menekankan pengendalian penuh oleh guru untuk mengembangkan

dan mempertahankan peraturan.

7) Modifikasi prilaku (behavior modivication), perilaku salah

disebabkan oleh lingkungan, sebagai tindakan remediasi.

Sehubungan dengan hal tersebut, dalam pembelajaran perlu

diciptakan lingkungan yang kondusif.

8) Tantangan bagi disiplin (dare to discipline) guru diharapkan cekatan,

sangat terorganisasi, dan dalam pengendalian yang tegas.


Selanjutnya, diterangkan pada artikel ibu dan anak bahwa, ada tiga

macam teknik disiplin, yaitu:

1) Teknik disiplin otoriter. Dalam teknik disiplin otoriter, aturan ditegakkan

secara kaku. Bila tingkah laku anak tidak sesuai dengan patokan yang

berlaku, pasti ada hukumannya. Tapi, hanya sedikit atau bahkan tidak ada

pujian, bila anak bertingkah laku sesuai dengan aturan.

2) Teknik disiplin permisif. Teknik ini bisa dikatakan tidak

mengarahkan anak untuk sesuai dengan masyarakat. Mereka

diperbolehkan untuk melakukan apa saja.

3) Teknik Demokratis. Yang menjadi pemikiran dasar teknik disiplin

ini adalah mengembangkan kendali tingkah laku sehingga anak

mampu melakukan hal yang benar tanpa harus ada yang mengawasi.

Dapat disimpulkan bahwa tujuan disiplin merupakan tehnik pengajaran pada

anak dan harus bertindak sesuai dengan hukum lingkungannya, sehingga anak

akan mudah untuk diterima di masyarakat dengan baik.

1.1.3 Reward

1.1.3.1 Definis Reward

Reward merupakan alat pendidikan yang diberikan kepada anak-anak

yang menunjukan prestasi atau hasil pendidikan yang baik, baik dari segi

prestasi kepribadiannya (kelakuan, kerajinan, dan sebagainya) maupun

dalam prestasi belajarnya.


1.1.3.2 Fungsi Reward

Reward digunakan sebagai alat untuk memotivasi anak bersikap sesuai

dengan harapan. Bagi anak usia dini, cara paling termudah adalah dengan

mengunakan reward berupa hadiah mainan atau pujian ketika ia melakukan

sesuatu yang sesuai dengan harapan, target penerapan reward pada anak

usia dini adalah pembiasaan, misalnya, belajar tepat waktu, tidur tepat

waktu dan makan tepat waktu. Sesuai dengan penjelasannya, menurut

Harlock fungsi reward terbagi menjadi tiga diantaranya:

1) Reward atau penghargaan mempunyai nilai mendidik.

2) Reward atau penghargaan berfungsi sebagai motivasi untuk mengulangi

perilaku yang disetujui secara sosial.

3) Reward atau penghargaan berfungsi sebagai sesuatu yang dapat

memperkuat perilaku yang disetujui secara sosial.

Selanjutnya maksud dari pemberian reward kepada peserta didik adalah

supaya peserta didik menjadi lebih giat lagi usahanya untuk memperbaiki

atau mempertinggi prestasi yang telah dicapainya, dengan kata lain peserta

didik menjadi lebih keras kemauannya untuk bekerja atau berbuat yang

lebih baik lagi.

1.1.3.3 Bentuk-Bentuk Reward

Reward adalah metode yang bersifat positif terhadap proses

pembelajaran untuk meningkatkan motivasi belajar. Reward yang diberikan


kepada peserta didik ada berbagai macam bentuk. Secara garis besar reward

dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:

1) Pujian

Pujian adalah suatu bentuk reward yang paling mudah dilakukan. Pujian

dapat berupa kata-kata, seperti: baik, bagus, bagus sekali dan

sebagainya, tetapi juga dapat berupa kata-kata yang berupa sugesti,

misalnya: “Nah lain kali akan lebih baik lagi jika.....” “ Kamu pasti bisa

kalau kamu rajin belajar”. Selain, berupa kata-kata, pujian dapat pula

berupa isyarat atau pertanda misalnya dengan menunjukkan ibu jari

(jempol), dengan menepuk bahu anak, dengan tepuk tangan, dan

sebagainya.

2) Penghormatan

Reward yang berupa penghormatan ini dapat berbentuk dua macam

pula. Pertama, berbentuk semacam penobatan, yaitu peserta didik yang

mendapat penghormatan diumumkan dan ditampilkan dihadapan teman-

temannya. Dapat juga dihadapan teman-teman sekelas, teman-teman

sekolah, atau mungkin juga dihadapan oranga tua siswa. Misalnya, pada

malam perpisahan yang diadakan diakhir tahun. Kemudian ditampilkan

siswa yang telah berhasil menjadi bintang kelas, penobatan dan

penampilan bintang pelajar untuk suatu kota atau daerah, dan lain

sebagainya. Kedua, penghormatan yang berbentuk pemberian

kekuasaan untuk melakukan sesuatu. Misalnya, kepada siswa yang


menyelesaikan soal yang sulit disuruh mengerjakannya di papan tulis

untuk dicontoh teman-temannya, disuruh mengikuti lomba, dan lain

sebagainya.

3) Hadiah

Yang dimaksud dengan hadiah disini adalah reward yang berbentuk

pemberian berupa barang. Reward yang berupa pemberian barang ini

disebut juga reward materil. Yaitu, terdiri dari alat-alat keperluan

sekolah, seperti pensil, penggaris, buku dan lain sebagainya.

4) Tanda Penghargaan

Jika hadiah adalah reward yang berupa barang, maka tanda penghargaan

adalah kebalikannya. Tanda penghargaan tidak dinilai dari segi harga

dan kegunaan barang-barang tersebut, sepertihalnya pada hadiah.

Melainkan, tanda penghargaan dinilai dari segi “kesan” atau “nilai

kenang- kenangannya”.

Dalam memberikan reward seorang guru hendaknya dapat mengetahui

siapa yang berhak mendapatkan reward. Peserta didik yang pada suatu

ketika menunjukkan hasil yang berbeda dari biasanya, mungkin sangat

baik diberi reward. Seorang guru harus selalu ingat akan maksud dari

pemberian reward itu.

Selanjutnya, seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa peran reward

sebagai salah satu alat menerapkan disiplin merupakan teknik yang baik

untuk mendidik disiplin anak. Dengan adanya hadiah atau ganjaran,


mereka menjadi termotivasi untuk mengikuti nilai-nilai yang baik bagi

diri mereka.

Berikut merupakan cara yang dapat dilakukan dalam memberikan

ganjaran, antara lain:

1) Pujian yang indah, diberikan agar anak lebih bersemangat dalam

belajar.

2) Imbalan materi atau hadiah, karena tidak sedikit anak-anak yang

termotivasi dengan pemberian hadiah.

3) Doa misalnya” semoga Allah Swt, menambah kebaikan padamu”.

4) Tanda penghargaan, hal ini sekaligus menjadikan kenang-kenangan

bagi murid atas prilaku yang diperoleh.

5) Wasiat kepada orang tua, maksudnya melaporkan segala sesuatu

yang berkenaan dengan kebaikan murid di sekolah, kepada orang

tuanya di rumah

1.1.3.4 Syarat-Syarat Reward

Dalam menerapkan reward seorang guru hendaklah bijaksana jangan

sampai reward menimbulkan iri hati pada peserta didik yang lain, sehingga

ketika salah satu peserta didik yang merasa dirinya lebih pandai, tidak akan

merasa iri ketika tidak mendapatkan reward yang sama. Kalau diperhatikan

apa yang telah diuraikan tentang maksud reward, serta macam-macam

reward yang baik, ternyata bukanlah soal yang mudah. Berikut adalah

syarat-sayarat yang perlu diperhatikan guru ketika menggunakan reward


dalam proses pembelajrannya, diantaranya: (1) mengenal betul-betul murid-

muridnya (2) janganlah hendaknya menimbulkan rasa cemburu atau iri hati

(3) hemat. (4) Janganlah memberi reward dengan menjanjikan lebih dahulu

(5) Pendidik harus berhati-hati memberikan reward

Adapun prinsip-prinsip dalam pemberian reward yang harus

diperhatikan oleh orang tua maupun guru. Prinsip-prinsip itu adalah sebagai

berikut:

1) Penilaian didasarkan pada “perilaku” bukan “pelaku‟.

2) Pemberian reward harus ada batasnya.

3) Reward berupa perhatian.

4) Dimusyawarahkan kesepakatannya.

5) Didasarkan pada proses bukan hasil.

Berdasarkan prisnsip-prinsip diatas pemberian reward haruslah

dipersiapkan dengan matang, karena reward yang akan diberikan pada

dasarnya sangat berpengaruh sekali pada perkembangan psikologis peserta

didik itu sendiri. Guru atau orang tua harus dengan bijaksana mungkin

memberikan reward pada seorang peserta didik. Karena kesalahan sedikit

saja dalam pemberian reward ini maka akan berdampak buruk bagi peserta

didik itu sendiri.

Karena reward merupakan salah satu alat pendidikan, meka reward

memiliki kelemahan dan kelebihan. Kelebihan reward adalah: (1)

Memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap jiwa peserta didik untuk
melakukan perbuatan yang positif dan bersifat progresif. (2) Dapat menjadi

pendorong bagi peserta didik lainnya untuk mengikuti anak yang telah

memperoleh pujian dari gurunya. Pemberian reward memberikan kontribusi

terhadap tercapainya tujuan pendidikan. Kekurangan reward, diantaranya:

(1) Dapat menimbulkan dampak negatif apabila guru melakukannya secara

berlebihan, sehingga peserta didik merasa lebih tinggi dibandingkan teman-

temanya. (2) Umumnya reward membutuhkan alat tertentu sehingga

membutuhkan biaya.

1.1.3.5 Pelaksanaan Reward dalam Pengendaliaan Kedisiplinan Siswa

Masalah disiplin di dunia pendidikan tidak dapat terlepas dari

pertumbuhan disiplin anak sejak dini di rumah, kualitas emosional yang

habitual (sudah menjadi kebiasaan) akan ikut menentukan bagaimana ia

menyesuaikan dirinya; kemudian di sekolah dan berlanjut di masyarakat

sebagai dasar yang diperoleh sebelumnya. Kehidupan yang terkait inilah

yang pada dasarnya membentuk pola pribadi seorang anak.

Oleh karena itu, jika sikap disiplin menjadi amat penting, langkah

selanjutnya adalah memahami dahulu psikologi perkembangan anak

sebelum ia memasuki sekolah, prinsip dan asas pertumbuhannya. Guru yang

akan menerapkan sikap disiplin pada anak harus mampu mengambil hati

atau membuat peserta didik menyenangi kesan-kesan pertama yang

diberikan oleh guru, sehingga kemudian menjadi pola perasaan yang

habitual yang akan menjadi dasar untuk menempa disiplin di sekolah.


Untuk menempa disiplin di sekolah sebaiknya memahami mekanisme yang

terpenting di dalam penerapan disiplin, sebagaimana di jelaskan pada

pembahasan berikut ini bahwa, “Tahap pertama yang khas dari kesadaran

diri itu tampak bila si anak menarik perhatian pada dirinya, self conscious,

serta penampilan kebanggan, sakit hati ataupun rasa malu bila ia melanggar

ketentuan tertentu dari lingkungan yang langsung berkenaan dengan proses

pembentukan disiplin itu”. Tahap inilah yang dapat digunakan oleh guru

untuk menjadi pengkontrol pola prilaku peserta didik, sebagaimana yang

diharapkan oleh pendidikan ataupun perkembangan psikologi anak yang

positif.

Seperti yang kita tahu disiplin lebih dikenal dengan banyaknya peraturan

yang harus dituruti, dan disiplin sering sekali menjadi momok yang

dilanggar, bagi sebagian anak-anak disiplin membuatnya tidak leluasa

mengungkapkan ekspresi yang menjadikannya terkengkang. Pada akhirnya

disiplin adalah kalimat yang disepelekan oleh anak. Ini adalah salah satu

dari banyaknya tantangan di dunia pendidikan, bagaimana kedisiplinan

menjadi sesuatu yang dibutuhkan bukan sesuatu yang dilupakan. Conny

semiawan, menjelaskan tentang disiplin pribadi yang menuntut pemahaman

siswa yang dalam ketika kedisiplinan diterapkan. Kesimpulan tentang

disiplin pribadi dalam mendidik menuntut:

1) Hubungan emosional yang secara kualitatif kondusif melandasi

pengembangan disiplin itu.


2) Keteraturan yang ajek berkesinambungan dalam menjalankan berbagai

aturan, melalui suatu sistem yang komponennya saling berinteraksi

menuju tujuan pendidikan.

3) Keteladanan yang bermula dari perbuatan kecil dalam ketaatan disiplin.

Hal ini perlu adanya kerjasama dari orang tempat bergantung untuk

melakukan percontohan atau simulasi tentang semua hal yang berkaitan

dengan ketaatan terhadap disiplin. Bahkan orang kedua ini harus terjun

langsung untuk menerapkan nilai-nilai disiplin itub sendiri.

4) Pengembangan disiplin adalah penataan lingkungan, dalam hal ini

lingkungan rumah, dan berarti memadukan (match) kondisi yang

menstimulasi setiap titik dalam perkembangan anak dengan tantangan

untuk menemukan cara memperlakukan dirinya sendiri dalam suatu

lingkungan dunia yang terus menerus berubah.

5) Ketergantungan dan wibawa dalam penerapan yang disertai pemahaman

dalam dinamisme perkembangan peserta didik diperlukan dalam

membina kualitas emosional habitual yang positif.

1.1.4 Token Ekonomi

1.1.4.1 Definisi Token Ekonomi

Token Ekonomi adalah suatu cara untuk penguatan tingkah laku yang

ditujukan seorang anak yang sesuai dengan target yang telah disepakati

dengan menggunakan hadiah untuk penguatan yang simbolik. Dalam token

ekonomi tingkah laku yang diharapkan muncul bisa diperkuat dengan


sesuatu yang diinginkan oleh anak, sehingga hasil perilaku yang diharapkan

oleh kita bisa ditukar dengan sesuatu yang diinginkan oleh anak.

1.1.4.2 Tujuan Token Ekonomi

Tujuan yang utama suatu token ekonomi, yaitu untuk meningkatkan

perilaku yang diinginkan dan mengurangi perilaku yang tidak diinginkan.

Bagaimanapun, tujuan yang lebih utama dari token ekonomi untuk mengajar

perilaku yang sesuai dan keterampilan-keterampilan sosial yang dapat

digunakan dalam satu lingkungan yang alami. Token ekonomi dapat

digunakan secara individu atau di dalam kelompok (Susanto, 2008).

1.1.4.3 Unsur-Unsur Token Ekonomi

Menurut Susanto (2008), unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam

pemberian token ekonomi adalah sebagai berikut:

1) Token

2) Target perilaku jelas dan nyata

3) Motif-motif penguat

4) Sistem yang digunakan untuk menukarkan token

5) Sistem untuk merekam data

6) Implementasi konsistensi token ekonomi oleh pelaksana program

1.1.4.4 Manfaat Token Ekonomi

Martin dan Pear (1992) menjelaskan ada dua keuntungan dalam

menggunakan token sebagai penguat. Pertama, token tersebut dapat

diberikan langsung setelah perilaku yang diharapkan muncul dan kemudian


ditukarkan untuk sebuah motif penguat (hadiah). Hal tersebut dapat

digunakan untuk “menjembatani” penundaan yang sangat lama antara

respon perilaku target dan hadiah, ketika terjadi kesulitan atau tidak

mungkin untuk memberikan penguat cadangan (hadiah) secara langsung

setelah perilaku target muncul. Kedua, token mempermudah dalam

mengelola konsistensi dan keefektifan penguat (hadiah) ketika menangani

sekelompok individu.

1.1.4.5 Risiko Token Ekonomi

Risiko di dalam token ekonomi adalah sama halnya dengan modifikasi

perilaku yang lain. Pelaksana program/orangtua dalam menerapkan

treatment ini bisa dengan sengaja atau tidak sengaja tidak memperhatikan

kerelaan individu menerima treatment. Token ekonomi tidak perlu

merampas (mencabut) kebutuhan dasar mereka, seperti makanan yang

cukup, selimut yang nyaman, atau peluang layak untuk kesenangan. Jika

pelaksana program/orangtua tidak terlatih dengan baik, bisa terjadi perilaku-

perilaku yang diinginkan tidak diberikan token sedangkan perilaku-perilaku

yang tidak diinginkan bisa dihadiahi token, kekurangan ini dapat

menghasilkan peningkatan perilaku negatif (Susanto, 2008).

1.1.4.6 Prosedur Token Ekonomi

Martin dan Pear (1992) menjelaskan bahwa sebelum dan selama

pelaksanaan token ekonomi, beberapa prosedur khusus harus

dipertimbangkan dan dilakukan. Prosedur-prosedur tersebut dapat


dikategorisasikan sebagai berikut: a) Menyimpan data; b) Pelaksana

Program pemberi token; c) Jumlah/ frekuensi token yang harus dibayar; d)

Pengelolaan penguat cadangan (hadiah); e) Kemungkinan hukuman

kontingensi; f) Pengawasan pelaksana program; g) Menangani masalah

potensial.

1.2 Kerangka Berfikir

Wong 2000 berpendapat bahwa anak usia pra sekolah adalah anak

yang berusia antara 3-6 tahun, dimana memiliki karakteristik

tersendiri dalam segi pertumbuhan dan perkembangannya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disiplin berarti tata

tertib (di sekolah, kemiliteran dan lain sebagainya), ketaatan

atau kepatuhan terhadap peraturan atau tata tertib. Selanjutnya

pengertian disiplin yang diterangkan oleh Elizabet B. Hurlock

dan artikel tentang perkembangan sosial anak, disiplin berasal

dari kata disciple, yakni seorang yang belajar dari atau secara

suka rela mengikuti seorang pemimpin.


Reward adalah metode yang bersifat positif terhadap proses

pembelajaran untuk meningkatkan motivasi belajar. Reward

yang diberikan kepada peserta didik ada berbagai macam

bentuk. Secara garis besar reward dapat dibedakan menjadi

empat macam, yaitu: (1) Pujian; (2) Penghormatan; (3) Hadiah;

dan (4) Tanda Penghargaan.

Token Ekonomi adalah suatu cara untuk penguatan tingkah

laku yang ditujukan seorang anak yang sesuai dengan target

yang telah disepakati dengan menggunakan hadiah untuk

penguatan yang simbolik. Dalam token ekonomi tingkah laku

yang diharapkan muncul bisa diperkuat dengan sesuatu yang

diinginkan oleh anak, sehingga hasil perilaku yang diharapkan

oleh kita bisa ditukar dengan sesuatu yang diinginkan oleh

anak.
1.3 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Pemberian Reward
Untuk Meningkatkan
Melalui Metode
Kedisiplinan Anak
Token Ekonomi

1.4 Hipotesis

Ha : Terdapat efektivitas pemberian reward melalui metode token ekonomi

untuk meningkatkan kedisiplinan anak usia 3 – 5 tahun.

Anda mungkin juga menyukai