Anda di halaman 1dari 4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Formulasi Kebijakan Islam


Formulasi kebijakan sebagai bagian dari proses kebijakan public
merupakan tahap yang paling penting. Formulasi kebijakan bisa dikatakan
sebagai inti dari proses kebijakan merupakan tahap yang paling krusial
karena implementasi dan evaluasi kebijakan hanya dapat dilaksanakan
apabila tahap formulasi kebijakan telah selesai. Tahapan ini merupakan
mekanisme yang sesungguhnya untuk memecahkan masalah public yang
telah masuk dalam susunan agenda pemerintah. Tahap ini lebih bersifat
teknis dibandingkan tahapan agenda setting yang lebih bersifat politis
dengan menerapkan berbagai teknik analisis untuk membuat keputusan
terbaik.1
Dalam upaya merumuskan sebuah kebijakan, termasuk kebijakan
pendidikan, apa pun yang dipilih para pengambil keputusan selalu akan
menimbulkan adanya pro dan kontrak. Apalagi bilamana kebijakan
pendidikan dimasukkan tidak secara partisipatoris melibatkan berbagai
elemen masyarakat dalam perumusannya. Misalnya saja tidak dilakukan
uji public terlebih dahulu sebelum suatu kebijakan pendidikan
diimplementasikan. Adanya pertentangan tersebut dapat dimengerti karena
setiap kebijakan pendidikan akan berdampak secara sosial maupun
ekonomi secara luas, baik positif maupun negatif. Maka hal ini diperlukan
solusi permasalahan sesuai firman Allah SWT dalam al-Qur’an surah As-
Syura ayat 38 :

‫ور ٰى بَ ْينَ ُه ْم َو ِم َّما‬


َ ‫ش‬ُ ‫ص ََلة َ َوأ َ ْم ُر ُه ْم‬
َّ ‫َوالَّذِينَ ا ْست َ َجابُوا ِل َر ِب ِه ْم َوأَقَا ُموا ال‬
‫َرزَ ْقنَا ُه ْم يُ ْن ِفقُون‬
“Dan (bagi ) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan
Tuhannya dan mendirikan sholat, sedang urusan mereka (diputuskan)

1
M. Hasbullah, Kebijakan Pendidikan: Dalam Perspektif Teori, Aplikasi, Dan Kondisi Pendidikan
Di Indonesia, (Jakarta :Rajawali Pers, 2015), h. 80
dengan musyawarah antara mereka, dan mereka menafkahkan sebagian
dari rezeki yang kami berikan kepada mereka.”
Berdasarkan ayat di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mencari
solusi permasalahan termasuk dalam lembaga pendidikan hendaknya
dilakukan dengan jalan musyawarah. Kerena dengan musyawarah setiap
orang memiliki persamaan hak untuk mengeluarkan pendapat dan dengan
musyawarah banyak menghasilkan pandangan-pandangan baru sebagai
alternatif pemecahan masalah yang dihadapi oleh lembaga pendidikan.
Kemudian untuk menghasilkan rumusan kebijakan pendidikan
yang baik ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan, yaitu rumusan
kebijakan pendidikan tidak mendiktekan keputusan spesifik atau hanya
menciptakan lingkungan tertentu, rumusan kebijakan dapat dipergunakan
untuk menghadapi masalah atau situasi yang timbul secara berulang.
berarti bahwa waktu, biaya, dan tenaga yang banyak dihabiskan tidak
hanya sekedar dipergunakan memecahkan satu masalah.2
Jadi, dapat disimpulkan bahwa formulasi kebijakan adalah salah-
satu cara untuk memecahkan suatu masalah yang dibentuk oleh para aktor
pembuat kebijakan dalam menyelesaikan masalah yang ada dan dari
seleksi sekian banyaknya alternative maka dipilih kebijakan yang paling
baik untuk memecahkan masalah yang ada.

B. Sistem Politik dan Pengaruhnya Terhadap Kebijakan Pendidikan Islam


Politik dalam bahasa Inggris politics yang memiliki arti mengatur
ketatanegaraan, strategi, seni atau cara yang mengatur, mengurus negara
dan ilmu kenegaraan.3
Dalam UU Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) pasal 1 UU
No. 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

2
Ibid, h. 81
3
BN. Marbun, Kamus Politik, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2004), h. 144
kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.4
Disebutkan pula dalam pasal di atas bahwa pendidikan nasional
merupakan pendidikan yang berlandaskan pancasila dan UUD RI tahun
1945 yang berakarkan pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional
Indonesia, dan tanggap terhadap perubahan zaman. Dalam konteks ini,
politik pendidikan nasional dimaksudkan sebagai pendekatan atau metode
yang didasarkan pada kebudayaan bangsa Indonesia guna mempengaruhi
pihak-pihak tertentu dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.5
Oleh karenanya, sebelum lebih jauh membicarakan pendidikan, maka
perlu diperjelas dulu apakah itu politik pendidikan. Menurut Ki Supriyoko,
ada empat definisi mengenai politik pendidikan: 6 Pertama, ia adalah
metode mempengaruhi pihak lain untuk mencapai tujuan pendidikan.
Kedua, ia lebih bereontasi pada bagaimana tujuan pendidikan dapat
dicapai. Ketiga, ia berbicara mengenai bagaimana metode untuk mencapai
tujuan pendidikan, misalnya tentang anggaran pendidikan, kebijakan
pemerintah, partisipasi masyarakat, dll. Keempat, ia berbicara sejauh mana
pencapaian pendidikan sebagai pembentukan manusia Indonesia yang
berkualitas, penyanggah ekonomi nasional, pembentukan bangsa yang
berkarakter, dll.
Dengan demikian, politik pendidikan dimaknai sebagai sebuah
endapan politik negara, penjabaran dari tradisi bangsa dan nilai-nilai serta
system konsepsi rakyat mengenai bentuk negara dalam system pendidikan.
Politik pendidikan bertujuan untuk memperjelas arah kemajuan
pendidikan demi pembangunan bangsa yang lebih baik kedepannya. 7 Ia
menjadi panduan utama dalam perjalanan pendidikan kebangsaan. Dengan

4
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal I ,
Bagian I
5
Ali Mahmudi Amnur, Konfigurasi Politik Pendidikan Nasional, (Yogyakarta: Pustaka Fahima,
2007), h. 4
6
Ibid, h. 5
7
Kartini Kartono, Tinjauan Politik Mengenai System Pendidikan Nasional, (Bandung: Mandor
Maju, 1997), h. 28
adanya politik pendidikan yang jelas, maka konsep pendidikan yang akan
dibentuk dan dicapai pun akan berada dalam bangunan konsep yang tepat,
kuat dan kokoh. Sehingga mampu melahirkan tatanan pendidikan yang
mencerahkan. Pendidikan pun mampu melahirkan produk-produk
pendidikan yang berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan baik secara
intelektual maupun sosial.
Bagi pemerintah selaku pemegang kebijakan pendidikan, maka
dengan adanya konsep politik pendidikan yang terarah, maka aka nada
kebijakan-kebijakan pendidikan yang menorehkan dan memberadakan.
Namun apabila saat ini, masih banyak kebijakan pendidikan yang tidak
mencerahkan dan justru menjadikan pendidikan sebagai proyek
komersialisasi tertentu, ini disebabkan oleh politik pendidikan yang
dijalankan oleh pemerintah lebih cenderung memihak kepada golongan
tertentu.

Anda mungkin juga menyukai