Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah penyakit yang disebabkan oleh


pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja (faktor fisik, faktor
kimia, faktor biologis, faktor fisiologis atau ergonomi, faktor psikologis), oleh
karena itu penyakit akibat kerja merupakan penyakit artefisial atau sering disebut
manmade diseases. Upaya dalam mencegah timbul PAK yang disebabkan oleh
pekerjaan maka perlu adanya penerapan keselamatan dan kesehatan kerja atau biasa
disebut K3 agar para pekerja merasa nyaman saat sedang bekerja dan dapat
terhindar dari PAK.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu program yang
didasari pendekatan ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya
bahaya (hazard) dan risiko (risk) terjadinya penyakit dan kecelakaan maupun
kerugian-kerugian lainnya yang mungkin akan terjadi. Kesehatan kerja merupakan
bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh keadaan
kesehatan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial sehingga
memungkinkan bekerja secara optimal. Kesehatan kerja juga diatur dalam Undang-
Undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 23 mengenai kesehatan kerja
dijelaskan bahwa upaya kesehatan kerja pada setiap tempat kerja khususnya tempat
kerja yang berisiko terjadinya suatu bahaya kesehatan yang cukup besar bagi para
tenaga kerja supaya dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri
atau orang yang ada di sekelilingnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mengenal kesehatan dan keselamatan kerja?
2. Bagaimana cara mengatasi jika faktor fisik terkena pada kita?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengenal kesehatan dan keselamatan kerja di Rumah Sakit.
2. Untuk mengetahui cara mengatasi faktor fisik yang terkena tubuh
manusia
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu program yang


didasari pendekatan ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya
bahaya (hazard) dan risiko (risk) terjadinya penyakit dan kecelakaan maupun
kerugian-kerugian lainnya yang mungkin akan terjadi. Kesehatan kerja merupakan
bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh keadaan
kesehatan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial sehingga memungkinkan
bekerja secara optimal. Kesehatan kerja juga diatur dalam Undang-Undang nomor
23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 23 mengenai kesehatan kerja dijelaskan
bahwa upaya kesehatan kerja pada setiap tempat kerja khususnya tempat kerja yang
berisiko terjadinya suatu bahaya kesehatan yang cukup besar bagi para tenaga kerja
supaya dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri atau orang
yang ada di sekelilingnya.
Salah satu faktor akibat kerja (PAK) adalah faktor fisik yaitu katarak.
Terjadi pada petugas yang sering kali kontak dengan radiasi sinar elektromagnetik
infra merah dan sinar las serta bahan-bahan lainnya.
2.2 Peraturan Keselamatan Kerja
Tujuan peraturan keselamatan kerja dimaksudkan untuk menjamin :
1. Kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan orang yang bekerja di apotek
2. Mencegah orang lain terkena resiko pekerjaan apotek yang menyebabkan
terganggu kesehatannya akibat kegiatan di apotek.
3. Mengontrol pelepasan bahan berbahaya (gas) dan zat berbau ke udara, sehingga
tidak berdampak negatif terhadap lingkungan.
Aturan umum yang terdapat dalam peraturan itu menyangkut hal-hal sebagai
berikut :
1. Orang yang tak berkepentingan dilarang masuk , untuk mencegah hal yang tidak
diinginkan.
2. Jangan melakukan eksperimen sebelum mengetahui informasi mengenai
ruangan tersebut.
3. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk
memudahkan pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja.
4. Harus tahu cara pemakaian alat emergensi : pemadam kebakaran eye shower,
respirator dan alat keselamatan kerja yang lain.
5. Setiap pekerja apotek harus tau memberi pertolongan darurat (P3K).
6. Latihan keselamatan harus dipraktekkan secara periodik bukan dihapalkan saja.
7. Dilarang makan, minum dan merokok diruangan tersebut.

2.3 Bekerja di Ruang Elektromagnetik


Bekerja diruang terbatas (confined spaces) mengandung beberapa sumber
bahaya baik yang berasal dari bahan kimia yang mengandung racun dan mudah
terbakar dalam bentuk gas,uap,asap, debu dsb. Selain itu masih terdapat bahaya lain
berupa terjadinya oksigen defisiensi atau sebaliknya kadar oksigen berlebihan, suhu
yang meningkat.

2.4 Terkena Sinar di ruangan


Seseorang yang terlalu sering terkena sinar inframerah atau penggunaan sinar
laser pada dunia medis dapat menyebabkan masalah kesuburan reproduksi, ketidak
stabilan hormone dan menyebabkan kemandulan.

2.5 Dampak bagi kesehatan


1. Pusing
2. Kelumpuhan
3. Memicu aktifnya sel – sel kanker dalam tubuh
4. Kesuburan reproduksi
BAB III
KAJIAN KASUS
KATARAK TRAUMATIK

A. Defenisi
Katarak menyebabkan penglihatan menjadi berkabut/buram. Katarak
merupakan keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi
cairan lensa atau denaturasi protein lensa, sehingga pandangan seperti tertutup air
terjun atau kabut merupakan penurunan progresif kejernihan lensa, sehingga
ketajaman penglihatan berkurang (Corwin, 2000).
Katarak adalah kekeruhan lensa. Katarak memiliki derajat kepadatan yang
sangat bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagi hal, tetapi biasanya berkaitan
dengan penuaan (Vaughan, 2000).
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya
terjadi akibat proses penuaan, tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak
kongenital). Dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul,
penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemis, pemajanan radiasi,
pemajanan sinar matahari yang lama, atau kelainan mata yang lain (seperti uveitis
anterior) (Smeltzer, 2001).
Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan
bening menjadi keruh. Asal kata katarak dari kata Yunani cataracta yang berarti air
terjun. Hal ini disebabkan karena pasien katarak seakan-akan melihat sesuatu
seperti tertutup oleh air terjun didepan matanya (Ilyas, 2006) hal 2. Jadi dapat
disimpulkan, katarak adalah kekeruhan lensa yang normalnya transparan dan dilalui
cahaya ke retina, yang dapat disebabkan oleh berbagai hal sehingga terjadi
kerusakan penglihatan.

B. Etiologi Katarak
Katarak bisa disebabkan karena kecelakaan atau trauma.Sebuah benda asing
yang merusak lensa mata bisa menyebabkan katarak.Namun, katarak paling lazim
mengenai orang-orang yang sudah berusia lanjut. Biasanya kedua mata akan
terkena dan sebelah mata lebih dulu terkena baru mata yang satunya lagi.
Katarak juga bisa terjadi pada bayi-bayi yang lahir prematur atau baru
mendapatkannya kemudian karena warisan dari orang tuanya.Namun kembali lagi,
katarak hanya lazim terjadi pada orang-orang yang berusia lanjut.Coba perhatikan
hewan yang berumur tua, terkadang bisa kita melihat pengaburan lensa di
matanya.Semua ini karena faktor degenerasi.
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain
(Corwin,2000):
1. Usia lanjut dan proses penuaan
2. Congenital atau bisa diturunkan.
3. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau
bahan beracun lainnya.
4. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya
diabetes) dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:
1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.
2. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti:
penyakit/gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes
melitus.
3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
4. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti
kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
5. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik (Admin,2009).
Katarak akan berkembang secara perlahan-lahan. Orang-orang tua yang
hidup sendiri (sedikit orang-orang disekitarnya/kurang dirawat) lebih sering terkena
katarak.Karena kebanyakan dari mereka kurang minum air atau cairan lainnya guna
menjaga peredaran darahnya tetap mengalir sebagaimana mestinya.
Patofisiologis
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di
perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan
posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna
menjadi coklat kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di
anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk
katarak yang paling bermakna, nampak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi. Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari
badan silier ke sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat menyebabkanpenglihatan
mengalamui distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan
koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya
ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi
disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang
dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim
mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan
menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang
menderita katarak.

Jenis-Jenis Katarak
Jenis- jenis katarak menurut (Vaughan, 2000) hal 177- 181 terbagi atas :
1. Katarak terkait usia (katarak senilis)
2. Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai. Satu- satunya
gejala adalah distorsi penglihatan dan penglihatan yang semakin kabur.
3. Katarak anak- anak
Katarak anak- anak dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
a. Katarak kongenital
Yang terdapat sejak lahir atau segera sesudahnya. Banyak katarak
kongenital yang tidak diketahui penyebabnya walaupun mungkin terdapat
faktor genetik, yang lain disebabkan oleh penyakit infeksi atau metabolik, atau
beerkaitan dengan berbagai sindrom.
Sejak sebelum berumur 1 tahun sudah terlihat disebabkan oleh
infeksi virus yang dialami ibu pada saat usia kehamilan masih dini (Farmacia,
2009). Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau
segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital
merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat
penanganannya yang kurang tepat.
Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh
ibu-ibu yang menderita penyakit rubela, galaktosemia, homosisteinuri,
toksoplasmosis, inklusi sitomegalik, dan histoplasmosis, penyakit lain yang
menyertai katarak kongenital biasanya berupa penyakit-penyakt herediter
seperti mikroftlmus, aniridia, koloboma iris, keratokonus, iris heterokromia,
lensa ektopik, displasia retina, dan megalo kornea. Untuk mengetahui
penyebab katarak kongenital diperlukan pemeriksaan riwayat prenatal infeksi
ibu seperti rubela pada kehamilan trimester pertama dan pemakainan obat
selama kehamilan. Kadang-kadang terdapat riwayat kejang, tetani, ikterus,
atau hepatosplenomegali pada ibu hamil. Bila katarak disertai uji reduksi pada
urine yang positif, mungkin katarak ini terjadi akibat galaktosemia. Sering
katarak kongenital ditemukan pada bayi prematur dan gangguan sistem saraf
seperti retardas imental.
Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu dilakukan karena
ada hubungan katarak kongenital dengan diabetes melitus, fosfor, dan kalsium.
Hampir 50 % katarak kongenital adalah sporadik dan tidak diketahui
penyebabnya. Pada pupil bayi yang menderita katarak kongenital akan terlihat
bercak putih atau suatu leukokoria.
b. Katarak didapat yang timbul belakangan dan biasanya terkait dengan sebab-
sebab spesifik. Katarak didapat terutama disebabkan oleh trauma, baik
tumpul maupun tembus. Penyyebab lain adalah uveitis, infeksi mata didapat,
diabetes dan obat
4. Katarak Senil
Setelah usia 50 tahun akibat penuaan. Katarak senile biasanya
berkembang lambat selama beberapa tahun, Kekeruhan lensa dengan nucleus
yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya mulai terjadi pada usia lebih
dari 60 tahun. (Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3). Katarak Senil sendiri
terdiri dari 4 stadium, yaitu:
a. Stadium awal (insipien).
Pada stadium awal (katarak insipien) kekeruhan lensa mata masih sangat
minimal, bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa. Pada saat ini
seringkali penderitanya tidak merasakan keluhan atau gangguan pada
penglihatannya, sehingga cenderung diabaikan. Kekeruhan mulai dari tepi
ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior ( katarak kortikal
). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Katarak sub kapsular posterior,
kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara
serat lensa dan dan korteks berisi jaringan degenerative(benda morgagni)pada
katarak insipient kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks
refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang
menetap untuk waktu yang lama. (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh,
ed. 2,).
b. Stadium imatur.
Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi
tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-
bagian yang jernih pada lensa. Pada stadium ini terjadi hidrasi kortek yang
mengakibatkan lensa menjadi bertambah cembung. Pencembungan lensa
akan mmberikan perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi
mioptik. Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris kedepan
sehingga bilik mata depan akan lebih sempit.( (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa
Mata Keruh, ed. 2,).
c. Stadium matur.
Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran
air bersama-sama hasil desintegrasi melalui kapsul. Didalam stadium ini
lensa akan berukuran normal. Iris tidak terdorong ke depan dan bilik mata
depan akan mempunyai kedalaman normal kembali. Kadang pada stadium
ini terlihat lensa berwarna sangat putih akibatperkapuran menyeluruh karena
deposit kalsium ( Ca ). Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negatif.(
Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).
d. Stadium hipermatur.
Katarak yang terjadi akibatkorteks yang mencair sehingga masa lensa
ini dapat keluar melalui kapsul. Akibat pencairan korteks ini maka nukleus
"tenggelam" kearah bawah (jam 6)(katarak morgagni). Lensa akan mengeriput.
Akibat masa lensa yang keluar kedalam bilik mata depan maka dapat timbul
penyulit berupa uveitis fakotoksik atau galukoma fakolitik (Ilyas, Sidarta :
Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).
5. Katarak traumatik
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di
lensa atau trauma tumpul terhadap bola mata. Lensa menjadi putih segera
setelah masuknya benda asing karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan
humor aqueus dan kadang- kadang korpus vitreum masuk kedalam struktur
lensa.
6. Katarak komplikata
Katarak komplikata adalah katarak sekunder akibat penyakit
intraokular pada fisiologi lensa. Katarak biasanya berawal didaerah sub kapsul
posterior dan akhirnya mengenai seluruh struktur lensa. Penyakit-penyakit
intraokular yang sering berkaitan dengan pembentukan katarak adalah uveitis
kronik atau rekuren, glaukoma, retinitis pigmentosa dan pelepasan retina.
7. Katarak akibat penyakit sistemik
Katarak bilateral dapat terjadi karena gangguan- gangguan sistemik
berikut: diabetes mellitus, hipoparatiroidisme, distrofi miotonik, dermatitis
atropik, galaktosemia, dan syndrome Lowe, Werner atau Down.
8. Katarak toksik
Katarak toksik jarang terjadi. Banyak kasus pada tahun 1930-an sebagai
akibat penelanan dinitrofenol (suatu obat yang digunakan untuk menekan nafsu
makan). Kortokosteroid yang diberikan dalam waktu lama, baik secara
sistemik maupun dalam bentuk tetes yang dapat menyebabkan kekeruhan
lensa.
9. Katarak ikutan
Katarak ikutan menunjukkan kekeruhan kapsul posterior akibat katarak
traumatik yang terserap sebagian atau setelah terjadinya ekstraksi katarak
ekstrakapsular
10. Katarak juvenil
Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda yang mulai
terbentuk nya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak
juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak kongenital. Katarak juvenil
biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan
11. Katarak intumesen
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa
degenerative yang menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa disertai
pembengkakan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris
sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal.
Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaucoma.
Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan
mengakibatkan miopi lentikularis. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi
korteks hingga akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang
meberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa
disertai peregangan jarak lamel serat lensa.
12. Katarak kortikal
Katarak kotikal ini biasanya terjadi pada korteks .mulai dengan
kekeruhan putih mulai dari tepi lensa dan berjalan ketengah sehinnga
menggangu penglihatan. Banyak padapenderita DM
Penatalaksanaan Katarak
Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat dibantu
dengan menggunakan kacamata, lensa pembesar, cahaya yang lebih terang, atau
kacamata yang dapat meredamkan cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan tindakan
operasi.
Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki
lensa mata, tetapi tidak semua kasus katarak memerlukan tindakan operasi. Operasi
katarak perlu dilakukan jika kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam
pengelihatan sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari. Operasi
katarak dapat dipertimbangkan untuk dilakukan jika katarak terjadi berbarengan
dengan penyakit mata lainnya, seperti uveitis yakni adalah peradangan pada uvea.
Uvea (disebut juga saluran uvea) terdiri dari 3 struktur:
1. Iris : Cincin berwarna yang melingkari pupil yang
2. berwarna hitam.
3. Badan silier : Otot-otot yang membuat lensa menjadi lebih tebal.
4. Koroid : Lapisan mata bagian dalam yang membentang dari
5. ujung otot silier ke saraf optikus di bagian belakang mata.
Sebagian atau seluruh uvea bisa mengalami peradangan. Peradangan yang
terbatas pada iris disebut iritis, jika terbatas pada koroid disebut koroiditis. Juga
operasi katarak akan dilakukan bila berbarengan dengan glaukoma, dan retinopati
diabetikum. Selain itu jika hasil yang didapat setelah operasi jauh lebih
menguntungkan dibandingkan dengan risiko operasi yang mungkin terjadi.
Pembedahan lensa dengan katarak dilakukan bila mengganggu kehidupan social
atau atas indikasi medis lainnya. Indikasi dilakukannya operasi katarak :
1. Indikasi sosial : Jika pasien mengeluh adanya gangguan
penglihatan dalam melakukan rutinitas pekerjaan.
2. Indikasi medis : Bila ada komplikasi seperti glaucoma.
3. Indikasi optic : Jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari
jarak 3m didapatkan hasil visus 3/60.
Ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu:
1. ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction)Yaitu dengan mengangkat semua
lensa termasuk kapsulnya. Sampai akhir tahun 1960 hanya itulah teknik operasi
yg tersedia.
2. ECCE (Ekstra Capsular Cataract Extraction) terdiri dari 2 macam yakni:
a. Standar ECCE atau planned ECCE dilakukan dengan mengeluarkan lensa
secara manual setelah membuka kapsul lensa. Tentu saja dibutuhkan sayatan
yang lebar sehingga penyembuhan lebih lama.
b. Fekoemulsifikasi (Phaco Emulsification). Bentuk ECCE yang terbaru dimana
menggunakan getaran ultrasonic untuk menghancurkan nucleus sehingga
material nucleus dan kortek dapat diaspirasi melalui insisi ± 3 mm. Operasi
katarak ini dijalankan dengan cukup dengan bius lokal atau menggunakan tetes
mata anti nyeri pada kornea (selaput bening mata), dan bahkan tanpa menjalani
rawat inap. Sayatan sangat minimal, sekitar 2,7 mm. Lensa mata yang keruh
dihancurkan (Emulsifikasi) kemudian disedot (fakum) dan diganti dengan
lensa buatan yang telah diukur kekuatan lensanya dan ditanam secara
permanen. Teknik bedah katarak dengan sayatan kecil ini hanya memerlukan
waktu 10 menit disertai waktu pemulihan yang lebih cepat.
Pascaoperasi pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka
pendek. Kacamata baru dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika bekas
insisi telah sembuh. Rehabilitasi visual dan peresepan kacamata baru dapat
dilakukan lebih cepat dengan metode fakoemulsifikasi. Karena pasien tidak dapat
berakomodasi maka pasien akan membutuhkan kacamata untuk pekerjaan jarak
dekat meski tidak dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh. Saat ini digunakan lensa
intraokular multifokal. Lensa intraokular yang dapat berakomodasi sedang dalam
tahap pengembangan.
Apabila tidak terjadi gangguan pada kornea, retina, saraf mata atau masalah
mata lainnya, tingkat keberhasilan dari operasi katarak cukup tinggi, yaitu
mencapai 95%, dan kasus komplikasi saat maupun pasca operasi juga sangat jarang
terjadi. Kapsul/selaput dimana lensa intra okular terpasang pada mata orang yang
pernah menjalani operasi katarak dapat menjadi keruh. Untuk itu perlu terapi laser
untuk membuka kapsul yang keruh tersebut agar penglihatan dapat kembali
menjadi jelas.
G. Pencegahan
Cara pencegahan penyakit katarak yang dapat dilakukan adalah dengan
menjaga penyakit yang memiliki hubungan dengan katarak sebaiknya menghindari
factor yang mempercepat terbentuknya penyakit katarak.
Mengkonsumsi suplemen sebelum terjadi katarak dapat menunda
pembentukkan atau mencegah katarak. Sedangkan pada tahap awal katarak
suplemen dapat memperlambat petumbuhannya. Pada tahap berat tindakan hanya
bisa diatasi dengan operasi. Berikut ini beberapa suplemen yang jika dikonsumsi
dapat mencegah terjadinya katarak :
1. Vitamin C dan E, melindungi lensa mata dari kerusakan akibat asap rokok dan
sinar Ultraviolet. Minum vitamin C 250 mg 4 kali sehari, kurangi dosis jika
mengalami diare. Vitamin E 200 IU 2 kali sehari.
2. Selenium, membantu menetralisasi radikal bebas, 200 mcg 2 kali sehari.
3. Billberry, membantu membuang racun dari lensa maata dan retina. Kombinasi
billberry dan vitamin E sudah terbukti dapat menghentikan pertumbuhan
katarak pada 48 dari 50 orang yang di teliti. Dosis yang tepat adalah 80 mg dan
dikonsumsi 3 kali sehari
4. Alpha-lipoic acid, meningkatkan efektifitas vitamin C dan E, 150 mg sehari
(pagi sebelum makan)
5. Ekstrak biji anggur ( grape seed ), menguatkan pembuluh darah halus dibagian
mata, 100 mg 2 kali sehari.
6. Program yang perlu dilakukan adalah :
a. Lindungi mata dari cahaya, matahari langsung, dengan menggunakan
kacamata matahari
b. Gunakan topi yang lebar, saat anda berada diluar atau dalam melakukan
pekerjaan diluar area gedung.
c. Gunakan kaca mata google dalam bekerja yang berhubungan dengan
chemical, percikan api las.
d. Makanlah makanan yang cukup mengandung antioksidan seperti buah dan
sayuran segar.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu didunia karena penyakit ini
menyerang tanpa disadari oleh penderitanya. Katarak terjadi secara perlahan-lahan.
Katarak baru terasa mengganggu setelah tiga sampai lima tahun menyerang lensa mata.
Penderita rata-rata berasal dari ekonomi lemah sehingga banyak diantara mereka
tidak tersentuh pelayanan kesehatan. Dan kebanyakan katarak terjadi karena proses
degeneratif atau semakin bertambahnya usia seseorang. Bahkan, dari data statistik lebih
dari 90 persen orang berusia di atas 65 tahun menderita katarak, sekitar 55 persen orang
berusia 75-85 tahun daya penglihatannya berkurang akibat katarak (Irawan, 2008)

4.2 Saran
Karena katarak merupakan penyebab kebutaan nomor satu di dunia, maka program
kerja terkait penyakit akibat kerja terutama katarak traumatik perlu dilakukan dan dipatuhi
dari semua unsur baik manajemen serta jajaran paling bawa.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth.(2001).Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. EGC : Jakarta


Barbara C, Long.(1996). Perawatan medikal bedah. EGC : Jakarta
Corwin, J Elizabeth.(2000). “buku saku patofisiologi”. EGC : Jakarta
Doenges, E. Marilynn. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.EGC : Jakarta
ss

Anda mungkin juga menyukai