Anda di halaman 1dari 13

KEMAS 11 (1) (2015) 112-124

Jurnal Kesehatan Masyarakat


http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas

POLA ASUH DALAM KESEHATAN ANAK PADA IBU BURUH PABRIK

Rindu Oemar, Astrid Novita

Program Studi Kesehatan Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Kemajuan tingkat ekonomi dan pendidikan wanita membuat banyak ibu rumah tang-
Diterima 23 April 2015 ga yang bekerja di luar rumah sehingga mempengaruhi pola asuh ibu terhadap anak.
Disetujui 11 Juli 2015 Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran pola asuh ibu dan aspek penting yang
Dipublikasikan Juli 2015
mempengaruhi serta proses pengembangan pola asuh kesehatan anak pada ibu yang
Keywords: bekerja sebagai buruh pabrik di wilayah Cimanggis Depok pada tahun 2014. Penelitian
Parenting; ini menggunakan desain mixed methode yaitu gabungan penelitian kuantitatif dengan
Factory Workers; desain studi cross-sectional dan kualitatif studi kasus intrinsik. Penelitian dilakukan di 3
Communications pabrik dari Bulan Februari 2014 - Februari 2015. Jumlah sampel sebanyak 40 responden.
Analisa data menggunakan analisa tematik dengan menggunakan triangulasi sumber.
DOI Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antarasosial ekonomi (nilai p 0,026), kead-
http://dx.doi.org/10.15294/ aan keluarga (nilai p 0,024), keadaan kesehatan keluarga nilai p 0,009), dan lingkungan
kemas.v11i1.3543
keluarga (nilai p 0,045) terhadap pola asuh pada ibu buruh pabrik di wilayah Cimanggis
Depok sedangkan variabel lainnya tidak berhubungan. Simpulan penelitian ini adalah
ada hubungan faktor sosial ekonomi, keadaan keluarga, keadaan kesehatan keluarga dan
lingkungan keluarga dengan pola asuh pada ibu buruh pabrik dan selain itu komunikasi
menjadi faktor terpenting. Diperlukan adanya pola komunikasi yang baik, sehingga da-
pat tercipta pola asuh yang ideal.

PARENTING IN FOR MATERNAL CHILD HEALTH ON FACTORY WORKERS

Abstract
Economic progression and educational level of women make housewives who work
outside home affect parenting mother to child. This study aims to find a description of
parenting mothers and important aspects that affect the development process of parenting
and child health in women who worked in factories in the area Cimanggis Depok in 2014.
This study used a mixed method design which combines quantitative research with cross-
sectional design and intrinsic qualitative case-studies. The study was conducted in three
factories in February 2014 - February 2015 with 40 respondents. Data were analyzed
using thematic analysis using triangulation. The results showed no relationship between
socioeconomic (p value = 0.026, OR 12.143), family circumstances (p-value = 0.024), the
state of health of the family (p-value = 0.009), and the family environment (p value =
0.045) against maternal parenting factory workers in the area Cimanggis Depok. The result
was there were relationship among socioeconomic factors, family circumstances, state of
health of the family and the family environment with maternal parenting factory workers
and besides communication becomes the most important factor. There needs to be a good
communication pattern to create the ideal parenting.

© 2015 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 1858-1196
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju
Gedung HZ, Jl. Harapan No. 50 Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan
Email: rindu_oemar@yahoo.com
KEMAS 11 (1) (2015) 112-124

Pendahuluan Rahman (2012), pada keluarga yang


Pembangunan manusia Indonesia berekonomi rendah tetapi mempunyai pola
seutuhnya identik dengan pembangunan pengasuhan balita yang baik, akan mampu
sumberdaya manusia (SDM) yang mengoptimalkan kualitas status gizi
berkualitas. Sasaran yang paling strategis balita.
dalam pembangunan SDM berkualitas adalah Peranan wanita dalam keluarga tidak
anak-anak. Salah satu upaya yang harus bisa dipisahkan dengan peran dan kedudukan
dilakukan untuk mencapai hal tersebut mereka dalam keluarga. Wanita yang bekerja
adalah dengan melakukan pemantauan dan memiliki alasan bahwa bekerja merupakan
menerapkan pola asuh yang baik terhadap suatu pilihan atau kebutuhan. Salahsatunya
anak (Abhari, 2012). adalah dikarenakan tingkat kemiskinan dan
Perkembangan anak sangat pengangguran yang semakin meningkat,
dipengaruhi orang tua sebagai agen sehingga ibu harus berkontribusi membantu
sosial. Anak sebagai bagian dari anggota perekonomian keluarga untuk memenuhi
keluarga, dalam pertumbuhannya tidak bisa kebutuhan. Meningkatnya jumlah wanita
terlepas dari lingkungan yang merawat dan yang memasuki dunia kerja di sektor publik
mengasuhnya. Pola asuh orangtua tentang merupakan fenomena yang perlu dicermati,
tumbuh kembang, sangat membantu anak khususnya berkaitan dengan berkembangnya
mencapai dan melewati pertumbuhan dan peran yang harus dilakukan dan konsekuensi
perkembangan sesuai dengan tingkat usianya yang harus dihadapi dalam menjalankan
secara normal. Dengan lebih mengetahui perannya sebagai pengasuh utama bagi
tumbuh kembang anak diharapkan anak.
pertumbuhan dan perkembangan Masuknya seorang ibu yang bekerja di
anaknya lebih maksimal sehingga dapat dunia publik, setidaknya akan berpengaruh
menghasilkan derajat kesehatan yang baik. terhadap perannya di dalam rumah tangga, baik
Pola asuh sendiri didefinisikan sebagai sebagai istri dengan perannya secara normatif
perilaku pengasuhan yang meliputi pemberian yang berlaku di dalam masyarakat pada
ASI, diagnosa penyakit, pemberian makanan umumnya maupun sebagai seorang ibu
tambahan, stimulasi bahasa dan kemampuan yang mempunyai kewajiban memenuhi hak-
kognitif lainnya serta pemberian dukungan hak dan kebutuhan dari anak-anaknya. Perlu
emosional yang baik. Praktik pengasuhan dikembangkannya konsep pola asuh yang
yang memadai merupakan hal yang sangat sesuai untuk ibu yang bekerja agar tetap
penting, tidak hanya bagi daya tahan anak dapat melaksanakan tugas dan kewajiban
tetapi juga mengoptimalkanperkembangan sebagai istri dan ibu yang bertanggungjawab,
fisik dan mental anak serta baiknya kondisi membuat peneliti ingin melihat lebih
kesehatan anak (Mashithah, 2005). Banyak dalam fenomena pola asuh pada ibu yang
faktor yang mempengaruhi pola asuh orangtua bekerja dihubungkan dengan kesehatan
diantaranya adalah lingkungan, status anak.
sosial ekonomi, dan karakteristik orang tua. Berdasarkan data sekunder di Kota
Menurut Amalia dalam Mashithah (2005) Depok pada tahun 2012, didapatkan jumlah
pendidikan ibu memegang peranan wanita yang bekerja sebanyak 155 orang
penting yang turut menentukan kualitas (16%) dari keseluruhan pendukuknya. Selain
pengasuhan, seperti terlibat aktif dalam itu bersamaan dengan fenomena tersebut,
setiap pendidikan anak, mengamati di wilayah Depok sendiri berdirinya pabrik-
segala sesuatu dengan berorientasi pada pabrik sangat memfasilitasi keinginan
masalah anak, serta menilai perkembangan para wanita tersebut untuk bisa bekerja
fungsi keluarga dan kepercayaan anak. membantu perekonomian rumah tangganya.
Lingkungan dan suasana rumah merupakan Di wilayah Cimanggis Depok, terdapat sekitar
hal yang juga turut berperan dalam 15 pabrik yang hampir sebagian pekerjanya
penyelenggaraan pengasuhan anak. adalah wanita yang telah berumah tangga.
Selain itu, menurut Sanjaya dalam Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan

113
Rindu & Astrid Novita / Pola Asuh dalam Kesehatan Anak pada Ibu Buruh Pabrik

serta menganalisis fenomena pola asuh pada informan utama. Mengetahui dengan baik
ibu yang bekerja sebagai buruh diwilayah mengenai proses pengasuhan yang dilakukan
Cimanggis Depok secara lebih dalam. oleh informan utama. Bersedia menjadi
informan pendukung dengan menandatangani
Metode Penelitian informed consent sebagai bukti tertulis
Penelitian ini menggunakan desain Penelitian ini menggunakan data
mixed methode yaitu gabungan penelitian primer sebagai sumber informasi. Data primer
kuantitatif dan kualitatif. Jenis penelitian didapatkan dengan cara melakukan wawancara
kuantitatif yang digunakan adalah cross mendalam kepada informan utama dan
sectional. Penelitian Kuantatif dilakukan untuk pendukung secara langsung.
mengetahui distribusi frekuensi per variabel Hasil wawancara mendalam dibuat
dan hubungan antar variabel dependen dalam bentuk transkrip dengan menambahkan
dengan independent yaitu pengkategorian catatan lapangan (field note) yang ada, serta hal-
variabel-variabel yang berkaitan dengan hal lain yang tidak dapat ditangkap oleh alat
pola asuh. Alasan menggunakan penelitian perekam yang terkait dengan topik wawancara.
kualitatif dalam penelitian ini agar secara Kemudian dilakukan pengkodean dalam
khusus memperoleh informasi yang sebanyak- transkrip dengan memberikan nomor secara
banyaknya tentang pengetahuan, peranan berurutan. Setiap topik juga diberikan kode
lingkungan dan sosial ekonomi, serta tertentu sehingga memudahkan analisis. Dari
perilaku informan dalam pengasuhan anak. hasil pengkodean data yang ada diringkas dan
Jenis penelitian kualitatif dalam penelitian ini dibuat catatan di kolom yang tersedia termasuk
adalah studi kasus intrinsik. tema-tema maupun kata kunci.
Informan dipilih dengan menggunakan Analisa data kuantitatif dianalisa dengan
purposive sampling (sampel pertimbangan). chi-square dan untuk kualitatif analisis data
Pemilihan informan dalam penelitian ini yang digunakan adalah analisis tematik.
dengan cara berantai/bola salju (snowball Triangulasi dilakukan dengan triangulasi
sampling). Jumlah responden 40 dengan sumber, yaitu dengan melakukan cross-check
spesifikasi 30 informan utama dan 10 data dengan fakta dari sumber lain seperti
informanpendukung. Kriteria informan utama melakukan WM dengan informan pendukung.
dalam penelitian ini adalah: Wanita yang sudah
menikah dan mempunyai anak yang tinggal Hasil dan Pembahasan
bersama. Bekerja sebagai buruh di Pabrik. Hasil analisis univariat terhadap
Melakukan pengasuhan terhadap anaknya karakteristik responden yaitu pendidikan, usia,
secara langsung. Bersedia menjadi informan lama kerja, dan status pernikahan disajikan
dengan menandatangani informed consent dalam tabel 1.
sebagai bukti tertulis Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian
Kriteria informan pendukung dalam besar informan utama mempunyai pendidikan
penelitian ini adalah: mempunyai hubungan yang rendah (SD-SMA). Hanya 3 responden
keluarga, sedarah, atau kerabat dekat dengan yang mempunyai pendidikan tinggi (Perguruan
Tabel 1.Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden Informan Utama
Karakteristik Responden Kategori n %
Pendidikan Rendah 27 90,0
Tinggi 3 10,0
Usia 16 – 23 tahun 18 60
24 -39 Tahun 12 40
Lama Kerja 4 - 15 Tahun 15 50
16 - 23 Tahun 15 50
Status Pernikahan Menikah 27 90,0
Bercerai/Janda 3 10,0
Sumber: Data Primer

114
KEMAS 11 (1) (2015) 112-124

Tinggi). Mereka yang berpendidikan rendah, juga merupakan salah satu orang yang
sebagian besar bekerja pada bagian operator berperan dalam pola pengasuhan anak dari
dan gudang, sementara yang berpendidikan pekerja buruh wanita buruh pabrik. Orang tua
tinggi bekerjanya dibagian yang pengecetan dianggap sebagai orang yang bisa dipercaya
dan administrasi. untuk mengasuh anak-anak dari informan
Usia informan utama berkisar dalam utama, terutama ibu. Usia orang tua yang
rentang usia 16-39 tahun. Hampir sebagian menjadi informan pendukung sekitar 52
bekerja di pabrik tersebut selama beberapa sampai dengan 61 tahun. Para informan utama
tahun sejak mereka menyelesaikan pendidikan menitipkan anak-anak nya kepada orang tua
terakhirnya. Para informan kunci (buruh mereka mulai dari jam 7 sampai dengan jam
pabrik) paling lama ada yang bekerja selama 17. Pendidikan orang tua informan utama
23 tahun, dan yang paling pendek waktu bervariasi, ada yang tamat SD dan ada juga
bekerjanya selama 4 tahun. Alasan mereka yang SMA. Sebagian besar orang tua (ayah)
memilih loyal dengan tempat kerja yang mereka informan bekerja sebagai wiraswasta, ada juga
jalani sekarang dikarenakan meraka takut tidak yang bekerja sebagai tukang ojek. Sementara
bisa mendapatkan kerja ditempat lain, selain ibu mereka sebagian besarnya sebagai ibu
itu mereka sudah merasa nyaman bekerja rumah tangga.
ditempatnya sekarang. Alasan mereka bekerja Selain orang tua, informan utama juga
sebagai buruh pabrik bervariasi, sebagian melakukan penitipan anak kepada suami
besar beralasan dikarenakan desakan ekonomi mereka. Mereka melakukan pengasuhan karena
keluarga, ingin menambah pendapatan waktu kerjanya yang bergantian dengan sang
keluarga, juga ada yang ingin mempunyai istri (informan utama). Suami yang bekerja
penghasilan sendiri sebagai istri, dan ada yang sebagai pegawai swasta bekerja di perusahaan
memang ingin setelah lulus bekerja di pabrik tempat dia bekerja pada malam hari, sehingga
tersebut. Sedangkan menurut status menikah pada pagi hari sampai sore bisa melakukan
sebanyak 27 responden berstatus menikah dan tugasnya sebagai pengasuh anak mereka.
3 responden memiliki status bercerai/janda. Sementara suami informan yang wiraswasta,
Informan pendukung dalam penelitian mempunyai usaha toko kelontong di rumah,
ini terdiri dari 3 orang pengasuh dan 3 orang tua sehingga peran pengasuhan anak pun bisa
anak informan utama, 2 orang suami, 1 orang dilakukan. Pendidikan suami yang menjadi
tetangga, serta 1 orang kepala kepegawaian informan pendukung adalah SMA dengan usia
di salah satu pabrik tempat informan utama 40 tahun dan 37 tahun.
bekerja. Usia pengasuh anak informan sangat Kepala kepegawaian yang menjadi
bervariasi, ada yang berusia 42 tahun, 38 tahun, informan pendukung dalam penelitian ini
dan 44 tahun. Mereka sudah bekerja menjadi merupakan orang yang mengetahui dengan
pengasuh rata-rata selama kurang lebih 3 baik mengenai kepegawaian, tata tertib yang
tahun. Mereka bertempat tinggal agak jauh diterapkan dan sarana fasilitas yang tersedia
dari rumah informan utama.Semua pengasuh di salah satu pabrik yang diambil sebagai area
ini berpendidikan SMP, selain menjadi penelitian ini. Kepala kepegawaian ini berusia
pengasuh pada hari kerja juga biasa membantu 46 tahun, dengan pendidikan terakhir adalah
mengerjakan pekerjaan rumah di tetangga strata 1 bidang manajemen, sudah bekerja di
sekitar di hari sabtu dan minggu. pabrik tersebut selama 12 tahun, dan menjadi
Selain pengasuh, orang tua informan kepala kepegawaian selama 7 (tujuh) tahun.
Tabel 2.Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Ekonomi
Pendapatan Kategori n %
Pendapatan Suami < 1 Juta 6 20,0
≥ 1 Juta 24 80,0
Pendapatan Responden < 1 Juta 1 3,3
≥ 1 Juta 29 96,7
Sumber: Data Primer

115
Rindu & Astrid Novita / Pola Asuh dalam Kesehatan Anak pada Ibu Buruh Pabrik

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kebutuhan lain yang dipenuhi dari penghasilan
Pengeluaran Rumah Tangga tersebut digunakan juga untuk membayar
Item Pengeluaran % pengembalian pinjaman (bayar hutang). Selain
Makanan/Minuman 36,8 itu, pengeluaran besar lainnya digunakan untuk
Energi (listrik, kayu, gas, minyak) 6,8 biaya sekolah dari anak-anaknya buruh pabrik
Transportasi (termasuk bensin) 9,9 (informan kunci) (Tabel 3).
Hasil analisis univariat terhadap
Kebersihan (sabun, sabun cuci, …) 5,6
lingkungan keluarga responden ditampilkan
Baju/Sepatu 2,1
dalam tabel 4. Tabel 4 menunjukkan sebagian
Sekolah 10,8 besar responden memiliki jumlah anak sedikit
Kesehatan 4,1 yaitu sebanyak 24 responden. Sebagian besar
Pengembalian Pinjaman 17,6 responden memiliki jumlah tanggungan
Rokok 0,6 sedikit sebanyak 25 responden sedangkan
Sumbangan (rutin) 1,9 dari kepemilikan tempat tinggal mayoritas
Lain-lain 3,8 menempati rumah sendiri yaitu sebanyak
Sumber: Data Primer 24 responden dengan semua kondisi tempat
Hasil analisis univariat terhadap status tinggal dalam keadaan layak.
ekonomi responden dapat dilihat pada tabel 2 Dari aspek sosial ekonomi lebih banyak
berikut ini. responden yang memiliki sosial ekonomi yang
Sebagian besar suami informan utama baik sebanyak 24 responden dibandingkan
berpenghasilan diatas Rp. 1.000.000 (satu juta yang buruk. Dari tabel 4 juga diketahui
rupiah). Sebagian besar informan kunci (buruh keadaan keluarga sebagian besar responden
pabrik wanita) juga berpenghasilan lebih dari adalah baik yaitu sebanyak 18 responden.
1.000.000 (satu juta rupiah) per bulannya. Keadaan kesehatan keluarga responden juga
Hanya 3 (tiga) orang yang berpenghasilan menunjukkan jumlah yang lebih besar pada
kurang dari itu. Penghasilan tersebut sebagian kelompok kesehatan keluarga baik sebabnyak
besar digunakan untuk pengeluaran kebutuhan 19 responden dibandingkan yang buruk.
makan dan minum atau kebutuhan dasar. Sebanyak 20 responden memiliki lingkungan
keluarga yang baik dengan persentase 66,7%.
Tabel 4.Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lingkungan Keluarga
Variabel Lingkungan Keluarga Kategori n %
Jumlah anak Sedikit (≤ 2) 24 80
Banyak (> 2) 6 20
Jumlah Tanggungan Sedikit (≤ 2) 25 83,3
Banyak (> 2) 5 16,7
Kepemilikan Tempat Tinggal Kontrak/Tinggal dgn Ortu 6 20
Milik Sendiri 24 80
Kondisi Tempat Tinggal Tidak Layak 0 0
Layak 30 100
Sosial Ekonomi Buruk 6 20
Baik 24 80
Keadaan Keluarga Buruk 12 4
Baik 18 60
Kesehatan Keluarga Buruk 11 36,7
Baik 19 63,3
Lingkungan Keluarga Buruk 10 33,3
Baik 20 66,7
Pola Asuh Kesehatan Anak Buruk 12 40
Baik 18 60
Sumber: Data Primer

116
KEMAS 11 (1) (2015) 112-124

Dari segi pola asuh sebanyak 12 responden tuh bagus buat anak-anak.”
memiliki pola asuh yang buruk, sedangkan Untuk pengetahuan informan
18 responden lainnya memiliki pola asuh mengenai teman bermain anak-anaknya,
kesehatan anak yang baik. sebagian besar informan mengatakan bahwa
Keadaan keluarga buruh pabrik dalam mereka mengetahui dan mengenal dengan
penelitian ini, sebagian besar merupakan baik teman main anak-anaknya. Sebagian
keluarga yang berada dalam lingkungan dan besar informan mengatakan bahwa sebagian
kondisi keluarga yang baik. Jumlah keluarga besar teman bermain anak-anaknya adalah
mereka pada sebagian besar informan kunci berasal tetangga dan teman sekolahnya, ada
berjumlah sedkit, hanya terdiri dari keluarga juga teman mengaji. Pola bermain sebagian
ini (suami, istri, dan anak) tidak ada keluarga besar anak-anak informan adalah dengan
lain yang ikut tinggal dirumahnya/tanggungan main ke rumah dibandingkan bermain di luar.
keluarga. Hanya beberapa informan saja yang Hanya ada satu orang informan kunci yang
mempunyai anggota keluarga banyak (lebih mengalami permasalahan dengan pergaulan
dari 2 orang). Berikut kutipan dari pernyataan anaknya. Hal tersebut dikarenakan kurangnya
salah satu informan utama yang menyatakan pengawasan dari orang tua yang saat itu
bahwa anggota keluarga yang tinggal di bekerja dan ayahnya sakit stroke, sehingga
rumahnya hanya keluarga ini: motivasi sang anak ingin mendapatkan
uang yang banyak untuk membantu biaya
“engga, Cuma bertiga aja di rumah...saya, suami pengobatan ayahnya dengan menjadi
dan anak”. pengantar paket yang ternyata narkoba. Tetapi
secara keseluruhan, teman bermain atau
Untuk kepemilikan tempat tinggal pergaulan anak-anak informan kunci masih
hampir sebagian besar informan mengatakan dikategorikan dalam lingkungan pergaulan
bahwa kepemilikannya milik pribadi, tetapi yang baik dan tidak berisiko. Berikut adalah
masih ada beberapa informan yang tempat pernyataan salah satu informan utama yang
tinggalnya di kontrakan dan ikut dengan orang menyatakan bahwa informan mengenal
tua. Pada sebagian besar Informan ditemukan teman main anak-anaknya :”kenal, teman
pendapat bahwa keadaan lingkungan tempat sekolah ataupun teman dirumah..kalau yang
tinggal dan keluarganya sudah dikategorikan rumahnya deket kan suka main, yah itu kan
baik. Lingkungan informan memiliki sarana dia cerita, dia juga jarang main jauh-jauh sih,
air bersih, kondisi rumah permanen mainnya dirumah, temennya yang main”.
(ventilasi, lantai keramik, atap plafon/ Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan
tertutup, tersedia jamban yang sehat, drainase/ beberapa informan pendukung, yang
pembuangan limbah rumah tangga sudah mengatakan bahwa lingkungan tempat
mengalir, pembuangan sampah tersedia) tinggal informan utama cukup baik; Berikut
dan jauh dari lokasi terminal atau pasar pernyataan salah satu informan pendukung
sehingga informan menganggap tidak akan tentang hal-hal tersebut :
berisiko untuk terkena tindakan kriminal/
kejahatan ataupun pergaulan yang salah. Selain “Iya ...rumah sih punya sendiri..lingkungan sih
itu ada juga informan yang tinggal di dekat enak, air bersih, ga banyak pabrik, deket masjid
lingkungan pesantren. Jadi dapat dikatakan dan sekolah...ga deket jalan raya..adem lah buat
secara keseluruhan keadaan lingkungan tinggal...setau saya sih kalo temen-temenya
tempat tinggal informan dalam kondisi layak. lebih sering maen ke rumah, dibanding si ade
Berikut bukti pernyataan salah satu informan ke rumah temennya, biar keliatan main apanya
yang menyatakan bahwa lingkungan tempat kata ibunya gitu”.
tinggalnya sudah baik : “kalau lingkungan saya,
alhamdulillah tempat tinggal saya itu benar- Sebagian besar informan utama
benar sehat, dekat masjid, jadi anak-anak ada menyatakan bahwa dalam keluarga
kesibukan mengaji, kalau bulan puasa yah mereka tidak ada anggota keluarga yang
tarawih, tadarus, yah pokoknya lingkungannya mempunyai penyakit menular ataupun

117
Rindu & Astrid Novita / Pola Asuh dalam Kesehatan Anak pada Ibu Buruh Pabrik

berisiko menurunkan (genetik), hanya saja


ada beberapa suami/kepala keluarga yang ”ke puskesmas...”.
mempunyai perilaku merokok. Walaupun
demikian, mereka (informan utama/ibu) selalu Kutipan pernyataan informan yang
melakukan pencegahan agar asap rokok nya menyatakan menggunakan pengobatan
tidak mengenai anak atau anggota keluarga, alternatif:
salah satunya dengan cara menyarankan
suami untuk merokok diluar dan mengganti ”ke alternatif dulu, kalau emang di
baju serta cuci tangan setiap selesai merokok rujuk ke rumah sakit, yah saya ke rumah
dan sebelum berinteraksi dengan anak. sakit, kalau memang tidak parah yah
Berikut ini adalah kutipan pernyataan salah enggak.
seorang informan yang menyatakan bahwa
dalam anggota keluarganya tidak ada Dari keseluruhan informan kunci,
yang mempunyai penyakit menular atau hanya 3 orang yang memberikan ASI Ekslusif
genetik : kepada anaknya semasa kecil. Banyak faktor
yang menjadi alasan untuk informan tidak
“tidak ada, semuanya sehat... tapi kalau yang memberikan ASI nya secara ekslusif, diantaranya
merokok sih ada... kalo yah dipersilakan keluar, karena ada ASI baru keluar sesudah 1 (satu)
menjauh dari anak-anak... sesudah minggu melahirkan, ASI nya tidak lancar
merokok harus ganti baju dan cuci tangan, sehingga tidak bisa menyetok ASI selama bayi
sebelum pegang anak” ditinggalkan dirumah, dan tidak tersedianya
sarana dari tempat kerja untuk melakukan
Untuk upaya pengobatan yang pompa ASI pada waktu istirahat kerja. Menurut
dilakukan oleh keluarga, sebagian besar 2 (dua) dari 3 (tiga) orang informan yang bisa
informan mengatakan bahwa mereka memberikan ASI Ekslusif, mengatakan salah
menggunakan pelayanan kesehatan, baik satu faktor penyebabnya memang sangat
Rumah Sakit maupun klinik yang tergantung dari tempat kerjanya, dengan
direkomendasikan oleh perusahaan tempat tersedianya sarana untuk pompa ASI,
mereka bekerja. Ada beberapa informan maka lebih memungkinkan wanita pekerja
utama yang menggunakan upaya pabrik untuk bisa memberikan ASI Eksklusif.
pengobatan alternatif (penggunaan obat Hal tersebut didukung oleh pernyataan
herbal) untuk menyembuhkan anaknya informan pendukung yang merupakan kepala
yang sakit karena hepatitis. Hampir secara kepegawaian di tempat kerja salah satu pabrik
keseluruhan, informan belum pernah tempat penelitian, yang mengatakan bahwa
mengalami masalah kesehatan dan non mereka menyediakan sarana dan fasilitas untuk
kesehatan yang serius. Hanya ada 1 orang melakukan pemerahan ASI selama waktu
informan yang pernah mengalami tertentu selama kerja. Berikut pernyataan
masalah non kesehatan secara serius, yaitu informan pendukung yang menyampaikan
salah satu anaknya ditangkap polisi bahwa pihak manajemen pabrik sangat
dikarenakan telah difitnah membawa narkoba. mendukung dengan program ASI Eksklusif :
Berikut adalah pernyataan salah satu
informan yang menyatakan bahwa pelayanan “di kami sih sudah ada ruangan khusus untuk
kesehatan yang digunakan apabila ada anggota pegawai supaya bisa memerah ASI..disitu juga
keluarga yang sakit : ada kulkas kecil dan handuk bersih..jadi pegawai
yang lagi punya bayi bisa tetap kasih asi ekslusif”.
“kalo sakit ringan di bawa ke klinik di kantor
ke dokter umum, kan nanti diliat dari klinik Untuk informan yang saat ini masih
kalau udah 3 hari nanti dirujuk ke dokter mempunyai bayi, masih memberikan susu
spesialis”. formula walaupun usianya sudah ada yang
lebih dari dua tahun. Alasan informan masih
Ada informan yang menjawab: memberikan susu formula, salah satunya karena

118
KEMAS 11 (1) (2015) 112-124

dianggap bisa mewakili kandungan gizi yang besar menitipkan anak-anaknya untuk diasuh
terdapat di ASI dan merasa penting sebelum oleh keluarga atau orang lain selama mereka
umurnya 10 tahun, walaupun sebagian besar bekerja. Berbagai alasan tentang keefektifan
dari mereka mengetahui manfaat ASI secara pengasuhan pun dikemukakan oleh
gizi dan dampak bagi kesehatannya. Berikut informan, diantaranya : ada perbedaan prinsip
adalah kutipan pernyataan dari salah satu pengasuhan dengan orang yang dititipi
informan kunci: anaknya sehingga memberikan dampak
ketidakdisiplinan anak, informan merasa
“berhenti ASI itu rata-rata gak mencapai dua perbedaan dalam cara pengasuhan akan
tahun ya jadi setahun setengah kita sudah stop sangat berdampak terhadap pertumbuhan
sendiri...masih dikasih susu formula sampai dan kedisiplinan anaknya. Berikut salah satu
sekarang karena buat tambahan gizinya”. kutipan dari pernyataan informan utama
tentang kekhawatiran yang dirasakannya
Pola pengasuhan yang diberikan oleh mengenai pengasuhan :
buruh wanita yang bekerja di pabrik dalam
penelitian ini cukup bervariasi. Sebagian besar “kalau ada saya sih masih nurut cuman kalau
informan menerapkan pola asuh demokratis, sama mbak nya kan suka apaya, suka agak
sebagian lainnya ada yang permisif. Sebagian membangkang lah jadi kalau ada saya masih
besar buruh wanita tersebut melakukan bisa agak agak terkendali contohnya aja dalam
penitipan anaknya kepada keluarga (suami, makan, kalau makan kan kalau sama saya ini ya
orang tua, kakak, adik informan), tetangga ini, kalau sama mbak nya kan pilih-pilih, terus
dan pengasuh. Tetapi ada juga yang tidak keduanya untuk apasih ya untuk belajar kalau
menitipkan anak-anaknya dimanapun, sama mbak nya kan kena tv yaudah fokusnya
melainkan di rumah saja, sesekali dilakukan ke tv gitu kan sekarang ini, kalau sama saya ayo,
monitoring dengan cara menelepon anak- agak nurut kan gitu”.
anaknya. Hal tersebut dilakukan karena anak-
anakya sudah besar, jadi informan merasa tidak Kebutuhan pelayanan kesehatan yang
memerlukan pengasuhan dari orang lain selama diberikan oleh sebagian besar informan
dia bekerja. Adapun hal-hal yang informan utama kepada anak-anaknya dengan cara
anggap termasuk menjadi pola pengasuhan membawanya ke pelayanan kesehatan jika anak
adalah : pola makan anak, pola disiplin, sakit, walupun ada juga beberapa informan
pola komunikasi, dan kesehatannya. Sebagian utama lainnya yang membawa ke alternatif
besar informan menerapkan cara pola ketika anaknya sakit. Untuk kebutuhan pola
asuh yang demokratis pada anak-anaknya, makannya, sebagian besar informan utama
dimana fleksibiltas tetap diberikan tanpa mengatakan bahwa mereka selalu menyiapkan
mengesampingkan aturan disiplin yang harus kebutuhan terkait pangan keluarga sebelum
dipenuhi. Berikut kutipan salah satu informan berangkat kerja, dan untuk informan utama
tentang pola asuh yang diterapkannya : yang mempunyai anak bayi, sebagian besar
mereka selalu menyiapkan kebutuhan makan
“itu ya kayaknya yang demokratis... jadi anaknya terlebih dahulu, dan untuk makan
kadang-kadang aku kalau misalkan terlalu siang anak-anaknya mereka menitipkan
bahaya yah jangan, terus misalkan kalau dia kepada pengasuhnya. Ada juga sebagian lain
pergi udah lama di luar kan panas, itu kadang- yang menyerahkan segala kebutuhan makan
kadang aku emang marah, tapi kalau saat itu anak-anaknya sepenuhnya kepada pengasuh.
cuacanya enak, silahkan. Gak pernah aku Berikut pernyataan salah satu informan yang
larang”. menyampaikan cara memenuhi kebutuhan
makan anak-anaknya :
Sebagian besar informan merasa kalau
pola asuh yang diberikan untuk anak-anaknya “ya kalau pagi , sebelum berangkat harus
belum efektif. Hal tersebut salah satunya sarapan karna sudah di siapkan. Siang gitu
karena para wanita pekerja pabrik ini sebagian kita coba menghubungi telepon klo bisa bobo

119
Rindu & Astrid Novita / Pola Asuh dalam Kesehatan Anak pada Ibu Buruh Pabrik

siang.lalu sore sebelum kita pulang juga udah efektif untuk mendukung pola asuh yang baik.
telepon dulu. Kadang - kadang klo kebetulan Hal ini dikarenakan masih adanya keterbatasan
bapaknya ada di rumah berarti ada yang waktu yang dibutuhkan untuk membahas
mengawasi di rumah”. berbagai hal dengan anak-anaknya. Informan
Pola disiplin yang diterapkan oleh utama merasa komunikasi yang terbina masih
informan utama kepada anak-anaknya paling belum bisa menjadikan anak-anak “milik”
banyak informan menjawab adalah disiplin mereka, karena beberapa anaknya merasa
dalam ibadah, pengelolaan waktu belajar, dan belum bisa terbuka sepenuhnya dalam bercerita.
waktu main. Selain itu, ada beberapa informan Berikut kutipan dari salah satu informan utama
utama yang masih mempunyai batita (bayi tetang efektifitas pola komunikasi yang telah
dibawah tiga tahun), menerapkan pola disiplin diterapkan:
dalam waktu tidur dan makannya juga dengan
cara menelpon pengasuhnya. Berikut ini adalah “kadangkala saya suka merasa belum efektif
kutipan dari salah seorang informan utama dan saya suka merasa bersalah kalo sedang
yang menyatakan bahwa pola disiplin yang berkomunikasi dengan anak saya.”
diterapkan belum efektif:
Menurut sebagian besar informan utama
“yah sebenernya kalau dibilang efektif, belum kegiatan yang dilakukan selama libur dan cara
terjamin juga, soalnya kan ibunya ga langsung mengatur waktu ketika libur adalah dengan
terjun ngeliat anaknya diurus kayak gimana, melakukan segala kegiatan bersama keluarga,
kadang lebih ke arah kepercayaan aja lah sama seperti jalan -jalan, atau bahkan menghabiskan
orangtua, gitu”. waktu dirumah saja dengan mengasuh anak
sehari penuh. Menurut informan utama,
Pola komunikasi yang diterapkan oleh hal tersebut dilakukan untuk mengganti
informan utama kepada anak-anaknya sangat kekurangan waktu yang telah terbuang selama
bervariasi. Tetapi konsep pola komunikasi yang mereka bekerja. Berikut kutipan salah seorang
mereka terapkan pada dasarnya hampir sama informan utama tentang jenis kegiatan yang
yaitu melakukan komunikasi secara rutin pada dilakukan selama libur:
waktu luang mereka setiap harinya. Waktu
yang sering digunakan sebagai komunikasi “selalu berama sama kebetulan memang suami
dengan anak adalah pada saat menonton TV, saya senang kalo berkumpul dan senang kalo
makan malam, selesai beribadah bersama, berkumpul dengan family, jadi yah harus
dan jalan-jalan sore sepulang kerja. Adapun kemana-mana bertiga.”
perihal yang sering dibicarakan selama
berkomunikasi adalah kegiatan sehari-hari, Pada sebagian besar informan
kesulitan belajar, dan keinginan-keinginan utama mengatakan bahwa cara mereka
anak terhadap sesuatu. Media yang digunakan mengekspresikan emosi ketika anak membuat
untuk melakukan komunikasi tersebut masalah adalah dengan mengomel dalam batas
hampir seluruh informan menjawab melalui wajar. Sebagian lainnya ada yang mengatakan
handphone. Berikut kutipan dari salah satu dengan cara diam dan menangis. Tetapi seluruh
informan utama tentang pola komunikasi informan mengatakan bahwa ekspresi marah
yang diterapkan : mereka tidak pernah disampaikan dengan
pukulan ataupun makian yang berlebihan.
”iya, terutama abis pulang kerja. Waktu - waktu Berikut kutipan salah satu informan utama
menonton tv, kita sudah pulang kerja kita sudah tentang cara mengekspresikan emosinya ketika
shalat magrib anak - anak sudah belajar kita sedang kesal:
sambil nonton tv kita sambil ngobrol. Ibu tadi di
kerjaan begini -begini, dan si anak juga cerita”. “saya mengekspresikanya dengan cara marah,
tapi kalo memukul saya tidak pernah begitu,
Menurut sebagian besar informan, pola tapi jeleknya kadang-kadang suka nyerocos
komunikasi yang sudah diterapkan belum begitu, kalo sudah putus asa udah kesel banget

120
KEMAS 11 (1) (2015) 112-124

Tabel 5.Hubungan Variabel yang Diteliti dengan Pola Asuh Kesehatan Anak pada Ibu Buruh
Pabrik di Cimanggis Depok Tahun 2014
Pola Asuh
Variabel Kategori Buruk Baik OR Pv
n % n %
Pendidikan Rendah 11 40,7 16 59,3
- 1,000
Tinggi 1 33,3 2 66,7
Usia 24 – 39 Th 5 41,7 7 58,3
- 1,000
16 - 23 Th 7 38,9 11 61,1
Lama Kerja 4 – 15 th 7 46,7 8 53,3
- 0,709
16 – 23 th 5 33,3 10 66,7
Status Pernikahan Menikah 11 40,7 16 59,3
- 1,000
Bercerai/Janda 1 33,3 2 66,7
Sosial Ekonomi Buruk 5 83,3 1 16,7 12,143
0,026
Baik 7 29,2 17 70,8 (1,193-123,618)
Keadaan Keluarga Buruk 8 66,7 4 33,3 7,000
0,024
Baik 4 22,2 14 77,8 (1,364-35,929)
Kesehatan Keluarga Buruk 8 72,7 3 27,3 10,000
0,009
Baik 4 21,1 15 78,9 (1,781-56,150)
Lingkungan Keluarga Buruk 7 70 3 30 7,000
0,045
Baik 5 25 15 75 (1,293-37,909)
Sumber: Data Primer
saya suka marah begitu, padahal itu saya rasa harapan ketika, ibu harus bekerja, bukan
jelek yah bu”. masalah perlunya aktualisasi diri melainkan
secara umum alasan perempuan bekerja
Pola asuh mempunyai peranan yang adalah untuk membantu ekonomi keluarga.
sangat penting bagi perkembangan perilaku Keadaan perekonomian yang semakin tidak
moral pada anak, karena dasar perilaku moral menentu, harga-harga kebutuhan pokok yang
pertama diperoleh oleh anak dari dalam rumah semakin meningkat, pendapatan keluarga yang
yaitu dari orang tuanya. Proses pengembangan cenderung tidak meningkat akan berakibat
melalui pendidikan disekolah tinggal hanya pada terganggunya stabilitas perekonomian
melanjutkan perkembangan yang sudah ada. keluarga.
Ada empat macam bentuk pola asuh yang Kesulitan ekonomi merupakan salah
diterapkan oleh masing-masing orang tua, satu faktor penarik yang membuat ibu
bentuk-bentuk pola asuh itu adalah, pola rumah tangga dari tingkat ekonomi lemah
asuh otoriter, pola asuh demokrasi, pola asuh untuk bekerja. Dengan bekerja wanita dapat
penelantaran dan pola asuh permisif. Dari membantu memenuhi kebutuhan keluarga,
keempat macam pola asuh itu bentuk pola bahkan ada kondisi dimana wanita bekerja
asuhdemokrasilah pola asuh paling baik karena ia merupakan satu-satunya sumber
diterapkan oleh orang tua dalam mengasuh penghasilan rumah tangga.
anak-anaknya. Kualitas sumber daya manusia yang
Pola asuh merupakan sikap orang tua semakin baik disebabkan oleh tingginya tingkat
dalam berinteraksi, membimbing, membina, pendidikan masyarakat. Peningkatan kualitas
dan mendidik anak-anaknya dalam kehidupan SDM merupakan salah satu modal utama
sehari-hari dengan harapan menjadikan anak dalam memajukan pembangunan sumber
sukses menjalani kehidupan ini. Pola asuh daya alam. Pemerintah bersama swasta dan
merupakan serangkaian interaksi yang intensif, masyarakat berkewajiban menyelenggarakan
orangtua mengarahkan anak untuk memiliki program pendidikan nasional berkualitas dan
kecakapan hidup. Namun, permasalahan meliputi seluruh lapisan masyarakat yang
pola asuh ini sering menjadi tidak sesuai berkaitan dengan hal tersebut di atas.

121
Rindu & Astrid Novita / Pola Asuh dalam Kesehatan Anak pada Ibu Buruh Pabrik

Hasil penelitian ini menunjukkan tidak terlihat walaupun pendidikan responden paling
hubungan antara pendidikan terhadap pola asuh tertinggi mayoritas adalah SMA, mereka
kesehatan anak. Terdapat pola asuh yang baik juga menjalankan perannya dengan baik
sebanyak 18 dari 30 (60%), dimana mencakup danberpengetahuan baik tentang kesehatan
pemberian ASI, pengasuhan selama bekerja, anak, pentingnya ASI, makan makanan bergizi
kebutuhan makan, pelayanan kesehatan, untuk keluarganya.
disiplin, pola komunikasi, manajemen waktu Motivasi merupakan proses pemberian
ibu, emosi (Tabel 5). Sebanyak 27 dari 30 dorongan kepada seseorang untuk melakukan
responden (90%) berpendidikan paling tinggi sesuatu, sehingga tujuan yang diinginkan
adalah SMA, dimana kriteria pendidikan dapat tercapai. Pada umumnya motivasi
tertinggi sebagai buruh pabrik adalah SMA kerja kebanyakan tenaga kerja wanita adalah
(Tabel 5). membantu menghidupi keluarga. Akan tetapi,
Selama penelitian terlihat jelas motivasi itu juga mempunyai makna khusus
perbedaan antara orang tua berpendidikan karena memungkinkan memiliki otonomi
tinggi dengan orang tua berpendidikan rendah. keuangan, agar tidak selalu tergantung
Orang tua yang berpendidikan tinggi mereka pendapatan suami. Beberapa motivasi wanita
hanya memerlukan sedikit penjelasan dan bisa bekerja pada industri rumah tangga pangan
menjawab kuesioner sendiri dengan cepat tanpa adalah karena suami tidak bekerja, pendapatan
banyak bertanya atau kooperatif. Orang tua rumah tangga kurang, mengisi waktu luang,
yang berpendidikan rendah dalam penelitian ingin mencari uang sendiri, dan ingin mencari
membutuhkan penjelasan secara perlahan- pengalaman.
lahan dan jelas, dalam mengisi kuesioner juga Dari hasil penelitian ini, terlihat lama
membutuhkan waktu yang lama. Tentu tingkat kerja dari mulai 4 tahun hingga 23 tahun
pendidikan orang tua ini akan berpengaruh bekerja sebagai buruh pabrik, dimana motivasi
langsung dalam penerapan pola asuh kepada responden bekerja adalah untuk membantu
anak-anak mereka. perekenomian keluarga dengan berlatar
Martini (2012), mengatakan umur belakang alasan suami berpendapatan kecil
seseorang yang semakin bertambah akan atau suami tidak bekerja (Tabel 5).
mempengaruhi tingkat pendapatan yang akan Pengertian pernikahan yang ideal adalah
diperoleh. Seseorang yang semakin dewasa yang dianggap dapat memberikan intimacy
maka keterampilan dalam bidang tertentu (kedekatan), pertemanan, pemenuhan
dan kekuatan fisik umumnya akan semakin kebutuhan seksual, kebersamaan, dan
meningkat sehingga akan meningkatkan perkembangan emosional. Bagi kebanyakan
pendapatan yang diterimanya. Hasil penelitian orang dewasa yang telah menikah, pasangan
ini menunjukkan tidak hubungan antara usia diartikan sebagai suatu kepercayaan yang
terhadap pola asuh kesehatan anak, namun paling penting. Sementara kualitas pernikahan
pada penelitian ini, diketahui para buruh orang dewasa merupakansalah satu pengaruh
berusia produktif, dimana usia 16-23 tahun terkuat dalam keseluruhan kepuasan dalam
sebanyak 18 orang dan usia 24-39 tahun fase kehidupan.
sebanyak 12 orang (Tabel 5). Dari hasil penelitian ini, didapat tidak
Usia 20-40 tahun merupakan usia dewasa ada hubungan antara status pernikahan
awal atau masa reproduksi dimana peran pada dengan pola asuh kesehatan anak, diketahui
masa ini antara lain peran sebagai pasangan juga responden masih memiliki pasangan
hidup dan sebagai orang tua yang selalu (menikah) sebanyak 27 responden
mempersembahkan waktu untuk mendidik dan (90%) (Tabel 5). Dari hasil wawancara dengan
merawat anak. Selain hal tersebut peran orang responden, terungkap bahwa pasangan
tua pada usia ini adalah menstimuli tumbuh responden (suami) mampu bekerjasama dalam
kembang anak dan memfokuskan dalam pola hal pengasuhan anak. Sehingga peran keluarga
pengasuhan terhadap anak. (suami istri) dapat berjalan harmonis.
Dalam penelitian ini, walaupun tidak Konsep rumah tangga menunjuk pada
berhubungan, namun pada saat wawancara arti ekonomi dari satuan keluarga, seperti

122
KEMAS 11 (1) (2015) 112-124

bagaimana keluarga itu mengelola kegiatan kesehatan yang baik sebanyak 77,8% dan odds
ekonomi keluarga, pembagian kerja dan ratio menunjukkan keadaan keluarga yang baik
fungsi, kemudian berapa jumlah pendapatan memiliki peluang 7 kali pola asuh kesehatan
yang diperoleh atau konsumsinya serta jenis anak yang baik pula (Tabel 5).
produksi dan jasa yang dihasilkan. Penelitian Bambang (2014), menyatakan
Dari hasil penelitian ini, pasangan bahwa pengetahuan dan sikap Ibu berpengaruh
responden/suami yg pendapatannya terhadap praktik pemberian ASI eksklusif. Pada
berjumlah ≥ 1 juta sebanyak 24 orang atau saat mempersiapkan makanan, kebersihan
80%, sedangkan responden sendiri yang makanan dan peralatan yang dipakai harus
berpendapatan berjumlah ≥ 1 juta sebanyak mendapatkan perhatian khusus. Responden
29 orang atau 96,%, hal ini menunjukkan yang bekerja sebagai buruh pabrik, sebelum
mayoritas responden/ibu yang bekerja berangkat kerja, melakukan masak terlebih
sebagai buruh pabrik inilebih banyak yang dulu untuk keluarga, dan untuk pekerjaan
berpendapatan lebih besar dari pasangannya mencuci pakaian juga dibantu suami.
(Tabel 5). Keadaan ekonomi keluarga yang Keadaan keluarga secara keseluruhan
mencukupi sedikit banyak mempengaruhi memang mempunyai pengaruh yang sangat
sikap orang tua terhadap anak, keadaan besar terhadap kesehatan setiap anggota
sosial ekonomi keluarga berperan terhadap keluarga. Pengaruh tersebut dapat dilihat
perkembangan anakanak. Misalnya anak-anak setidaknya pada lima hal, yaitu penyakit
yang orang tuanya berpenghasilan cukup, maka keturunan, perkembangan baik dan anak,
anak-anak tersebut lebih banyak mendapatkan penyebaran penyakit, pola penyakit dan
kesempatan untuk memperkembangkan kematian, proses penyembuhan penyakit.
macam-macam kecakapan . Pada penelitian ini, diketahui adanya
Dari hasil penelitian ini, rata-rata hubungan antara keadaan kesehatan keluarga
pengeluaran rumah tangga responden terhadap pola asuh kesehatan anak, dan
berjumlah 3 juta rupiah setiap bulannya, dan keluarga yang sehat mempunyai peluang 10
urutan tertinggi kebutuhan utama 5 dari 11 kali memberikan pola asuh kesehatan yang
kebutuhan yaitu, makanan dan minuman, baik pada anak (Tabel 5). Hasil wawancara
pengembalian pinjaman (bayar utang), sekolah, menunjukkan pada responden dan keluarga
transportasi, dan energi (listrik, minyak, gas) responden tidak pernah mengalami sakit keras,
(Tabel 3). Kontribusi pendapatan responden jika pun sakit mereka mendapat jaminan
sebagai buruh pabrik tentunya sangat pelayanan kesehatan dari tempat mereka
membantu dalam pengeluaran rumah tangga, bekerja, hanya saja ada beberapa anggota
walaupun seperti nya masih kekurangan keluarga responden (suami) yang merokok.
dengan terlihat pengembalian pinjaman (bayar Hal tersebut tentunya tidak baik, bagi pola asuh
utang) menjadi urutan ke dua. kesehatan anak.
Menurut Nursalam (2005) kebutuhan Pola asuh anak yang baik dari ibu harus
dasar anak terbagi 3 yaitu Asuh, Asah, dan didukung dengan baiknya tingkat pendidikan
Asih. Pola asuh adalah mendidik, membimbing dan pengetahuan Ibu. Tingkat pendidikan Ibu,
dan memelihara anak, mengurus makanan, tingkat penghasilan serta pengetahuan Ibu
minuman, pakaian, kebersihannya. MIbu mempengaruhi praktik Ibu dalm pemberian
sebagai tokoh sentral dan sangat penting untuk ASI eksklusif (Ira Sriningsih, 2011).
melaksanakan kehidupan khususnya pada Diketahui bahwa bahan berbahaya dan
balita. Anak masih membutuhkan bimbingan racun dalam rokok tidak hanya mengakibatkan
seorang ibu dalam memilih makanan agar gangguan kesehatan pada orang yang merokok,
pertumbuhan tidak terganggu. Bentuk namun juga kepada orang orang di sekitarnya
perhatian/dukungan ibu terhadap anak yang tidak merokok yang sebagian besar adalah
meliputi perhatian ketika anak makan dan bayi, anak-anak dan ibu-ibu yang terpaksa
sikap orangtua dalam memberi makan. menjadi perokok pasif.
Hasil penelitian menunjukkan, keadaan Yulia (2008), menyatakan bahwa
keluarga yang baik dan memiliki pola asuh perilaku selama memberikan makan atau pola

123
Rindu & Astrid Novita / Pola Asuh dalam Kesehatan Anak pada Ibu Buruh Pabrik

asuh makan oleh ibu berhubungan positif perilaku disiplinsehingga dapat tercipta pola
dan signifikan dengan status gizi anak balita. asuh yang ideal serta kesehatan anak optimal.
Ditambahkan oleh Melva (2006), pola asuh
makan yang baik lebih tinggi persentasenya Daftar Pustaka
pada responden yang ibunya tidak bekerja Abhari, N. 2012. Beberapa Aspek
(65.0%) daripada ibu yang bekerja (38.1%). Pengasuhan Anak pada Keluarga
Pada hasil penelitian ini, pola asuh Ibu Bekerja dan Ibu Tidak Bekerja
kesehatan anak yang baik sebanyak 60%, terlihat di Kecamatan Panyingkiran
Kabupaten Majalengka Jawa Barat. Tesis.
bahwa walaupun responden bekerja sebagai
Bogor: Pascasarjana Institut Pertanian
buruh pabrik, mereka tetap memperhatikan Bogor.
imunisasi, pemberian ASI, pemberian makanan Bambang, BR. 2014. Profil Ibu dan Peran Bidan
bergizi untuk anak-anak mereka, dimana anak- dalam Praktik Inisiasi Menyusu Dini dan
anaknya ada yang diasuh oleh asisten rumah ASI Eksklusif. Jurnal Kemas, 10 (1): 53-63.
tangga dan keluarga (orangtua atau mertua) Iis Sriningsih. 2011. Faktor Demografi, Pengetahuan
(Tabel 5). Suryanto (2014) menyatakan peran Ibu tentang Air Susu Ibu, dan Pemberian ASI
keluarga dan dukungan sosial mempengaruhi Eksklusif. Jurnal Kemas, 6 (2)
proses pertumbuhan balita. Pola asuh orang Martini, D.P. 2012. Partisipasi Tenaga Kerja
tua merupakan interaksi antara anak dan Perempuan dalam Meningkatkan
Pendapatan Keluarga. Ekonomi Kuantitatif
orang tua selama mengadakan kegiatan
Terapan, 5(2):20-21
pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orang tua Mastihah, T. 2005. Hubungan Pola Asuh Makan
mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan dan Kesehatan dengan Status Gizi Anak
serta melindungi anak mencapai kedewasaan Batita di Desa Mulya Harja. Jurnal Media
sesuai dengan norma-norma yang ada dalam Gizi dan Keluarga, 29 (2) Desember 2005.
masyarakat. Melva V. 2004 Hubungan Pola Asuh dengan Status
Gizi Anak Batita di Kec. Kuranji Kelurahan
Pasar Amabacang Kota Padang Tahun 2004.
Penutup
(Skripsi). Padang: Universitas Andalas.
Pola asuh ibu pekerja pabrik Suryanto, dkk. 2014. Dukungan Keluarga dan Sosial
berhubungan signifikan dengan faktor sosial dalam Pertumbuhan dan Perkembangan
ekonomi, keadaan keluarga, keadaan kesehatan Personal Sosial, Bahasa dan Motorik, pada
keluarga dan lingkungan keluarga. Selain itu Balita di Kabupaten Banyumas. Jurnal
komunikasi ibu yang baik dalam mengasuh Kemas. 10 (1) : 103-109.
anak menjadi faktor penentu kesehatan anak. Rahman, P.L. 2012. Gambaran Pola Asuh Orangtua
Oleh karena itu perlu pemahaman yang lebih pada Masyarakat Pesisir Pantai. Predicara,
baik tentang pola komunikasi dalam mengasuh 1(1).
anak, salah satunya dengan menerapkan Yulia C, dkk. 2008. Pola Asuh Makan dan Kesehatan
Anak Balita pada Keluarga Wanita Pemetik
pola asuh authoritative, yaitu pola asuh yang
Teh di PTPN VIII Pengalengan 2008.
memberikan pada anak untuk mandiri namun Diakses 20 Desember 2015, id.Pdfsb.com/
tetap menerapkan berbagai alasan yang akan jurnal+kesehatan+pada+balita
mengontrol perilaku efektif dan menerapkan

124

Anda mungkin juga menyukai