Oleh
2.1 Tujuan
2.1.1 Tujuan Umum
Kegiatan pendidikan kesehatan ini bertujuan untuk memberi pengetahuan pada Sdr.
R tentang Scabies dan rawat luka di Dusun Krajan Desa Kemuningsari Lor
Kecamatan Panti Kabupaten Jember.
2.2 Manfaat
1. menambah pengetahuan Sdr. R tentang scabies;
2. menambah pengetahuan tentang penularan scabies;
3. menambah pengetahuan Sdr. R rawat luka;
= Sasaran
= Dosen Penguji
= Pemateri
BAB 5. HASIL KEGIATAN
6.1 KESIMPULAN
Skabies merupakan penyakit kulit yang bersifat global. Prevalensi skabies
meningkat dan memberat pada negara tropis, yaitu sekitar 10 % dan hampir 50 % mengenai
anak-anak. Skabies dapat muncul endemik pada anak usia sekolah, dan kejadiannya sangat
sering di daerah pedesaan terutama di negara berkembang, pasien lanjut usia yang dirawat
di rumah, pasien dengan HIV/AIDS, dan pasien yang mengkonsumsi obat imunosupresan
akan mengalami faktor risiko yang lebih besar untuk mengalami skabies (Marks and Miller,
2006).
Selain manifestasi klinik yang khas, skabies dapat menunjukkan manifestasi klinis yang
klasik atau dapat menyerupai penyakit lain seperti pioderma, dermatitis atopik, dermatitis
kontak, dan eksema dishidrotik. Berbagai manifestasi klinis yang bervariasi sering
menyebabkan kesalahan dalam mendiagnosis penyakit ini. Hal ini dapat mengakibatkan
penatalaksanaan yang tidak adekuat sehingga terjadi peningkatan risiko penularan bahkan
menjadi wabah yang dapat mengganggu aktivitas dan menambah biaya untuk pengobatan
penyakit ini (Stone et al., 2008). Penularan terjadi akibat kontak langsung dengan kulit
pasien atau tidak langsung dengan benda yang terkontaminasi tungau. Skabies dapat
mewabah pada daerah padat penduduk seperti daerah kumuh, penjara, panti asuhan, panti
jompo, dan sekolah asrama (Stone et al., 2008). Penyebab skabies antara lain disebabkan
oleh rendahnya faktor sosial ekonomi, kebersihan yang buruk seperti mandi, pemakaian
handuk, mengganti pakaian dan melakukan hubungan seksual. Penyakit ini biasanya banyak
ditemukan di tempat seperti di asrama, panti asuhan, penjara, pondok pesantren yang
kurang terjaga personal hygienenya. Terdapat banyak faktor yang menunjang
perkembangan penyakit skabies antara lain turunnya imunitas tubuh akibat HIV, sosial
ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas
(Murtiastutik, 2009).
6.2 SARAN
6.2.1 Bagi Sasaran
Dapat menaangkap materi yang telah disampaikan dan dapat memahami scabies
dan cara menjaga kebersihan rumah
6.2.2 Bagi Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan hendaknya terus aktif mengmberikan penyuluhan terkait bahaya
scabies mengingat penyakit ini menular
DAFTAR PUSTAKA
BERITA ACARA
Jember, ................................
Mengetahui,
Penguji
Stase Keluarga
F.Kep Universitas Jember
DAFTAR HADIR
Jember, ................................
Mengetahui,
Penguji
Stase Keluarga
F.Kep Universitas Jember
Topik/materi : Scabies
Sasaran : Sdr. R
Waktu : - WIB
Hari/ Tanggal : ..........................................
Tempat : Rumah Sdr. R, Dusun Krajan Desa Panti Kecamatan Panti
Kabupaten Jember.
1. Standar Kompetensi
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, sasaran akan dapat mengerti dan
memahami tentang konsep dasar Scabies.
2. Kompetensi Dasar
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan dan demonstrasi selama 60 menit sasaran
akan mampu:
a. Menjelaskan tentang pengertian Scabies;
b. Menjelaskan tentang penyebab dan penularan ;
c. Menjelaskan tentang rawat luka;
3. Pokok Bahasan
Scabies
4. Subpokok Bahasan
a. Pengertian Scabies;
b. Penyebab Scabies;
c. Penularan Scabies;
d. Cara rawat luka;
5. Waktu
1x 60 menit
8. Setting Tempat
Keterangan:
1. Pemateri
2. Peserta
3. Fasilitator
4. Dosen
9. Persiapan
Pemateri mempersiapkan materi tentang konsep dasar scabies, media pembelajaran
(leaflet), dan bahan untuk melakukan rawat luka.
7. Cara kerja 1. Berikan penjelasan kepada klien mengenai maksud dan bagaimana
prosedur akan dilakukan. Jelaskan mengapa balutan perlu diganti,
untuk memperoleh persetujuan dan kerja sama dari klien.
2. Dekatkan peralatan kepada klien
3. Klien hendaknya dalam keadaan tenang, dalam kondisi berbaring
atau duduk.
4. Atur posisi klien senyaman mungkin
5. Ciptakan suasana yang mendukung dan bersahabat
6. Bersihkan luka menggunakan cairan normal salin
7. Lakukan pembilasan sebanyak 3x sampai luka bersih
8. Keringkan menggunakan kasa steril
9. Oleskan obat topikal ke luka pasien
10. Bersihkan set rawat luka
8. Evaluasi Berikan penjelasan pada pasien agar menjaga kebersihan pada area yang
dilakukan rawat luka
SCABIES
A. Pengertian
Scabies (the itch, gudik, budukan, gatal agogo) adalah penyakit kulit yang
disebabkan infestasi dan sensitisasi terhadap sarcoptes scabiei dan produknya
(Mansjoer et al,, 2000). Cara penularan penyakit ini dapat melalui kontak langsung
(kulit dengan kulit, misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan hubungan seksual) dan
tidak langsung (melalui benda, misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan lain-lain
(Mansjoer et al., 2000).
B. Etiologi
Penyebabnya adalah Sarcoptes scabiei. Sarcoptes scabiei adalah parasit yang
termasuk dalam filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima, super famili
Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabei var. hominis. Selain itu terdapat
Sarcoptes scabei yang lain, misalnya pada kambing dan babi. Secara morfologik
merupakan tungau kecil berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian
perutnya rata. Berwarna putih kotor, ukuran yang betina berkisar 330-450 mikron
x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-
200 mikron.
1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas
tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah
keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi.
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna
putih atau keabu-abuan. Berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1
cm, pada ujung terowongan itu didapatkan papul atau vesikel.
4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu
atau lebih stadium hidup tungau ini.
D. Pencegahan
1. Mencuci bersih atau merebus dengan air panas, handuk, seprai maupun baju
penderita skabies (yg dipakai dalam 5 hari terakhir), kemudian menjemurnya hingga
kering.Menghilangkan faktor predisposisi, antara lain dengan penyuluhan mengenai
higiene perorangan dan lingkungan.
2. Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama.
3. Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksi untuk
memutuskan rantai penularan.
4. Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksiuntuk
memutuskan rantai penularan. Hewan peliharaan tidak perlu diobati karena kutu
skabies tidak hidup disana.
E. Penatalaksanaan
Cara pengobatannya ialah seluruh anggota keluarga harus diobati (termasuk
penderita yang hiposensitisasi) (Djuanda, 2010). Bila disertai infeksi sekunder dapat
diberikan antibiotika. Untuk rasa gatal dapat diberikan antihistamin per oral. Karena
sifatnya yang sangat mudah menular, maka apabila ada salah satu anggota keluarga
terkena skabies, sebaiknya seluruh anggota keluarga tersebut juga harus menerima
pengobatan. Pakaian, alat-alat tidur, dan lain-lain hendaknya dicuci dengan air panas
(Lab/SMF, 2000, dalam Sunaryanto, 2009).
Lampiran 6. Leaflet
Lampiran 7 Dokumentasi
Gambar 1. Telah dilaksanakan kegiatan Rawat Luka pada keluarga An. R oleh Mahasiswa Profesi
Karina Diana Safitri di Dusun Krajan Desa Kemuningsari Lor Kecamatan Panti
Gambar 2. Telah dilaksanakan kegiatan Rawat Luka pada keluarga An. R oleh Mahasiswa Profesi
Karina Diana Safitri di Dusun Krajan Desa Kemuningsari Lor Kecamatan Panti