Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KEGIATAN PENDIDIKAN

KESEHATAN TENTANG SCABIES PADA Sdr. R DI


DUSUN KRAJA RT 03/RW 04 DESA KEMUNINGSARI
LOR KECAMATAN PANTI
KABUPATEN JEMBER

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Stase Keluarga

Oleh

Karina Diana Safitri, S.Kep


NIM 13231110101019

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
Jl. Kalimantan 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp. /Fax (0331) 323450
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Analisis Situasi


Scabies menurut WHO merupakan suatu penyakit signifikan bagi kesehatan
masyarakat karena merupakan kontributor yang substansial bagi morbiditas dan
mortalitas global. Prevalensi scabies di seluruh dunia dilaporkan sekitar 300 juta kasus
pertahunya (Nugraheni, 2016). Scabies merupakan infeksi parasit pada kulit yang
disebabkan oleh Sarcoptes scabei var hominis. Insiden scabies di negara berkembang
menunjukkan siklus fluktuasi atau peningkatan. Distribusi, prevalensi, dan insiden
penyakit infeksi parasit pada kulit ini tergantung dari area dan populasi yang diteliti.
Penelitian di suatu kota miskin di Bangladesh menunjukkan bahwa semua anak usia dari
6 tahun menderita scabies, serta di pengungsian Sierra Leone ditemukan 86% anak pada
usia 5-9 tahun terinfeksi Sarcoptes scabei.
Di Indonesia pada tahun 2011 didapatkan jumlah penderita scabies sebesar
6.915.135 (2,9%) dari jumlah penduduk 238.452.952 jiwa. Jumlah ini mengalami
peningkatan pada tahun 2012 yang jumlah penderita scabies diperkirakan sebesar 3,6 %
dari jumlah penduduk (Depkes RI, 2012). Pada hasil penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya, dikabupaten Jember jenis kelamin laki-laki terkena scabies lebih besar dari
pada perempuan ditunjukkan dengan hasil penelitian laki-laki 24,89% dan perempuan
5,82% (zaelany, 2017), di Padang terdapat kejadian scabies 24,6% (Gayatri, 2013), di
Yogyakarta 54,7% (Ghazali & Hilma, 2014). Sedangkan di Boyolali penyakit scabies
merupakan urutan ke 10 penyakit menular pada tahun 2009. Penderita scabies diwilayah
Boyolali tercatat sebanyak 2.654 kasus. Hal tersebut diantaranya karena disebabkan
adanya penemuan penderita scabies secara aktif di beberapa desa endemis di wilayah
Kabupaten Boyolali (Dinkes Boyolali, 2011).
Penyakit scabies disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei akan berkembang pesat
jika kondisi lingkungan buruk dan tidak didukung dengan perilaku hidup bersih dan
sehat oleh santri. Sarcoptes scabiei menyebabkan rasa gatal pada bagian kulit seperti
sela jari, siku, selangkangan. Scabies banyak menyerang pada orang yang hidup dengan
kondisi personal hygiene di bawah standar atau buruk, sosial ekonomi rendah,
kepadatan penduduk, dan perkembangan demografik serta ekologik.
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan oleh mahasiswa PSIK Universitas Jember
pada tanggal 8 Mei 2018 pada Sdr. R ditemukan data pada tangan dan kakinya terdapat
luka dan terdapat nanah nya. Di rumah klien tinggal dengan kakaknya, namun setiap
malam ada mbah yang menemani tidur. Kakak klien juga mengalami luka yang sama.
Klien mengatakan tidak alergi apapun, namun kalau kakaknya mengatakan alergi ikan.
Kebersihan rumah sangat kurang, dikarenakan kedua klien merupakan anak yatim piatu
yang tinggal sendiri sehingga kebersihan rumah nya kurang. Dengan adanya masalah ini
maka penulis akan melakukan pendidikan mengenai pengertian, penyebab, cara
penularan, cara mencegah dan cara mengobati serta melakukan perawatan pada luka.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam kegiatan yang
akan dilakukan ini adalah pendidikan kesehatan tentang Scabies dan rawat luka pada
Sdr. R di Dusun Krajan Desa Kemuningsari Lor Kecamatan Panti Kabupaten
Jember.

BAB II. TUJUAN DAN MANFAAT

2.1 Tujuan
2.1.1 Tujuan Umum
Kegiatan pendidikan kesehatan ini bertujuan untuk memberi pengetahuan pada Sdr.
R tentang Scabies dan rawat luka di Dusun Krajan Desa Kemuningsari Lor
Kecamatan Panti Kabupaten Jember.

2.1.2 Tujuan Khusus


1. Sdr. R mampu menjelaskan tentang Scabies;
2. Sdr. R mampu menjelaskan tentang penularan Scabies;
3. Sdr. R mampu mampu melakukan rawat luka;

2.2 Manfaat
1. menambah pengetahuan Sdr. R tentang scabies;
2. menambah pengetahuan tentang penularan scabies;
3. menambah pengetahuan Sdr. R rawat luka;

BAB III. KERANGKAN PENYELESAIAN MASALAH

3.1 Dasar Pemikiran


Skabies merupakan penyakit kulit yang bersifat global. Prevalensi skabies meningkat
dan memberat pada negara tropis, yaitu sekitar 10 % dan hampir 50 % mengenai anak-anak.
Skabies dapat muncul endemik pada anak usia sekolah, dan kejadiannya sangat sering di
daerah pedesaan terutama di negara berkembang, pasien lanjut usia yang dirawat di rumah,
pasien dengan HIV/AIDS, dan pasien yang mengkonsumsi obat imunosupresan akan
mengalami faktor risiko yang lebih besar untuk mengalami skabies (Marks and Miller,
2006).
Selain manifestasi klinik yang khas, skabies dapat menunjukkan manifestasi klinis
yang klasik atau dapat menyerupai penyakit lain seperti pioderma, dermatitis atopik,
dermatitis kontak, dan eksema dishidrotik. Berbagai manifestasi klinis yang bervariasi
sering menyebabkan kesalahan dalam mendiagnosis penyakit ini. Hal ini dapat
mengakibatkan penatalaksanaan yang tidak adekuat sehingga terjadi peningkatan risiko
penularan bahkan menjadi wabah yang dapat mengganggu aktivitas dan menambah biaya
untuk pengobatan penyakit ini (Stone et al., 2008). Penularan terjadi akibat kontak langsung
dengan kulit pasien atau tidak langsung dengan benda yang terkontaminasi tungau. Skabies
dapat mewabah pada daerah padat penduduk seperti daerah kumuh, penjara, panti asuhan,
panti jompo, dan sekolah asrama (Stone et al., 2008). Penyebab skabies antara lain
disebabkan oleh rendahnya faktor sosial ekonomi, kebersihan yang buruk seperti mandi,
pemakaian handuk, mengganti pakaian dan melakukan hubungan seksual. Penyakit ini
biasanya banyak ditemukan di tempat seperti di asrama, panti asuhan, penjara, pondok
pesantren yang kurang terjaga personal hygienenya. Terdapat banyak faktor yang
menunjang perkembangan penyakit skabies antara lain turunnya imunitas tubuh akibat HIV,
sosial ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya
promiskuitas (Murtiastutik, 2009).
Higiene atau biasanya disebut juga dengan kebersihan adalah upaya untuk memelihara
hidup sehat yang meliputi personal hygiene, kehidupan bermasyarakat dan kebersihan
bekerja. Kebersihan merupakan suatu perilaku yang diajarkan dalam kehidupan manusia
untuk mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh lingkungan serta membuat kondisi
lingkungan agar terjaga kesehatannya. Personal hygiene atau kebersihan pribadi merupakan
perawatan diri sendri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik
maupun psikologis. Personal hygiesne ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya
budaya, nilai sosial individu atau keluarga, pengetahuan dan persepsi mengenai personal
hygiene (Alimul, 2009). Penelitian Luthfiatun (2011) menyebutkan bahwa terdapat
hubungan antara personal hygiene dengan kejadian skabies. Personal hygiene yang buruk
dapat meningkatkan kejadian skabies.

3.2 Kerangka Penyelesaian Masalah

Pemateri menjelaskan secara singkat tentang konsep dasar


Scabies: penyakit dan penatalaksanaannya

Pemateri menyampaikan penkes tentang scabies dan rawat luka

Klien mampu memahami maksud dari pemateri

Klien dapat mendemonstrasikan kembali tentang rawat luka

Pemateri memberikan reinforcement positif pada klien


setelah melakukan tindakan
BAB IV. RENCANA PELAKSANAAN TINDAKAN

4.1 Realisasi Penyelesaian Masalah


Pendidikan kesehatan merupakan upaya untuk memberikan pengalaman belajar
atau menciptakan suatu kondisi bagi Sdr. R untuk menerapkan cara-cara hidup
sehat. Dalam realisasi penyelesaian masalah mengenai scabies yang dapat
dilakukan adalah melakukan pendidikan kesehatan tentang scabies dan penanganan
farmakologis dengan rawat luka pada Sdr. R.

4.2 Khalayak Sasaran


Khalayak sasaran pada kegiatan pendidikan kesehatan ini, yaitu Sdr. R dan Sdr. P
mengenai pengertian, penyebab, cara mengatasi Scabies dan melakukan rawat
luka.

4.3 Metode yang Digunakan


1. Jenis model pembelajaran: ceramah dan praktik
2. Landasan teori: Diskusi
3. Langkah pokok
a. Menciptakan suasana pertemuan yang baik
b. Mengajukan masalah
c. Mengidentifikasi pilihan tindakan
d. memberi komentar
e. Menetapkan tindak lanjut

= Sasaran

= Dosen Penguji

= Pemateri
BAB 5. HASIL KEGIATAN

5.1 Analisis Evaluasi dan Hasil-Hasilnya


5.1.1 Evaluasi Struktur
1. Materi dan media (leaflet) telah dipersiapkan dengan baik
2. Peserta menerima dengan baik dan kooperatif dengan kedatangan mahasiswa
profesi pada saat pendidikan kesehatan berlangsung

5.1.2 Evaluasi Proses


1. Selama proses kegiatan audiens aktif menjawab pertanyaan yang di
sampaikan oleh pemateri
2. Peserta mengikuti kegiatan dengan baik
5.1.3 Evaluasi Hasil
1. Peserta pendidikan kesehatan dilibatkan dalam diskusi terkait scabies
2. Pesereta dapat menjawab pertanyaan yang diberikan mahasiswa dengan benar
3. Rawat luka telah dilaksanakan dengan baik

5.2 Faktor Pendorong


klien mengikuti kegiatan dengan sangat kooperatif selama kegitan berlangsung

5.3 Faktor Penghambat


Tidak ada faktor prnghambat selama kegiatan berlangsung

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN
Skabies merupakan penyakit kulit yang bersifat global. Prevalensi skabies
meningkat dan memberat pada negara tropis, yaitu sekitar 10 % dan hampir 50 % mengenai
anak-anak. Skabies dapat muncul endemik pada anak usia sekolah, dan kejadiannya sangat
sering di daerah pedesaan terutama di negara berkembang, pasien lanjut usia yang dirawat
di rumah, pasien dengan HIV/AIDS, dan pasien yang mengkonsumsi obat imunosupresan
akan mengalami faktor risiko yang lebih besar untuk mengalami skabies (Marks and Miller,
2006).
Selain manifestasi klinik yang khas, skabies dapat menunjukkan manifestasi klinis yang
klasik atau dapat menyerupai penyakit lain seperti pioderma, dermatitis atopik, dermatitis
kontak, dan eksema dishidrotik. Berbagai manifestasi klinis yang bervariasi sering
menyebabkan kesalahan dalam mendiagnosis penyakit ini. Hal ini dapat mengakibatkan
penatalaksanaan yang tidak adekuat sehingga terjadi peningkatan risiko penularan bahkan
menjadi wabah yang dapat mengganggu aktivitas dan menambah biaya untuk pengobatan
penyakit ini (Stone et al., 2008). Penularan terjadi akibat kontak langsung dengan kulit
pasien atau tidak langsung dengan benda yang terkontaminasi tungau. Skabies dapat
mewabah pada daerah padat penduduk seperti daerah kumuh, penjara, panti asuhan, panti
jompo, dan sekolah asrama (Stone et al., 2008). Penyebab skabies antara lain disebabkan
oleh rendahnya faktor sosial ekonomi, kebersihan yang buruk seperti mandi, pemakaian
handuk, mengganti pakaian dan melakukan hubungan seksual. Penyakit ini biasanya banyak
ditemukan di tempat seperti di asrama, panti asuhan, penjara, pondok pesantren yang
kurang terjaga personal hygienenya. Terdapat banyak faktor yang menunjang
perkembangan penyakit skabies antara lain turunnya imunitas tubuh akibat HIV, sosial
ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas
(Murtiastutik, 2009).

6.2 SARAN
6.2.1 Bagi Sasaran
Dapat menaangkap materi yang telah disampaikan dan dapat memahami scabies
dan cara menjaga kebersihan rumah
6.2.2 Bagi Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan hendaknya terus aktif mengmberikan penyuluhan terkait bahaya
scabies mengingat penyakit ini menular
DAFTAR PUSTAKA

Murtiastutik, D. 2009. Atlas HIV&AIDS dengan Kelainan Kulit. Fakultas Kedokteran


Universitas Airlangga Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo Surabaya: Airlangga
University Press.
Stone, S.P., Goldfarb J.N., and Bacelieri R.E., 2008. Scabies, Other Mites, and
Pediculosis. In: Wolff K., Goldsmith L.A., Katz S.I., Gilchrest B.A., Paller
A.S., and Leffell D.J. Ed. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 7th
edition. McGraw Hill, New York: 2029-2037.
Marks, J.G and Miller J.J., 2006. Principles of Dermatology. 4th ed. London: Saunders
Elsevier.
Alimul,Aziz(2004).Buku saku praktikum kebutuhan dasar manusia.EGC.Jakarta
Barnum,BJS.(1994).Nursing Teori Analisis,Aplication,Evaluation ;Fourth edition.J.B.
Lippincott Company Philadelpia.New York
Carpenito,L.(1997).Profesional Nursing ;Concept and challenges : second edition J.B.
Lippincott Company Philadelpia.New York
Chitty, KK.(1997). Profesional Nursing ; Concept and challenges : second
edition.Philadelpia. W.B. Saunder Company
George,J.B.(1990).Nursing teoris.The Base For Professional Nursing Practice : Third
Edition.Apleton & Lange Norwalk Connecticut,California.
Kozier,BG & Oliveri, R.(1996).Fundamental Of Nursing ; Concept Process Practice
(4th ed).Addison-Weslay Publishing CO.california.
Lancaster, J.1999.Nursing Issue in Leading and managing Change.Mosby.St.Louis
Meleis,Al.Theoritical Nursing : Development & Progress ; Third Edition.Lippincott
Maria Susiati (2008).Ketrampilan keperawatan dasar paket 1, EMS.Jakarta
Potter & Perry (2005).Buku ajar fundamental keperawatan :konsep,proses dan praktik
Edisi 4.EGC.Jakarta
Potter. PA & Perry, AG.(1993).Fundamental of nursing ; Concept proses practice(3th
ed) St.Lois : Mosby year book
Potter,PA & Perry, AG.(1993).Fundamental of nursing:The Art & Science Of Nursing
Care, 3rd Edition.New York Philadelpia,Lippincott
Taylor,C et al.(1997).Fundamental Of Nursing ; The Art and Sociance of nursing care ; third
edition.New
Daftar Lampiran
Lampiran 1 :berita acara
Lampiran 2 : daftar hadir
Lampiran 3 : SAP
Lampiran 4 : SOP
Lampiran 5 : Materi
Lampiran 6 : Media Leflet

Jember, 15 Mei 2018


Pemateri

Karina Diana S,S.Kep


NIM 132310101019
Lampiran 1 : Berita Acara

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
TA 2018/2019

BERITA ACARA

Pada hari ini, ................ tanggal .......................................... jam s/d WIB


bertempat di rumah Sdr. R di Dusun Krajan Desa Kemuningsari Lor Kecamatan Panti
Kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur telah dilaksanakan Kegiatan Pendidikan
Kesehatan tentang Scabies dan rawat luka oleh Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Jember. Kegiatan ini diikuti oleh
orang ............. (daftar hadir terlampir).

Jember, ................................

Mengetahui,

Penguji
Stase Keluarga
F.Kep Universitas Jember

Ns. Kholid Rosyidi MN, MNS


NIP. 760016843
Lampiran 2: Daftar Hadir
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
TA 2018/2019

DAFTAR HADIR

Pada hari ini, ................ tanggal .......................................... jam s/d WIB


bertempat di rumah Sdr. R di Dusun Krajan Desa Kemuningsari Lor Kecamatan Panti
Kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur telah dilaksanakan Kegiatan Pendidikan
Kesehatan tentang Scabies dan rawat luka oleh Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Jember. Kegiatan ini diikuti oleh
orang ............. (daftar hadir terlampir).
.

NO. NAMA ALAMAT TANDA TANGAN


1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.

Jember, ................................

Mengetahui,

Penguji
Stase Keluarga
F.Kep Universitas Jember

Ns. Kholid Rosyidi MN., MNS


NIP. 760016843
Lampiran 3: SAP

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik/materi : Scabies
Sasaran : Sdr. R
Waktu : - WIB
Hari/ Tanggal : ..........................................
Tempat : Rumah Sdr. R, Dusun Krajan Desa Panti Kecamatan Panti
Kabupaten Jember.

1. Standar Kompetensi
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, sasaran akan dapat mengerti dan
memahami tentang konsep dasar Scabies.

2. Kompetensi Dasar
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan dan demonstrasi selama 60 menit sasaran
akan mampu:
a. Menjelaskan tentang pengertian Scabies;
b. Menjelaskan tentang penyebab dan penularan ;
c. Menjelaskan tentang rawat luka;

3. Pokok Bahasan
Scabies

4. Subpokok Bahasan
a. Pengertian Scabies;
b. Penyebab Scabies;
c. Penularan Scabies;
d. Cara rawat luka;

5. Waktu
1x 60 menit

6. Bahan/ Alat yang digunakan


a. Materi
b. Leaflet
c. Obat topikal (Scabimite)
d. Cairan NS
e. Handscone
f. Kom
g. Bengkok
h. Pinset
7. Model Pembelajaran
a. Jenis Model Penyuluhan : diskusi dengan Sdr. R dan demonstrasi
b. Landasan Pokok :
1. Menciptakan suasana ruangan yang baik
2. Mengajukan masalah
3. Membuat keputusan nilai personal
4. Mengidentifikasi pilihan tindakan
5. Memberi komentar
6. Menetapkan tindak lanjut

8. Setting Tempat

Keterangan:
1. Pemateri

2. Peserta

3. Fasilitator

4. Dosen

9. Persiapan
Pemateri mempersiapkan materi tentang konsep dasar scabies, media pembelajaran
(leaflet), dan bahan untuk melakukan rawat luka.

10. Kegiatan Pendidikan Kesehatan


Tindakan
Proses Waktu
Kegiatan Penyuluhan Kegiatan peserta
Pendahuluan 1. Memberikan salam, 1. Menjawab salam 5 Menit
memperkenalkan diri, dan dan
membuka penyuluhan. mendengarkan
2. Menjelaskan tujuan
umum dan tujuan khusus 2. Mendengarkan
Penyajian 1. Menjelaskan konsep dasar 1. Memperhatikan 45
Scabies: dan memberikan menit
a. Diskusikan dengan tanggapan
klien mengenai
pengertian penyakit,
penyebab, dan cara
penularan scabies.
b. Anjurkan klien
mengungkapkan
kembali materi yang
telah disampaikan.
c. Berikan pujian kepada
klien atas kemampuan
dalam menjelaskan
kembali materi yang
telah disampaikan.
2. Menjelaskan konsep dasar 2. Memperhatikan
scabies: faktor yang dan memberikan
mempengaruhi terjadinya tanggapan
scabies
a. Diskusikan dengan
klien mengenai faktor
yang mempengaruhi
terjadinya scabies.
b. Anjurkan klien
mengungkapkan
kembali materi yang
telah disampaikan.
c. Berikan pujian kepada
klien atas kemampuan
dalam menjelaskan
kembali materi yang
telah disampaikan.
3. Menjelaskan konsep dasar 3. Memperhatikan
scabies: pencegahan dan memberikan
scabies tanggapan
a. Diskusikan dengan
klien mengenai
pencegahan scabies.
b. Anjurkan klien
mengungkapkan
kembali materi yang
telah disampaikan.
c. Berikan pujian kepada
klien atas kemampuan
dalam menjelaskan
kembali materi yang
telah disampaikan.
4. Menjelaskan materi 4. Memperhatikan,
tentang rawat luka memberikan
a. Mendemonstrasikan tanggapan, dan
Rawat luka mendemonstrasi
b. Memberi kesempatan kan
pada klien untuk
bertanya mengenai
Rawat luka
c. Minta klien
mempraktikkan Rawat
luka
d. Beri reinforcement
positif pada klien
Penutup 1. Menyimpulkan materi Memperhatikan 10
yang telah diberikan dan menanggapi menit
2. Mengevaluasi hasil
pendidikan kesehatan
3. Salam penutup
Lampiran 4: SPO

STANDAR PROSEDURE OPERASIONAL

PSIK RAWAT LUKA


Universitas Jember
1. Pengertian Luka merupakan discontuinitas / terputusnya atau terpisahnya susunan sel
dari jaringan tubuh yang rusak yang disebabkan benda tajam, tumpul,
peluru, pecahan bahan peledak atau kecelakaan.
2. Tujuan Mengangkat jaringan yang sudah mengalami nekrosis dan untuk
menyokong penyembuhan atau pemulihan luka.
3. Indikasi Pada klien yang terjadi luka
4. Persiapan klien 1. Berikan salam, perkenalkan diri anda, dan identifikasi pasien dengan
memeriksa identitas pasien secara cermat.
2. Jelaskan tentang prosedur yang akan dilakukan, berikan kesempatan
kepada pasien untuk bertanya dan jawab seluruh pertanyaan pasien.
3. Minta pengunjung untuk meninggalkan ruangan, beri privasi pada
pasien.
4. Atur posisi pasien sehingga merasakan posisi aman dan nyaman.
6. Persiapan alat 1. Bak instrumen
• Pinset
• Kom
• Gunting nikotromi
2. Kasa
3. Obat topikal
4. Cairan NS

7. Cara kerja 1. Berikan penjelasan kepada klien mengenai maksud dan bagaimana
prosedur akan dilakukan. Jelaskan mengapa balutan perlu diganti,
untuk memperoleh persetujuan dan kerja sama dari klien.
2. Dekatkan peralatan kepada klien
3. Klien hendaknya dalam keadaan tenang, dalam kondisi berbaring
atau duduk.
4. Atur posisi klien senyaman mungkin
5. Ciptakan suasana yang mendukung dan bersahabat
6. Bersihkan luka menggunakan cairan normal salin
7. Lakukan pembilasan sebanyak 3x sampai luka bersih
8. Keringkan menggunakan kasa steril
9. Oleskan obat topikal ke luka pasien
10. Bersihkan set rawat luka
8. Evaluasi Berikan penjelasan pada pasien agar menjaga kebersihan pada area yang
dilakukan rawat luka

Hal-hal yang harus diperhatikan :


a. Ketika melakukan rawat luka di usahakan salah satu tangan perawat tetap kontak
dengan kulit pasien
Lampiran 5: Materi

SCABIES
A. Pengertian
Scabies (the itch, gudik, budukan, gatal agogo) adalah penyakit kulit yang
disebabkan infestasi dan sensitisasi terhadap sarcoptes scabiei dan produknya
(Mansjoer et al,, 2000). Cara penularan penyakit ini dapat melalui kontak langsung
(kulit dengan kulit, misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan hubungan seksual) dan
tidak langsung (melalui benda, misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan lain-lain
(Mansjoer et al., 2000).

Gambar 1. Penyakit Scabies

B. Etiologi
Penyebabnya adalah Sarcoptes scabiei. Sarcoptes scabiei adalah parasit yang
termasuk dalam filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima, super famili
Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabei var. hominis. Selain itu terdapat
Sarcoptes scabei yang lain, misalnya pada kambing dan babi. Secara morfologik
merupakan tungau kecil berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian
perutnya rata. Berwarna putih kotor, ukuran yang betina berkisar 330-450 mikron
x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-
200 mikron.

Gambar 2. Sarcoptes scabiei var. hominis


C. Manifestasi Klinis
Terdapat 4 tanda kardinal dari skabies, dimana diagnosis dapat ditegakkan dengan
menemukan 2 dari 4 tanda kardinal tersebut atau menemukan tanda kardinal ke-4 yaitu
sebagai berikut (Djuanda, 2010).

1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas
tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah
keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi.
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna
putih atau keabu-abuan. Berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1
cm, pada ujung terowongan itu didapatkan papul atau vesikel.
4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu
atau lebih stadium hidup tungau ini.

D. Pencegahan

· Selain menggunakan obat-obatan, yang tidak kalah penting untuk diperhatikan


adalah upaya peningkatan kebersihan diri dan lingkungan. Hal ini dapatdilakukan
dengan cara:

1. Mencuci bersih atau merebus dengan air panas, handuk, seprai maupun baju
penderita skabies (yg dipakai dalam 5 hari terakhir), kemudian menjemurnya hingga
kering.Menghilangkan faktor predisposisi, antara lain dengan penyuluhan mengenai
higiene perorangan dan lingkungan.
2. Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama.
3. Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksi untuk
memutuskan rantai penularan.
4. Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksiuntuk
memutuskan rantai penularan. Hewan peliharaan tidak perlu diobati karena kutu
skabies tidak hidup disana.
E. Penatalaksanaan
Cara pengobatannya ialah seluruh anggota keluarga harus diobati (termasuk
penderita yang hiposensitisasi) (Djuanda, 2010). Bila disertai infeksi sekunder dapat
diberikan antibiotika. Untuk rasa gatal dapat diberikan antihistamin per oral. Karena
sifatnya yang sangat mudah menular, maka apabila ada salah satu anggota keluarga
terkena skabies, sebaiknya seluruh anggota keluarga tersebut juga harus menerima
pengobatan. Pakaian, alat-alat tidur, dan lain-lain hendaknya dicuci dengan air panas
(Lab/SMF, 2000, dalam Sunaryanto, 2009).
Lampiran 6. Leaflet
Lampiran 7 Dokumentasi

Gambar 1. Telah dilaksanakan kegiatan Rawat Luka pada keluarga An. R oleh Mahasiswa Profesi
Karina Diana Safitri di Dusun Krajan Desa Kemuningsari Lor Kecamatan Panti

Gambar 2. Telah dilaksanakan kegiatan Rawat Luka pada keluarga An. R oleh Mahasiswa Profesi
Karina Diana Safitri di Dusun Krajan Desa Kemuningsari Lor Kecamatan Panti

Anda mungkin juga menyukai