Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Terumbu Karang

Terumbu adalah endapan-endapan masif yang penting dari kalsium karbonat

yang terutama dihasilkan oleh karang (filum Cnidaria, klas Anthozoa, ordo

Madreporaria = Sleractinia) dengan sedikit tambahan dari alga berkapur dan

organisme-organisme lain yang mengeluarkan kalsium karbonat. Meskipun

karang ditemukan di seluruh lautn di dunia, baik di perairan kutub ataupun di

perairan ugahari, seperti halnya daerah tropik, terumbu karang hanya berkembang

di daerah tropik. Hal ini disebabkan karena adanya dua kelompok karang yang

berbeda, yang satu dinamakan hermatipik dan yang lain ahermatipik. (Nybakken,

1992)

Terumbu karang adalah ekosistem khas daerah tropis dengan pusat

penyebaran di wilayah Indo-Pasifik. Terbatasnya penyebaran terumbu karang di

perairan tropis dan secara melintang terbentang dari wilayah selatan Jepang

sampai utara Australia dikontrol oleh faktor suhu dan sirkulasi permukaan

(surface circulation). Penyebaran terumbu karang secara membujur sangat

dipengaruhi oleh konektivitas antar daratan yang menjadi stepping stones

melintasi samudera. Kombinasi antara faktor lingkungan fisik (suhu dan sirkulasi

permukaan) dengan banyaknya jumlah stepping stones yang terdapat di wilayah

Indo-Pasifik diperkirakan menjadi faktor yang sangat mendukung luasnya

pemencaran terumbu karang dan tingginya keanekaragaman hayati biota terumbu

karang di wilayah tersebut.


Ekosistem terumbu karang merupakan salah satu ekosistem perairan

dangkal yang memegang peranan penting sebagai habitat dan tempat berlindung

berbagai organisme laut. Secara fisik ekosistem terumbu karang juga memainkan

peranan yang penting sebagai pelindung garis pantai. Selain itu keindahan

terumbu dan penghuninya menjadi daya tarik tersendiri bagi manusia. Mengingat

hal tersebut diatas, penting bagi kita untuk lebih memahami karang itu sendiri

serta komponen – komponen biatik dan abiotik yang terdapat dalam ekosistem

terumbu karang, sehingga kita dapat lebih mudah untuk memahami perbedaan

komponen ekologi yang terdapat pada ekosistem terumbu karang dengan wilayah

pesisir pantai dan perairan litoral (intertidal) (Nybakken,J.W. 1988).

Karang hermatipik dapat menghasilkan terumbu sedangkan ahermatipik

tidak/ Karang ahermatipik tersebar di seluruh dunia , tetapi karang hermatipik

hanya ditemukan di wilayah tropik. Perbedaan yang mencolok antara kedua

karang ini adala bahwa di dalam jaringan karang hermatipik terdapat sel-sel

tumbuhan yang bersimbiosis yang dinamakan zooxanthellae (Nybakken, 1992)

2.2 Penyebaran Terumbu Karang dan Faktor-faktor Pembatas

Karang hermatipik dapat bertahan selama beberapa waktu pada suhu sedikit

di bawah 20 derajat celcius; akan tetapi , seperti yang di catat oleh Wells (1957)

dala Nybakken (1992), tidak ada terumbu yan gberkembang pada suhu minimum

tahunan di bawah 18 drejat celcius. Perkembangan terumbu yang paling optimal

terjadi di perairan yang rata-rata suhu tahunannya 23 – 25 derajat celcius.

Terumbu karang dapat mentoleransi suhu kira-kira 36 – 40 derajat celcius.

(Nybakken, 1992)
Faktor pembatas karang antara lain yaitu, Kedalaman. Terumbu karang

tidak dapat berkembang di perairan yang lebih dalam dari 50 – 70 m. Kebanyakan

terumbu tumbuh pada kedalaman 25 m atau kurang. Cahay, harus cukup tersedia

agar fotosintesis oleh zooxanthellae simbiotik dalam jaringan karang dapat

terlaksana. Titik kompensasi untuk karang nampaknya merupakan kedalaman di

mana intensitas cahaya berkurang samapai 15 - 20 persen dari intensitas

permukaan. Salinitas, Karang hermatipik adalah organisme lautan sejati dan tidak

dapat bertahan pada salinitas yang menyimpang dari salinitas air laut normal (32 –

35 0/00). Pengendapan, baik di dalam air atau di atas karang berpengaruh negatif

terhadap karang. Kebanyakan karang hermatipik tidak dapat bertahan dengan

endapan yang berat, menutupinya dan menyumbat struktur pemberian makananya.

(Nybakken, 1992)

2.3. Struktur Karang

Karena anggota-anggota terumbu karang yang dominan adalah karang,

maka perlu dimengerti sedikit mengenai anatominya. Karang adalah anggota

filum Cnidaria, yang termasuk mempunyai bermacam-macam bentuk seperti

ubur-ubur, hydroid, Hydra air tawar, dan anemon laut. Karang dan anemon laut

adalah anggota klas yang sama Anthozoa. Perbedaan utama adalah karang

menghasilkan kerangke luar dai kalsium karbonat sedangkan anemon tidak.

(Nybakken, 1992).
2.4 Tipe-tipe Terumbu

Umumnya mereka dikelompokkan menjadi tiga kategori: Atoll, terumbu

penghalang (barrier reef), dan terumbu tepi (fringing reef). Atol mudah dikenal

karena merupakan terumbu yang berbentuk cincin yang muncul dari perairan yang

dalam, jauh dari daratan dan melingkari gobah yang memiliki terumbu gobah atau

terumbu petak. (Nybakken, 1992).

Selain itu terumbu karang terbagi menjadi empat kelompok berikut:

 Hermatypes-symbionts.

Kelompok ini terdiri dari anggota karang pembangun terumbu yaitu sebagian

besar anggota Scleractinia (karang batu), Octocorallia (karang lunak) dan

Hydrocorallia.

 Hermatypes-asymbionts.

Kelompok ini merupakan karang dengan pertumbuhan lambat yang dapat

membentuk kerangka kapur masif tanpa bantuan zooxanthellae, sehingga mereka

mampu untuk hidup di dalam perairan yang tidak ada cahaya.· Di antara

anggotanya adalah Scleractinia asimbiotik dengan genus Tubastrea dan

Dendrophyllia, dan hydro-corals jenis Stylaster rosacea.

 Ahermatypes-symbionts

Anggota kelompok ini antara lain dari genus Heteropsammia dan Diaseris

(Scleractinia: Fungiidae) dan Leptoseris (Agaricidae) yang hidup dalam bentuk

polip tunggal kecil atau koloni kecil sehingga tidak termasuk dalam pembangun

terumbu. Kelompok ini juga terdiri dari Ordo Alcyonacea dan Gorgonacea yang

mempunyai alga simbion namun bukan pembangun kerangka kapur masif

(matriks terumbu).
 Ahermatypes-asymbionts

Anggota kelompok ini antara lain terdiri dari genus Dendrophyllia dan

Tubastrea (Ordo Scleractinia) yang mempunyai polip yang kecil. Termasuk juga

dalam kelompok ini adalah kerabat karang batu dari Ordo Antipatharia dan

Corallimorpha (Subkelas Hexacorallia) dan Subkelas Octocorallia asimbiotik.

2. 5 Penyebaran Karang dan Zonasi Terumbu

Jumlah spesies dan genera karang terumbu yang terbesar berada di daerah

Indo-Pasifik, termasuk di dalamnya kepulauan Filipina, Kepulauan Indonesia,

Nugini dan bagian utara Australia. Dalam daerah ini, Crossland (1952) dan Wells

(1954) mencatat 50 negara dan beberapa ratus spesies. (Nybakken, 1992)

Dimulai dari sisi yang menghadap ke arah datangnya angin (windward).

Zona pertama terumbu karang adalah lereng terluar yan gmenghadap ke laut

(outer seaward slope), zona susuk dan parit (apur and groove) atau zona

penopang, dan zona dataran terumbu yang sangat dangkal, dan berakhir di daerah

pantai yang menghadap ke laut. (Nybakken, 1992)

2.6 Pertumbuhan Terumbu Karang

Pertumbuhan hewan karang hermatipik terbatas pada kondisi cahaya yang

cukup untuk proses fotosintesis zooxanthella, juga ditunjang dengan kondisi fisik

antara lain arus, kedalaman, kekeruhan dan sedimentasi, serta aspek ekologis lain

seperti siklus hari, suhu, konsentrasi plankton, predator, serta kompetisi dengan

beberapa organism lainnya termasuk jenis hewan karang lainnya. Hewan karang
dapat bertahan hidup pada kisaran suhu antara 18-360C dengan suhu optimal

untuk pertumbuhan adalah 26-280C.

Perubahan suhu yang ekstrim akan menyebabkan kerusakan seperti

terhambatnya reproduksi bahkan bias terjadi bleaching. Sedangkan kisaran

salinitas untuk kehidupan hewan karang berkisar antara 33-36%o. Dalam kondisi

di bawah kisaran tersebut maka pemanfaatan karbonat di air akan didominasi oleh

kelompok alga kapur Dari aspek fisik, kerusakan terjadi karena beberapa hal,

seperti adanya gelombang besar yang memporak-porandakan terumbu karang.

Sedangkan penyebab kematiannya secara kimiawi adalah adanya polutan dari

aktivitas manusia di daratan yang menyebabkan eutofikasi, sedimentasi, polusi

serta masuknya air tawar yang berlebihan dari darat karena terjadi erosi melalui

proses run-off (Purnomo dan Mohammad, 2008).

Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang

penting karena menjadi sumber kehidupan bagi beraneka ragam biota laut. Di

dalam ekosistem terumbu karang ini bisa hidup lebih dari 480 jenis karang, yang

terdiri dari sekitar 1650 jenis ikan dan berpuluh-puluh jenis moluska, crustacean,

sponge, alga, lamun dan biota lainnya. Terumbu karang mempunyai fungsi yang

sangat penting sebagai tempat memijah, mengumpulkan organisme laut untuk

meningkatkan efisiensi penangkapan (sebagai aktraktan), daerah asuhan bagi biota

laut dan sebagai sumber plasma nutfah. Terumbu karang juga merupakan sumber

makanan dan bahan baku substansibioaktif yang berguna dalam farmasi dan

kedokteran. Selain itu terumbu karang juga mempunyai fungsi yang tidak kalah

pentingnya yaitu sebagai pelindung pantai dari degradasi dan abrasi.


DAFTAR PUSTAKA

Ambalikat, Indra. 2008. Rehabilitasi Terumbu Karang dengan Merintis Daerah


Perlindungan Laut (Marine Protect Area) Berbasis Masyarakat, Solusi
dari Tidak Efektifnya Terumbu Karang Buatan. (terhubung berkala)
http://http://www.ubb.ac.id/menulengkap 8 Desember 2018).
Endrawati, Hadi.2000.Biologi Laut (Botani Laut) Klasifikasi Dan Ciri
Lamun. Semarang; Universitas Diponegoro Fakultas Perikanan Dan Ilmu
Kelautan.
Nantji, A. 1987. Laut Nusantara. Jakarta ; Djambatan.
Nybakken,J.W. 1988. Biologi Laut suatu pendekatan ekologis. Jakarta ;
Gramedia.
Philips,C.R. and E.G. Menez. 1988. Seagrass. Smith Sonian. Institutions Press.
WashingtonD.C.
Romimohtarto,K. dan S, Juwana. 1999.Biologi Laut. Ilmu Pengetahuan Tentang
Biota Laut. Jakarta ; Puslitbang Oseanologi – LIPI. Jakarta.
Saleh, Amrullah. 2007. Teknik Pengukuran dan Analisis Kondisi Terumbu
Karang. (terhubung berkala) http://www.scribd.com (10 November 2009).

Anda mungkin juga menyukai