Anda di halaman 1dari 11

Ash-Sharf

Makalah ini Disusun Guna Memenuhi Tugas mata Kuliah


Fiqh
Dosen Pengampu M. Ircham, L.C., M.Pd

Disusun oleh :

1. Windi Retnosari (63010170296)


2. Shinta Ayu Kusuma W. (63010170313)

INSTITUTE AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PERBANKAN SYARIAH

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
hidayahNya dan tak lupa sholawat dan salam senantiasa kita panjatkan kepada panutan alam,
Nabi Muhammad SAW. Penulis bersyukur selesainya makalah ash-sharf ini. Makalah ini
dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh dari bapak M. Ircham,, L.C., M.Pd.

Penulis menyadari bahwa untuk mewujudkan makalah ini bukanlah hal yang mudah,
namun berkat bantuan dari berbagai pihak makalah ini dapat penulis wujudkan walaupun
belum sepenuhnya sempurna. Dalam kesempatan ini izinkan penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang secara materil maupun moril memberikan bantuan demi
terselesaikannya makalah ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak M. Ircham,,
L.C., M.Pd. selaku dosen Fiqh IAIN Salatiga, dan tidak lupa kepada kedua orang tua yang
selalu memberi dukungan.

Hanya kepada Tuhan Maha Kuasa penulis memohon doa sehingga bantuan dari
berbagai pihak bernilai ibadah. Penulis menyadari bahwa sebagai manusia biasa tidka luput
dari kesalahan dan kekurangan sehingga hanya yang demikian sajalah yang dapat penulis
berikan. Penulis juga sangat mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca sehingga
penulis dapat memperbaiki kesalahan – kesalahan dalam penyusun makalah selanjutnya.

Demikian makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.

Salatiga, Oktober 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. 2

DAFTAR ISI ............................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 4

1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 4

1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 4

1.3. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 5

BAB III PENUTUP ............................................................................................... 10

A. Kesimpulan ................................................................................................. 10

B. Saran ........................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 11

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persoalan perdagangan valuta asing (Sharf) telah menjadi sangat populer, umum
dan hampir dilakukan serta diterima sebagai suatu transaksi yang dipraktekkan di seluruh
dunia. Tidak ada sistem ekonomi suatu negara mengalami kemajuan tanpa berhubungan
dengan perdagangan valuta asing. Oleh sebab itu selayaknya perdagangan valuta asing
diterima dan diadopsi sebagai suatu kebutuhan di bidang ekonomi dan bermanfaat serta
sulit sekali dipisahkan dari dunia modern.
Mata uang diperdagangkan secara berpasangan melalui broker atau dealer. Valas
bersifat inter bank karena waktu perdagangannya yang secara kontinu mengikuti waktu
perdagangan masing-masing negara dan bisa diasumsikan bahwa pasar valas buka 24 jam.
Dalam islam valuta asing biasa disebut dengan al-sharf. Dan dalam islam tidak boleh
adanya tujuan untuk spekulasi, tetapi jika perdagangan valuta asing tersebut dilakukan
dengan tujuan untuk spekulasi, dan merusak sistem perekonomian suatu negara, maka hal
inilah yang sangat bertentangan dengan tujuan syari’ah.
Untuk mengatasi hal ini solusinya adalah mengadopsi dan menyesuaikan sistem
perdagangan valuta asing yang ada dengan prinsip-prinsip yuridis syar’i (hukum islam).

A. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian jual beli ash-sharf ?
2. Bagaimana dasar hukum ash-sharf ?
3. Apa saja rukun dan syarat ash-sharf ?
4. Apa saja prinsip-prinsip as-sharf ?
5. Apa saja jenis-jenis ash-sharf ?

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian jual beli ash-sharf
2. Untuk mengetahui dasar hukum as-sharf
3. Untuk mengetahui rukun dan syarat as-sharf
4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip as-sharf
5. Untuk mengetahui apa saja jenis as-sharf

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Al-Sharf
Al-sharf secara etimologi artinya Al-Ziyadah (penambahan), Al
‘Adl (seimbang), penghindaran atau transaksi jual beli. Al- Sharf adalah kegiatan jual
beli mata uang dengan mata uang lainnya. Apabila yang diperjual belikan adalah mata
uang yang sama, nilai mata uang tersebut haruslah sama, penyerahanya pun dilakukan
pada waktu yang sama pula.1
Pada prinsipnya jual beli valuta asing sejalan dengan prinsip sharf. Jual beli
mata uang yang tidak sejenis ini, penyerahannya harus dilakukan pada waktu yang sama
(spot). Bank mengambil keuntungan dari jual beli valuta asing ini. Valuta asing disini
maksutnya adalah mata uang luar negri seperti dolar Amerika, Poundsterling, Inggris,
Ringgit Malaysia dan sebagainnya. Sharf juga bisa diartikan sebagai jual beli uang
logam dengan uang logam lainnya. Misalnya jual beli dinar, emas dan dirham perak.
Sharf adalah transaksi pertukaran dayn (mata uang) dengan dayn (mata uang)
yang berbeda atau jual beli mata uang yang berbeda. Dalam transaksi sharf penyerahan
voluta harus dilakukan secara tunai (naqdan) dan tidak dilakukan forward tidak dapat
dibenarkan dalam islam.2
Jadi jual-beli Ash-Sharf yaitu perjanjian jual beli mata uang asing (valuta ) atau
transaksi pertukaran emas dengan perak, dimana mata uang asing dipertukarkan dengan
mata uang domestik atau matauang asing lainnya yang secara tunai. Dlam hal ini ulama
sepakat (ijma’) bahwa akad Ash-Sharf sebagaimana dijelaskan dala Fatwa Dewan
Syariah Nasional No. 28/DSN-MUI/III/2002 tentang jual bali Mata Uang (Ash-Sharf)
disyariatkan dengan ketentuan diantaranya yaitu:
a. Apabila transaksi dilakukan terhadap mata uang sejenis maka nilainya harus sa,a
dan secara tunai (Attaqabudh).
b. Apabila berlainan jenis maka harus dilakukan dengan nilai tukar (kurs) yang
berlaku pada saat transaksi dilakukan dan secara tunai.

1
Muhammad Julijanto, S.Ag., M.Ag., Membangun Keberagamaan Mencerahkan dan Mensejahterakan,
Deepublish Publisher, Yogyakarta, 2015, hlm. 229.
2
Slamet Wiyono, Akuntansi Perbankan Syariah Berdasarkan PSAK dan PAPSI, Grasindo, Jakarta, hlm. 46.

5
B. Dasar Hukum Ash-Sharf
1. Menurut Al-Qur’an

Dalam al-qur’an tidal ada penjelasan mengenai jual beli sharf, melainkan
hanya menjelaskan dasar hukum jual beli pada umumnya yang terdapat dalam surat
Al- Baqarah ayat 275 yang artinya: “ orang-orang yang makan (mengambil) riba
tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang ekmasukan syaitan
lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan
riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-
orang yang telah sampai kepadanya larangan dari tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan) dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil
riba), maka orang itu adalah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”
2. Menurut hadist
Para Fuqaha mengatakan bahwa kebolehan melakukan praktek sharf
didasarkan pada sejumlah hadis nabi yang antara lain pendapat jumhur ulama yang
diriwayatkan oleh Imam Malik dari Nafi’ dari Abu Said berkata Rasulallah SAW
bersabda:

ُِ َ‫ضةُِ َوالفِضَّةُ بِال َّذه‬


ُ‫ب ال َذهَب‬ ّ ِ‫لح َوال ِم ْلحُ بِالبرُ َوالبرُ بِالف‬
ُِ ‫لا بِال ِم‬
ُ َ‫االَ ِخدُ اَربَى فَقَد َواستَ َزا َُد َزا َُد فَ َمن بِيَدُ يَداا بِ َمثَلُ َمث‬
‫)البخارى و احمد رواه( َس َواءُ َوالمع ِطى‬

Artinya : “ emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum,
garam dengan garam sama sama dari tangan ke tangan, siapa yang menambahkan
atau meminta ditambahkan sungguh ia telah berbuat riba, pengambil dan pemberi
sama.” (HR. Ahmad dan Bukhari).

C. Rukun dan Syarat akad Ash-Sharf


a) Rukun dari akad sharf yang ahrus dipenuhi dalam transaksi ada beberapa hal, yang
diantaranya yaitu:
1. Pelaku akad
a. Ba’i (penjual) adalah pihak yang memiliki valuta asing untuk dijual.

6
b. Musytari (pembeli) adalah pihak yang memerlukan dan akan membeli valuta
asing.
2. Objek akad
a. Sharf (valuta asing) adalah mata uang yang diperjual belikan.
b. Si’rus sharf (nilai tukar)
3. Shighah yaitu ijab dan qabul.
b) Syarat dari akad sharf
a. Valuta (sejenis atau tidak sejenis) apabila sejenis, harus ditukar dengan jumlah
yang sama. Apabila tidak sejenis, perukaran dilakukan sesuai dengan nilai
tukar.
b. Pertukaran tersebut harus dilakukan secara tunai (spot), artinya masing-masing
pihak tidak harus menerima atau menyerahkan masing-masing mata uang pada
saat yang bersamaan.
c. Tidak dibenarkan menjual barang yang belum dikuasai atau dengan kata lain,
tidak dibenarkan jual beli tanpa hak kepemilikan.
d. Pertukaran harta atas dasar saling rela atau tukar menukar suatu benda (barang)
yang dilakukan antara kedua pihak dengan kesepakatan (akad) tertentu atas
dasar suka sama suka.
e. Rukun dan syarat jual beli harus sempurna juka tidak maka dianggap batal.
f. Serah terima dilakukan secara langsung dan tunai.

D. Prinsip – prinsip Ash-sharf

o Tidak ada unsur riba


o Sama nilainya
o Sama ukurannya menurut ukuran syara’
o Al- taqabul ( sama-sama tunai ) di masjid akad.
o Saling merelakan (al – Taradi)

E. Jenis Transaksi Ash-Sharf


A. Transaksi Spot
Transaksi Spot adalah pembelian dan penjualan Vluta Asing untuk
penyerahan pada saat itu juga (over the counter) atau penyelesaiannya paling

7
lambat dalam jangka waktu dua hari. Hukumya adalah “boleh” karena dianggap
tunai, sedangkan waktu dua hari diangap sebagai proses penyelesaian yang tidak
bisa dihindari dan merupakan transaksi dan merupakan transaksi internasional.
Misalnya kontrak jual beli suatu mata uang spot dilakukan pada tanggal 12
September 2019, maka penyerahan dan penyelesaian kontrak tersebut dilakukan
pada tanggal 14 September 2019. Apabila tanggal 14 September 2019 kebetulan
hari libur atau hari sabtu, maka penyelesaiannya adalah pada hari kerja berikutnya.
Tanggal penyelesaian transaksi ini disebut value date. Penyerahan dana dalam
transaksi spot dasarnya dapat dilakukan dalam beberapa cara sebagai berikut ini:
a. Value today, yaitu penyerahan dana dilakukan pada tanggal (hari) yang sama
dengan tanggal (hari) yang diadakannya transaksi (kontrak).
b. Value tomorrow. Yaitu penyerahan dana dilakukan pada hari kerja berikutnya
atau hari kerja setelah diadakannya kontrak tersebut.
c. Value spot, yaitu penyerahan dilakukan dua hari kerja setelah tanggal
transaksi.
B. Transaksi Forward
Transaksi forward, yaitu transaksi jual beli valas yang nilainya ditentukan
pada saat sekarang dan diberlakukan untuk waktu yang akan datang, antara 2 x 24
jam sampai dengan satu tahun. Transaksi ini hukumnya “haram” karena harga yang
digunakan adalah harga yang diperjanjikan (muwa’adah) dan penyerahannyaa
dilakukan dikemudian hari, padalah harga pada waktu penyerahan tersebut belum
tnentu sama dengan nilai yang disepakati, kecuali dilakukan dalam bentuk forward
agreement untuk kebutuhan yang dapat dihindari (lil hajah)
C. Transaksi Swap
Transaksi swap adalah transaksi pembelian dan penjualan bersamaan
sejumlah tertentu mata uang dengan 2 tanggal valuta (penyerahan) yang berbeda.
Pembelian dan penjualan mata uang tersebut dilakukan pada bank lain yang sama.
Jenis transaksi swap yang umum adalah spot terhadap forward. Dealer membeli
suatu mata uang dengan transaksi spot dan secara simultan menjual kembali jumlah
yang sama kepada bank lain yang sama dengan kontrak forward. Karena itu
dilakukan sebagai suatu transaksi tunggal dengan bank lain yang sama, dealer tidak
akan menghadapi resiko valas yang tidak diperkirakan. Seperti dijelaskan di atas
bahwa pada prinsipnya transaksi swap merupakan transaksi tukar pakai suatu mata
uang untuk jangka waktu tertentu. Transaksi swap berbeda dengan transaksi spot
8
atau forward. Dalam mekanisme swap, terjadi dua transaksi sekaligus dalam waktu
yang bersamaan yaitu menjual dan membeli atau menjual dan membeli suatu mata
uang yang sama. Sementara pada spot dan forward, transaksi terjadi hanya sekali
saja yaitu membeli dan menjual. Penggunaan transaksi swap sebanarnya
dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan timbulnya kerugian yang disebabkan
oleh perubahan kurs suatu mata uang. Swap dapat dilakukan antara nasabah dengan
banknya dan antara bank dengan bank Indonesia (disebut reswap). Pemberian
fasilitas reswap tersebut dilakukan atas dasar swap point yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia.Transaksi swap antara bank dengan BI:
a. Swap likuiditas, yaitu swap yang dilakukan atas inisiatif BI untuk dana yang
berasal dari pinjaman luar negeri. Posisi likuiditas ini untuk setiap bank
maksimum 20 % dari modal bank tersebut.
b. Swap investasi, yaitu swap yang dilakukan atas inisiatif bank berdasarkan swap
bank dengan nasabah yang dananya berasal dari pinjaman luar negeri untuk
keperluan ivestasi di Indonesia.
Hukumnya “haram”, karena mengandung unsur maisir (spekulasi).
D. Transaksi Option
a. Transaksi option yaitu kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka membeli
atau hak untuk menjual yang tidak harus dilakukan atas sejumlah unit valuta
asing pada harga dan jangka waktu atau tanggal akhir tertentu. Hukumnya
“haram”, karena mengandung unsur maisir (spekulasi).

Dari beberapa macam jenis dari valuta asing diatas, tidak semua dipandang
sesuai dengan syari’at Islam

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sharf yaitu pertukaran antaara uang satu dengan yang yang lain yang sejenis
atau mata uang satu dengan mata uang lain. Adapun rukun sharf terdiri dari penjual,
pembeli, mata uang yang di perjual belikan, nilai tukar dan ijab qabul. Sementara itu
syarat-syarat sharf antara lain serah terima sebelum ifrak, pembayaran secara tunai, dan
tidak mengandung khiyar syarat.
Landasan hukum sharf terdapat dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 275.
Porsi utama dalam melakukan perjanjian sharf adlah pertukaran mata uang secara spot,
tunai dan tidak spekulatif.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami tentang
Ash-Sarf. Selai itu pembaca juga dapat mengaplikasikan Ash-Sharf dalam kehidupan
sehari-hari sesuai dengan syarat dan ketentuannya dalam agama Islam.

10
DAFTAR PUSTAKA

Juliyanto, Muhammad. 2015. Membangun Keberagaman Mencerahkan dan Mensejahterakan.


Yogyakarta: Deepublish Publisher.
Wiyono, Slamet. Akuntansi Perbankan Syariah Berdasarkan PSAK dan PAPSI. Jakarta:
Grasindo.
Ikbal, mahathir muhammad. 2011. “Syariah dan fiqih”.
http://syariahdanfiqih.com/2011/09/pengertian-persamaan-dan-perbedaan.html?m=1.
Diakses pada 5 november
Diyya. 2008. “Valuta Asing (al-sharf)”.
https://www.google.co.id/amp/s/diyya.wordpress.com/2008/07/29/37/amp/. Diakses
pada 5 november

11

Anda mungkin juga menyukai