“PENGANGGARAN PUBLIK”
OLEH:
Manikam Aprilani
Marwah Razak
Naurah Atifah
Eko Hardianyah
Sudirman
Hisbullah
Misrad
AKUNTANSI 7.8 ( D )
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
SAMATA – GOWA
2015
BAB 7
PENGANGGARAN PUBLIK
Pada dasarnya, keseluruhan prinsip-prinsip tersebut harus dapat diakomodasi secara utuh dalam
sistem penganggaran publik. Namun, sesuai perkembangan zaman, sistem penganggaran harus
mampu mengakomodasi dinamika prinsip-prinsip tersebut diatas.
2 Incremental Budgeting
Incremental budgeting adalah sistem anggaran belanja dan pendapatan yang memungkinkan revisi
selama tahun berjalan, sekaligus sebagai dasar penentuan usulan anggaran periode tahun yang akan
datang.
Angka pada pos pengeluaran merupakan perubahan (kenaikan) dari angak periode sebelumnya.
Permasalahan yang harus dipecahkan adalah metode kenaikan/ penurunan (incremental) dari anggaran
tahun sebelumnya. Logika sistem penganggaran ini adalah seluruh kegiatan yang dilaksanakan
merupaan kelanjutan dari kegiatan tahun sebelumnya.
Zero Based budgeting (ZBB) merupakan sistem sistem anggaran yang didasarkan pada perkiraan
kegiatan, bukan pada yang telah dilakukan dimasa lalu. Setiap kegiatan akan dievaluasi secara
terpisah. Ini berarti berbagai program akan dikembangkan dalam visi tahun yang bersangkutan. Tiga
langkah penyusunan ZBB adalah :
(1) Mengidentifikasi unit keputusan.
(2) Membangun paket keputusan.
(3) Mereview dan menyusun peringkat paket keputusan.
Contoh Penerapan
Prosedur penganggaran berorientasi pada pencapaian tujuan organisasi. Karena itu, penentuan
tujuan menurut ZBB dapat dilakukan dalam tahapan sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi unit keputusan – seluruh organisasi dilakukan dibebagai unit kerja / unit
organiasi.
2. Mengembangkan paket keputusan.
Pernyataan Pendahuluan :
Gambaran Kegiatan :
Hasil Kegiatan :
Kuantitatif Penilaian Paket :
Sumber yang Dibutuhkan :
Konsekuensi Tidak Menyetujui Paket :
Paket Inkremental :
Tingkat lain dari Usaha (dan Biaya) :
5. Performance Budgeting
Sebenarnya, performance budgeting diperkenalkan pertama kali di Amerika Serikat pada tahun 1949,
namun dalam prakteknya mengalami kegagalan (Schiavo-Campo dan Tommasi, 1999). Pada
reformasi anggaran yang dilakukan pada tahun 1990-an, beberapa karakteristik penting dari
porfermance budgeting masih dianggap sangat bermanfaat, dan kemudian dikembangkan bersama
dalam konteks reformasi administrasi publik.
Performance budgeting (anggara yang berorioentasi kinerja) adalah sistem penganggaran yang
berorientasi pada output organisasi dan berkaitan sangat erat dengan visi, misi, serta rencana strategis
organisasi.
Tabel 7.7 Sistem Peanggaran Performance Budgeting
Karakteristik Utama Keunggulan Kelemahan
1. Secara umum, sistem ini A. Memungkinkan 1. Tidak semua
mengandung tiga unsur pokok pendelegasian kegiatan dapat
yaitu pengeluaran organisasi wewenang dalam distandardisasik
yang diklasifikasian menurut pngambilan an.
program dan kegiatan, keputusan/ 2. Tidak semua
pengukiran kinerja B. Merangsang kinerja diukur
(performance measurement) dan partisipasi dan unit secara
pelaporan program (program kerja melalui kuantitatif.
reporting). proses pengusulan 3. Tidak semua
2. Lebih berfokus pada dan penilaian jelas mengenai
pengukuran kinerja bukan pada anggaran yang siapa pengambil
pengawasan. bersifat faktual. keputusan dari
3. Setiap kegiatan harus dilihat dan C. Membantu fungsi siapa yang
maksimalisasi output. perencanaan dan menanggung
4. Bertujuan menghasilkan mempertajam beban keputusan
informasi biaya dan kinerja perbuatan tersebut.
yang dapat digunakan untuk keputusan.
menyusun target dan evaluasi D. Memungkinkan
pelaksanaan kerja. alokasi dana secara
optimal dengan
didasarkan pada
efisiensi unit kerja.
E. Menghindarkan
pemborosan.
Osborn dan Gaebler (1993), mengemukakan keunggulan pengukuran kinerja (the power of
performance measurement) sbb:
Tabel 7.8 The Power of Performance Measurement
Menurut Osborn Gaebler
What gets measured gets done Pada dasarnya, orang atau pegawai akan merespons tindakan
yang positive segera setelah ditetapkannya ukuran kinerja.
If you don’t measure result, you Jika hasil tidak diukur, maka ‘mana organisasi yang berhasil
can’t tell succes from failure dan mana yang gagal’ tidak dapat dibedakan. Akhirnya,
pengambilan keputusan sering kali dapat menjadi salah.
If you can’t see succes, you can’t Pemeberian penghargaan kepada pegawai yang berhasil
reward it. merupakan hal yang penting dalam memacu pencapaian
tingkat produktivitas yang lebih tinggi. Karenanya, sangatlah
penting untuk dapat mengidentifikasi keberhasilan.
If you can’t reward succes you’re Sekali lagi ditekankan bahwa jika tidak dapat
probably rewarding failure mengidentifikasi keberhasilan, maka mungki ada kesalahan
dalam pengambilan keputusan, yaitu pemberian insentif bagi
oihak yang mengalami kegagalan.
If you can’t see succes, you can’t Ukuran kinerja juga sangat diperlukan agar dapat belajar dari
learn from it. keberhasilan yang ada.
Iif you can’t recognize failure, Demikian pula, ketidakberhasilan dapat dihindari dan
you can’t correct it. diperbaiki dimasa yang akan datang, jika mempunyai
informasi tentangnya.
If you can demonstrate resut, you Pada akhirnya, jika mampu mendemontrasikan hasil, apalagi
can win publik support hasil yang baik, niscaya bisa mendapatkan dukungan publik.
Dengan demikian, karakteristik dari sistem penganggaran yang berorientasi kinerja ini sangat bertolak
belakang dengan sistem traditional budgeting, yang banyak diterapkan pada negara-negara yang
menganut juga sistem administrasi publik tradisional.
Seperti telah disebutkan diatas, performance budgeting berkaitan erat dengan visi, misi, dan rencana
strategis organisasi. Hal ini berarti dalam proses perencanaan anggaran, visi,misi, dan recana strategis
menjadi acua utama.
Salah satu tujuan strategis yang ditetapkan adalah memanfaatkan dan menerapkan secara optimal
teknologi inovatif yang telah diketahui banyak orang. Hasil yang diharapkannya adalah sbb:
Peningkatan produktivitas tenaga kerja negara bagian.
Perbaikan penyelenggaraan pemerintah.
Penyediaan layanan publik dengan proses yang lebih sederhana.
Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap program dan layanan negara bagian.
Peningkatan kemampuan untuk mengaitkan rencana strategis, penganggaran, ukuran kinerja, dan
dampak dalam masyarakat.
6. Medium Term Budgeting Framework (MTBF)
Medium Tern Budgeting Framework (MTBF) adalah kerangka strategi kebijakan tentang anggaran
belanja unit organisasi. Kerangka ini melimpahkan tanggung jawab yang lebih besar kepada unit
organisasi menyangkut penetapan alokasi dan penggunaan sumber dana pembangunan.
Tingkat kesiapan membangu MTBF tergantung pada kondisi keuangan organisasi. Ketidakstabilan
kebijakan fiskal akan menyebabkan tidak tepatnya alokasi sumber daya keberbagai prpgram atau
proyek.
Tabel 7.9 Tujuan dan Sasaran MTBF
Tujuan dan MTBF Sasaran dari MTBF
1. Keseimbangan makroekonomi dngan 1. Menciptakan keseimbangan ekonomi
mengembangkan konsistensi dan makro dngan cara mengembangkan
kerangka kerja sumber daya secara kerangka sumber daya yang konsisten
realistis. dan realistis.
2. Alokasi penggunaan sumberdaya untuk 2. Meningkatkan alokasi sumber daya
prioritas strategi antar sektor dan dalam melaui strategi prioritas lintas sektoral.
sektor. 3. Meningkatkan kemampuan untuk
memperkirakan kebijakan pembiayaan
sehingga departemen dapat lebih awal
merencanakan program yang
berkelanjutan.
4. Memberikan anggaran yang ketat
terkait kewenangan unit kerja dalam
menggunakan sumber daya secara
efektif dan efisien.
C. Siklus Penganggaran Publik
1. Penetapan Prosedur dan Tim Penganggaran Tahun Terkait
Tahapan pertama dari siklus anggaran adalah penetapan prosedur atau aturan dalam pembuatan
anggaran sekaligus penetapan tim penganggaran tahun terkait. Hal ini merupapkan bagian yang
penting dalam proses penganggaran, karena dibutuhkan prosedur untuk memberikan arahan yang jelas
dan sebagai pengendalian agar anggaran yang disusun tidak mengandung kesalahan yang materia.
Sedangkan tim penganggaran nantinya akan bertugas menyusun anggaran tahun terkait.
2. Penetapan Dokumen Standar Harga
Dokumen standar harga di tujukan untuk mengendaliakan harga berbagai kebutuhan organisasi
(barang dan jasa).
3. Penyebaran Dan Pengisian Formulir Rencana Kerja Dan Anggaran
Pada tahapan ini akan di sebarkan formulir program kerja dan anggaran tahun terkait. Pedoman
pengisian formulir rencana kerja dan anggaran adalah dokumen standar harga serta draft atau
dokumen perencanaan yang telah dibuat sebelumnya.
4. Rekapitulasi Kertas Kerja
Tahapan selanjutnya setelah proses pembahasan kertas kerja adalah rekapitulasi kertas kerja tersebut.
Rekapitulasi adalah proses meringkas atau mengumpulkan data dari kertas kerja.
5. Pembahasan Perubahan Dan Penyelesaian Draft Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Tahapan selanjutnya adalah menyelesaikan draft anggaran pendapatan dan belanja. Pada tahapan ini
dilakukan pengecekan ulang terhadap draft anggaran yang dibuat, selain juga memastikan bahwa draft
anggaran telah sesuai dengan perencanaan dan tanpa kesalahan.
6. Penetapan Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Draft anggaran yang telah selesai kemudian ditetapkan menjadi anggaran. Proses penetapan anggaran
ini adalah tahapan akhir dari proses penetapan anggaran. Dalam penyusunan anggaran periode
berikutnya, kita bisa kembali ke tahapan pertama di atas.
3. Pendekatan psikologi/motivasi
Pendekatan psikologi/motivasi merupakan salah satu teknik penganggaran publik yang sangat baik
untuk dilakukan. Dengan mempertimbangkan berbagai asumsi, kenyataan, dan tujuan yang ingin
dicapai, penggunaan pendekatan psikologi/motivasi dalam proses penganggaran akan membuat
anggaran yang tersusun benar-benar akan dilaksanakan dengan baik dan tujuan serta sasarannya dapat
dicapai secara efektifdan efisien.
4. Pendekatan lingkungan berkesinambungan
Pengenggaran berdasarkan lingkungan berkesinambungan dimulai dengan proses penyusunan
anggaran bagi program yang berwawasan lingkungan. Anggaran progran ini harus
mempertimbangkan sisi pemeliharaan dan perbaikan kondisi lingkungan sekitasnya. Dengan
demikian, tujuan anggaran dan program dapat tercapai tanpa menimbulkan dampak buruk terhadap
kondisi lingkungan secara berkesilambungan.