Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Abdomen adalah sebuah rongga besar yang dililingkupi oleh otot-otot
perut pada bagian ventral dan lateral, serta adanya kolumna spinalis di sebelah
dorsal. Bagian atas abdomen berbatasan dengan tulang iga atau costae. Cavitas
abdomninalis berbatasan dengan cavitas thorax atau rongga dada melalui otot
diafragma dan sebelah bawah dengan cavitas pelvis atau rongga panggul.
Antara cavitas abdominalis dan cavitas pelvis dibatasi dengan membran
serosa yang dikenal dengan sebagai peritoneum parietalis. Membran ini juha
membungkus organ yang ada di abdomen dan menjadi peritoneum visceralis.
Pada vertebrata, di dalam abdomen terdapat berbagai sistem organ,
seperti sebagian besar organ sistem pencernaan, sistem perkemihan. Berikut
adalah organ yang dapat ditemukan di abdomen: komponen dari saluran cerna:
lambung (gaster), usus halus, usus besar (kolon), caecum, umbai cacing atau
appendix; Organ pelengkap dai saluran cerna seperti: hati (hepar), kantung
empedu, dan pankreas; Organ saluran kemih seperti: ginjal, ureter, dan
kantung kemih (vesica urinaria); Organ lain seperti limpa (lien).
Istilah trauma abdomen atau gawat abdomen menggambarkan keadaan
klinik akibat kegawatan dirongga abdomen yang biasanya timbul mendadak
dengan nyeri sebagian keluhan utama. Keadaan ini memerlukan
penanggulangan segera yang sering beru tindakan beda, misalnya pada
obstruksi, perforasi atau perdarahan, infeksi, obstruksi atau strangulasi jalan
cerna dapat menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga
perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis.
Evaluasi awal sangat bermanfaat tetapi terkadang cukup sulit karena
adanya jejas yang tidak jelas pada area lain yang terkait. Jejas pada abdomen
dapat disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tajam. Pada trauma tumpul
dengan velisitas rendah (misalnya akibat tinju) biasanya menimbulkan

1
kerusakan satu organ. Sedangkan trauma tumpul velositas tinggi sering
menimbulkan kerusakan organ multipel.
Aktivitas dalam kehidupan sehari-hari memungkin seseorang untuk
terkena injury yang bisa saja merusak keutuhan integritas kulit, selama ini kita
mungkin hanya mengenal luka robek atau luka sayatan saja namun ternyata di
luar itu masih banyak lagi luka/trauma yang dapat terjadi pada daerah
abdomen.
Insiden trauma abdomen meningkat dari tahun ke tahun. Mortalitas
biasanya lebih tinggi pada trauma tumpul abdomen dari pada trauma tusuk.
Walaupun tehnik diagnostik baru sudah banyak dipakai, misalnya Computed
Tomografi, namun trauma tumpul abdomen masih merupakan tantangan bagi
ahli klinik. Diagnosa dini diperlukan untuk pengelolaan secara optimal.
Trauma abdomen akan ditemukan pada 25 % penderita multi-trauma,
gejala dan tanda yang ditimbulkannya kadang-kadang lambat sehingga
memerlukan tingkat kewaspadaan yang tinggi untuk dapat menetapkan
diagnosis.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Trauma Abdomen?
2. Apa klasifikasi dari Trauma Abdomen?
3. Apa etiologi dari Trauma Abdomen?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari Trauma Abdomen?
5. Bagaimana patofisiologi dari Trauma Abdomen?
6. Bagaimana pathway dari Trauma Abdomen?
7. Apa komplikasi dari Trauma Abdomen?
8. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari Trauma Abdomen?
9. Bagaimana penatalaksanaan dari Trauma Abdomen?
10. Bagaimana asuhan keperawatan dari Trauma Abdomen?

C. Tujuan
1. Agar mahasiswa mampu mengetahui definisi dari Trauma Abdomen.

2
2. Agar mahasiswa mampu mengetahui klasifikasi dari Trauma Abdomen.
3. Agar mahasiswa mampu mengetahui etiologi dari Trauma Abdomen.
4. Agar mahasiswa mampu mengetahui manifestasi klinis dari Trauma
Abdomen.
5. Agar mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi dari Trauma Abdomen.
6. Agar mahasiswa mampu mengetahui pathway dari Trauma Abdomen.
7. Agar mahasiswa mampu mengetahui komplikasi dari Trauma Abdomen.
8. Agar mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan penunjang dari Trauma
Abdomen.
9. Agar mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan dari Trauma
Abdomen.
10. Agar mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan dari Trauma
Abdomen.

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. KONSEP MEDIS
A. Definisi
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis
akibat gangguan emosional yang hebat, (Brooker, 2001).
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma
tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (smeltzer,
2001)

B. Klasifikasi
Trauma pada dinding abdomen terdiri dari:
1. Kontusio dinding abdomen
Disebabkan trauma non-penetrasi. Kontusio dinding abdomen tidak
terdapat cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis atau
penimbunan darah dalam jaringan lunak dan masa darah dapat menyerupai
tumor.
2. Laserasi
Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga
abdomen harus di eksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi.
Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Suddarth & Brunner (2002)
terdiri dari :
1. Perforasi organ viseral intraperitoneum
Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya cedera pada
dinding abdomen.
2. Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen
Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahli
bedah

4
3. Cedera thorak abdomen
Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri diafragma,
atau sayap kanan dan hati harus dieksplorasi

C. Etiologi
1. Penyebab trauma penetrasi
a. Luka akibat terkena tembakan
b. Luka akibat tikaman benda tajam
c. Luka akibat tusukan
2. Penyebab trauma non penetrasi
a. Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
b. Hancur ( tertabrak mobil)
c. Terjepit sabuk pengaman karena terlalu menekan perut
d. Cedera ekselerasi / deserasi karena kecelakaan olahraga

D. Manifestasi klinis
Menurut (Hudak & Gallo, 2001) tanda dan gejala trauma abdomen, yaitu :
1. Nyeri
Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri dapat
timbul di bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan dan
nyeri lepas
2. Darah dan cairan
Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium yang
disebabkan oleh iritasi
3. Cairan atau udara dibawah diafragma
Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda ini ada
saat pasien dalam posisi rekumben
4. Mual dan muntah
5. Penurunan kesadaran (malaise, latergi, gelisah)
Yang disebabkan oleh kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock
hemoragi.

5
E. Patofisiologi
Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia (akibat
kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olah raga dan terjatuh dari
ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara
faktor – faktor fisik dari kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh. Berat
trauma yang terjadi berhubungan dengan kemampuan obyek statis (yang
ditubruk) untuk menahan tubuh. Pada tempat benturan karena terjadinya
perbedaan pergerakan dari jaringan tubuh benturan yang akan menimbulkan
disrupsi jaringan. Hal ini juga karakteristik dari permukan yang menghentikan
tubuh juga penting. Trauma juga tergantung pada elastisitas dan viskositas
dari jaringan tubuh. Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali
pada keadaan yang sebelumnya. Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk
menjaga bentuk aslinya walaupun ada benturan. Toleransi tubuh menahan
benturan tergantung pada kedua keadaan tersebut. Beratnya trauma yang
terjadi tergantung kepada seberapa jauh gaya yang ada akan dapat melewati
ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus dipertimbangkan dalam
beratnya trauma adalah posisi tubuh relative terhadap permukaan benturan.
Hal tersebut dapat terjadi cidera organ intra abdominal yang disebabkan
beberapa mekanisme :
 Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh
gaya tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang
letaknya tidak benar dapat mengakibatkan terjadinya rupture dari
organ padat maupun organ berongga.
 Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior
dan vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.
 Terjadi gaya akselerasi – deselerasi secara mendadak dapat
menyebabkan gaya robek pada organ dan pedikel vaskuler.

6
F. Pathway
Trauma penetrasi : tembakan, Trauma non penetrasi : kompresi,
tikaman benda tajam, dll benda tumpul, jatuh, dll

Gaya predisposisi trauma > elastisitas & viskositas tubuh

Ketahanan jaringan tidak mampu mengkompensasi

Trauma tumpul TRAUMA ABDOMEN Trauma tajam

Pembengkakan pada organ


Kompresi organ abdomen
intra abdomen Terputusnya kontinuitas Luka terbuka Kerusakan jaringan
Kerusakan
jaringan vaskuler
abdomen
↑ TIA (transition systemic attack)
Kompresi diafragma ↑ resiko invasi bakteri
Proses transduksi Isi usus keluar Perdarahan
Ekspansi paru tidak Mendesak organ persepsi nyeri
maksimal intra abdomen dx. Resiko
Mendesak lambung Isi usus menuju ke Kehilangan
Infeksi cairan fisiologis
dx. kerusakan rongga peritonium
dx. Ketidakefektifan Menekan Integritas
Distress lambung
Pola Napas reseptor nyeri Jaringan
Bakteri usus bebas dx. Resiko
dalam peritonium Syok
↑ produksi HCl
dx. Nyeri Akut
Sensasi mual

dx. Mual

7
Trauma tajam

Kerusakan jaringan
vaskuler

Perdarahan

↓ aliran balik vena

↓ isi sekuncup

↓ cardiac output

↓ Aliran darah ke ↓ Aliran darah ke


Suplai O2 ke
ginjal otak
jaringan ↓

↓ laju filtrate ↓ kesadaran


Hipoksia
glomerulus

dx. Gangguan
Produksi urin ↓ Persepsi Cerebral
dx. ketidakefektifan
pola napas

dx. Gangguan
Eliminasi Urin

8
G. Komplikasi
Segera : hemoragi, syok, dan cedera
Lambat : infeksi (Smeltzer, 2001)

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto thoraks
Untuk melihat adanya trauma pada thorak.
2. Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-linedata bila terjadi perdarahan
terus menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit.
Pemeriksaan leukosit yang melebihi 20.000 /mm tanpa terdapatnya infeksi
menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak kemungkinan 9ocal9m
lienalis. Serum 9ocal9m yang meninggi menunjukkan kemungkinan
adanya trauma 9ocal9me atau perforasi usus halus. Kenaikan transaminase
menunjukkan kemungkinan trauma pada hepar.
3. Plain abdomen foto tegak
Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas retro
perineal dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan gambaran usus.
4. Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri.
Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada saluran
urogenital.
5. VP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan
trauma pada ginjal.
6. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)
Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam rongga
perut. Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL ini hanya alat
9ocal9ment. Bila ada keraguan, kerjakan laparatomi (gold standard).
a) Indikasi untuk melakukan DPL adalah sebagai berikut:
- Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya

9
- Trauma pada bagian bawah dari dada
- Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas
- Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat,
10ocal10m, cedera otak)
- Pasien cedera abdominal dan cedera 10ocal10m spinalis (sumsum
tulang belakang)
- Patah tulang pelvis
b) Kontra indikasi 10ocal10me melakukan DPL adalah sebagai berikut :
- Hamil
- Pernah operasi abdominal
- Operator tidak berpengalaman
- Bila hasilnya tidak akan merubah penatalaksanaan
7. Ultrasonografi dan CT Scan
Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi dan
disangsikan adanya trauma pada hepar dan retro peritoneum.

 Pemeriksaan khusus
1. Abdomonal Paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk
menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih
dari100.000 eritrosit /mm dalam larutan NaCl yang keluar dari rongga
peritoneum setelah dimasukkan 100–200 ml larutan NaCl 0.9% selama 5
menit, merupakan indikasi untuk laparotomi.
2. Pemeriksaan Laparoskopi
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung sumber
penyebabnya.
3. Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rekto-sigmoidoskopi.

10
I. Penatalaksanaan
 Penanganan awal
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam
nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi dilokasi kejadian.
Paramedik mungkin harus melihat apabila sudah ditemukan luka tikaman,
luka trauma benda lainnya, maka harus segera ditangani, penilaian awal
dilakukan prosedur ABC jika ada indikasi, jika korban tidak berespon,
maka segera buka dan bersihkan jalan napas.
1. Airway, dengan 11ocal11m tulang belakang.
Membuka jalan napas menggunakan teknik “ head tilt chint lift “ atau
menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa adakah benda
asing yang dapat mengakibatkan tertutupnya jalan napas. Muntahan,
makanan, darah atau benda asing lainnya.
2. Breathing, dengan ventilasi yang adekuat
Memeriksa pernapasan dengan menggunakan cara lihat – dengar –
rasakan tidak lebih dari 10 detik untuk memastikan apakah ada napas
atau tidak, sselanjutnya lakukan pemeriksaan status respirasi korban
(kecepatan, rhitme dan adekuat tidaknya pernapasan)
3. Circullation, dengan 11ocal11m perdarahan hebat
Jika pernapasan korban tersengal – sengal dan tidak adekuat, maka
bantuan napas dapat dilakukan. Jika tidak ada tanda – tanda sirkulasi,
lakukan resusitasi jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan
bantuan napas dalam RJP adalah 15 : 2 ( 15 kali kompresi dada dan
dua kali bantuan napas.

a. Penanganan awal trauma non penetrasi (trauma tumpul)


1) Stop makanan dan minuman
2) Imobilisasi
3) Kirim ke Rumah sakit
4) Diagnostik peritoneal lavage (DPL)

11
Dilakukan pada trauma abdomen perdarahan intra abdomen, tujuan
dari DPL adalah untuk mengetahui lokasi perdarahan intra
abdomen. Indikasi untuk melakukan DPL, antara lain :
- Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya
- Trauma pada bagian bawah dari dada
- Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas
- Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat,
12ocal12m, cedera otak)
- Pasien cedera abdominalis dan cedera bmeduls spinalis
(sumsum tulang belakang)
- Pata tulang pelvis
Pemeriksaan DPL dilakukan melalui anus, jika terdapat darah
segar dalam BAB atau sekitar anus berarti trauma non penetrasi
(trauma tumpul) mengenai kolon atau usus besar, dan apabila
darah hitam terdapat BAB atau sekitar anus berarti trauma non
penetrasi (trauma tumpul) usus halus atau lambung. Apabila
telah diketahui hasil 12ocal12ment peritoneal lavage (DPL)
seperti adanya darah pada 12ocal12 atau pada saat BAB.
Perdarahan menyatakan positif bila sel darah lebih dari 100000
sel/ml3dari 500 sel/ml3empedu atau 12ocal12m dalam jumlah
yang cukup juga merupakan indikasi untuk cedera abdomen.
Tindakan selanjutnya akan di lakukan prosedur laparotomi.

Kontraindikasi di lakukan diagnostic peritoneal lavage (DPL),


antara lain:
- Hamil
- Pernah operasi abdominal
- Operator tidak berpengalaman
- Bila hasilnya tidak akan merubah penatalaksanaan

12
b. Penanganan awal trauma penetrasi (trauma tajam)
1) Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam
lainnya) tidak boleh di cabut kecuali dengan adanya tim medis
2) Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan
dengan kain kasa pada daerah antara pisau untuk memfiksasi
pisau sehingga tidak memperparah luka.
3) Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut
tidak di anjurkan kembali ke dalam tubuh, kemdian organ yang
keluar dari dalam tersebut di balut kain bersih atau bila ada perban
steril.
4) Imobilisasi pasien
5) Tidak di anjurkan 13ocal13 makan dan minum
6) Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan
menekang
7) Kirim kerumah sakit

 Penanganan di rumah sakit


 Trauma penetrasi
Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen, seorang
ahli bedah yang berpengalaman akan memeriksa lukanya secara
13ocal untuk menentukan dalamnya luka.
Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada luka masuk dan luka
keluar yang berdekatan.
a) Skrinning pemeriksaan rongten.
Foto rongten torak tegak berguna untuk menyingkirkan
kemungkinan hemo atau pneumotoraks atau untuk menemukan
adanya udara intraperitonium. Serta rongten abdomen sambil
tidur (supine) untuk menentukan jalan peluru atau adanya udara
retroperitoneum.
b) IVP atau urogram Excretory dan CT scanning ini di lakukan
untuk mengetahui jenis cedera ginjal yang ada.

13
c) Uretrografi.
Di lakukan untuk mengetahui adanya rpture uretra
d) Sistogrofi
Ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya cedera pada
kandung kencing, contohnya pada
1) Fraktur pelvis.
2) Trauma non-penetrasi

 Penanganan pada trauma benda tumpul di rumah sakit


a) Pengambilan contoh darah dan urine
Darah di ambil dari salah satu vena permukaan untuk pemeriksaan
laboratorium rutin, dan juga untuk pemeriksaan laboratorium
khusus seperti pemeriksaan darah lengkap, 14ocal14men, glukoa,
14ocal14m.
b) Pemeriksaan rongten
Pemeriksaan rongten servikal lateraltoraks anteroposterior dan
pelvis adalah pemeriksaan yang harus dilakukan pada penderita
dengan multi trauma, mungkin berguna untuk mengetahui udara
ekstral luminal diretroperitoneum atau udara bebas dibawah
diafragma, yang keduanya memelurkan laparotomi segera
c) Studi kontras urologi dan gastrointestinal
Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum, kolon
ascendens atau decendens dan dubur.

Penanganan dari keadaan klien dengan trauma abdomen


pertama perlu dilakukan primary survey. Penilaian keadaan
penderita dan prioritas terapi dilakukan berdasarkan jenis
perlukaan, tanda-tanda vital dan mekanisme trauma pada penderita
yang terluka parah terapi diberikan berdasarkan prioritas. Tanda
vital penderita harus dinilai secara cepat dan efisien. Pengelolaan
primary survery yang cepat dan kemudian resusitasi, secondary

14
survey dan akhirnya terapi 15ocal15ment. Proses ini merupakan
ABC –nya trauma dan berusaha untuk mengenali keadaan yang
mengancam nyawa terlebih dahulu
Selama primary survey, keadaan yang mengancam nyawa
harus dikenali dan resusitnya dilakukan saat itu juga. Penyajian
primary survey di atas dalam bentuk berurutan (sekuensial), sesuai
prioritas dan agar lebih jelas, namun dalam praktek hal-hal di atas
sering dilakukan berbarengan (simultan).
Tindakan keperawatan yang dilakukan tentu mengacu pada
ABCDE Yakinkan airway dan breathing clear Kaji circulation dan
control perdarahan dimana nadi biasanya lemah, kecil, dan cepat .
Tekanan darah sistolik dan diastole menunjukkan adanya tanda
syok hipovolemik, hitung MAP, CRT lebih dari 3 detik maka perlu
segera pasang intra venous line berikan cairan kristaloid Ringer
Laktat untuk dewasa pemberian awal 2 liter, dan pada anak
20cc/kgg, bila pada anak sulit pemasangan intra venous line bisa
dilakukan pemberian cairan melalui akses intra oseus tetapi ini
dilakukan pada anak yang umurnya kurang dari 6 tahun. Setelah
pemberian cairan pertamalihat tanda-tanda vital. Bila sudah pasti
ada perdarahan maka kehilangan 1 cc darah harus diganti dengan
cairan kristaloid 3 cc atau bila kehilangan darah 1 cc maka diganti
dengan darah 1 cc (sejumlah perdarahan).
Setelah itu kaji disability dengan menilai tingkat kesadaran
klien baik dengan menilai menggunakan skala AVPU: Alert (klien
sadar), Verbal(klien berespon dengan dipanggil namanya), Pain
(klien baru berespon dengan menggunakan rangsang nyeri) dan
Unrespon (klien tidak berespon baik dengan verbal ataupun dengan
rangsang nyeri). Eksposure dan environment control buka pakaian
klien lihat adanya jejas, perdarahan dan bila ada perdarahan perlu
segera ditangani bisa dengan balut tekan atau segera untuk masuk
ke kamar operasi untuk dilakukan laparoto my eksplorasi.

15
Secondary survey dari kasus ini dilakukan kembali pengkajian
secara head totoe, dan observasi hemodinamik klien setiap 15 –30
menit sekali meliputi tanda-tanda vital (TD, Nadi, Respirasi),
selanjutnya bila stabil dan membaik bisa dilanjutkan dengan
observasi setiap 1 jam sekali. Pasang cateter untuk menilai output
cairan, terapi cairan yang diberikan dan tentu saja hal penting
lainnya adalah untuk melihat adanya perdarahan pada urine. Pasien
dipuasakan dan dipasang NGT (Nasogastrik tube) utnuk
membersihkan perdarahan saluran cerna, meminimalkan resiko
mual dan aspirasi, serta bila tidak ada kontra indikasi dapat
dilakukan lavage. Observasi tstus mental, vomitus, nausea,
rigid/kaku, bisingusus, urin output setiap 15 –30 menit sekali. Catat
dan laporkan segera bila terjadi perubahan secra cepat seperti
tanda-tanda peritonitis dan perdarahan. Jelaskan keadaan penyakit
dan prosedur perawatan pada pasien bila memungkinkan atau
kepada penanggung jawab pasien hal ini dimungkinkan untuk
meminimalkan tingkat kecemasan klien dan keluarga. Kolaborasi
pemasangan Central Venous Pressure (CVP) untuk melihat status
hidrasi klien, pemberian antibiotika, analgesic dan tindakan
pemeriksaan yang diperlukan untuk mendukung pada diagnosis
seperti laboratorium (AGD, hematology, PT,APTT, hitung jenis
leukosit dll), pemeriksaan radiology dan bila perlu kolaborasikan
setelah pasti untuk tindakan operasi laparatomi eksplorasi.

16
2. KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Aktifitas/istirahat
- Data Subjektif : Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas
- Data Objektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam keseimbangan
cedera (trauma)
2. Sirkulasi
- Data Objektif : kecepatan (bradipneu, takhipneu), polanapas
(hipoventilasi, hiperventilasi, dll)
3. Integritas ego
- Data Subyektif : Perubahan tingkah laku/ kepribadian (tenang atau
dramatis
- Data Obyektif : Cemas, Bingung, Depresi
4. Eliminasi
- Data Subyektif : Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami
gangguan fungsi
5. Makanan dan cairan
- Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahan Selera makan
- Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen
6. Neurosensori
- Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara, vertigo
- Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan
status mental, kesulitan dalam menentukan posisi tubuh
7. Nyeri dan kenyamanan
- Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas dan lokasi yang
berbeda, biasanya lama
- Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih
8. Pernafasan
- Data Subyektif : Perubahan pola nafas
9. Keamanan
- Data Subyektif : Trauma baru/ trauma karena kecelakaan

17
- Data Obyektif : Dislokasi gangguan kognitif
Gangguan rentang gerak

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut (00132)
(Domain 12 Kenyamanan)
(Kelas 4 Kenyamanan Fisik)
2. Resiko Syok (00205)
(Domain 11 Keamanan/ Perlindungan)
(Kelas 2 Cedera Fisik)
3. Gangguan Perfusi Jaringan Serebral (00024)
(Domain 4 Aktivitas/Istirahat)
(Kelas 4 Respons Kardiovaskuler/Pulmonal)
4. Ketidakefektifan Pola Nafas (00032)
(Domain 4 Aktivitas/Istirahat)
(Kelas 4 Respon Kardiovaskular/Pulmonal)
5. Kerusakan Integritas Jaringan (00044)
(Domain 11 Keamanan/Perlindungan)
(Kelas 2 Cedera fisik)
6. Gangguan Eliminasi Urin (00016)
(Domain 3 Eliminasi dan Pertukaran)
(Kelas 1 Fungsi Urinarius)
7. Mual (00134)
(Domain 12 Kenyamanan)
(Kelas 1 Kenyamanan Fisik)
8. Risiko Infeksi(00004)
(Domain 11 Keamanan/ Perlindungan)
(Kelas 1 Infeksi)

18
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA


NO. INTERVENSI (NIC) RASIONAL
KEPERAWATAN HASIL (NOC)
1. Nyeri Akut (00132) NOC NIC Observasi
(Domain 12 1. Pain control 1. Pain management 1. Untuk meningkatkan
Kenyamanan 2. Comfort level 2. Analgesic administration kenyamanan pada pasien
Kelas 4 Kenyamanan 2. Agar mengetahui lokasi
Fisik) Tujuan : Observasi : tempat terjadinya nyeri
setelah dilakukan tindakan 1. Observasi reaksi nonverbal dari 3. Mengetahui tipe nyeri dan
Definisi : keperawatan diharapkan terjadi ketidaknyamanan sumbernya untuk
Pengalaman emosional penurunan tingkatan nyeri. 2. Lakukan pengkajian nyeri secara melakukan pengkajian
dan sensori yang tidak komprehensif termasuk lokasi, selanjutnya
akibat adanya Kriteria Hasil : karakteristik, durasi, frekuensi, Mandiri
kerusakan jaringan 1. Klien mampu mengontrol kualitas dan faktor presipitasi. 1. Agar nyeri yang terjadi
yang aktual dan nyeri(tahu penyebab nyeri, 3. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk pada pasien teratasi
potensial atau mampu menggunakan menentukan intervensi 2. Untuk meminimalisir
digambarkan dengan tehnik non farmakologi Mandiri : kesalahan pemberian obat
istilah seperti untuk mengurangi 1. Pilih dan lakukan penanganan 3. Agar pasien merasa
(international nyeri,mencari bantuan) nyeri nyaman dan mengurangi
assosiation for the study 2. Klien dapat melaporkan 2. Tentukan karakteristik, rasa nyeri
of pain) awitan yang bahwa nyeri berkurang lokasi,kualitas dan derajat nyeri Health Education
tiba-tiba atau perlahan dengan menggunakan sebelum pemberian obat 1. Untuk memberikan teknik
dengan intesitas ringan manajemen nyeri 3. Berikan posisi yang nyaman alternatif dalam
sampai berat dengan 3. Klien mampu mengenali sesuai keinginan pasien penanganan nyeri
akhir yang dapat di nyeri (skala, intensitas, 2. Agar pasien bisa
antisipasi atau dapat frekuensi dan tanda nyeri) Healt Education : melakukan penanganan

19
diramalkan dan 4. Klien dapat menyatakan 1. Ajarkan tentang tehnik non nyeri tanpa bantuan
durasinya kurang dari rasa nyaman setelah nyeri farmakologi perawat
enam bulan. berkurang 2. Ajarkan tehnik relaksasi setiap Kolaborasi
Klien menunjukkan tanda vital kali timbul nyeri 1. Untuk mengurangi nyeri
Batasan karakteristik dalam rentang normal yang dialami pasien
: Kolaborasi : terutama nyeri hebat
1. Mengungkapkan 1. Berikan analgesik tepat waktu 2. Agar tidak memberikan
secara verbal atau terutama saat nyeri hebat nyeri tambahan pada
melaporkan (nyeri) 2. Kolaborasi dengan dokter jika ada pasien
dengan isyarat keluhan dan tindakan nyeri tidak
2. Posisi untuk berhasil
menghindari nyeri
3. Perilaku ekspresif
4. Gangguan tidur
5. Perubahan selera
makan

Faktor yang
berhubungan :
Agen-agen penyebab
cedera :
6. Biologis
7. Kimia
8. Fisik
psikologis
2. Resiko Syok (00205) 1. Syok Prevention 1. Monitor status sirkulasi tekanan 1. Untuk mengetahui keadaan
Domain 11 : 2. Syok Management darah, warna kulit, suhu kulit, fisik klien
Keamanan/ denyut jantung, nadi dan ritme, 2. Untuk mengetahui berapa

20
Perlindungan Kriteria Hasil : nadi perifer, dan kapiler refill suhu pasien dan berapa
Kelas 2 : cedera fisik 1. Nadi dalam batas yang 2. Monitor suhu dan pernafasan pernafasan pasien
diharapkan 3. Monitor input dan output 3. Untuk menilai
Definisi : 2. Irama jantung dalam batas 4. Monitor tanda awal syok keseimbangan cairan pasien
Beresiko terhadap yang diharapkan 5. Tempatkan pasien pada posisi 4. Untuk mencegah jika
ketidakcukupan aliran 3. Frekuensi nafas dalam supine, kaki elevasi untuk terjadi syok lebih lanjut
darah ke jaringan tubuh batas yang diharapkan peningkatan preload dengan tepat 5. Untuk menormalkan detak
yang dapat 4. Irama nafas dalam batas 6. Lihat dan pelihara kepatenan jantung
mengakibatkan yang diharapkan jalan nafas 6. Untuk mencegah terjadinya
disfungsi seluler yang 7. Berikan cairan IV atau oral yang kekurangan oksigen dalam
mengancam jiwa tepat tubuh
8. Berikan vasodilator yang tepat 7. Untuk mengurangi resiko
Faktor Resiko : 9. Ajarkan keluarga dan pasien syok yang akan terjadi
1. Hipotensi tentang tanda dan gejala 8. Untuk melebarkan
2. Hipovolemik datangnya syok pembuluh darah agar otak
3. Hipoksemia 10. Ajarkan keluarga dan pasien tidak akan kekurangan
4. Hipoksia tentang langkah untuk mengatasi darah
5. Infeksi gejala syok 9. Agar keluarga bisa
6. Sepsis mengenali tanda dan gejala
7. Syndrom Respons syok
8. Inflamasi Sistemik 10. Agar keluarga bisa
mengatasi syok jika timbul
pada pasien

3. Gangguan Perfusi 1. Status sirkulasi Observasi Observasi


Jaringan Serebral 2. Kognisi 1. Observasi dan catat tanda-tanda 1. Untuk mengetahui tanda-
(00024) 3. Status neurologis vital tanda vital klien
Domain 4 4. Status neurologis : 2. Observasi tingkat kesadaran dan 2. Untuk mengetahui tingkat

21
Aktivitas/Istirahat kesadaran GCS kesadaran klien
Kelas 4 Respons 3. Observasi tonus otot, pergerakan 3. Untuk mengetahui tingkat
Kardiovaskuler/Pulm Tujuan : motorik dan gaya berjalan kelemahan otot klien
onal Setelah dilakukan tindakan 4. Observasi tingkat komunikasi 4. Untuk menetukan derajat
keperawatan selama ...x24 jam dan pantau gejala subjektif mual komunikasi klien dan
Definisi : perfusi jaringan otak dapat pada klien memantau gejala subjektif
Penurunan oksigen tercapai secara optimal 5. Kaji penyebab mual (misalnya mual pada klien, untuk
yang mengakibatkan Kriteria Hasil : obstruksi usus, efek samping mengatasi keluhan apa saja
kegagalan pengiriman 1. Tidak ada mual n obat) yang diderita klien
nutrisi ke jaringan pada 2. Nafsu makan meningkat 6. Pantau karakteristik muntah 5. Mengkaji penyebab mual
tingkat kapiler 3. Tidak ada gangguan untuk mengetahui faktor-
Batasan Karakteristik berbicara Mandiri faktor apa saja yang akan
: 4. Tanda-tanda vital normal 1. Ubah posisi klien lateral untuk menyebabkan mual pada
1. Mual mencegah aspirasi (untuk klien klien
2. Ketidaknormalan dengan penurunan mobilitas) 6. Untuk mengetahui
dalam berbicara 2. Tinggikan posisi kepala 30-45 penanganan luka
3. TD : 140/89 mmHg derajat dan dalam posisi berdasarkan karakteristik
anatomis (netral) serta Mandiri
membatasai aktivitas klien 1. Untuk mencegah terjadinya
3. Lakukan ROM aktif maupun aspirasi pada saat klien
pasif muntah
4. Berikan metode alternatif 2. Untuk meningkatkan
komunikasi, misal dengan bahasa drainase dan meningkatkan
isyarat sirkulasi atau perfusi
5. Berikan metode komunikasi serebral
alternatif misalnya menulis pada 3. Untuk meminimalkan
papan tulis, menggambar, atrofi otot, meningkatkan
gunakan kata-kata sederhana sirkulasi, membantu

22
secara bertahap dan dengan mencegah kontraktur
bahasa tubuh 4. Untuk mempermudah klien
6. Antisipasi setiap kebutuhan klien dalam berkomuniasi serta
saat berkomunikasi untuk memberikan
7. Berbicaralah dengan klien secara komunikasi dasar sesuai
pelan dan gunakan pertanyaan dengan situasi klien
yang jawabannya “YA” atau 5. Untuk membantu
“TIDAK” menurunkan frustasi oleh
8. Berikan perawatan mulut setelah karena ketergantungan atau
terjadi muntah ketidakmampuan
9. Beri makanan kesukaan klien komunikasi
6. Untuk mengurangi
HE kesulitan bicara pada klien
1. Anjurkan kepada klien untuk 7. Untuk melatih otot klien
selalu melatih ekstremitas dan untuk mencegah
2. Apabila memungkinkan beritahu aspirasi
klien seberapa lama 8. Untuk meningkatkan
kemungkinan mual akan terjadi kenyamanan pada klien
3. Ajarkan untuk makan secara 9. Untuk meningkatkan nafsu
perlahan makan pada klien
HE
Kolaborasi 1. Agar klien dapat
1. Kolaborasi dengan tim dokter beraktivitas secara mandiri
dalam pemberian obat 2. Memberitahukan klien
neuroprotektor seberapa lama
2. Kolaborasi pemberian obat komungkinan mual akan
sesuai dengan indikasi terjadi
3. Kolaborasi dengan fisioterapis 3. Untuk meminimalkan

23
untuk latihan bicara terjadinya mual
4. Berikan obat antiemetik sesuai Kolaborasi
anjuran 1. Untuk menghambat
5. Kolaborasi dengan medis lain kerusakan seluler,
dalam melakukan pemasangan biokimia dan kelainan
NGT metabolik yang terjadi
pasca iskemik
2. Untuk memperbaiki aliran
darah serebral, untuk
mencegah lisis bekuan
yang terbentuk dan
pendarahan berulang
3. Untuk melatih komunikasi
klien secara berulang
4. Untuk mencegah atau
mengurangi mual dan
muntah
5. Untuk meningkatkan
nutrisi

4. Ketidakefektifan pola  Respiratori status : Observasi Observasi :


nafas(00032) ventilation 1. Monitor respirasi dan status O2. 1. Untuk mengurangi sesak
Domain 4 :  Respiratori status : airway 2. Monitor TTV nafas
aktivitas/istirahat patency 3. Monitor pola pernafasan 2. Mengetahui TTV untuk
Kelas 4 : respon  Vital sign status abnormal. melakukan intervensi
kardiovaskular/pulmo Mandiri selanjutnya.

24
nal Kriteria hasil : 1. Posisikan pasien untuk 3. Untuk mengetahui pola
1. Menunjukan jalan nafas memaksimalkan ventilasi. pernafasan. Karena dengan
Definisi : yang paten (klien tidak 2. Identifikasi pasien perlunya adanya masalah pada
Inspirasi dan/atau merasa tercekik, irama pemasangan alat jalan nafas abodomen dapat
ekspirasi yang tidak nafas, frekuensi pernafasan buatan. mengakibatkan pola nafas
memberi ventilasi dalam rentang normal, 3. Auskultasi suara nafas, catat yang tidak baik, dan untuk
adekuat. tidak ada suara nafas adanya suara tambahan. mengetahui tindakan yang
abnormal) HE dilakukan selanjutnya.
Batasan karakteritis: 2. Tanda – tanda vital dalam 1. Informasikan pada pasien dan Mandiri
1. Perubahan kedal rentang normal keluarga tentang teknik 1. Mengatur posisi pasien
aman pernafasan relaksasi untuk memperbaiki untuk memaksimalkan
2. Bradipneu pola pernapasan. ventilasi agar dapat
3. Penurunan bernafas dengan baik.
tekanan 2. Melakukan pengkajian
ekspirasi pada pasien untuk
4. Penurunan memberikan alat jalan
ventilasi semenit nafas buatan untuk
5. Dispneu membantu menormalkan
6. Ortopneu pernafasan pasien.
7. fase ekspirasi 3. Untuk mengetahui adanya
memanjang suara nafas tambahan.
Agar bisa mengetahui
Faktor – faktor yang intervensi yang diberikan
berhubungan : selanjutnya.
 Deformitas tulang HE :
 Deformitas dinding 1. Agar keluarga dan pasien
dada bisa menggunakan teknik
 Gangguan relaksasi pernapasan

25
muskuluskeletal mandiri.
 Nyeri

5. Kerusakan Integritas  Tissue integrity : skin Observasi : Observasi :


Jaringan (00044) and mucous 1. Monitor aktivitas dan mobilisasi 1. Agar dapat mengetahui
Domain : 11  Wound healing : pasien perkembangan pasien
Keamanan/Perlindung primary and secondary 2. Observasi luka : lokasi, dimensi, 2. Agar dapat mengetahui
an intention kedalaman luka, jaringan tingkat keparahan pada
Kelas 2 :Cedera fisik Kriteria Hasil : nekrotik, tanda-tanda infeksi luka
 Perfusi jaringan 26ocal, formasi traktus Mandiri :
Definisi : normal Mandiri : 3. Agar terhidar dari
Kerusakan jaringan  Tidak ada tanda-tanda 3. Lakukan tehnik perawatan luka berbagai virus dan
26ocal26me mukosa, infeksi dengan steril bakteri.
kornea, 26ocal26ment,  Ketebalan dan tekstur 4. Berikan posisi yang mengurangi 4. Agar bisa menurunkan
atau subkutan jaringan normal tekanan pada luka rasa sakit pada abdomen
 Menunjukan HE : HE :
Batasan Karakteristik pemahaman dalam 5. Ajarkan keluarga tentang luka 5. Agar keluarga dapat
: proses perbaikan kulit dan perawatan luka mengetahu cara-cara
 Kerusakan dan mencegah Kolaborasi : melakukan peraawatan
jaringan terjadinya cedera 6. Kolaborasi ahli gizi luka
berulang pemberiet diet TKTP ( tinggi Kolaborasi :
Faktor yang  Menunjukan kalori tinggi protein) 6. Agar mempercapat
berhubungan : terjadinya proses pemulihan
 Gangguan penyembuhan luka
metabolisme
 Hambatan
mobilitas fisik
 Kurang

26
pengetaahuan
tentang
pemeliharaan
integritas
jaringan

6. Gangguan Eliminasi 1. Eliminasi urin Observasi Observasi


Urin ( 00016) 2. Kontinensia urin 1. Monitor cairan (intake dan output) 1. Agar perawat tahu pakah
Domain : 3 3. Keparahan gejala 2. Monitor efek dari obat-obatan cairan yang masuk dan
Kelas : 1 fungsi Tujuan : yang diresepkan keluar pada tubuh pasien
urinarius Setelah dilakukan tindakan Mandiri dalam rentang normal atau
keperawatan selama 1x24 1. Melakukan penilaian kemih yang tidak.
Definisi : disfungsi jam,…diharapkan gangguan khomperesif berfokus pada 2. Agar perawat tahu dan
eliminasi urin eliminasi segera teratasi. inkontinensia ( output urin, pola secepatnya memberikan
Kriteria Hasil berkemih ) tindakan jika ada masalah
Batasan karateristik : 1. Kandung kemih kosong 2. Melakukan penilaian distensi baru yang terjadi pada psien
1. Disuria secara penuh kandung kemih dengan palpasi karena pemberian obat.
2. Sering berkemih 2. Intake cairan dalam keadaan dan perkusi Mandiri
3. Inkontinensia normal 3. Melakukan irigasi kandung kemih 1. Untuk mengetahui adanya
4. Nokturia 3. Tidak ada spasme bladder 4. Mnegnjurkan keluarga untuk masalah yang menghambat
5. Retensi 4. Cairan seimbang merekam output utin eliminasi urin
Faktor yang 5. Melakukan manajemen cairan 2. Untuk mengetahui apakah
berhubungan Health education ada penumpukan cairan
Penyebab multipel 1. Mengajarkan keluarga tentang pada kandung kemih karena
Gangguan sensori pengertian, penyebab dan tanda danya penyumbatan.
motorik gejala dari masalah gangguan 3. Membebaskan
eliminsi urin. kandungkemih dari bekuan
2. Mengajarkan pasien dan atau darah dan pus yang bisa

27
keluarga tentang berapa banyak menyumbat slauran urin,
cairan yang harus masuk dan yang mempertahankan kepatenan
keluar dalam jumlah normal. kateter urin, dan mencegah
3. Mengajarkan keluarga untuk terjadinya distensi kandung
mentaati jadwal pemberian obat kemih.
yang benar pada pasien. 4. Agar keluarga juga tahu
Kolaborasi seberapa banyak cairan
1. Melakukan pemasangan yang dikelurakan pasien
kateterisasi urin 5. Untuk mengoptimalkan
2. Merujuk ke spesialis kontinensia cairan yang dibuthkan
urin pasien.
Health education
1. Untuk menambah
pengetahuan pasien dan
keluarga mengenai masalah
gangguan eliminasi urin
2. Agar keluarga juga tahu
berapa banyak cairan yang
dibutuhkan dalam tubuh
mencegah hidrasi dll.
3. Untuk mempercepat
penyembuhan pada paiesn.
Kolaborasi
1. Membantu pengeluaran urin
pada pasien
2. Untuk mendapat
penanganan lebih spesifik
pada masalah pasien.

28
7. Mual (00134) Tujuan : Observasi Observasi
Domain : 12 Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor jumlah cairan 1. Untuk mengumpulkan dan
(kenyamanan fisik) keperawatan diharapkan mual 2. Monitor status nutrisi menganalisis data pasien
Kelas : 1 kenyamanan dapat teratasi. 3. Perhatikan perubahan status untuk mengatur
fisik kriteria hasil : nutrisi yang signifikan dan segera keseimbangan cairan.
 Mual berkurang, yang lakukan penanganan, jika 2. Untuk mengumpulkan dan
Definisi : dibuktikan oleh selera diperlukan. menganalisis data pasien
Suatu fenomena makan dan tingkat untuk mencegah atau
subjektif tentang rasa kenyamanan yang Mandiri meminimalkan malnutrisi.
tidak nyaman pada membaik, hidrasi tidak 1. Lakukan manajemen mual 3. Karena apabila terjadi
bagian belakang terganggu, kendali mual 2. Pertahankan kebersihan klien dan komplikasi, dapat segera
tenggorokan atau dan muntah, dan status tempat tidur saat terjadi muntah di tangani.
lambung, yang dapat nutrisi adekuat. 3. Pindahkan benda-benda yang Mandiri
atau tidak dapat  Memperlihatkan efek menimbulkan bau 1. Untuk mencegah dan
mengakibatkan muntah. gangguan mual dan muntah 4. Berikan perawatan mulut setelah meredakan mual
yang dapat diterima. terjadi muntah 2. Agar pasien nyaman
Batasan karakteristik 3. Karena bau bau yang tidak
: Health education sedap dapat memicu
 Keengganan 1. Jelaskan penyebab mual terjadinya mual.
terhadap makan 2. Anjurkan pasien untuk makan 4. Karena mulut bersih dapat
 Sensasi muntah secara perlahan mencegah terjadinya mual
3. Anjurkan pasien untuk Health education
membatasi minum 1 jam 1. Agar pasien dan keluarga
sebelum,1 jam setelah, dan tau apa saja yang
selama makan. menyebabkan mual
Kolaborasi sehingga terjadinya mual
1. Konsultasikan dengan dokter dapat diminimalisir.
untuk memberikan obat 2. Karena apabila pasien

29
pengendali nyeri yang adekuat makan dengan cepat akan
dan tidak menyebabkan mual merangsang terjadinya
pada pasien. mual.
3. Untuk menghindari
terjadinya mual
Kolaborasi
1. Untuk mencegah terjadinya
mual

8. Risiko Infeksi(00004) Tujuan : Observasi : Observasi :


Domain 11: Setelah dilakukan asuhan 1. Pantau tanda dan gejala infeksi 1. Untuk mengetahui
Keamanan/Perlindung keperawatan selama 3 x 24 jam, (misalnya, suhu tubuh, denyut keadaan pasien secara
an klien menunjukan pengetahuan jantung, drainase, penampilan umum
Kelas 1 : Infeksi klien tentang control infeksi. luka, sekresi, penampilan urin, 2. Untuk mengurangi resiko
Kriteriahasil : suhu kulit, lesi kulit, keletihan, infeksi atau hasil lab
Definisi : mengalami 1. Tidak ada tanda-tanda dan malise) 3. Untuk perlindungan
peningkatan resiko infeksi seperti pus 2. Kaji faktor yang dapat terhadap infeksi
terserang organisme 2. Luka bersih tidak meningkatkan kerentanan Mandiri :
patogenik lembab dan tidak kotor terhadap infeksi (misalnya, usia 1. Agar infeksi yang
Faktor-faktorresiko: 3. Tanda-tanda vital dalam lanjut, usia kurang dari 1 tahun, dialaminya tidak terlalu
 Penyakit kronis batas normal atau dapat luluh imun, dan mal nutrisi ) parah
- Obesitas di torelansi 3. Amati penampilan praktik 2. Agar pasien tidak terkena
 Pertahanan higiene Personal penyakit lainnya
tubuh primer Mandiri : 3. Agar pengobatan lebih
yang tidak 1. Bersihkan lingkungan dengan efektif
adekuat benar setelah dipergunakan 4. Untuk mencegah infeksi
- Statis cairan masing-masing pasien lain yang dapat

30
tubuh 2. Pertahankan tehnik isolasi, memperburuk keadaan
- Merokok biladiperlukan pasien
Pengetahuan yang tidak 3. Terapkan kewaspadaan universal 5. Agar kenyamanan pasien
cukup untuk 4. Batasi jumlah pengunjung bila tetap terjaga
menghindari pemajanan diperlukan 6. Menjaga agar luka dengan
patogen 5. Lakukan perawatan luka dengan tehknik aseptic
teknik aseptic 7. Mencegah terjadi infrksi
6. Lakukan perawatatan terhadap lebih lanjut
prosedur infasif seperti drainase HE :
luka 1. Agar pasien maupun
HE : keluarga tau sehingga
1. Ajarkan pasien dan keluarga pasien maupun
tanda dan gejala infeksi keluargadapat mengatasi
2. Ajarkan cara menghindari infeksi gejala tersebut
Kolaborasi : 2. Agar pasienterhindar dari
1. Ikuti protokol institusi untuk infeksi lainya
melaporkan suspek infeksi atau Kolaborasi :
kultur positif 1. Agar tindakan yang
2. Pengendalian infeksi (NIK): diberikan sesuai dengan
3. Berikan terapi antibiotik, bila di prosedur
perlukan 2. Agar infeksi tidak
menyerang organ lain dan
tidak memperparah
kondisi pasien

31
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat
gangguan emosional yang hebat, (Brooker, 2001).
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma
tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (smeltzer,
2001).

B. Saran
Sebagai seorang calon perawat kita seharusnya dapat mengaplikasikan
teori keperawatan yang telah dipelajari ke dalam lingkungan sehari-hari
khususnya di rumah sakit. Seperti pada pemberian asuhan keperawatan pada
pasien dengan trauma abdomen ini, kita harus melakukan setiap tahap-tahap
proses keperawatan sesuai dengan yang telah di dokumentasikan.

32
DAFTAR PUSTAKA

Brooker, Christine. (2001). Kamus Saku Keperawatan Edisi 31. Jakarta: EGC
Hudak., & Gallo. (2001) Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik . Jakarta:
EGC
Sjamsuhidayat. (1998). Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and
Suddarth Edisi 8 Volume 3. Jakarta: EGC
Gloria Bulechk, d. (2016). Nursing Interventions Classification (NIC) ( alih
bahasa :Intansari Nurjannah). Indinesia : Mocomedia.

Heather Herdman, d. (. (2015). Nursing Diagnoses : definitions & Classificaton.


Jakarta: EGC.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC - NOC Jilid 2. Yogyakarta: MediAction.

Sue Morhead, d. (2016). Nursing Outcomes Classification (NOC) edisi 5. (ahli


bahasa : Intansari Nurjanah). Indonesia: Mocomedia.

33

Anda mungkin juga menyukai