CKD Stage V
CKD Stage V
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. WVB
TTL/Umur : 22-04-1993 / 21 thn
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jln. Abdul Kadir Blok AC Pondok Irma
No. RM : 638615
Tanggal masuk : 22/11/2013
1
- Riwayat DM (-)
Riwayat Pengobatan :
- Obat Hipertensi (Captopril), sejak ± 2 bulan yang lalu
Tanda vital :
Tekanan Darah : 190/100 mmHg
Nadi : 108 x/menit reguler, kuat angkat
Pernapasan : 28 x/menit, Tipe : Thoracoabdominal
Suhu : 36,4oC (axilla)
2
Pupil : bulat, isokor 2,5mm/2,5mm
Reflex cahaya +/+
Telinga
Pendengaran : dalam batas normal
Tophi : (-)
Nyeri tekan di prosesus mastoideus : (-)
Hidung
Perdarahan : (-)
Sekret : (-)
Mulut
Bibir : pucat (+), kering (-)
Lidah : kotor (-),tremor (-), hiperemis (-)
Tonsil : T1 – T1, hiperemis (-)
Faring : hiperemis (-),
Gigi geligi : caries (-)
Gusi : perdarahan gusi (-)
Leher
Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran
Kelenjar gondok : tidak ada pembesaran
DVS : R+1 cm H2O
Kaku kuduk : (-)
Tumor : (-)
Dada
Inspeksi :
Bentuk : normochest, simetris kiri = kanan
Pembuluh darah : tidak ada kelainan
Buah dada : simetris kiri = kanan
Sela iga : dalam batas normal
3
Paru
Palpasi :
Nyeri tekan : (-/-)
Massa tumor : (-/-)
Fremitus raba : vocal fremitus menurun pada
mediobasal kedua paru
Perkusi :
Paru kiri : peralihan dari sonor ke pekak
setinggi CV Th VII
Paru kanan : peralihan dari sonor ke pekak
setinggi CV Th VII
Batas paru-hepar : ICS V-VI
Batas paru belakang kanan : setinggi CV Th X
Batas paru belakang kiri : setinggi CV Th XI
Auskultasi :
Bunyi pernapasan :Vesikuler
Bunyi tambahan : Rh Wh
- - - -
+ + - -
+ -
Ka Ki Ka Ki
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : dalam batas normal
batas atas jantung : ICS II sinistra
batas kanan jantung : ICS III-IV linea parasternalis dextra
batas kiri jantung : ICS V linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : bunyi jantung I/II murni regular,
bunyi tambahan (-)
4
Perut
Inspeksi : Datar, ikut gerak napas
Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
Palpasi : NT (-) MT (-)
Hepar : teraba
Lien : tidak teraba
Ginjal : tidak teraba
Perkusi : Asites (-)
Alat kelamin : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas
Edema (-)
5
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
6
Pemeriksaan Penunjang Lainnya :
USG Abdomen 20/11/2013 (RSLB)
Kesan : - GNC bilateral
- Hepatomegali ec. Congestive Liver
Foto thorax AP tanggal 22/11/2013
Kesan : - Edema Pulmonum
- Efusi pleura bilateral
VI. ASSESMENT :
- Edema paru dd/ Uremic Lung
- CKD Stage V ec. GNC
- Hipertensi Grade II
- Hiperkalemi
- Hipoalbuminemia
- Efusi Pleura Bilateral
VII. PLANNING
Pengobatan :
Diet rendah garam, rendah purin, rendah kalium, protein 0,8 gr/kgBB/hari
Amlodipine 10 mg 1 – 0 – 0
Fasorbid 10 mg 3x1
Furosemide 2 amp/12 jam/iv
Koreksi Hiperkalemia
Insulin 8 IU dalam Dextrose 4% 50cc, habis dalam 20 menit
Edukasi Hemodialisa Keluarga setuju
Rencana Pemeriksaan
EKG kontrol
Elektrolit control
Balance Cairan
7
VIII. PROGNOSIS
Quad ad functionam : Dubia
Quad ad sanationam : Dubia
Quad ad vitam : Dubia
8
IX. FOLLOW UP PASIEN
TANGGAL PERJALANAN PENYAKIT INSTRUKSI DOKTER
23/11/2013 S: P:
Sesak nafas (+) Diet rendah garam, rendah
T:160/100 mmHg Batuk (+), dahak (+) warna putih, purin, rendah kalium, rendah
N : 88 x/i bercak darah (+) protein 0,8 gr/kgBB/hr
P : 22 x/i Demam (-) Amlodipine 10 mg 1-0-0
S : 36,8 ⁰C BAK : kesan kurang Fasorbid 10 mg 3x1
(axilla) BAB : Furosemide 2 amp/12 jam/iv
O: Kalitake sachet 3x2
SS / GC / CM
Anemis -/-, ikterus -/-, Plan :
DVS R-1 cmH2O - EKG/hari
MT(-), NT(-), - Balance cairan
BP : vesikuler - Rencana pasang double lumen
BT : Rh -/-, Wh -/- oleh anastesi (tunggu alat)
BP menurun basal hemithorax - Kontrol elektrolit, Ureum,
dextra, pekak (+) basal Creatinin
hemithorax dextra
BJ : I/II murni reguler,
takikardi
Peristaltik (+) kesan N, MT (-),
NT (-), Asites (-),
Ext : Edema -/-
Lab :
Na : 137 135
K : 7,4 6,7
Cl : 110 109
9
A : Edema paru dd/ uremic lung
CKD Stage V ec. Nefropati HT
HT grade II
Hiperkalemia
Hipoalbuminemia
Efusi Pleura Bilateral
24/11/2013 S: P:
T:170/100 mmHg Sesak (+) Lasix 2 amp/iv
N : 88 x/i Nyeri cvc (d), VAS 6 ISDN 10 mg
P : 28 x/i Mual (+), muntah (+) setiap Kalsitake sachet 2/ml
S : 36,8⁰C makan/minum Antalgin 1 amp/iv
Ondanasetron 1 amp/24 jam/iv
O:
SS / GC / CM
Anemis +/+, ikterus -/-, Plan :
DVS R-1 cmH2O Cito : Darah rutin, elektrolit,
MT(-), NT(-), ureum, kreatinin
BP : vesikuler
BT : Rh -/-, Wh -/- Hasil :
BJ : I/II murni reguler, Ur : 264
Peristaltik (+) kesan N, MT (-), Cr : 24,9
NT (-), Asites (-), Na : 139
Ext : Edema -/- K : 6,05
Cl : 111
A : Edema paru dd/ uremic lung Hb 6,3
CKD Stage V ec. Nefropati HT PLT : 106000
HT grade II WBC : 15,640x 103
Hiperkalemia
10
Hipoalbuminemia
Efusi Pleura Bilateral
25/11/2013 S: P:
T:160/100 mmHg Sesak napas (+) cenderung Diet rendah garam, rendah
N : 80 x/i menurun purin, rendah kalium, rendah
P : 20 x/i Batuk (-), dahak (-) protein 0,8 gr/kgBB/hr
S : 36.9⁰C BAK : via kateter Amlodipine 10 mg 1-0-0
BAB : biasa, tadi malam 1x Fasorbid 10 mg 3x1
O: Furosemide 2 amp/12 jam/iv
SS / GC / CM Kalitake sachet 3x1
Anemis+/+, ikterus -/-, Rencana HD
DVS R -1 cmH2O, MT(-),
NT(-) Plan :
BP : vesikuler, EKG/hari
BT : Rh -/-, Wh -/- Balance cairan
BP menurun setinggi Th VII Rencana Transfusi PRC 2 bag
bilateral Kontrol darah rutin post
BJ : I/II murni regular, transfusi 1 bag
takikardi Echocardiography
Peristaltik (+) kesan N, MT
(-), NT (-), ascites (-),
Hepar/Lien tidak teraba
Ext : Edema -/-
Lab : (24/11)
WBC : 12600 Ur : 141
RBC : 1,81x106 Cr : 12,9
HGB : 4,8 Na : 132
HCT : 14,7 K : 5,33
PLT : 118000 Cl : 109
11
A : CKD stage V ec GNC
Udem paru akut
HT grade II
Hiperklaemi
HIpoalbuminemia
Efusi pleura bilateral
26/11/2013 S: P:
T :170/100mmHg Sesak napas (+) menurun Diet rendah garam, rendah
N : 80 x/i Lemah (+) purin, rendah kalium, rendah
P : 24 x/i O: protein 0,8 gr/kgBB/hr
S : 36.7⁰C SS / GC / CM Amlodipine 10 mg 1-0-0
Anemis+/+, ikterus -/-, Fasorbid 10 mg 3x1
DVS R -1 cmH2O, MT(-), Furosemide 2 amp/12 jam/iv
NT(-) Kalitake sachet 3x2
BP : vesikuler,
BT : Rh -/-, Wh -/- Plan:
BJ : I/II murni regular, EKG/hari
Peristaltik (+) kesan N, MT Balance cairan
(-), NT (-), ascites (-),
Hepar/Lien tidak teraba
Ext : Edema -/-
A : CKD stage V ec GNC
HT grade II
Hiperklaemi
HIpoalbuminemia
Efusi pleura bilateral
27/11/2013 S: P:
T:170/100 mmHg Sesak napas (+), menurun Diet rendah garam, rendah
N : 88 x/i Bengkak dilengan kanan purin, rendah kalium, rendah
12
P : 28 x/i Mual (+), muntah (-) protein 0,8 gr/kgBB/hr
S : 36.8⁰C BAK : lancar Amlodipine 10 mg 1-0-0
BAB : biasa Fasorbid 10 mg 3x1
O: Furosemide 2 amp/12 jam/iv
SS / GC / CM Kalitake sachet 3x2
Anemis+/+, ikterus -/-, Konfirmasi jadwal HD
DVS R +1 cmH2O, MT(-),
NT(-) Plan :
BP : vesikuler EKG/hari
BT : Rh -/-, Wh -/- Balance cairan
BJ : I/II murni regular, Echocardiography
Peristaltik (+) kesan N, MT USG abdomen
(-), NT (-), ascites (-),
Hepar/Lien tidak teraba
Ext : Edema -/-
X. RESUME
Pasien perempuan umur 20 tahun datang dengan keluhan dispnea yang
dialami sejak 12 hari sebelum masuk rumah sakit, memberat 4 hari sebelum
masuk rumah sakit. Dispnea dirasakan terus-menerus sejak 1 hari sebelum masuk
rumah sakit. Tidak dipengaruhi perubahan posisi. Ada DOE. ± 1 tahun terakhir osi
sudah terbiasa tidur dengan dua bantal. Sebelumnya osi dirawat di RS.Labuang
Baji, 2 hari sebelum dirujuk ke RSWS. Saat ini osi masih bisa berbaring
terlentang. Sebelum ke RSLB, osi berobat ke dokter praktek dan dianjurkan untuk
cuci darah. Riwayat opname di RS Flores ± 3 tahun yang lalu selama 7 hari
13
dengan diagnosa infeksi pada ginjal, saat itu osi tidak ada bengkak. Sejak dirawat
2 tahun yang lalu, osi mulai bak sedikit, hingga sekarang. Ada riwayat bengkak
diwajah, tidak diingat. Tidak ada demam, ada riwayat demam tidak diketahui
sejak kapan. Osi terkadang menggigil bila demam. Ada batuk. Ada nyeri dada,
tidak spesifik. Ada mual dan muntah, berisi air dan sisa makanan. Nafsu makan
menurun. Penurunan berat badan disangkal. BAK : sedikit. BAB : belum hari
ini.Riwayat Penyakit Sebelumnya: Riwayat Hipertensi (+) dan konsumsi obat
hipertensi (Captopril) sejak ± 2 bulan yang lalu.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 190/80 mmHg, nadi 108 kali
per menit reguler; kuat angkat, pernapasan 28 x/menit, tipe thorako-abdominal
serta suhu 36,4oC (axilla). Pada mata didapatkan konjungtiva anemis. Pada
palpasi thorax didapatkan vocal fremitus menurun pada kedua basal paru, pada
auskultasi didapatkan bunyi pernapasan menurun pada mediobasal bilateral dan
didapatkan bunyi tambahan (ronkhi) pada mediobasal bilateral.
Pada pemeriksaan penunjang diperoleh hasil laboratorium leukosit
11,7x103/uL, Hb 7,5 g/dL, albumin 3,0 g/dL, ureum 233 mg/dl, kreatinin 23,1
mg/dl, Natrium 137, Kalium 7,4, Klorida 110. Pada pemeriksaan foto thorax
diperoleh kesan edema pulmonum dan efusi pleura bilateral. Pemeriksaan USG
abdomen didapatkan kesan GNC bilateral dan hepatomegali ec. Congestive Liver.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
yang telah dilakukan, maka pasien didiagnosis edema paru dd uremic lung, CKD
stage V, Hipertensi Grade II, Hiperkalemi, Hipoalbuminemia dan efusi pleura
bilateral.
XI. DISKUSI
Diagnosis pasien ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang. Pasien adalah perempuan berusia 21 tahun, dalam
kasus ini pasien didiagnosis sebagai gagal ginjal kronik brdasarkan hasil
anamnesis, dimana pasien memiliki riwayat hipertensi yang baru diketahui ± 2
bulan terakhir dan riwayat didiagnosis sebagai GNC, 3 tahun yang lalu.
14
Apabila dilihat dari gejala klinis yang timbul, gejala pasien yang merasa
mual, muntah, disertai sesak dan penurunan nafsu makan juga dapat mendukung
kearah gagal ginjal kronik. Bila dilihat dari pemeriksaan fisik, secara nyata dapat
ditemukan adanya peningkatan tekanan darah, respiratory rate yang meningkat
menunjukkan adanya sesak, adanya irama jantung yang takikardi, adanya
konjungtiva yang anemis menunjukkan adanya anemia.
Pada pemeriksaan penunjang, hasil laboratorium darah menunjukkan
bahwa hemoglobin pasien rendah akibat defisiensi eritropoetin yang berhubungan
dengan gagal ginjal kronik, terdapat peningkatan yang bermakna pada ureum dan
kreatinin yang menunjukkan adanya gangguan pada ginjal. LFG pasien 3,78
ml/min/1,72 m2, terdiagnosa pasien gagal ginjal kronik derajat 5. Dari hasil
pemeriksaan radiologis (USG Abdomen) didapatkan adanya glomerulonefritis
chronic (GNC), hal ini menunjukkan bahwa ada proses infeksi yang terjadi
sebelum pasien terdiagnosa sebagai gagal ginjal kronik.
Pada kasus ini, gagal ginjal kronik yang dialami pasien dapat
diklasifikasikan daam tahapan berat, dilihat dari gejala klinis yang dialami oleh
pasien dan hasil laboratorium darah. Sedangkan etiologi gagal ginjal kronik pada
kasus ini adalah penyakit ginjal non diabetes, yaitu penyakit infeksi pada
glomerulus (GNC).
Sedangkan komplikasi yang dihadapi pasien dalam kasus ini adalah
anemia. Hal ini membuktikan dengan hasil laboratrium darah yang menunjukkan
keadaan pasien yang anemia, yaitu kadar hemoglobin 7,5 gr/dl.
15
TINJAUAN PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
16
lagi, tetapi apabila penyakit ginjal telah mencapai stadium akhir, anemia akan
secara relatif menetap. Anemia pada GGK terutama diakibatkan oleh
berkurangnya eritropoietin. Anemia merupakan kendala yang cukup besar bagi
upaya mempertahankan kualitas hidup pasien GGK.5
II. DEFINISI
Pada keadaan tidak terdapat kerusakan ginjal lebih dari 3 bulan, dan LFG
sama atau lebih dari 60ml/menit/1,73m2, tidak termasuk kriteria penyakit ginjal
kronik.6
17
III. EPIDEMIOLOGI
IV. ETIOLOGI
Etiologi penyakit gagal ginjal kronik sangat bervariasi antara negara satu
dan negara lain. Pada Tabel 2 menunjukkan penyebab utama dan insiden penyakit
gagal ginjal kronik di Amerika Serikat.6
Sedangkan Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) tahun 2000
mencatat penyebab gagal ginjal yang menjalani hemodialisis di Indonesia, seperti
pada Tabel 3.6
Dikelompokkan pada sebab lain di antaranya, nefritis lupus, nefropati urat,
intoksikasi obat, penyakit ginjal bawaan, tumor ginjal dan penyebab yang tidak
diketahui.6
Tabel 2. Penyebab Utama Penyakit Ginjal Kronik di Amerika
Serikat (1995-1999) 6
Penyebab Insiden
Diabetes Melitus 44%
- Tipe 1 (7%)
- Tipe 2 (37%)
Hipertensi dan penyakit pembuluh darah besar 27%
Glomerulonefritis 10%
Nefritis interstitialis 4%
Kista dan penyakit bawaan lain 3%
Penyakit sistemik (missal Lupus dan vaskulitis) 2%
Neoplasma 2%
Tidak diketahui 4%
Penyakit lain 4%
18
Tabel 3. Penyebab Gagal Ginjal yang Menjalani Hemodialisis di
Indonesia Tahun 2000 6
Penyebab Insiden
Glomerulonefritis 46,39%
Diabetes Melitus 18,65%
Obstruksi dan Infeksi 12,85%
Hipertensi 8,46%
Sebab lain 13,65%
V. PATOFISIOLOGI
19
Sampai pada LFG sebesar 30%, mulai terjadi keluhan pada pasien seperti
nokturia, badan lemah, mual, nafsu makan kurang, dan penurunan berat badan.
Sampai pada LFG dibawah 30%, pasien memperlihatkan gejala dan tanda uremia
yang nyata, seperti anemia, peningkatan tekanan darah, gangguan metabolisme
fosfor dan kalsium, pruritus, mual, muntah dan sebagainya. Pasien juga mudah
terkena infeksi saluran kemih, infeksi saluran napas, maupun infeksi saluran
cerna. Juga akan terjadi gangguan keseimbangan air seperti hipo atau
hipervolemia, gangguan keseimbangan elektrolit, antara lain Na+ dan K+. Pada
LFG di bawah 15%, akan terjadi gejala dan komplikasi yang lebih serius, dan
pasien sudah memerlukan terapi pengganti ginjal (Renal Replacement Therapy)
antara lain dialisis atau transplantasi ginjal. Pada keadaan ini pasien dikatakan
sampai pada stadium gagal ginjal.6
VI. KLASIFIKASI
Klasifikasi penyakit ginjal kronik didasarkan atas dua hal yaitu, atas dasar
derajat (stage) penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi. Klasifikasi atas dasar
derajat penyakit, dibuat atas dasar LFG, yang dihitung dengan mempergunakan
rumus Kockcroft-Gault, yaitu:6
20
4 Kerusakan ginjal dengan LFG 15 – 29
berat
5 Gagal ginjal ≤ 15 atau dialisis
21
Tabel 5. Derajat GGK menurut NICE 2008 8
22
Penyakit pada Rejeksi kronik
transplantasi Keacunan obat (siklosporin/takrolimus)
Penyakit recurrent (glomerular)
Transplant glomerulopathy
VII. DIAGNOSIS 6
Gambaran Klinis
Kardiovaskuler :
a. Hipertensi
b. Pembesaran vena leher
c. Pitting edema
d. Edema peri orbital
e. Friction rub pericardial
Pulmoner :
a. Nafas dangkal
b. Krekels
c. Kussmaul
d. Sputum kental dan liat
Gastrointestinal :
a. Konstipasi / diare
b. Anoreksia, mual dan muntah
c. Nafas bau ammonia
d. Perdarahan saluran GI
e. Ulserasi dan perdarahan pada mulut
Muskuloskeletal :
a. Kehilangan kekuatan otot
b. Kram otot
c. Fraktur tulang
23
Integumen :
a. Kulit kering, bersisik
b. Warna kulit abu-abu mengkilat
c. Kuku tipis dan rapuh
d. Rambut tipis dan kasar
e. Pruritus
f. Ekimosis
Reproduksi :
a. Atrofi testis
b. Amenore
Sindrom Uremia :
a. Lemah letargi
b. Anoreksia
c. Mual dan muntah
d. Nokturia
e. Kelebihan volume cairan
f. Neuropati perifer
g. Uremic frost
h. Perikarditis
i. Kejang
j. Koma
Gambaran Laboratorium 6
Gambaran laboratorium penyakit ginjal kronik meliputi :
a. Sesuai penyakit yang mendasarinya (diabetes mellitus, hipertensi, dll)
b. Penurunan fungsi ginjal berupa peningkatan kadar ureum dan kreatinin
serum, dan penurunan LFG yang dihitung menggunakan rumus Kockcroft-
Gault. Kadar kreatinin serum saja tidak bisa dipergunakan untuk
memperkirakan fungsi ginjal.
24
c. Kelainan biokimiawi darah meliputi penurunan kadar hemoglobin,
peningkatan kadar asam urat, hiper atau hipokalemia, hiponatremia, hiper
atau hipokloremia, hiperfosfatemia, hipokalsemia, asidosis metabolik.
d. Kelaianan urinalisis meliputi proteinuria, leukosituria, cast, isosteenuria.
Gambaran Radiologi 6
Pemeriksaan radiologi penyakit ginjal kronis meliputi :
a. Foto polos abdomen, bisa tampak batu radio-opak.
b. Pielografi intravena jarang dikerjakan, karena kontras sering tidak bisa
melewati filter glomerulus, disamping kekhawatiran terjadinya pengaruh
toksik oleh kontras terhadap ginjal yang sudah mengalaim kerusakan.
c. Pielografi antegrad atau retrograde dilakukan sesuai dengan indikasi
d. Ultrasonografi ginjal bisa memerlihatkan ukuran ginjal yang mengecil,
korteks yang menipis, adanya hidronefrosis atau batu ginjal, kista, massa,
kalsifikasi
e. Pemeriksaan pemindaian ginjal atau renografi dikerjakan bila ada indikasi.
25
Penting sekali untuk mengikuti dan mencatat kecepatan penurunan LFG pada
pasien penyakit gagal ginjal. Hal ini untuk mengetahui kondisi komorbid
yang dapat memerburuk keadaan pasien. Factor-faktor komorbid tersebut
antara lain, gangguan keseimbangan cairan, hipertensi yang tidak terkontrol,
infeksi traktus urinarius, obat-obat nefrotoksik, bahan radiokontras atau
peningkatan aktivitas penyakit dasarnya.
Memperlambat perburukan fungsi ginjal
Faktor utama penyebab perburukan fungsi ginjal adalah terjadinya
hiperfiltrasi glomerulus. Ada dua cara penting untuk mengurangi hiperfiltrasi
glomerulus, yaitu pembatasan asupan protein dan terapi farmakologis untuk
mengurangi hipertensi intraglomerulus.
26
Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5,
yaitu pada LFG < 15 ml/mnt. Terapi pengganti ginjal dapat berupa
hemodialisis, peritoneal dialisis atau transplantasi ginjal.
27
- Orang dengan GGK, harus mengetahui konsentrasi serum potassium dan
perkiraan LFG sebelum memulai terapi. Pemeriksaan ini diulang antara 1
sampai 2 minggu setelah penggunaan obat dan setelah peningkatan dosis.
- Terapi ACE inhibitor/ARBs tidak boleh dimulai apabila konsentrasi serum
potassium secara signifikan >0,5 mmol/L
- Keadaan hiperkalemia menghalangi dimulainya terapi tersebut
- Stop terapi tersebut, bila konsentrasi serum potassium meningkat >0,6
mmol/L atau lebih dan obat lain yang diketahui dapat meningkatkan
hiperkalemia sudah tidak digunakan
- Dosis terapi tidak boleh ditingkatkan bila bata LFG saat sebelum terapi
kurang dari 25% atau kreatinin plasma meningkaat dari batas awal kurang
dari 30%
- Apabila perubahan LFG 25% atau lebih atau perubahan kreatinin plasma
30% ata lebih :
Investigasi adanya deplesi volume ataupun penggunaan NSAIDs
Apabila tidak ada penyebab (yang diatas), stop terapi atau dosis harus
diturunkan dan alternative antihipertensi lain bisa digunakan
28
DAFTAR PUSTAKA
29