Letak wilayah Indonesia yang strategis membuat Indonesia merupakan salah satu negara yang
banyak di jadikan jalur pelayaran dari India ke China dan dari China ke India. Dengan banyaknya
pelayar India dan China yang melalui Indonesia, maka banyak pengaruh mulai dari kebudayaan
hingga agama yang berasal dari India dan China. Para pedagang yang berlayar tersebut tidak hanya
melakukan perdagangan, mereka juga mempunyai tujuan untuk menyebarkan agama yang mereka
anut yaitu Buddha. Saat itu agama yang sedang cukup kuat di Indonesia yaitu Hindu, akan tetapi
pada agama hindu di kenal istilah kasta sedangkan pada buddha tidak ada pengenalan istilah kasta.
Hal itu menyebabkan penyebaran agama buddha dilakukan secara merata karena tidak ada
perbedaan kasta pada agama buddha.
Prasasti canggal merupakan bukti dari sejarah kerajaan mataram kuno. Prasasti canggal berisi
tentang sejarah berdirinya lingga di Jawa di desa Kunjarakunja dan diperintahi raja Sanjaya. Raja
pertama pada kerajaan mataram yaitu raja Sanna, kemudian beliau digantikan oleh Sanjaya yaitu
anak dari raja Sanna. Pada masa pimpinan raja Sanjaya beliau berhasil menaklukan wilayah Jawa
Barat, Jawa Timur dan juga Bali. Setelah raja sanjaya meninggal, dinasti yang memimpin mataram
adalah Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra. Kedua dinasti tersebut beraliran beda dinasti
sanjaya beragama hindu dan dinasti syailendra beragama buddha. Dinasti Syailendra memerintah
pada wilayah Jawa Tengah bagian selatan
Peristiwa-Peristiwa Tokoh Pada Sejarah Buddha
Kerajaan-kerajaan buddha yang ada di Indonesia tentunya tidak dapat lepas dari adanya tokoh-
tokoh yang sata itu memerintah kerajaan tersebut. Adapun tokoh-tokoh sejarah buddha tersebut
tersebut tertulis pada berbagai peninggalan dari masa buddha seperti prasasti, dll. Tokoh sejarah
pada masa buddha yang sangat terkenal diantaranya yaitu Balaputradewa, Ratu Sima, Sakyakirti,
Syailendra, dan Kertanegara, sebagai berikut:
1. Balaputradewa
Dengan riwayat bersejarah yang panjang, tidak ayal Sumsel merupakan propinsi yang kaya akan
peninggalan bersejarah. Seorang peneliti Belanda bernama Van der Hoop bahkan menyatakan
bahwa Palembang adalah salah satu wilayah di nusantara yang banyak ditemukan bukti – bukti
peninggalan zaman Megalitikum. Untuk itu, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumsel memiliki
ide untuk memulai sejarah museum Balaputradewa Palembang.
2. RATU SHIMA
Sebagai salah satu kerajaan yang sebagian besar penduduknya memeluk ajaran Hindu-
Budha tentu memiliki peninggalan-peninggalan sejarah tersendiri. Apalagi disebutkan jika sejak
abad ke-7 Kerajaan Ho-ling dibawah pemerintahan Ratu Shima sudah menjadi salah satu pusat
kebudayaan Budha Hinayana. Bentuk peninggalan bersejarah Kerajaan Ho-ling yang terkenal
tersebut antara lain berupa 2 prasasti, candi dan situs bersejarah. Prasasti Terdapat 2 prasasti yang
ditemukan di daerah sekitar pesisir pantai utara pulau Jawa. Kedua prasasti ini sebagai peninggalan
sejarah Kerajaan Kalingga yang dulunya dipimpin oleh Ratu Shima. Prasasti-prasasti ini sebagai
bukti sejarah kalau Kerajaan Ho-ling dulunya memang benar-benar ada yaitu:
Prasasti Tukmas
Prasasti Tukmas ini ditemukan pertama
kali di lereng sebelah barat Gunung Merapi lebih
tepatnya di Dusun Dakawu, Desa Lebak,
Kecamatan Grabak, Magelang Jawa Tengah.
Peninggalan Kerajaan Kalingga yang berupa
prasasti ini bertuliskan dengan bahasa
Sansekerta dan memakai huruf Pallawa. Bentuk
aksaranya lebih muda jika dibandingkan dengan aksara masa Purnawarman.
Prasasti ini dipahatkan pada sebuah batu alam besar dekat sebuah mata air sekitar
abad ke-7 M. Dalam prasasti ada gambar kendi, trisula, kapak, cakra, kelangsangka, dan
bunga teratai yang melambangkan hubungan antara manusia dengan dewa-dewa Hindu.
Prasasti Tukmas menyebutkan mengenai mata air yang jernih dan bersih serta sungai yang
mengalir sama dengan Sungai Gangga di India.
Prasasti Sojomerto
Tempat ditemukannya prasasti ini adalah di
desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Kabupaten
Batang, Jawa Tengah. Jenis prasasti ini menggunakan
aksara Kawi dan bahasa Melayu Kuno serta berasal
dari abad ke-7 M. Bahan prasasti ini terbuat dari batu
andesit dengan tinggi 78 cm, panjang 43 cm, dan tebal
7 cm. Dengan tulisan terdiri dari 11 baris dan sebagian
barisnya sudah rusak terkikis usia.
Dengan adanya temuan 2 prasasti tersebut menjadi bukti jika di kawasan pantai
utara Jawa Tengah dahulu pernah ada Kerajaan Kalingga. Sebuah kerajaan besar bercorak
Hindu Siwais dengan Ratu Shima sebagai penguasanya. Seorang ratu yang disiplin dan
memegang teguh semua peraturan yang berlaku di Kerajaan Ho-ling.
3. Kertanegara
Candi Singosari
Pintu masuk candi tersebut nampak sederhana dan pada bagian atas pintu dilengkapi dengan
pahatan Kepala Kala sederhana yang membuat timbulnya dugaan jika candi tersebut belum selesai
dibangun. Pada bagian kiri, kanan bilik pintu dan juga bagian belakang ada relung sebagai tempat
arca yang juga terlihat sederhana. Ukuran dari relung tersebut lebih besar dan ditambahkan dengan
bilik penampil serta hiasan kepala kala pada bagian atasnya. Pada ruang utama candi ini juga
terdapat Yoni yang pada bagian atasnya sudah terlihat sedikit rusak dan pada kaki Yoni juga tidak
dilengkapi dengan hiasan. Candi ini terlihat seperti susun dua sebab di bagian bawah atap candi
memiliki bentuk persegi seperti sebuah ruang kecil dengan relung di setiap sisi.
Relung itu pada awalnya diisi oleh arca, akan tetapi sekarang sudah kosong dan di setiap pintu
relung juga terdapat kepala kala lengkap dengan pahatan berbeda dengan pintu lainnya. Puncak
atap candi memiliki bentuk meru bersusun yang semakin kecil keatasnya dan pada puncak atap
sudah sedikit runtuh. Candi Singasari ini sudah mengalami pemugaran oleh pemerintah Belanda
tahun 1930 yang bisa terlihat dari pahat catatan di kaki candi tersebut. Pemugaran ini belum
dilakukan secara menyeluruh, sebab di sekeliling candi masih ada tumpukan batu yang tidak
dikembalikan ke tempat awal. Di halaman candi ada beberapa arca yang sudah rusak sebagian dan
belum selesai dibangun seperti arca Syiwa dengan banyak posisi serta ukuran, Durga dan juga
lembu Nandini.