DISUSUN OLEH :
Kelompok 3
1. Risti Caesar Zeindira (64722401S181178)
2. NurBertha Iro (64722401S181175)
3. ErnaWati (64722401S181171)
Kehamilan berawal dari sel telur yang telah dibuahi oleh sel sperma. Pada proses kehamilan
normal, sel telur yang telah dibuahi akan menetap di tuba falopi (saluran sel telur) selama
kurang lebih tiga hari, sebelum dilepaskan ke rahim. Di dalam rahim, sel telur yang telah
dibuahi akan terus berkembang hingga masa persalinan tiba.
Pada kehamilan ektopik, sel telur yang telah dibuahi tidak menempel pada rahim, melainkan
pada organ lain. Tuba falopi adalah organ yang paling sering ditempeli sel telur pada
kehamilan ektopik. Selain tuba falopi, kehamilan ektopik juga bisa terjadi di indung telur,
leher rahim (serviks) atau di rongga perut.
B. Penyebab Kehamilan Ektopik
Meskipun belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan kehamilan ektopik, namun
kondisi ini sering kali dikaitkan dengan kerusakan pada tuba falopi, yaitu saluran yang
menghubungkan indung telur dan rahim.
Faktor genetik.
Bawaan lahir.
Ketidakseimbangan hormon.
Peradangan akibat infeksi atau prosedur medis.
Perkembangan organ reproduksi yang tidak normal.
Kehamilan ektopik dapat dialami oleh setiap wanita yang telah aktif berhubungan intim. Ada
beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik, yaitu:
Kehamilan ektopik cenderung tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Tanda awal
kehamilan ektopik mirip dengan kehamilan biasa, seperti mual, payudara mengeras,
dan menstruasi terhenti.
Sedangkan pada tahap lanjut, ada beberapa gejala yang sering dirasakan penderita kehamilan
ektopik, yaitu nyeri perut dan perdarahan dari vagina. Gejala-gejala tersebut akan terasa
semakin parah seiring waktu.
Segeralah periksakan diri ke dokter bila muncul sejumlah gejala berikut saat sedang hamil:
Gejala-gejala tersebut harus segera diperiksakan ke dokter karena bisa menandakan pecahnya
tuba falopi akibat kehamilan ektopik.
Dokter akan melakukan pemeriksaan dengan USG transvaginal untuk memastikan terjadinya
kehamilan ektopik. Selain membantu dokter kandungan melihat kondisi organ reproduksi
pasien, prosedur ini dapat memastikan lokasi kehamilan secara akurat.
Tes lain yang dapat dilakukan adalah tes darah, guna mengukur kadar hormon hCG dan
progesteron. Pada kehamilan ektopik, kadar kedua hormon tersebut cenderung lebih rendah
dibandingkan kehamilan normal.
G. Pengobatan Kehamilan Ektopik
Sel telur yang telah dibuahi tidak akan bisa tumbuh normal jika berada di luar rahim. Oleh
karena itu, jaringan ektopik harus segera diangkat, agar pasien terhindar dari komplikasi
serius. Ada beberapa pilihan pengobatan yang dapat dilakukan untuk menangani kehamilan
ektopik, antara lain:
1. Suntik methotrexate
Kehamilan ektopik tahap awal dapat diatasi dengan suntik methotrexate. Obat ini akan
menghentikan pertumbuhan sel ektopik, sekaligus menghancurkan sel yang sudah terbentuk.
Setelah pemberian suntikan, dokter akan memantau kadar hormon hCG dalam darah tiap 2-3
hari, sampai kadarnya menurun. Menurunnya kadar hCG menandakan kehamilan sudah tidak
lagi berkembang.
2. Operasi laparoskopi
Pilihan lain untuk mengatasi kehamilan ektopik adalah dengan operasi lubang kunci
atau laparoskopi. Melalui prosedur ini, dokter kandungan akan mengangkat jaringan ektopik
dan bagian tuba falopi tempat jaringan ektopik menempel. Namun bila memungkinkan,
bagian tuba falopi tersebut cukup diperbaiki tanpa harus diangkat.
3. Operasi laparotomi
Untuk menangani pasien yang mengalami perdarahan berat akibat kehamilan ektopik, dokter
kandungan akan melakukan tindakan darurat berupa laparotomi. Dalam laparotomi, dokter
akan membuat sayatan besar di perut sebagai jalan untuk mengangkat jaringan ektopik dan
tuba falopi yang pecah.
H. Pencegahan Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik tidak bisa dicegah, tetapi risiko untuk mengalami kondisi ini dapat
diturunkan. Ada sejumlah cara yang bisa dilakukan, di antaranya:
Hindari perilaku seks yang berisiko, misalnya bergonta-ganti pasangan seks dengan
tidak menggunakan kondom.
Hindari merokok, sejak sebelum hamil.
Ibu hamil juga dianjurkan untuk melakukan tes darah dan USG rutin. Selain untuk memantau
perkembangan kehamilan, pemeriksaan rutin dapat mendeteksi kehamilan ektopik lebih awal,
sehingga bisa segera ditangani.