Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang "Keluarga Berencana di Tinjau Dari Sudut Pandang
Hukum Islam" ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada
kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi
anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi
mata kuliah agama dengan judul " Keluarga Berencana di Tinjau Dari Sudut Pandang
Hukum Islam" Disamping itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami selama pembuatan makalah ini berlangsung
sehingga terealisasikanlah makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan
jangan lupa ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya bisa
diperbaiki.

Samarinda,18 November 2018

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………… 1
DAFTAR ISI………………………………………………………….. 2
BAB I………………………………………………………………….. 3
PENDAHULUAN ……………………………………………………. 3
a. Latar Belakang………………………………………………… 3
b. Rumusan Masalah…………………………………………….. 4
c. Tinjauan Penulisan…………………………………………….. 4
BAB II………………………………………………………………….. 6
PEMBAHASAN………………………………………………………. 6
a. Tinjauan Pustaka………………………………………………. 6
b. Isi……………………………………………………………….. 7
c. Diskusi…………………………………………………………. 16
BAB III………………………………………………………………… 18
PENUTUP……………………………………………………………... 18
a. Kesimpulan …………………………………………………… 18
b. Saran…………………………………………………………… 18
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….. 19

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Keluarga Berencana atau KB awalnya dipelopori oleh individu yang menaruh

perhatian serta kepedulian pada masalah kesehatan ibu dan anak. Pada awal abad XIX

di Inggris dan Amerika dipelopori oleh Marie Stpoes dan Margareth Sanger.

Sedangkan di Indonesia sebenarnya sudah banyak dilakukan untuk membatasi

kelahiran secara tradisional. Seperti di Irian Jaya telah lama dikenal ramuan dari

daun-daunan yang khasiatnya mencegah kehamilan. Di dalam tradisi masyarakat

Hindu Bali sejak dulu nama anak hanya ada untuk empat orang saja, disangka ini

adalah suatu cara untuk menganjurkan pasangan suami istri mengatur kelahiran

anaknya sampai empat saja.

Pada zaman modern di Indonesia keluarga berencana mulai dikembangkan

dan dikenal sekitar tahun 1952. Pada tahun tersebut di Indonesia terdapat pelopor

keluarga berencana yaitu dr. Sulianti Suroso yang menganjurkan para ibu di

Yogyakarta untuk membatasi kelahiran. Lalu pada tanggal 23 Desember 1957

didirikan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia(PKBI). Perkumpulan ini

bergerak secara silent operation yang membantu warga memerlukan secara sukarela.

Pada tahun 1967 ditandatangani Deklarasi Kependudukan PBB oleh kepala Negara

Indonesi, untuk itu dibentuklah suatu lembaga program keluarga berencana dan

dimasukan ke program pemerintah.

Sejak pelita I berdasarkan intruksi Presiden nomor 26 tahun 1968 dibentuklah

Lembaga Keluarga Nasional(LKBN) sebgai lembaga semi pemerintah. Pada tahun

1970 diubah dan ditingkatkan menjadi Badan Koordinasi Keluarga Nasional

3
(BKKBN) yang bertanggung jawab langsung kepada presiden. Keluarlah Keppres

No.33 tahun 1972 dan dilakukanlah penyempurnaan struktur organissi, tugas pokok,

dan tata kerja BKKBN. Keluar pula Keppres No.38 tahun 1978 organisasi serta

struktur BKKBN disempurnakan lagi, dimana fungsinya diperluas tidak hanya

maslah yang berhubungan dengan KB tetapi juga kegiatan lain yang mendukung

kegiatan KB.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan keluarga berencana ?

2. Apa tujuan dari diadakannya program keluarga berencana ?

3. Bagaimana macam metoda kontrsepsi dari program keluarga berencana ?

4. Apa dampak positif dari diadakannya program keluarga berencana ?

5. Apa dampak negatif dari diadakannya program keluarga berencana ?

6. Bagaimana pandangan hukum mengenai keluarga berencana ?

7. Bagaimana etika dalam memandang keluarga berencana ?

8. Bagaimana pandangan agama mengenai keluarga berencana ?

9. Adakah masalah dalam pelaksanaan keluarga berencana yang bertentanagan dengan

etika dan hukum ?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengentahui yang dimaksud dengan keluarga berencana.

2. Mengetahui tujuan dari diadakannya program keluarga berencana.

3. Mengetahui macam metoda kontrasepsi dari program keluarga berencana.

4
4. Mengetahui dampak positif dari diadakanya program keluarga berencana.

5. Mengetahui dampak negatif dari diadakannya program keluarga berencana.

6. Mengetahui pandangan hukum mengenai program keluarga berencana.

7. Mengatahui pandangan etika mengenai program keluarga berencana.

8. Mengetahui pandangan agama mengenai program keluarga berencana.

9. Mengetahui masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan keluarga berencana yang

bertentangan dengan etika dan hukum.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tinjauan Pustaka

Angka kematian ibu(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia

masih cikup tinggi dibandingkan negara ASEAN lainnya. Menurut SDKI tahun 2007

kematian ibu karena kehamilan dan kelahiran, 288 kematian inu per 100.000

kelahiran dan 46 kematian bayi per 1.000 kelahiran. Penyebab kematian ibu yaitu

90% pada saat persalinan dan segera setelah persalinan.Salah satu kendala penting

yang dihadapi masyarakat untuk mengakses persalinan oleh tenaga kesehatan di

fasilitas

kesehatan adalah keterbatasan dan ketidaktersediaan biaya.(Yhastra,2012)

Keputusan penggunaan alat kontrasepsi suatu reaksi terhadap beberapa solusi

alternatif yang dilakukan secara sadar dengan cara menganalisa kemungkinan-

kemungkinan dari alternatif tersebut bersama konsekuensinya pada alat kontrasepsi.

Setiap keputusan penggunaan alat kontrasepsi akan membuat pilihan terakhir, dapat

berupa tindakan atau opini. Untuk itu keputusan dapat dirasakan rasional atau

irasional dan dapat berdasarkan asumsi kuat atau asumsi lemah.(Silviana,2010)

Peranan kepala adat, pemuka agama atau tokoh masyarakat berperan penting

dalam sosialisasi program keluarga berencana. Dengan keterlibatanpemuka pendapat

sebagai sumber informasi dalam penyebarluasan informasi mengenai program

keluarga berencana. Dalam sosialisasi peran pemuka adalah sebgai jembatan antara

6
pihak penyuluh dengan masyarakat agar tercapai mutual understanding (saling

pengertian) antara kedua belah pihak. Dalam hal ini pemuka bertindak sebagai

fasilitator komunikasi untuk membantu penyuluh dalam hal menyampaikan apa yang

diinginkan penyuluh. (Eka, 2013)

B. Isi

a. Pengertian Keluarga Berencana

Pada hakikatnya manusia selalu merencanakan segala sesuatu yang akan

diperbuatnya, tak terkecuali dengan rencana hidup setelah mereka berkeluarga. Disaat

manusia sudah bisa menemukan pendamping hidupnya atau pasangan hatinya, maka

hal yang direncanakan adalah mempunyai keturunan. Dalam hal ini pasangan

tersebut biasanya ingin memiliki keturuanan dengan jumlah ideal,namun tak jarang

pula mereka menginginkan keturunan yang banyak. Negara kita telah memfasilitasi

warganya dan menganjurkan warganya untuk memiliki jumlah anak yang ideal.

Merujuk pada hal tersebut indonesia menyedikan program keluarga berencana (KB).

Pengertian KB dibagi menjadi dua ada yang secara umum dan secara khusus.

Dilihat dari secara umum KB adalah suatu usaha yang mengatur banyaknya jumlah

kelahiran sedemikian rupa sehingga bagi ibu maupun bayinya dan bagi ayah serta

keluarganya atau masyarakat yang bersangakutan tidak akan menimbulkan kerugian

sebagai akibat langsung dari kelahiran tersebut. Pengertian khususnya adalah

pencegahan kontrasepsi atau pencegahan terjadinya pembuahan atau mencegah

pertemuan antara sel mani dari laki-laki dan sel telur dari wanita.

7
Sedangkan menurut WHO KB adalah tindakan yang membantu pasangan

suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan

kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval di antara kehamilan,

mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami-istri serta

menentukan jumlah anak dalam keluarga.

b. Tujuan Program Keluarga Berencana (KB)

Tujuan dari program Keluarga Berencana secara garis besar untuk

mensejahterakan masyarakat. Tujuan lain yang lebih kompleks seperti mencegah

ledakan penduduk, mengingat luas wilayah di bumi ini 70 % adalah lautan dan

sisanya baru daratan. Walaupun Indonesia termasuk kedalam negara dengan

kepulauan terbasar di dunia, tetapi angka kelahiran harus dikontrol agar sesuai

dengan angka kematian demi mewujudkan keseimbangan dan mengurangi masalah

kependudukan yang padat. Selain itu agar pasangan tersebut dapat mengatur jarak

kehamilan serta kelahiran,agar dapat membantu ibu serta ayah dalam persiapan

mental yang diharpakan nantinya dapat membentuk keluarga yang berkualitas.

Mengatur banyaknya jumlah kelahiran anak demi tercapainya NKKBS (Norma

Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera).

c. Macam-Macam Metoda Kontarasepsi

Macam metoda kontarsepsi pada dasarnya dibangi menjadi beberapa jenis

diantaranya adalah:

i. Metoda Amenorea Laktasi (MAL)

8
Metoda ini biasanya disebut dengan KB alami karena metode ini dilakukan

dengan cara pemberian ASI secara eklusif.

ii. Metoda Keluarga Berencana Alamiah (KBA)

Metoda ini biasanya disebut dengan KB kalender karena melihat masa subur tiap

siklus pada si ibu.

iii. Metoda sanggama terputus atau coitus Interuptus

Adalah suatu metoda kontasepsi dimana sanggama diakhiri sebelum terjadi

ejakulasi intra-vaginal.

iv. Metoda Barier

Metoda ini pada dasar cara kerjanya adalah menghalangi masuknya spermatozoa

ke dalam traktus genetalia perempuan. Jenis alat yang digunakan adalah kondom,

diagfragma,spons,kap serviks, dan kondom wanita

v. Kontrasepsi Hormonal

Kontrasepsi ini bekerja diantaranya dengan menghambat ovulasi, implantasi serta

transport gamet. Macam kontrasepsi yang digunakan seperti pil oral dan kontasepsi

suntikan.

vi. Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)

Alat kontrasepsi ini adalah kontrasepsi yang diinsersikan atau diletakan tepat

dibawah kulit, dilakukan pada bagian dalam lengan atas atau di bawah siku melalui

insisi tunggal dalam bentuk kipas.

vii. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau Intra Uterine Devices (IUD)

Kontasepsi ini biasanya ditanam pada bagian rahim ibu. Alat ini biasanya

berbentuk spiral atau bentukseperti huruf T. (gambar lampiran)

9
viii. Kontrasepsi Mantap

Kontasepsi ini akan bersifat permanen (tidak dapat dipulihkan sendiri). Kontrasepsi

ini dilakukan dengan cara Tubektomi untuk wanita dengan mengikat dan memotong

atau memasang cincin pada saluran tuba falopii, sehingga spermatozoa tidak dapat

bertemu dengan ovum. Serta Vasektomi pada pria dengan cara melakukan okulasi

vasa defresia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi tidak

terjadi (Saifuddin,Abdul Bari dkk,2006)

d. Dampak Positif Keluarga Berencana

Dampak positif yang akan ditimbulakan atas keberadaan program ini seperti

penurunan angka kematian anak serta ibu. Hal ini disebabkan pengontrolan angka

kelahiran, jarak kelahiran serta mempersiapkan kehamilan ibu pada umur yang

matang tidak terlalu muda atau pun tidak terlalu tua karena hal ini sangat berisiko.

Serta dapat memelihara kesehata reproduksi, karena penjarakan kehamilan serta

kelahiran yang membantu si ibu untuk menjaga kesehatan reproduksinya. Serta dapat

meningkatkan kesejahteraan keluarga karena telah merencanakan jumlah anak yang

ingin dimiliki. Serta dapat membentuk SDM yang berkualitas karena jarak anak yang

satu dengan yang lain tidak rapat dengan demikian perhatian orang tua terhadap

tumbuh kembang anak menjadi lebih terpusat.

10
e. Dampak Negatif Program Keluarga Berencana

Dampak negatif dari pemakaian metode keluarga berencana ini biasa

nya akan berdampak pada fisik si pemakai, terlebih lagi pemakaian kontrasepsi

hormonal. Efek samping dari pemakain kontrasepsi keluarga berencana seperti berat

badan ibu menjadi lebih besar, kekeroposan tulang, rambut menjadi rontok, siklus

menstruasi menjadi tidak lancar, dan karena pertambahan hormonal maka kulit ibu

akan mudah berjerawat.

f. Pandangan Hukum Mengenai Keluarga Berencana

Keluarga berencena sudah menjadi salah satu program pemerintah dalam

bidang kesehatan yang dimulai pada tahun 1970. Apabila kita lihat dari sudut

pandang hak – hak pasien, segala jenis kontrasepsi yang ingin diterapkan haruslah

mendapat persetujuan dari pasangan suami istri tersebut. Dalam segi hukum peraturan

tentang keluarga berencana telah termaktub dalam UU No 10 tahun 1992 tentang

perkembangan kependudukan dan keluarga sejahtera.

Selain itu dalam UU Nomor 52 Tahun 2009 tentang perkembangan

kependudukan dan pembangunan keluarga, terdapat butir-butir tentang

penyelenggaraan keluarga berencana dari segi hak pasangan suami istri dan etik

sebagai berikut :

Pasal 24

(1) Pelayanan Kontrasepsi diselenggarakan dengan tata cara yang berdaya guna serta

diterima dan dilaksanakan secara bertanggung jawab oleh pasangan suami istri

sesuai dengan pilihan dan mempertimbangkan kondisi pasangan suami istri.

11
(2) Pelayanan kontrasepsi secara paksa kepada siapa pun dan dalam bentuk apapun

bertentangan dengan hak asasi manusia dan pelakunya akan dikenakan sanksi sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Penyelenggaran pelayanan kontrasepsi dilakukan dengan cara yang dapat

dipertanggungjawabkan dari segi agama, norma budaya, etika, serta segi kesehatan.

Pasal 25

(1) Suami dan istri mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dalam

melaksanakan keluarga berencana.

(2) Dalam menentukan cara keluarga berencana sebagai mana dimaksud dalam ayat

(1), pemerintah wajib menyediakan menyediakan bantuan pelayanan kontrasepsi

bagi suami dan istri.

Pasal 26

(1) Penyelenggaraan alat,obat, dan cara kontrasepsi yang menimbulkan risiko terhadap

kesehatan dilakukan atas persetujuan suami dan istri setelah mendapatkan informasi

dari tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk itu.

(2) Tata cara penggunaan alat,obat, dan cara kontrasepsi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilakukan menurut standar profesi kesehatan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Pasal 28

Penyampaian informasi dan/atau peragaan alat, obat, dan cara kontrasepsi hanya

dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan dan tenaga lain yang terlatih serta

dilaksanakan di tempat dan dengan cara yang layak.

12
Dengan demikian hak asasi pasien yang menjalankan kontrasepsi akan terjamin. Hal

ini juga membuktikan bahwa pelaksanaan kontrasepsi telah legal atau diperbolehkan

dalam segi hukum Indonesia.

g. Pandangan Etika Mengenai Keluarga Berencana

Jika kita pandang keluarga berencana dari kaca mata etika, maka dalam hal ini

banyak pendapat mengenai hal ini. Keluarga Berencana harus melalui persetujuan

kedua pasangan suami istri hal ini dapat dikatakan sesuai dengan etika. Akan tetapi

ada pandangan etika yang beranggapan keluarga berencana telah melanggar harkat

seorang wanita karena mengganggu fungsi normal dari tubuh wanita itu. Lalu ada

yang beranggapan bahwa dengan melakukan keluarga berencana maka kita telah

melanggar atau melangkahi kehendak Tuhan yang pada hakekatnya mengatur semua

yang ada.

h. Pandangan Agama Mengenai Keluarga Berencana

Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduk memeluk agama

Islam, maka dalam kaitan dengan KB islam mempunyai kriteria sendiri. Ada dua

aliran atau dua pandangan tentang keabsahan KB menurut Islam yaitu :

i. Ulama yang membolehkan

Ulama yang membolehkan pemakaian KB seperti Majelis Ulama

Indonesia, Majelis Tarkih Muhammadiyah, Ulama-ulama NU, Ulama PERSIS, Imam

Al-Ghazali, Syaikh Al-Hariri, Syaikh Syalthut. Ulama tersebut membolehkan agar

terpeliharanya kesehatan ibu dan anak, menghindari ibu agar tidak susah untuk

menjarangkan anak, dan mempertimbangkan dari segi pendidikan, ekonomi dan

13
kemaslahatan. Dasar ulama tersebut memperbolehkan penggunaan KB karena

terdapat ayat Al-Quran yang menyebutkan bahwa:

َ ‫ش الَّ ِذينَ لَ ْو تَ َركُوا ِم ْن َخ ْل ِف ِه ْم ذُ ِريَّةً ِضعَا ًفا َخافُوا‬


‫ع َلي ِْه ْم‬ َّ ‫َف ْليَتَّقُوا‬
َ ‫َّللاَ َو ْليَقُولُوا قَ ْو ًًل‬
َ ‫سدِيدًا َو ْليَ ْخ‬
“Dan hendaklah takut pada Allah orang-orang yang seandainya

meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah. Mereka khawatir terhadap

kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan

hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”.

ْ ‫علَى َو ْه ٍن َو ِفصَالُهُ فِي عَا َمي ِْن أَ ِن ا‬


‫شك ُْر ِلي َو ِل َوا ِل َد ْيكَ ِإلَ َّي‬ َ ‫سانَ بِ َوا ِل َد ْي ِه َح َملَتْهُ أ ُ ُّمهُ َو ْهنًا‬ ِ ْ ‫ص ْينَا‬
َ ‫اْلن‬ َّ ‫َو َو‬

ُ ‫ا ْل َم ِص‬
‫ير‬

Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada

dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang

bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku

dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Q.S

Luqman:14)

Lalu apabila berdasarkan hadist-hadist yaitu : “Sesungguhnya lebih baik bagimu

meninggalkan ahli warismu dalam keadaan berkecukupan daripada meninggalkan

mereka menjadi beban tanggungan orang banyak”.(hadits riwayat al-Bukhari dan

Muslim dari Saad bin abi Waqaash ra.)

“Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah daripada orang mukmin

yang lemah.”(Hadits riwayat Muslim dari Abu Hurairah ra). Dari petikan hadist

tersebut bahwa sanya Islam lebih mementingkan kemaslahatan umat, serta lebih

mengutamakan kwalitas dari pada kuantitas.

14
ii. Ulama yang melarang

Ulama yang melarang pemakaian KB seperti Ibn Hibban, Ibn Hazm, Mahzab

Zhahiriyyat, Ulama ahli fikh madinah, Ulama Madzahab Hanafi, Jumhur Ulama

Sunni, dan Syiah. Ulama tersebut beranggapan bahwa dengan menggunakan KB

maka sama dengan membunuh bayi, mengabaikan doa nabi untuk memperbanyak

umat islam, lalu seperti suatu jenis konspirasi Imperialis Barat terhadap negara-

negara yang berkembang.

i. Contoh Masalah Keluarga Berencana dalam Hal Etika dan Hukum

Dalam pelaksanaan dan aplikasi dilapangan sering terdengar pelanggaran-

pelanggaran yang bertentangan dengan etika dan hukum seprti contoh kasus berikut

ini :

Tujuh tahun lalu istri saya melahirkan dengan opersai Caesar. Mengingat ingin

mengatur jarak kelahiran, kami memutuskan untuk menggunakan KB suntik,namun

ternyata tidak cocok sehingga beralih ke pil. Enam tahun berselang kami memutuskan

untuk memiliki anak lagi. Setahun pil sudah tidak digunakan lagi, namun tanda-tanda

kehamilan belum muncul. Sampai pada akhirnya dokter melakukan USG. Hasilnya

amat mengejutkan . Di dalam rahim istri saya terpasang IUD. Kami tidak pernah

berkeinginan menggunakan alat kontrasepsi IUD. Kalaupun secara sadar

menggunakannya , untuk apa masih menggunakan alat kontrasepsi

suntik dan lalu pil selama 6tahun?. Kami menduga tindakan pemasangan ( tanpa

sepengetahuan dan izin dari kami berdua) dilakukan saat istri saya dioperasi Caesar.

15
Pihak RS saat itu sama sekali tidak menginformasikan kepada kami perihal

pemasangan IUD.

Dari khasus tersebut maka dapat di indikasikan bahwa pihak rumah sakit

tersebut telah melanggar hukum mengenai keluarga berencana dalam UU Nomor 52

Tahun 2009 pasal 24 bahwa pelaksanaan KB harus dapat dipertanggungjawabkan dan

melalui kesepakatan dari pasangan suami istri.

C. Diskusi

Dalam hal penggunaan keluarga berencana ini munculah beberapa pertanyaan

yang berada dibenak masyarakat. Seperti, apakah penggunaan KB ini melangkahi

kehendak atau kuasa Tuhan ?. Hal tersebut tidak dapat dikatakan mendahului

kehendak Tuhan, karena ini adalah bentuk upaya yang dilakukan manusia dan tetap

saja yang menentukan adalah Tuhan. Walaupun dalam proses penggunaan keluarga

berencana ini manusia seakan-akan yang mengatur jumlah kelahiran dan jarak

kelahiran, tapi kita kembalikan lagi ini hanya terkaan atau dugaan manusia dan tetap

yang menentukan terkaan itu benar dan salah hanyalah Tuhan semata.

Lalu terkadang banyak ibu yang tidak cocok dengan salah satu atau mungkin

beberapa alat kontrasepsi yang ditawarkan. Hal ini menjadi pilihan si ibu itu sendiri,

mana yang nyaman dipakai si ibu. Hal ini dapat terjadi karena bentuk efek dari alat

keluarga berencana yang ditanam di tubuh si ibu. Apabila alat kontrasepsi yang

berbentuk hormonal atau yang ditanam di tubuh ibu tidak ada yang cocok dengan

kondisi tubuh ibu, maka kita bisa menggunakan kontrasepsi kalender. Kontrasepsi

16
kalender tidak akan mengalami efek samping bagi tubuh ibu, akan tetapi

penggunaanya tidak akurat dan ibu harus teleti dalam menghitung masa suburnya.

Disebabkan penggunaan program keluarga berencana ini merupakan program

pemerintah, untuk itu harganya pun tak terlalu mahal dan terjangkau. Program

keluarga berencana dibayarkan atau disubsidi pemerintah, dan masuk dalam program

BPJS. Oleh karena itu semua kalangan dapat menjangkau dan dapat menggunakan

program ini dengan baik tidak tersandung oleh masalah biaya.

Ketika program keluarga berencana atau kontrasepsi ini disosialisasikan hal

yang dikhawatirkan adalah merujuk kepada pro sex bebas ketika

mensosialisasikannya kepada kalangan muda. Hal ini menjadi dilema ketika ingin

mensosialisasikan dengan tujuan kesehatan ,tapi malah lebih merujuk kepada

kampanye sex. Hal ini bisa saja ditanggulangi dengan memberikan sosialisasi kepada

masyarakat yang sudah cukup umur atau mungkin sudah menikah.

Didalam program kontrasepsi atau keluarga berencana salah satunya adalah

kontrasepsi mantap dengan cara tubektomi dan vasektomi. Teknis tubektomi dan

vasektomi ada 2 macam ada yang disalurannya diikat dan dipasang ring, ada pula

yang dipotong saluran tuba valofi dan vas diferent lalu disematkan dan diikat dengan

ring.

17
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Program keluarga berencana ini sangat erat kaitannya dengan agama etika dan

hukum. Aspek tersebut yang harus diperhatikan oleh pasangan suami istri yang ingin

melakukan KB. Penggunaan keluarga berencana pada dasarnya sudah selaras dan

diperbolehkan oleh aspek etika, hukum, dan agama. Hanya saja pada aspek agama

khususnya gama Islam,ada hal-hal yang harus diperhatikan seperti tujuannya yang

bukan untuk membatasi keturunan akan tetapi untuk menciptakan umat yang

berkualitas dan umat yang kuat. Serta pemilihan alat kontrasepsi yang diperbolehkan

oleh agama khususnya agama Islam.

Penggunaan program keluarga berencana ini harus dengan persetujuan pasangan

suami istri tidak hanya satu pihak saja. Produk keluarga berencana bisa dipilih oleh

pasangan suami istri sesuai dengan yang diinginkan. Penggunaan produk ini pula

harus dilihat dari aspek kenyamanan dan kecocokan pada pemakai atau pada ibu

kerena tidak semua produk keluarga berecana ini sesuai dengan seluruh badan ibu.

B. SARAN

Diharapkan produk alat kontrasepsi ini digunakan masyarakat dengan bijaksana.

Lebih gencarnya sosialisasi program ini pada masyarakat yang tinggal di daerah

tertinggal dan pedalaman agar program pemerintah ini berjalan secara menyeluruh di

Indonesia. Selain sosialisasi program pada daerah terpencil, tetapi juga pengadaan

18
tenaga kesehatan perlu diperhatikan karna hal tersebut pula akan mendukung

kesuksesan program ini.

Daftar Pustaka

Glesier,anna.2006.Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi.Jakarta: EGC.

Hendrik.2012.Etika dan Hukum Kesehatan.Jakarta : EGC

Prabhasuri hayu,yhastra 2012.Pengaruh Jaminan Persalinan Terhadap Keikutsertaan

Keluarga Berencana.

http://eprints.undip.ac.id/37823,

23 Oktober 2014.

Sari Kartika,Silviana.2010. Hubungan Konseling Keluarga Berencana (KB) dengan Pengambilan

Keputusan Pasangan Usia Subur (PUS) dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi. Volume 1, no.1

http://ojs.akbidylpp.ac.id ,

23 Oktober 2014.

Yuliani,eka.2013.Peranan Kepala Adat dalam Sosialisasi Program Keluarga Berencana

di Pampang Kelurahan Sungai Siring Samarinda. http://www.e-

jurnal.com/2014/05/peranan-kepala-adat-dalam-sosialisasi.html , 24 Oktober 2014.

19

Anda mungkin juga menyukai