Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang "Keluarga Berencana di Tinjau Dari Sudut Pandang
Hukum Islam" ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada
kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi
anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi
mata kuliah agama dengan judul " Keluarga Berencana di Tinjau Dari Sudut Pandang
Hukum Islam" Disamping itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami selama pembuatan makalah ini berlangsung
sehingga terealisasikanlah makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan
jangan lupa ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya bisa
diperbaiki.
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………… 1
DAFTAR ISI………………………………………………………….. 2
BAB I………………………………………………………………….. 3
PENDAHULUAN ……………………………………………………. 3
a. Latar Belakang………………………………………………… 3
b. Rumusan Masalah…………………………………………….. 4
c. Tinjauan Penulisan…………………………………………….. 4
BAB II………………………………………………………………….. 6
PEMBAHASAN………………………………………………………. 6
a. Tinjauan Pustaka………………………………………………. 6
b. Isi……………………………………………………………….. 7
c. Diskusi…………………………………………………………. 16
BAB III………………………………………………………………… 18
PENUTUP……………………………………………………………... 18
a. Kesimpulan …………………………………………………… 18
b. Saran…………………………………………………………… 18
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….. 19
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
perhatian serta kepedulian pada masalah kesehatan ibu dan anak. Pada awal abad XIX
di Inggris dan Amerika dipelopori oleh Marie Stpoes dan Margareth Sanger.
kelahiran secara tradisional. Seperti di Irian Jaya telah lama dikenal ramuan dari
Hindu Bali sejak dulu nama anak hanya ada untuk empat orang saja, disangka ini
adalah suatu cara untuk menganjurkan pasangan suami istri mengatur kelahiran
dan dikenal sekitar tahun 1952. Pada tahun tersebut di Indonesia terdapat pelopor
keluarga berencana yaitu dr. Sulianti Suroso yang menganjurkan para ibu di
bergerak secara silent operation yang membantu warga memerlukan secara sukarela.
Pada tahun 1967 ditandatangani Deklarasi Kependudukan PBB oleh kepala Negara
Indonesi, untuk itu dibentuklah suatu lembaga program keluarga berencana dan
3
(BKKBN) yang bertanggung jawab langsung kepada presiden. Keluarlah Keppres
No.33 tahun 1972 dan dilakukanlah penyempurnaan struktur organissi, tugas pokok,
dan tata kerja BKKBN. Keluar pula Keppres No.38 tahun 1978 organisasi serta
maslah yang berhubungan dengan KB tetapi juga kegiatan lain yang mendukung
kegiatan KB.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
4
4. Mengetahui dampak positif dari diadakanya program keluarga berencana.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tinjauan Pustaka
masih cikup tinggi dibandingkan negara ASEAN lainnya. Menurut SDKI tahun 2007
kematian ibu karena kehamilan dan kelahiran, 288 kematian inu per 100.000
kelahiran dan 46 kematian bayi per 1.000 kelahiran. Penyebab kematian ibu yaitu
90% pada saat persalinan dan segera setelah persalinan.Salah satu kendala penting
fasilitas
Setiap keputusan penggunaan alat kontrasepsi akan membuat pilihan terakhir, dapat
berupa tindakan atau opini. Untuk itu keputusan dapat dirasakan rasional atau
Peranan kepala adat, pemuka agama atau tokoh masyarakat berperan penting
keluarga berencana. Dalam sosialisasi peran pemuka adalah sebgai jembatan antara
6
pihak penyuluh dengan masyarakat agar tercapai mutual understanding (saling
pengertian) antara kedua belah pihak. Dalam hal ini pemuka bertindak sebagai
fasilitator komunikasi untuk membantu penyuluh dalam hal menyampaikan apa yang
B. Isi
diperbuatnya, tak terkecuali dengan rencana hidup setelah mereka berkeluarga. Disaat
manusia sudah bisa menemukan pendamping hidupnya atau pasangan hatinya, maka
hal yang direncanakan adalah mempunyai keturunan. Dalam hal ini pasangan
tersebut biasanya ingin memiliki keturuanan dengan jumlah ideal,namun tak jarang
pula mereka menginginkan keturunan yang banyak. Negara kita telah memfasilitasi
warganya dan menganjurkan warganya untuk memiliki jumlah anak yang ideal.
Merujuk pada hal tersebut indonesia menyedikan program keluarga berencana (KB).
Pengertian KB dibagi menjadi dua ada yang secara umum dan secara khusus.
Dilihat dari secara umum KB adalah suatu usaha yang mengatur banyaknya jumlah
kelahiran sedemikian rupa sehingga bagi ibu maupun bayinya dan bagi ayah serta
pertemuan antara sel mani dari laki-laki dan sel telur dari wanita.
7
Sedangkan menurut WHO KB adalah tindakan yang membantu pasangan
mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami-istri serta
ledakan penduduk, mengingat luas wilayah di bumi ini 70 % adalah lautan dan
kepulauan terbasar di dunia, tetapi angka kelahiran harus dikontrol agar sesuai
kependudukan yang padat. Selain itu agar pasangan tersebut dapat mengatur jarak
kehamilan serta kelahiran,agar dapat membantu ibu serta ayah dalam persiapan
diantaranya adalah:
8
Metoda ini biasanya disebut dengan KB alami karena metode ini dilakukan
Metoda ini biasanya disebut dengan KB kalender karena melihat masa subur tiap
ejakulasi intra-vaginal.
Metoda ini pada dasar cara kerjanya adalah menghalangi masuknya spermatozoa
ke dalam traktus genetalia perempuan. Jenis alat yang digunakan adalah kondom,
v. Kontrasepsi Hormonal
transport gamet. Macam kontrasepsi yang digunakan seperti pil oral dan kontasepsi
suntikan.
Alat kontrasepsi ini adalah kontrasepsi yang diinsersikan atau diletakan tepat
dibawah kulit, dilakukan pada bagian dalam lengan atas atau di bawah siku melalui
vii. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau Intra Uterine Devices (IUD)
Kontasepsi ini biasanya ditanam pada bagian rahim ibu. Alat ini biasanya
9
viii. Kontrasepsi Mantap
Kontasepsi ini akan bersifat permanen (tidak dapat dipulihkan sendiri). Kontrasepsi
ini dilakukan dengan cara Tubektomi untuk wanita dengan mengikat dan memotong
atau memasang cincin pada saluran tuba falopii, sehingga spermatozoa tidak dapat
bertemu dengan ovum. Serta Vasektomi pada pria dengan cara melakukan okulasi
vasa defresia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi tidak
Dampak positif yang akan ditimbulakan atas keberadaan program ini seperti
penurunan angka kematian anak serta ibu. Hal ini disebabkan pengontrolan angka
kelahiran, jarak kelahiran serta mempersiapkan kehamilan ibu pada umur yang
matang tidak terlalu muda atau pun tidak terlalu tua karena hal ini sangat berisiko.
kelahiran yang membantu si ibu untuk menjaga kesehatan reproduksinya. Serta dapat
ingin dimiliki. Serta dapat membentuk SDM yang berkualitas karena jarak anak yang
satu dengan yang lain tidak rapat dengan demikian perhatian orang tua terhadap
10
e. Dampak Negatif Program Keluarga Berencana
nya akan berdampak pada fisik si pemakai, terlebih lagi pemakaian kontrasepsi
hormonal. Efek samping dari pemakain kontrasepsi keluarga berencana seperti berat
badan ibu menjadi lebih besar, kekeroposan tulang, rambut menjadi rontok, siklus
menstruasi menjadi tidak lancar, dan karena pertambahan hormonal maka kulit ibu
bidang kesehatan yang dimulai pada tahun 1970. Apabila kita lihat dari sudut
pandang hak – hak pasien, segala jenis kontrasepsi yang ingin diterapkan haruslah
mendapat persetujuan dari pasangan suami istri tersebut. Dalam segi hukum peraturan
penyelenggaraan keluarga berencana dari segi hak pasangan suami istri dan etik
sebagai berikut :
Pasal 24
(1) Pelayanan Kontrasepsi diselenggarakan dengan tata cara yang berdaya guna serta
diterima dan dilaksanakan secara bertanggung jawab oleh pasangan suami istri
11
(2) Pelayanan kontrasepsi secara paksa kepada siapa pun dan dalam bentuk apapun
bertentangan dengan hak asasi manusia dan pelakunya akan dikenakan sanksi sesuai
dipertanggungjawabkan dari segi agama, norma budaya, etika, serta segi kesehatan.
Pasal 25
(1) Suami dan istri mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dalam
(2) Dalam menentukan cara keluarga berencana sebagai mana dimaksud dalam ayat
Pasal 26
(1) Penyelenggaraan alat,obat, dan cara kontrasepsi yang menimbulkan risiko terhadap
kesehatan dilakukan atas persetujuan suami dan istri setelah mendapatkan informasi
dari tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk itu.
(2) Tata cara penggunaan alat,obat, dan cara kontrasepsi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan menurut standar profesi kesehatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 28
Penyampaian informasi dan/atau peragaan alat, obat, dan cara kontrasepsi hanya
dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan dan tenaga lain yang terlatih serta
12
Dengan demikian hak asasi pasien yang menjalankan kontrasepsi akan terjamin. Hal
ini juga membuktikan bahwa pelaksanaan kontrasepsi telah legal atau diperbolehkan
Jika kita pandang keluarga berencana dari kaca mata etika, maka dalam hal ini
banyak pendapat mengenai hal ini. Keluarga Berencana harus melalui persetujuan
kedua pasangan suami istri hal ini dapat dikatakan sesuai dengan etika. Akan tetapi
ada pandangan etika yang beranggapan keluarga berencana telah melanggar harkat
seorang wanita karena mengganggu fungsi normal dari tubuh wanita itu. Lalu ada
yang beranggapan bahwa dengan melakukan keluarga berencana maka kita telah
melanggar atau melangkahi kehendak Tuhan yang pada hakekatnya mengatur semua
yang ada.
Islam, maka dalam kaitan dengan KB islam mempunyai kriteria sendiri. Ada dua
terpeliharanya kesehatan ibu dan anak, menghindari ibu agar tidak susah untuk
13
kemaslahatan. Dasar ulama tersebut memperbolehkan penggunaan KB karena
kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan
ُ ا ْل َم ِص
ير
dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Q.S
Luqman:14)
“Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah daripada orang mukmin
yang lemah.”(Hadits riwayat Muslim dari Abu Hurairah ra). Dari petikan hadist
tersebut bahwa sanya Islam lebih mementingkan kemaslahatan umat, serta lebih
14
ii. Ulama yang melarang
Ulama yang melarang pemakaian KB seperti Ibn Hibban, Ibn Hazm, Mahzab
Zhahiriyyat, Ulama ahli fikh madinah, Ulama Madzahab Hanafi, Jumhur Ulama
maka sama dengan membunuh bayi, mengabaikan doa nabi untuk memperbanyak
umat islam, lalu seperti suatu jenis konspirasi Imperialis Barat terhadap negara-
pelanggaran yang bertentangan dengan etika dan hukum seprti contoh kasus berikut
ini :
Tujuh tahun lalu istri saya melahirkan dengan opersai Caesar. Mengingat ingin
ternyata tidak cocok sehingga beralih ke pil. Enam tahun berselang kami memutuskan
untuk memiliki anak lagi. Setahun pil sudah tidak digunakan lagi, namun tanda-tanda
kehamilan belum muncul. Sampai pada akhirnya dokter melakukan USG. Hasilnya
amat mengejutkan . Di dalam rahim istri saya terpasang IUD. Kami tidak pernah
suntik dan lalu pil selama 6tahun?. Kami menduga tindakan pemasangan ( tanpa
sepengetahuan dan izin dari kami berdua) dilakukan saat istri saya dioperasi Caesar.
15
Pihak RS saat itu sama sekali tidak menginformasikan kepada kami perihal
pemasangan IUD.
Dari khasus tersebut maka dapat di indikasikan bahwa pihak rumah sakit
C. Diskusi
kehendak atau kuasa Tuhan ?. Hal tersebut tidak dapat dikatakan mendahului
kehendak Tuhan, karena ini adalah bentuk upaya yang dilakukan manusia dan tetap
saja yang menentukan adalah Tuhan. Walaupun dalam proses penggunaan keluarga
berencana ini manusia seakan-akan yang mengatur jumlah kelahiran dan jarak
kelahiran, tapi kita kembalikan lagi ini hanya terkaan atau dugaan manusia dan tetap
yang menentukan terkaan itu benar dan salah hanyalah Tuhan semata.
Lalu terkadang banyak ibu yang tidak cocok dengan salah satu atau mungkin
beberapa alat kontrasepsi yang ditawarkan. Hal ini menjadi pilihan si ibu itu sendiri,
mana yang nyaman dipakai si ibu. Hal ini dapat terjadi karena bentuk efek dari alat
keluarga berencana yang ditanam di tubuh si ibu. Apabila alat kontrasepsi yang
berbentuk hormonal atau yang ditanam di tubuh ibu tidak ada yang cocok dengan
kondisi tubuh ibu, maka kita bisa menggunakan kontrasepsi kalender. Kontrasepsi
16
kalender tidak akan mengalami efek samping bagi tubuh ibu, akan tetapi
penggunaanya tidak akurat dan ibu harus teleti dalam menghitung masa suburnya.
pemerintah, untuk itu harganya pun tak terlalu mahal dan terjangkau. Program
keluarga berencana dibayarkan atau disubsidi pemerintah, dan masuk dalam program
BPJS. Oleh karena itu semua kalangan dapat menjangkau dan dapat menggunakan
mensosialisasikannya kepada kalangan muda. Hal ini menjadi dilema ketika ingin
kampanye sex. Hal ini bisa saja ditanggulangi dengan memberikan sosialisasi kepada
kontrasepsi mantap dengan cara tubektomi dan vasektomi. Teknis tubektomi dan
vasektomi ada 2 macam ada yang disalurannya diikat dan dipasang ring, ada pula
yang dipotong saluran tuba valofi dan vas diferent lalu disematkan dan diikat dengan
ring.
17
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Program keluarga berencana ini sangat erat kaitannya dengan agama etika dan
hukum. Aspek tersebut yang harus diperhatikan oleh pasangan suami istri yang ingin
melakukan KB. Penggunaan keluarga berencana pada dasarnya sudah selaras dan
diperbolehkan oleh aspek etika, hukum, dan agama. Hanya saja pada aspek agama
khususnya gama Islam,ada hal-hal yang harus diperhatikan seperti tujuannya yang
bukan untuk membatasi keturunan akan tetapi untuk menciptakan umat yang
berkualitas dan umat yang kuat. Serta pemilihan alat kontrasepsi yang diperbolehkan
suami istri tidak hanya satu pihak saja. Produk keluarga berencana bisa dipilih oleh
pasangan suami istri sesuai dengan yang diinginkan. Penggunaan produk ini pula
harus dilihat dari aspek kenyamanan dan kecocokan pada pemakai atau pada ibu
kerena tidak semua produk keluarga berecana ini sesuai dengan seluruh badan ibu.
B. SARAN
Lebih gencarnya sosialisasi program ini pada masyarakat yang tinggal di daerah
tertinggal dan pedalaman agar program pemerintah ini berjalan secara menyeluruh di
Indonesia. Selain sosialisasi program pada daerah terpencil, tetapi juga pengadaan
18
tenaga kesehatan perlu diperhatikan karna hal tersebut pula akan mendukung
Daftar Pustaka
Keluarga Berencana.
http://eprints.undip.ac.id/37823,
23 Oktober 2014.
Keputusan Pasangan Usia Subur (PUS) dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi. Volume 1, no.1
http://ojs.akbidylpp.ac.id ,
23 Oktober 2014.
19