Anda di halaman 1dari 201

"Dia menceritakan bagaimana Karavan bepergian.

Dia juga menulis flora dan fauna


sepanjang perjalanan. Dia menunjukkan pada kita
bagaimana perdagangan berlangsung.
Tidak ada sumber seperti itu."
(Thomas S. Noonan; Ahli Sejarah Rusia dari
Universitas Minessota)
*

Risalah
Ibnu Fadhlan
Narasi Ekspedisi dari Baghdad
Sampai Eropa Utara Abad ke-10

/In Ordinary Man... An Extraordinary Journey!


("The 13th Warrior" Movie)
Ahmad bin Fadhlan bin al-‘Abbas bin
Rasyid bin Hammad

RISALAH
IBNU FADHLAN
Narasi Ekspedisi dari Baghdad sampai
Eropa Utara Abad ke-10
Risalah Ibnu Fadhlan
Narasi Ekspedisi dari Baghdad sampai Eropa Utara Ahad ke-10

Diterjemahkan dari edisi bahasa Arab:


Risalah Ibn Fadhlan: Fi Wasf al-Rihlah ilaa Bilad al-Turki wa
al-Khazar wa al-Ruus wa al-Shaqalibah.

Alih Bahasa: Nasih Burhani


Editor: Abd. Kholiq
Tata Letak: A.Jamroni
Desain Sampul: Aulia Rahmat SM

Cetakan, 2017
vi + 200; 14 x 20 cm
E-ISBN: 978-602-5436-79-6
ISBN
978-602-6556-21-9

Diterbitkan oleh:
RELASI INTI MEDIA
(Anggota IKAPI)
Jin. Permadi Nyutran RT/RW. 61/19 MG II No. 1606
Wirogunan, Mergangsan, Yogyakarta 55151
Telp. (0274) 2870300
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................... v

BAGIAN PERTAMA
MUKADIMAH..................................................................... 1

BAB I _ Perjalanan Ibnu Fadhlan................................. 7


A. Penulisan Ekspedisi pada masa ini (abad ke-10 M) 7
B. Gambaran Keadaan pada masa Ibnu Fadhlan......... 13
C. Duta dan Hubungan Bilateral................................... 19
D. Deskripsi Perjalanan Ibnu Fadhlan........ -................ 23
E. Arti Penting Perjalanan Ibnu Fadhlan---- ----------- 30

BAB II__ Penelitian Risalah Ibnu Fadhlan------------- 41


A. Biografi Ibnu Fadhlan.................. 41
B. Bagian-Bagian Risalah---- ------------------------------- 48
C. Manuskrip Risalah---------------------------------------- 55

v
D. Metode Penelitian....................................................... 61
E. Enam Model atau Bentuk Manuskrip
Catatan Perjalanan Ibnu Fadhlan............................. 76

BAGIAN KEDUA
Risalah Ibnu Fadhlan: Berdasarkan Manuskrip Asli
Tentang Kota-Kota yang Disaksikan--------------------- 83
A. Pengantar..................................................................... 83
B. Persia dan Turki.......................................................... 86
C. Saqalibah...................................................................... 121
D. Rusia............................................................................. 153
E. Khazar.......................................................................... 168

BAGIAN KETIGA
Indeks ................................................................................... 175
A. Indeks Nama Tokoh, Suku, dan Komunitas........... 175
B. Indeks Tempat dan Lokasi....................................... 182
C. Indeks Budaya dan Bahasa..... ................................. 189

Bibliografi----------- 193
Profil Muhaqqiq-------------------------------------------------- 199
MUKADIMAH

ada musim panas tahun 1951, saya mengunjungi

B guruku, pemimpin yang mulia, Muhammad Kurdi


Ali, di Damaskus. Saat itu, beliau tengah sibuk
membolak-balik beberapa majalah dari sebuah lembaga
ilmu pengetahuan. Beliau mempelajari majalah itu dan
membaca beberapa artikel yang ditulis oleh para orientalis
dan cendekiawan Arab tanpa melewatkan satu halaman
pun. Beliau kemudian memberiku sebuah majalah Hongaria
yang diterbitkan di kota Budapest bulan lalu. Di dalamnya
ada sebuah artikel dalam bahasa Jerman tentang perjalanan
Ibnu Fadhlan yang ditulis oleh seorang orientalis dengan
mendasarkan pada catatan perjalanan tersebut yang
telah tersebar dan diterjemahkan, memberikan koreksi
dalam beberapa aspeknya, dan menyuguhkan keterangan-
keterangan baru yang dirujuk dari teks asli dalam bahasa
Arab tentang perjalanan itu serta foto-foto/ gambar yang
menguatkan catatan tersebut.
Saya membolak-balik majalah itu dan menyerahkannya
lagi kepada guruku (aim). Namun saya tidak mampu me­
mahami maksud tersembunyi yang diberikannya artikel
RISALAH IBNU FADHLAN

tersebut kepadaku. Beliau kemudian memberitahuku


tentang pentingnya tulisan ini, perlunya para cendekia Arab
untuk membaca, memahami, dan mengurai intisari dari
catatan perjalanan itu, serta memandang besar temuan ini
dalam peradaban mereka. Catatan ini mampu memberikan
gambaran tentang negara Rusia, Bulgaria, dan Turki pada
abad ke-10 Masehi dengan suatu gambaran yang mungkin
hanya ditemukan dalam sumber ini. Bangsa Rusia sendiri
telah merujuk pada catatan ini, membaca, mengkaji, me­
ngembangkan dan menerjemahkannya sejak seratus tahun
yang lalu. Mereka menjadikan catatan perjalanan Ibnu
Fadhlan itu sebagai sumber mereka yang berharga; sebagai
sebuah referensi pokok yang tidak tergantikan.
Sejak beberapa tahun ini, bangsa Rusia selalu merujuk
pada catatan perjalanan Ibnu Fadhlan dalam berbagai
artikel dan kajian mereka untuk menambah pemahaman
dan pengetahuan tentang hal ini. Di mana dalam catatan
ini tercantum nama-nama benda, tokoh, jenis pakaian, jenis
makanan, adat kebiasaan, dan tradisi
yang berbagai simbol dan petunjuk­
Catatan ini mampu
nya mampu mengungkap hal-hal baru
memberikan gambaran
tentang negara Rusia, tatkala orientalis mengkajinya secara
Bulgaria, dan Turki pada seksama di dalam membaca teks, me­
abad ke-10 Masehi
nelaah hal-hal yang samar/ tersembunyi
dengan suatu gambaran
yang mungkin hanya dan mengurai hal-hal yang muskil di
ditemukan dalam dalamnya.
sumber ini.
BAGIAN PERTAMA: MUKADIMAH

Sebagian kajian dan artikel ini telah sampai kepada kami


dan sebagian yang lain hilang di tengah jalan. Mayoritas
orang Arab tidak mengetahui apa yang ada dibalik harta
terpendam ini. Mereka tidak memposisikan karya ini sebagai
peninggalan dalam bidang sastra abad ke-4 Hijriyah, bahkan
dalam kesusastraan kita secara umum. Hal ini karena bagian-
bagian catatan perjalanan ini diterbitkan dan diterjemahkan
di dunia Barat namun cetakannya tidak sampai di lemari
buku kita, bangsa Arab secara umum, apalagi di dalam lemari
buku pribadinya. Ketidaktahuan ini membuat bangsa Arab
tidak bisa melihat sebuah sinar di dalam dunia kita. Dan hal
ini merupakan sesuatu yang tidak lazim.
Dari hal inilah, Muhammad Kurdi Ali menganjurkan
kepadaku untuk mencurahkan perhatiannya dengan mem­
pelajari catatan perjalanan ini secara tuntas, mengkajinya
dan memberikan keterangan atas karya itu. Saya sangat
bahagia atas kepercayaan ini. Saya mengira perkara ini
sebagai hal yang mudah dan ringan. Saya kemudian pulang
dari rumah beliau dengan memperoleh keuntungan yang
besar seolah-olah saya akan pulang selamanya.
Ketika saya menerima gambar-gambar tersebut, saya
membacanya dan memperhatikan gaya bahasanya secara
seksama. Butuh waktu yang lama untuk memahaminya dan
saya mengalami kesulitan untuk mengungkap maksud yang
dikehendaki catatan tersebut. Setelah berulang kali mem­
bacanya, saya frustasi dalam mencoba untuk memahami dan
mengungkapnya. Dari sini saya kemudian bisa memahami
alasan keengganan penerbit Arab untuk menelitinya.
RISALAH IBNU FADHLAN

Buku catatan perjalanan Ibnu Fadhlan ini merupakan


manuskrip/ naskah tunggal dan satu-satunya yang disusun
dengan sangat rumit, banyak penjelasanya yang terpotong
dan dipenuhi dengan nama-nama baju, nama-nama tokoh,
dan wilayah. Seolah-olah setiap kata yang ada dalam buku
tersebut merupakan sumber kebingungan dan keraguan
yang membutuhkan kajian dan pembuktian yang seksama.
Hampir saja saya menyerah untuk menelitinya kalau saja
Nikita Elieseeff — teman orientalisku yang menguasai bahasa
Rusia —tidak menunjukkan kepadaku beberapa referensi
dalam bahasa Rusia dan Jerman yang berkaitan dengan
catatan Ibnu Fadhlan ini. la mendorong agar meneruskan
usaha dalam meneliti catatan ini, di mana ia sendiri
pernah mengkajinya sebagai bahan kajian doktoralnya dan
menggantungkan harapan kepadaku untuk mengungkapnya
secara tuntas dengan harapan agar ia bisa mencurahkan
perhatiannya untuk hal yang lain.
Setelah peristiwa itu, saya bertemu dengan Dunlop,
seorang orientalis asal Inggris. Kami berbincang-bincang
mengenai buku catatan ini. Ternyata, ia juga memiliki
ketertarikan tentang hal ini dan telah mengungkap sebagian
keterangan yang ada dalam buku catatan tersebut. Dia
memberiku sebuah artikel yang membahas sebagian hal
yang diungkap oleh buku Risalah Ibnu Fadhlan khususnya
yang terkait dengan suku-suku di Turki. Saya merujuk pada
artikel tersebut dan memperoleh keterangan yang berharga.
Akan tetapi bersamaan dengan terpecahkan satu masalah
BAGIAN PERTAMA: MUKADIMAH

ini, tidak henti-hentinya muncul hal-hal samar lain yang


susah dipecahkan.
Pada tahun 1954, ketika saya berkunjung ke Universitas
Harvard, professor Dischard Lafrey menunjukkan sebuah
tulisan yang ia kerjakan bersama sahabatnya yang bernama
professor Blake. Tulisan ini merupakan sebuah kajian
tentang satu hal yang ada di catatan Ibnu Fadhlan, khususnya
koreksi sebagian kata-kata yang ada di lembaran-lembaran
catatan tersebut. Di tahun yang sama, professor Kholil
Mirdam Beik — pimpinan lembaga tinggi—menemuiku
dan menunjukku sebagai utusan akademik ke Uni Soviet
untuk menjadi anggota lembaga ilmu pengetahuan di sana.
Hal pertama yang saya inginkan di sana adalah mendapat
salinan asli catatan perjalanan Ibnu Fadhlan yang telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Rusia serta penelitian-
penelitian yang terkait dengannya. Saya sangat berterima
kasih kepada professor Baeliev yang mengizinkanku untuk
mendapatkannya. Di dalam salinan ini ada gambaran
yang sangat jelas tentang catatan Ibnu Fadhlan. Sedang
penelitian-penelitian tentang catatan ini menjadi petunjuk
dan tuntunan bagiku.
Sejak saat itu, saya bergelut dengan catatan ini. Saya baca
tulisannya yang rumit dan ungkapannya yang tidak lengkap.
Kemudian saya membandingkannya dengan apa yang telah
disalin oleh Yaqut al-Hamawi1 dan naskah-naskah lain yang

1 Yaqut al-Hamawi lahir di Asia Kecil pada tahun 574 H dan wafat di Aleppo pada
tahun 626 H. Beliau mengelilingi banyak daerah yang pernah dilihat oleh Ibnu
Fadhlan. Ia seorang yang jujur dan tcrpcrcaya dalam menyalin.

ojy
RISALAH IBNU FADHLAN

telah dibuat oleh para ahli ilmu Geografi dari kalangan


orang Arab. Akhirnya selesai juga pekerjaan ini meski saya
masih ragu di dalam sebagian ungkapan yang ada dalam
catatan tersebut. Jika terselip kekeliruan dalam karya ini,
semoga Allah meluruskan kekeliruanku dan jika saya benar
dalam sebagian keterangannya maka hal yang harus kita
maklumi sebagai orang yang beriman atas ketidakmampuan
kita dalam mengapai kesempurnaan. Orang pertama yang
paling berkontribusi dalam proyek ini adalah alm. Professor
Muhammad Kurdi Ali, orang pertama dari dunia Arab yang
memelopori pengungkapan dan pemublikasian catatan
perjalanan Ibnu Fadhlan. Begitu juga pimpinan lembaga
tinggi pendidikan, professor Khalil Mirdam Beik. Beliau
merupakan penerus terbaik dari sebaik-baiknya generasi
salaf, yang memiliki perhatian besar di dunia penulisan
sebagaimana golongan salaf Tak lupa kepada lembaga
ilmu pengetahuan yang beliau pimpwn yang menfasilitasi
penerbitan karya ini. Sungguh kami ucapkan terima kasih.
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan
pertolongan-Nya sehingga penelitian ini dapat selesai dan
dipersembahkan dalam bentuk seperti ini. Segala syukur dan
doa kami panjatkan kepada Allah di permulaan dan di akhir.
PERJALANAN
IBNU FADHLAN

A. Penulisan Ekspedisi pada masa ini


(abad ke-10 M)
Semenjak kemunculannya, tampaknya masyarakat Arab
secara alami terlahir sebagai bangsa yang gemar melakukan
perjalanan. Sejarah telah menunjukkan adanya kisah-kisah
perjalanan dan penjelajahan mereka, baik dalam rangka
mencari rezeki, perdagangan, maupun ilmu pengetahuan.
Banyak dari mereka yang berkelana ke daerah rawa-rawa dan
daerah tandus yang sangat jauh hingga sampai ujung wilayah
Syam dan Habasyah. Para pemudanya terbiasa berpergian
ke daerah pedalaman, seolah mereka tidak memiliki tempat
untuk tinggal atau menetap dan lebih memilih untuk me­
nikmati sulitnya hidup berpindah-pindah dan mengembara.
Perjalanan ini ada yang bersifat perseorangan dan ada yang
dilakukan kabilah-kabilah. Disebutkan dalam syair-syair
Arab bahwa para penyair terbiasa melakukan perjalanan
RISALAH IBNU FADHLAN

ke negara-negara tetangga seperti


Pada awal abad ke-8 Damaskus dan Romawi. Imru’ al-
M, bangsa Arab telah Qais — seorang penyair Arab abad ke-6
menguasai wilayah yang
sangat luasdibawah M—mengisahkan bahwa ia melakukan
kekaisaran yang besar. perjalanan ke Konstantinopel yang ia
Batas wilayahnya sebut dengan kota Ankara. Bagi kabilah
mencakup India di sisi
timur dan membentang Quraish sendiri, setiap tahunnya mereka
sampai laut Atlantik melakukan dua perjalanan, satu per­
di sisi barat, gunung jalanan dilakukan di musim dingin dan
Kaukus di sisi utara dan
gurun Afrika di bagian satunya lagi dilakukan di musim panas.
___selatan.______ Ketika Islam datang, Bangsa arab
segera menyebar ke luar jazirah Arab.
Dalam waktu sekejap mereka telah tersebar dari ujung timur
hingga ujung barat. Mereka akhirnya mengetahui bahwa
ada negara-negara yang memiliki nilai peradaban tinggi.
Nilai-nilai tersebut kemudian diserap oleh bangsa Arab dan
diterapkan dalam hidup, cara hidup, dan cara berpakaian
mereka. Sampai pada satu titik, bangsa Arab memiliki
peradaban luhur yang terus dikembangkan dan dijaga sedang­
kan bangsa-bangsa lainnya mengalami kemunduran dan
tidak lagi memiliki gairah untuk mengembangkan budaya
mereka. Jadilah bangsa Arab sebagai satu-satunya mercusuar
peradaban dan sumber yang cahayanya menyinari bangsa-
bangsa yang ada pada masa suram kemundurannya.
Pada awal abad ke-8 M, bangsa Arab telah menguasai
wilayah yangsangat luas dibawah kekaisaran yang besar. Batas
wilayahnya mencakup India di sisi timur dan membentang
BAGIAN PERTAMA: BAB I PERJALANAN IBNU FADHLAN

sampai laut Atlantik di sisi barat, gunung Kaukus di sisi utara


dan gurun Afrika di bagian selatan.
Pemerintahan kekaisaran ini menetapkan banyak hal, di
antaranya penarikan upeti dan pajak. Para pembesar wilayah
menyerahkan harta kepada khalifah Daulah Abbasiyyah
baik berupa jaminan, perdamaian, maupun hadiah untuk
kerajaan. Sebagian besar uang ini digunakan untuk men­
jalankan roda pemerintahan, memperkuat kesultanan, dan
untuk menjaga kehormatan serta entitas negara. Hal paling
penting untuk diketahui oleh hakim dalam menentukan
jumlah pajak dan harta ini adalah dengan melihat kondisi
jalan dan kemakmuran wilayah itu, termasuk wilayah
kota atau perbatasan. Ketika itu banyak tokoh yang men­
curahkan sebagian besar waktunya untuk melakukan per­
jalanan guna menghimpun informasi dan berita tentang
pengidentifikasian wilayah ini sehingga berkembanglah ber­
bagai catan perjalanan dan catatan-catatan geografis dalam
bentuk yang mirip dengan yang disusun oleh orang-orang
Yunani.
Sejak abad ke-3 H, banyak lahir karangan tentang rute-
rute jalan dan wilayah kekuasaan. Mereka membuat buku
tentang batas-batas dan pembagian wilayah, gambaran
kota-kota, gunung-gunung, dan sungai-sungai. Tokoh-tokoh
seperti Al-Kindi, Ibnu Khardzabah, Qudamah bin Ja’far, Al-
Yaquti, Ibnu Faqih Al-Hamdani, Ibnu Rusyd, Ibnu Hauqal,
dan Al-Istakhary membuat buku yang memberi gambaran
tentang negara-negara di daerah timur hingga barat, mulai
negara Cina sampai wilayah Andalusia, Spanyol. Di dalam

Cx..9,
RISALAH IBNU FADHLAN

buku-buku tersebut, disebutkan kondisi bangsa-bangsa


beserta tradisi dan kepercayaan mereka. Digambarkan pula
keadaan negara-negara, jalan-jalannya, hasil buminya, dan
pajak yang dibebankan kepada mereka. Sebagian dari mereka
sangat teliti dan hati-hati dalam menulis apa yang mereka
lihat dan dengar, sedangkan sebagian yang lain menuliskan
semua yang mereka dengar bahkan yang hampir-hampir
tidak masuk akal. Namun secara umum, mereka telah mem­
beri sebuah gambaran yang telah diperbincangkan dalam
berbagai perkumpulan ilmiah pada masa itu yang terkait
dengan pendapat, informasi, dan khabar. Dalam beberapa
hal, bahkan terkadang kami meragukan apa yang mereka
sampaikan.
Setelah lebih dari sepuluh abad berlalu, kita memiliki
referensi yang melimpah yang tidak mungkin didapatkan
pada masa itu. Sketsa, pembagian wilayah, peta, dan gambar-
gambar menjadi objek pembahasan ilmiah dengan standar
yang tinggi. Kini melakukan perjalanan, pengembaraan, dan
kunjungan lebih mudah dilakukan olah manusia. Namun,
selamanya keutamaan tetap akan berada pada para perintis
zaman dahulu mengingat sarana, transportasi, dan jalan
yang ada pada masa itu jauh lebih sulit dibandingkan dengan
masa sekarang.
Kenyataannya, sebagian penulis tersebut menyaksikan
dengan mata kepalanya sendiri dan mengetahui secara pasti
apa yang mereka sampaikan. Ibnu Khardzabah contohnya, ia
bekerja sebagai tukang pos dan informan pada pertengahan
abad ke-3 H di daerah perbukitan di wilayah Persia. Al-
BAGIAN PERTAMA: BAB I PERJALANAN IBNU FADHLAN

Miqdasy menceritakan bahwa dirinya melakukan perjalanan


pengembaraan yang menghabiskan dana lebih dari
sepuluh ribu dirham. Ibnu Hauqal berkata bahwa dirinya
menyaksikan sendiri setiap apa yang ia tulis kecuali gurun
al-Kubra. Al-Miqdasy dan Ibnu Hauqal adalah tokoh yang
banyak dijadikan rujukan oleh para ahli ilmu geografi.
Saya amati, buku-buku ini mampu menguraikan
dengan jelas gambaran kondisi bangsa-bangsa beserta
tradisi dan cara berpakaiannya. Suatu pengambaran yang
seolah-olah bisa kita lihat sendiri kejadiannya, tidak terlalu
sederhana namun juga tidak bersifat parsial. Barangkali
hal tersebut dilakukan karena laporan ini dijadikan sebagai
bahan pertimbangan utama dalam menentukan pajak dan
permodalan oleh kekhalifahan di ibukota. Kekaisaran Arab
ini mulai kehilangan kesatuannya pada pertengahan abad
ke-2 H. Ikatan keagamaan dan budaya menjadi satu-satunya
pemersatu wilayah yang luas tersebut dan mempersatukan
setiap ujung-ujungnya. Pada masa itu,perjalanan perdagangan
menjadi penyangga perekonomian. Orang-orang Islam pergi
ke berbagai negara dengan membawa barang dagangan dan
membawa pulang komoditas tertentu. Mereka menjelajah
sampai laut Cina, Baltik, Andalusia, Atlantik, dan sekitar
semenanjung India. Di kerajaan-kerajaan tersebut, mereka
meninggalkan peninggalan berupa mata uang dan jejak-jejak
lainnya yang di kemudian hari diungkap oleh para peneliti
sebagai peninggalan para pedagang tersebut.
Al-Miqdasy menyebutkan dalam bukunya bahwa orang-
orang Islam banyak mendatangkan barang dagangan dari
RISALAH IBNU FADHLAN

Rusia selatan dan negara-negara Eropa utara. Di antaranya


kulit, bulu, lilin, songkok/ baret, madu dan pedang.
Disebutkan pula bahwa mereka hendak mendatangkan
budak dari kawasan Saqalibah. Kawasan ini dalam istilah
mereka mencakup Slavia, Jerman, dan beberapa daerah
Eropa lainnya. Komoditas paling penting yang mereka bawa
ke daerah pedalaman adalah berbagai macam tekstil, artefak
dan buah-buahan.
Perjalanan-perjalanan tersebut merupakan perjalanan
perdagangan dan merupakan upaya perorangan. Pihak
kerajaan juga mengutus para delegasinya ke berbagai daerah
dan kerajaan dengan membawa misi-misi tertentu. Ada
kalanya dengan tujuan politis, kebudayaan, keagamaan,
perdagangan, atau pengintaian semata. Di antaranya adalah
Bi’thah Baryah yang diutus oleh khalifah Al-Watsiq Billah
(227 H - 232 H ) untuk menghalau para pengacau sekitar
pertengahan abad ke-3 H. Pengutusan ini diabadikan oleh
Yaqut al-Hamawi dalam bukunya yang berjudul Sallam al-
Turjuman. Sebuah buku bagus yang bisa dijadikan rujukan
dan hiburan langka untuk memahami pola pikir para
pengembara pada zaman itu. Begitu juga delegasi yang
dikirim ke Cina saat adanya perselisihan antara orang-orang
Saman dengan raja Cina. Perjalanan ini dideskripsikan
dengan detail oleh Abu Dalf. Para delegasi resmi yang
diutus untuk memata-matai ini terdiri dari laki-laki dan
perempuan dan bertugas untuk mengumpulkan informasi.
Ibnu Hauqal menceritakan bahwa Khalifah Harun al-Rayid
mengirim seorang laki-laki untuk mengorek informasi di
BAGIAN PERTAMA: BAB I PERJALANAN IBNU FADHLAN

negara Romawi selama 20 tahun. Utusan tersebut dimintai


keterangan tentang hal-hal luar biasa yang ada di negara
Romawi.
Di dalam mukadimah ini saya tidak bermaksud untuk
menyelidiki informasi para pengembara Muslim,23nama-nama
utusan resmi abad ke-3 dan ke-4 hijriyah, mendeskripsikan
apa yang mereka alami, dan buku apa yang mereka wariskan
karena uraian hal itu terlalu luas/ umum. Namun saya ingin
memulai perbincangan tentang perjalanan ini, memaparkan
arti penting perjalanan ini, mencatat khalifah yang berkuasa,
dan membahas Ibnu Fadhlan beserta perjalanannya.

B. Gambaran Keadaan pada masa Ibnu Fadhlan


Para sejarawan menyebutkan bahwa al-Muqtadir
Billah adalah Ja’far bin al-Khalifah al-Mu’tadhid yang
berkuasa tahun 295 H ketika masih berumur 13 tahun.
Ibnu al-Thaqtaqy: menggambarkan
al-Muqtadir sebagai sosok yang
Para sejarawan
dermawan, toleran, banyak bersedekah, menyebutkan bahwa al-
banyak istri, dan pemberani. Di dalam Muqtadir Billah adalah
istananya ada sebelas ribu pembantu Ja'far bin al-Khalifah
al-Mu’tadhid yang
yang didatangkan dari Romawi dan berkuasa tahun 295 H
Sudan. Gudang penyimpanannya di­ ketika masih berumur
penuhi dengan permata-permata 13 tahun.

yang mahal. Diceritakan bahwa pada

2 Dr. Zaky Muhammad Hasan memiliki sebuah buku tentangberbagai perjalanan


berikut para tokohnya yang bagus untuk dijadikan rujukan berjudul ALRihalah
Al-Mitslimunfil ‘Usural-Wustho (Mesir, 1945).
3 Lihat al-Fikhra (cetakan Eropa, him. 305)
RISALAH IBNU FADHLAN

masa kepemimpinannya, roda pemerintahan mengalami


kelimbungan karena usisanya yang masih remaja dan campur
tangan ibu serta para istri dan para pembantunya. Urusan
negara banyak direcoki oleh para istri dan pembantunya,
sedangkan dirinya sendiri terbuai oleh kenikmatan yang
melingkupinya. Dia hanya berfoya-foya dan menghabiskan
kas negara. Para sejarawan mengemukakan bahwa Khalifah
Al-Muqtadir menghabiskan 70.000.000 dinar di luar
urusan pemerintahan. Pada akhirnya ia terpaksa memenuhi
tuntutan tentara dan para pembantunya untuk menjual
minyak wangi, perabotan, dan emas yang dimiliki. Bahkan ia
ditelanjangi, diusir, dan akhirnya dibunuh. Jasadnya dibuang
di pinggir jalan pada tahun 320 H.
Khalifah Al-Muqtadir mengangkat Abul Hasan Ali bin
al-Furat sebagai menteri. Ia merupakan sosok yang dihormati
dan disegani. Kemudian digantikan oleh Ali bin Isa bin al-
Jirah dan digantikan lagi oleh Hamid bin al-Abbas. Ketiga
menteri ini adalah menteri yang paling kuat dan berhasil
mengurusi kerajaan. Namun fitnah —baik kalangan dalam
maupun luar-menghalangi mereka untuk bekerja secara
efektif. Kerajaan pun tertimpa nasib buruk. Jika saja tidak
ada fitnah, kekhalifahan al-Muqtadir pasti menjadi masa
yang penuh dengan kejayaan. Meskipun demikian, para
menteri telah melakukan banyak hal sebagaimana dijelaskan
oleh seorang sejarawan bernama al-Shaby dalam bukunya
yang berjudul Tuhfah al-Umara’fi Tarikh aTWuzara'.4 Dalam

4 Seorang orientalis bernama Omdarz mencetak kitab ini di Beirut tahun 1904
dan dicetak lagi beberapa tahun kemudian di Mesir.
BAGIAN PERTAMA: BAB I PERJALANAN IBNU FADHLAN

buku itu dijelaskan secara rinci dan lengkap tentang hal itu.
Sebuah buku yang tidak boleh dilewatkan bagi orang yang
senang mempelajari tentang zaman pertengahan, hukum,
dan keadaan bangsa-bangsanya.
Orang yang ingin mengetahui bagaimana reputasi dan
nama besar kekhalifahan di mata dunia dapat merujuk ke
buku-buku sejarah. Dari situ akan tampak betapa besarnya
peranan para menteri di dalam menegakkan hukum dan
mengupayakan kejayaan kekaisaran. Ibnu Miskawaih dalam
karya yang berjudul Tajarub al-Umam5 memaparkan uraian
yang jelas dalam mendeskripsikan keadaan Kota Baghdad
dan sistem pemerintahannya pada tahun 305 H, empat
tahun sebelum perjalanan Ibnu Fadhlan.
Dalam kitab tersebut, Ibnu Miskawaih menceritakan
bahwa pada tahun 305 H datang dua utusan kerajaan
Romawi ke Madinah al-Salam (Baghdad) melalui perantara
Ibnu al-Furrat dengan membawa hadiah yang sangat
banyak. Keduanya datang pada hari Senin malam, dua
malam sebelum bulan Muharram berakhir dan menginap
di rumah Said bin Mukhallad. Abu al-Hasan bin al-Furrat
pun bergegas untuk mempersiapkan setiap kebutuhan ke­
duanya berupa peralatan, wadah, dan berbagai kebutuhan
lainnya. Keduanya juga dibuatkan tempat tinggal yang
sangat luas, diberi hewan ternak dan makanan yang banyak
sehingga terpenuhi semua kebutuhannya. Kedua utusan
tersebut berusaha menemui al-Muqtadir Billah untuk me-

5 Tajarubal-Umam li Miskawaih (Mesir ,1914, 53/5).


RISALAH IBNU FADHLAN

nyerahkan surat yang dibawanya. Kemudian keduanya


sadar bahwa hal itu sulit dilakukan kecuali setelah bertemu
dengan menteri, menyampaikan maksud tujuan, berunding
bersamanya, meminta rekomendasi untuk dapat bertemu
dengan Khalifah, dan memperoleh tanggapan dari apa yang
diinginkan oleh keduanya. Abu ‘Amr Adi bin Abdul Baqi’
yang datang bersama kedua utusan itu menanyakan kepada
Abu al-Hasan Ibnu al-Furrat mengenai celah untuk bisa
menghadapnya. Ibnu al-Furat akhirnya menjanjikan hal
tersebut pada hari yang telah ditentukan.
Sang menteri segera mengatur para tentara pilihan untuk
berderet dari istana tertutup hingga istana yang terbuka.
Para pembantu kekaisaran, tentara, dan para penjaga diatur
secara rapi dari pintu istana sampai tempat perjamuan. Di
dalam gedung besar yang langit-langitnya dilapisi emas yang
dikenal sebagai istana Dar al-Bustan, digelar permadani dan
bantal duduk halus yang indah, dipasang tirai-tirai yang
serasi dengan alas lantainya. Permadani, sarung bantal,
dan tirai-tirai itu harganya mencapai 300.000 dinar. Tidak
tersisa sedikitpun bagian istana yang luput dari keindahan.
Di samping istana dibangun sebuah masjid besar dengan
dinding yang tinggi. Para pelayan tersebar di segala penjuru.
Para panglima dan para pembantu memenuhi halaman
istana. Maka masuklah kedua utusan tersebut. Keduanya
menyaksikan banyaknya pasukan dan orang-orang yang ber­
kumpul di sepanjang jalan yang dilaluinya.
Ibnu Miskawaih menambahkan deskripsinya dengan
detail dan jelas. Para tokoh baik laki-laki maupun perempuan
BAGIAN PERTAMA: BAB I PERJALANAN IBNU FADHLAN

memenuhi istana, halaman istana, dan ruang tempat


menteri duduk. Disebutkan pula bahwa kedua utusan itu di­
dampingi seorang penerjemah yang bertugas menjelaskan
dan menerangkan berbagai hal kepadanya. Dijelaskan bahwa
kedua utusan itu meminta perlindungan. Sang menteri men­
janjikan hal tersebutkan dan akan mengusahakan agar ke­
dua utusan itu dapat menghadap khalifah. Pada hari yang telah
ditentukan, para prajurit berbaris dari markas hingga istana
raja dan menempati sudut-sudut kota dengan persenjataan
yang lengkap. Mengatur penyebaran orang-orang dan
senjata di halaman istana, persimpangan-persimpangan dan
sepanjang jalan. Ibnu Miskawaih menceritakan bagaimana
kedua utusan itu melewati jalan-jalan hingga sampai ke
halaman istana. Keduanya melintasi tanah-tanah lapang dan
sepanjangjalan secara perlahan dan terkesan dengan banyak­
nya orang yang berkumpul beserta persenjataannya. Hingga
akhirnya masuk ke istana menghadap Khalifah al-Muqtadir.
Khalifah al-Muqtadir duduk di atas singgasananya
dikelilingi oleh para pembantunya yang duduk sesuai dengan
urutan jabatannya. Ketika dua utusan itu masuk, keduanya
bersujud kemudian duduk ditempat yang telah dipersiapkan
oleh pelayan bagian penerima tamu. Utusan itu menyerahkan
sebuah surat kepada Khalifah al-Muqtadir melalui perantara
menteri Ibnu al-Furat. Pertemuan pun berakhir. Ketika ke­
dua utusan undur diri dari hadapan khalifah, keduanya di­
anugerahi kain sutera bermotif, serban sutera, dan dititipi
uang sebesar 170.000 dinar yang diambil dari baitul mal.
Masing-masing dari keduanya juga diberi 20.000 dinar
RISALAH IBNU FADHLAN

untuk bekal perjalanan. Kedua utusan itu keluar hingga


batas negara bersama penerjemahnya. Dan misinya selesai.
Mungkin saya terlalu panjang lebar dalam mengisahkan,
menukil, dan meringkas riwayat ini. Akan tetapi yang saya
inginkan adalah dapat memberikan gambaran keadaan kota
Baghdad, kekhalifahan, para menteri, tentara, dan sketsa
kota Baghdad empat tahun sebelum Ibnu Fadhlan melaku­
kan perjalanan dan keluar dari kota tersebut. Saya hendak
menggambarkan keadaan kota yang ditinggalkan Ibnu
Fadhlan baik dalam hal peradaban, bangunan-bangunan,
sudut-sudut, dan tradisi-tradisinya. Saya juga ingin me­
nunjukkan kekayaan, keagungan, kekuatan, dan representasi
keunggulan kekhalifahan di Baghdad yang sulit ditandingi
oleh negara-negara Eropa pada masa itu dalam hal penjagaan
terhadap tradisi terdahulu. Saya tidak melihat satu pun dari
mereka dalam deskripsi keadaan pasukan, cara berpakaian,
perabotan, distribusi kekayaan, dan kemakmurannya
menyamai apa yang dilakukan oleh Baghdad sepuluh abad
yang lalu. Bahkan saya hampir tidak bisa menemukan
cara untuk membandingkan dalam hal pemberian hadiah,
perhatian terhadap pengembara, dan keluasan visi yang
diterapkan pemerintahan Baghdad dengan apa dilakukan
berbagai ibu kota kerajaan Eropa pada masa itu.
Kita akan melihat bukti semua ini pada Ibnu Fadhlan.
Setelah ia mengetahui apa yang terjadi dengan artefak dan
peradaban di ibukota pemerintahan beserta kekaisarannya,
ia pun memandang kecil keadaan kerajaan-kerajaan Eropa
yang ia lihat, khususnya di kawasan Eropa Utara yang ia
BAGIAN PERTAMA: BAB I PERJALANAN IBNU FADHLAN

gambarkan sebagai daerah yang asing. Saya menduga, ketika


Ibnu Fadhlan melihat daerah tersebut, ia merasa heran —
seperti para pengembara Eropa pada waktu itu yang juga
merasa heran-dengan apa yang mereka sebut sebagai
Sukkan al-Mamalik yang bermacam-macam. Dan sekarang
waktunya untuk mengulas perjalanan itu dan tokoh yang
menempuhnya.

C. Duta dan Hubungan Bilateral


Sebelumnya saya telah mendeskripsikan bagaimana ke­
adaan khalifah dan kekhalifahan dengan maksud agar kita
mengerti bahwa nama Baghdad di dunia luar begitu baik dan
bahkan agung. Para raja dan pejabat berlomba untuk menjalin
hubungan baik dan kerjasama yang erat dengannya. Sampai-
sampai kerajaan Saqalibah — sebuah wilayah di Eropa Utara
di penghujung sungai Volga dengan ibukotanya Kazan;'’ pada
masa itu sejajar dengan dengan kota Moskow — meminta
perlindungan dan bantuan kepada khalifah. Ibnu Fadhlan
menyebutkan bahwa raja Saqalibah, Almish bin Yiltawar6
7 me­
mohon kepada Amir al-Mukminin al-Muqtadir Billah untuk
mengirim seorang utusan yang memiliki pengetahuan agama
yang mendalam dan mengerti syariat Islam, dibangunkan
untuknya sebuah masjid, mendirikan mimbar-mimbar

6 Ihukota Bulgaria lama, 6,5 Kilometer dari sungai Volga.


7 Dijelaskan bahwa terdapat inkonsistensi penulisan nama ini. Dalam satu
kesempatan ditulis Al-Hasan birt Yiltawar dan di kesempatan yang lain ditulis
Almish bin Yiltawar. Kebanyakan orientalis telah mencari validitas nama ini,
namun mereka tidak menemukannya di sejarah Rusia. Hal ini dikarenakan
pada zaman itu mereka belum memiliki data yang rinci dan tidak memberikan
perhatian terhadap hal tesebut.
RISALAH IBNU FADHLAN

dakwah khalifah di seluruh wilayah kekuasaannya, dan me­


minta dibuatkan benteng-benteng untuk memperkuat diri
dari kerajaan yang berselisih dengannya.
Ibnu Fadhlan berkata bahwa kerajaan yang berselisih
dengan kerajaan Saqabilah adalah kerajaan Khazar yang me­
rupakan pemeluk agama Yahudi. Mereka berlaku sewenang-
sewenang terhadap masyarakat Saqalibah, mewajibkan
untuk membayar pajak pada kerajaan berupa kulit binatang
(Musang) yang ditarik dari setiap rumah penduduk. Anak
raja Khazar memproklamasikan bahwa siapapun penduduk
Khazar yang ingin menikah dengan putri raja Saqalibah,
maka dia boleh mempersuntingnya secara gkasah. Padahal
penduduk Khazar adalah pemeluk Yahudi sedangkan Putri
Saqalibah seorang muslimah. Ibnu Fadhlan melihat wilayah
Kerajaan Saqalibah sangat luas dengan harta dan hasil bumi
yang melimpah. Sang raja meminta bantuan khalifah dengan
maksud memperkuat diri dan mengharap berkah dari
hartanya kaum muslimin serta menghargai daulahnya.8
Menurut pihak Baghdad, hal ini akan menyebabkan
kelaliman. Maka sang khalifah memberi hadiah kepada
kerajaan Saqalibah dan akan membantu posisi raja di Eropa
suatu saat nanti. Terlebih ketika raja kerajaan yang memiliki
wilayah yang luas itu meminta bantuan kepadanya. Khalifah
akan berjuangbersamanya dalam sebuah koalisiyangbersifat
kebudayaan, keagamaan, dan kemiliteran sebagaimana akan
kita ungkap nanti.

8 Risalah lembar 209.


BAGIAN PERTAMA: BAB I PERJALANAN IBNU FADHLAN

Nampaknya khalifah (saat itu masih berusia 27 tahun)


atau menterinya,9 Hamid bin al-Abbas atau keduanya telah
menghendaki perjanjian ini ketika mengetahui bahwa
duta utusan raja Saqalibah yang menghadapnya bernama
Abdullah bin Bashtu al-Khazary. Yang menakjubkan, raja
Saqalibah mengutus seorang pemuda yang berasal dari
Khazar. Bisa jadi raja memilihnya karena kemampuannya
berbahasa Arab atau karena ia adalah orang yang bisa di­
percaya dan baik Islamnya.
Khalifah memutuskan bahwa delegasi resmi yang akan
dikirim ke Saqalibah terdiri dari empat orang yaitu Sausan
al-Rassy, Takin al-Turky, Baris al-Saqlaby, dan Ahmad bin
Fadhlan. Mereka akan ditemani oleh utusan dari Saqalibah,
Abdullah bin Bashtu al-Khazary.
Dalam bayangan saya, ada dua utusan
Khalifah memutuskan
Baghdad yang menguasai bahasa Rusia. bahwa delegasi resmi
Yang pertama adalah Sausan al-Rassy yang akan dikirim ke
Saqalibah terdiri dari
yang-sesuai dengan nama nisbah­
empat orang yaitu
nya — berasal dari negara Rusia. Sausan Sausan al-Rassy, Takin
didatangkan ke Baghdad sebagai se­ al-Turky, Baris al-
orang budak yang kemudian belajar Saqlaby, dan Ahmad bin
Fadhlan. Mereka akan
bahasa Arab dan memiliki keislaman ditemani oleh utusan
yang baik hingga derajatnya terangkat.10 dari Saqalibah, Abdullah
Yang kedua adalah Baris al-Saqlaby bin Bashtu al-Khazary.

9 Dalam Risalah disebutkan bahwa Ibnu Fadhlan membawa dua tulisan/ surat»
yaitu dari khalifah dan menterinya.
10 Kemungkinan ia adalah pelayan dari al-Maknaqy.

Cx..21>
RISALAH IBNU FADHLAN

yang berasal dari Saqalibah." Adapun utusan yang ketiga


adalah orang asli Turki yang mahir berbahasa Turki; salah
satu negara yang akan dilewati ketika perjalanan ke Bulgaria.
Dulunya, Takinal-Turky adalahseorangtukang'besiyangmen-
jual besinya ke kalangan orang kafir. Dialah yang dipercaya
oleh Nadhir al-Haramy untuk menyampaikan surat dari raja
Rusia pada khalifah al-Muqtadir (sebagaimana dijelaskan
dalam Risalah). Utusan keempat yaitu Ahmad bin Fadhlan.
Sebagaimana ditulis dalam Risalah-nya, ia tidak pandai
berbahasa asing namun dia sangat menguasai bahasa Arab
dan memiliki pengetahuan tentang syariat Islam yang sangat
mendalam. Dalam pandangan saya, dialah pemimpin dari
rombongan delegasi ini. Di setiap tempat yang dilewati, Ibnu
Fadhlan adalah orangyangmemutuskan apakah akan singgah
atau meneruskan perjalanan. Dia sendiri berkata:12 “Saya
diutus dengan tugas untuk membacakan al-Qur’an kepada
mereka, menyerahkan hadiah dan membimbing para fuqaha
dan pengajar.” Dari catatannya, saya tahu bahwa para delegasi
akan memperoleh uang yang akan diserahkan kepada para
fuqaha dan pengajar, membangun benteng yang dananya
diambilkan dari upeti yang diterima oleh Ibnu al-Furat,13
menteri terdahulu. Sebelum misi ini berjalan, Ibnu al-Furat
dicopot dari jabatannya, disita kewenangannya, dicegah
perwakilan-perwakilannya, dan daulah akan mengambil alih

1 ] Ia adalah pelayan dari pemimpin yang merupakan anak Ismail bin Ahmad,
penguasa Khurasan.
12 Risalah lembar 197.
13 Dia adalah Abu al-Hasan Ali bin Muhammad bin al-Furat, menteri khalifah al-
Muqtadir yang kemudian dicopot jabatannya.
BAGIAN PERTAMA: BAB I PERJALANAN IBNU FADHLAN

biaya program-programnya. Ibnn Fadhlan ditemani dengan


orang-orang golongan menengah sebagaimana disebutkan
dalam Risalah lembar 199: “Seorang faqih, seorang pengajar,
dan seorang pemuda yang bersama saya berangkat dari
Madinah al-Salam.” Dalam bahasa diplomasi sekarang, bisa
jadi ia berposisi sebagai penyambung kerjasama (al-mulhiqin
al-muawaniii).
Delegasi ini membawa peralatan pembuat obat-obatan
yang diminta oleh raja Saqalibah dari Nadhir al-Haramy. Ini
merupakan bukti lain dari kemajuan Daulah Abbasiyyah,
kekayaan peradabannya, dan melimpahnya teknologi
kesehatan daulah tersebut. Sesuatu yang tidak ada di negara
Khazar.

D. Deskripsi Perjalanan Ibnu Fadhlan


Keterangan yang ada dalam Risalah Ibnu Fadhlan sangat
rinci, detail, dan diungkapkan dengan bentuk yang singkat
dan ringkas. Saya akan membatasinya pada alur perjalanan,
hari-harinya, rencana, dan tempat yang dilewatinya. Dari
sini diharapkan dapat mendeskripsikan jalan-jalan yang di­
lewatinya dan waktu-waktu yang di habiskan di kota-kota,
desa-desa, ketika melewati setiap sungai, dan padang sahara
yang tandus.
Rombongan delegasi ini berangkat dari kota Baghdad
pada hari Kamis, 11 Shafar 309 H (bertepatan dengan 21
Juni 921 M) menuju arah tenggara dengan mendaki daerah
pegunungan. Kemudian melewati kota Hamadzan dan
Ray, dekat kota Teheran sekarang. Menyeberangi sungai
RISALAH IBNU FADHLAN

Oxus untuk sampai ke kota Bukhara. Jauh masuk ke dalam


daerah sahara dan lembah hingga sampai tiba di Bulgaria,
menghadap raja Saqalibah pada hari Ahad, 12 Muharram
310 H yang bertepatan dengan 11 Mei 922 M. Perjalanan
tersebut menghabiskan waktu selama sebelas bulan. Di
sepanjang perjalanan tersebut, dijumpai berbagai rintangan
yang berat dan teror yang menyusahkan. Ibnu Fadhlan
menceritakannya di bagian awal catatan perjalanan dengan
indah dan menarik.
Dikisahkan bahwa rombongan menyamar dan mem­
baur ke dalam kabilah Naisabury karena khawatir akan ke­
selamatan dirinya, menghadapi musim dingin ketika berada
di kota Jurjani di atas sungai Oxus. Keadaannya sangat dingin
dan angin bertiup begitu kencang. Digambarkan, ketika
keluardari kamarmandi menuju rumah,jenggotnya menjadi
beku. Menggumpal menjadi satu dengan salju. Maka ia masuk
ke rumah yang ada di dalam rumah, berselimutkan baju dan
jubah yang terbuat dari bulu binatang dan membenamkan
pipinya ke bantal karena cuaca yang sangat dingin. Ketika
melintasi negara Turki, mereka menjumpai bahaya dan cuaca
dingin hingga salah seorang di antaranya terluka. Kemudian
mereka diserang segerombolan perampok dan ditawan
olehnya. Kabilah Naisabury yang ditahan itu berjumlah
5.000 orang dan 3.000 ternak. Namun akhirnya mereka
dapat melepaskan diri dengan selamat dari gerombolan
tersebut. Rombongan delegasi meneruskan perjalanannya
melintasi sungai-sungai dengan penuh perjuangan dan
menyelam yang membuatnya lemah bersama seluruh kafilah.
BAGIAN PERTAMA: BAB I PERJALANAN IBNU FADHLAN

Para delegasi itu mampu menaklukkan seluruh bahaya


yang dihadapi, tipu daya yang menanti, dan kesulitan yang
bertubi-tubi, menunjukkan keimanannya yang kuat kepada
Allah Ta’ala, berpegang teguh terhadap agama dan akhlaknya,
bertakwa kepada-Nya, tidak mengkhianati amanah yang
diemban meskipun kelompoknya menghianatinya. Mereka
selalu ber-«m«r ma’ruf nahi mungkar sepanjang perjalanan­
nya. Delegasi tersebut senantiasa mendekatkan diri kepada
Allah, memohon kepada-Nya agar diberi keselamatan dari
setiap keburukan dan dibebaskan dari buruknya perangai
manusia yang mereka temui di sepanjang perjalanannya.
Mereka selalu menjaga diri dari hal-hal kotor dan najis se­
bagaimana Islam memerintahkan untuk menjaga kebersihan
dan menjadikannya sebagai bagian dari iman. Ibnu Fadhlan
merasa susah ketika melihat perempuan bercampur dengan
laki-laki dan terkejut dengan wajah yang memerah karena
malu ketika melihat perempuan telanjang14 dan meng­
anjurkan wanita itu untuk menutupi dirinya. Ketika Ibnu
Fadhlan melihat para wanita di sungai tanpa pakaian, ia men­
jadi sangat marah. Ia berlindung kepada Allah dari keburu­
kan orang-orang kafir yang ia dengar dari orang selama dalam
perjalanan. Berkali-kali ia menaruh perhatian pada berbagai
urusan agama, bahkan di tempat-tempat yang sangat ber­
bahaya. Ia mengatakan dengan terus terang kepada suatu
kaum bahwa, “mereka tidak ber-istinja’ dari buang air besar

14 Di dalam Risalah lembar 207 disebutkan, “Saya selalu berusaha agar para wanita
menutupi dirinya di hadapan laki-laki ketika mandi/ renang, hal itu rendah
bagiku."
RISALAH IBNU FADHLAN

dan kencing dan tidak mandi setelah berhubungan badan.”'3


Berkali-kali pula ia menutup wajahnya ketika melihat
perempuan yang membuka auratnya. Ibnu Fadhlan gemetar
ketika mendengar apa-apa yang dilontarkan orang-orang
kafir dan memohonkan ampunan untuk si penanya saat
mereka bertanya kepada dirinya, “Apakah Tuhan memiliki
istri?” la juga memalingkan pandangannya saat orang di sana
memotong jenggot dan menyisakan rambut jenggot bagi­
an dagu saja hingga menyerupai kambing. Kesedihannya
terjadi ketika masyarakat bersujud kepada kayu Ek yang
dipahat dengan bentuk yang memalukan, atau saat mereka
menjadikan sesembahan yang banyak. Berkaitan hal ini,
Ibnu Fadhlan menyitir firman Allah sebagaimana termaktub
dalam Surah al-lsra’ ayat 43:

(Mahasuci dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka


katakan, dengan ketinggian yang sebesar-besarnya).

Sebuah pemandangan yang membuatnya sedih mana­


kala melihat satu kelompok dari kelompok-kelompok
masyarakat menyembah ikan, hewan-hewan yang hidup,
atau Kiraky (nama ikan).
Ibnu Fadhlan sangat kuat dalam menjalankan tradisi dan
ajaran agama Islam. Ia meminta sang raja untuk menjawab
salam dari Amir al-Mukminin, melarangnya menggunakan

15 Risalah lembar 200.


BAGIAN PERTAMA: BAB I PERJALANAN IBNU FADHLAN

gelar al-Mulk karena gelar itu hanya pantas disandang oleh


Allah Ta’ala semata. Allah sangat mampu membalikkan
raja menjadi seorang hamba. Teguran yang ia sampaikan
ditimpali dengan sebuah hadis Rasulullah SAW. Kemudian ia
memerintahkan muazin membaca bacaan yang ketika adzan
dibaca dua kali untuk dibaca satu kali saja ketika iqamah.
Raja Saqalibah mengetahui ketakwaan Ibnu Fadhlan tersebut
sehingga ia menjulukinya sebagai Abu Bakar, memuliakan­
nya, menjadikan Ibnu Fadhlan sebagai kepercayaannya,
dan tak menghiraukan sahabat-sahabatnya. Diceritakan
ada seorang laki-laki bernama Thalut yang masuk Islam di-
hadapannya dan kemudian Ibnu Fadhlan menganti nama­
nya menjadi Abdullah. Ada juga seorang perempuan beserta
ibu dan anak-anaknya yang masuk
Islam dan mereka semua diberi nama Yang sangat
Muhammad. Ibnu Fadhlan juga me­ menakjubkan dari
Risalah ini adalah
ngajarkan surat-surat pendek dari al-
fakta bahwa meskipun
Qur’an. Hal ini jauh lebih membahagia­ ditulis seorang
kan Ibnu fadhlan dibanding ketika ber­ ahli fiqih, namun ia
sangat baik dalam
jumpa Raja Saqalibah. memberi penjelasan
Tentu akan menjadi sangat panjang seindah gubahan
para ahli sastra. Ibnu
jika saya tampilkan semua yang ada da­ Fadlhan mampu
lam Risalah tentang bagaimana ia ber­ menggambarkan apa
yang ia rasakan—
pegang teguh dalam melaksanakan perasaan bahagia,
agamanya, kesenangannya dalam me­ takut, atau takjub-
hingga seolah-olah
nyebarkan Islam dan betapa marahnya kita menyaksikannya
ia ketika kehormatan seorang muslimah sendiri.
direndahkan. Yaitu ketika disebutkan
RISALAH IBNU FADHLAN

bahwa raja Khazar yang beragama Yahudi mengambil


secara paksa seorang muslimah Rusia untuk dinikahinya.
Hal-hal seperti ini banyak dikisahkan dalam Risalah Ibnu
Fadhlan dan yang menunjukkan perhatiannya terhadap
dakwah Islam dan penyampaian kabar gembira dengan
cara yang sangat baik. Untuk alasan inilah Ibnu Fadhlan
didelegasikan. Diriwayatkan bahwa ada sekelompok
masyarakat dalam jumlah besar yang hendak mengikuti
Ibnu Fadhlan dalam beragama. Saya menduga, Ibnu Fadhlan
juga hendak menjelaskan terkait pembakaran orang Rusia
dan pembakaran gadis bersama orang Rusia yang meninggal.
Hal ini sangat tidak disukai oleh Ibnu Fadhlan. Ia juga sangat
marah melihat pelayan perempuan diperlakukan secara
tidak senonoh oleh kerabat si mayat dengan cara-cara yang
tidak sesuai dengan Islam, agama, dan hati nurani.
Yang sangat menakjubkan dari Risalah ini adalah
fakta bahwa meskipun ditulis seorang ahli fiqih, namun ia
sangat baik dalam memberi penjelasan seindah gubahan
para ahli sastra. Ibnu Fadlhan mampu menggambarkan apa
yang ia rasakan - perasaan bahagia, takut, atau takjub-
hingga seolah-olah kita menyaksikannya sendiri. Padahal
penggambaran yang sangat dekat, sastrawi, dan tajam
bukanlah gaya tulisan seorang ahli Fiqih. Kalau saja ia tak
menyebutkan misinya, berulangkah menjelaskan apa yang
menjadi tugasnya, dan banyak berisi nasihat serta larangan,
tentu saya telah memasukannya dalam golongan ahli sastra
dan ahli berkisah. Hal ini karena kemahirannya dalam
mengolah kata, kepiawaiannya dalam menjelaskan, dan
BAGIAN PERTAMA: BAB I PERJALANAN IBNU FADHLAN

indahnya berbagai ungkapan yang digunakan dengan sangat


menawan. Ungkapannya ringkas namun pemilihan katanya
sangat teliti, kalimatnya runtut sehingga mudah dipahami,
dan temanya tidak meloncat-loncat. Saya tidak menemukan
kosakata yang membingungkan dan penyusunan kata yang
membebani. Gaya bahasanya begitu ringan dan matang.
Penjelasannya yang ringkas menempatkan karya ini
dalam karya yang dirujuk dan menjadi pelopor bagi para
pengarang. Metode yang dipakai Risalah ini mirip dengan
gaya penulisan kisah yang episode dan temanya memiliki
alur yang jelas. Seperti sebuah riwayat yang saling bertautan
dan berkesinambungan dari awal hingga akhir.
Meskipun dalam catatan ini terdapat berbagai angka
dan bilangan saat menyebutkan tanggal, jarak, ukuran,
dan hari-hari, namun hal itu tak menjadikannya terhitung
sebagai uslub sastra dan tak pula menjadikannya dekat
dengan uslub geografi. Saya tidak melihat bahwa penyebutan
ukuran jauh, lebar, tempat-tempat kota/ negara, suhu, dan
perbandingan satu daerah dengan daerah yang lain yang
ada dalam Risalah Ibnu Fadhlan ini sama dengan yang biasa
dibuat oleh ahli geografi. Yang menjadi sandaran dalam
hikayat ini adalah perbincangan langsung Ibnu Fadhlan
dengan orang-orang yang ditemuinya selama di perjalanan.
Seperti kisah-kisah yang telah dibahas. Ini merupakan
rahasia kesuksesannya dalam membuat risalah. Rahasia
kehebatan itu telah membuatnya menjadi menarik sehingga
para orientalis menjadikan risalah ini sebagai objek untuk
diterjemahkan dan dinukil. Mereka berpendapat, catatan
RISALAH IBNU FADHLAN

Ibnu Fadhlan adalah sebuah potongan sastra yang menarik


terkait perjalanan.
Sastra al-Qur’an dan hadis memberi pengaruh pada
karya ini. Dalam catatan ini terdapat kutipan-kutipan
dari keduanya tanpa membuatnya menjadi terbebani.
Seolah-olah hal itu menjadikan karya ini menjadi lengkap.
Penjelasannya mengalir, gamblang, kokoh, dan tidak me­
ngendur. Ketika sebagian bagian laporan ini mulai sulit
diuraikan/ hilang, maka dirujuk kembali ke salinan asli dan
penambahan-penambahan yang telah dimasukkan ke dalam­
nya ketika ditashih. Gaun yang anggun hanya pantas dirajut
oleh penenun yanghandal. Dan saya bermaksud untuk mem­
perbaiki kejelasan catatan ini, yaitu hal-hal yang telah rusak
karena waktu dan penyalinan.

E. Arti Penting Perjalanan Ibnu Fadhlan


Saat hendak mempelajari Risalah Ibnu Fadhlan yang
telah diterjemahkan dalam Bahasa Jerman, seorang
orientalis bernama professor Fraehn berkata bahwa sejarah
Rusia dan sekitarnya pada masa lampau tidak diketahui
dan masih samar dalam berbagai aspeknya. Belum ada satu
pihak pun di Eropa yang mencoba untuk membuatnya
terang. Pada masa Nestor, ditulislah tentang sejarah orang-
orang Bizantyum, Prancis, dan Skandanavia. Namun tidak
ada tulisan yang berisi informasi-informasi tentang Rusia.
Di saat Eropa mengabaikan Rusia, Arab dan dunia Timur
telah membahas hal itu. Bangsa Arab telah memberikan
informasi yang melimpah tentang sejarah dunia barat pada
BAGIAN PERTAMA: BAB I PERJALANAN IBNU FADHLAN

masa lampau, khususnya terkait Bulgaria dan Rusia. Dengan


informasi-informasi tersebut, Bangsa Arab telah membuka
mata dunia Barat tentang hal-hal yang menakjubkan dari
berbagai daerah yang sangat jauh hingga daerah India, Cina,
dan sepanjang Laut Atlantik. Mereka menulis tentang bagai­
mana mereka berdampingan dalam batas-batas yang sangat
luas. Mereka telah mampu menggambarkan India, Nigeria,
dan Volga. Hal ini karena dalam ajaran Islam, ada tuntunan
untuk mencari ilmu dan mewajibkannya untuk dilakukan
dengan usaha yang sunguh-sungguh.
Ini merupakan pendapat orientalis sejak seratus tahun
lalu terkait keunggulan bangsa Arab dibanding bangsa Barat
dari segi penulisan perjalanan. Hal ini saya kemukakan
untuk menunjukkan urgensi dari apa yang telah ditulis oleh
para pendahulu — termasuk Ibnu Fadhlan —dan sekaligus
untuk menunjukkan kepada mereka tentangadanya berbagai
tulisan tentang dunia Barat, khususnya Rusia. Masyarakat
yang tidak mengetahui sejarah pendahulunya merupakan
sebuah masalah yang besar. Maka ketika ada catatan karya
Ibnu Fadhlan yang membahas tentangnya, mereka sangat
gembira. Catatan ini mengisi lubang besar kekosongan pem­
bahasan tentang para pendahulunya. Barangkali ini satu-
satunya pelita keterangan tentang riwayat mereka yang
sangat luas. Catatan Ibnu Fadhlan mengisahkan kehidupan
Bangsa Rusia dengan valid, detail, dan benar.
Saya melihat kitab Risalah bukan dari aspek ini. Saya
memandang bahwa ada seorang pemuda yang mendeskripsi­
kan sebuah perjalanan, kehidupan, tradisi-tradisi, dan akhlak
RISALAH IBNU FADHLAN

yang’ ada pada masa itu di setiap daerah yang disinggahi atau
dilewatinya. Ibnu Fadhlan tidak lupa menginformasikan hal-
hal yang menjadi kebutuhan pada masa itu dengan ulasan
yang mendalam. Ibnu Fadhlan menceritakan banyak hal
terkait apa-apa yang ia saksikan dan mengutip beberapa
percakapan dan perbincangan yang dilakukan bersama
mereka. Selain itu, ia juga menggambarkan bagaimana para
penguasa, pemimpin, dan tokoh-tokoh suku secara seimbang.
Gambaran wajah dan keadaannya pun digambarkan secara
ringkas.
Saat melewati Bukhara, Ibnu Fadhlan menggambarkan
bagaimana mata uangnya yang bagus beserta komposisi dan
nilainya. Hal serupa juga dilakukan
ketika melewati daerah Khawarizm. Ia
Ibnu Fadhlan deskripsikan mata uang dan komposisi­
menceritakan banyak
hal terkait apa-apa nya dan menamakan uang tersebut
yang ia saksikan dan dengan Thazijah. Ibnu Fadhlan juga
mengutip beberapa memaparkan bagaimana buasnya pen­
percakapan dan
perbincangan yang duduk daerah itu serta menggambarkan
dilakukan bersama suara mereka yang seperti siulan burung
mereka. Selain itu, ia Tiung ketika memekik. Sebagaimana
juga menggambarkan
bagaimana para ia menggambarkan suara penduduk
penguasa, pemimpin, suatu wilayah dekat dengan daerah
dan tokoh-tokoh suku Khawarizm yang ia serupakan dengan
secara seimbang.
Gambaran wajah berkoteknya katak. Ia menjelaskan
dan keadaannya pun bagaimana ia merasa asing ketika men­
digambarkan secara dengarkan suatu bahasa yang terasa
tidak wajar dalam pendengarannya. Ia
BAGIAN PERTAMA: BAB I PERJALANAN IBNU FADHLAN

bingung bagaimana hendak menggambarkan bahasa itu dan


bagaimana menyerupakannya dengan hal yang lain.
Ibnu Fadhlan mendeskripsikan pakaian negara-negara
yang ia lewati dengan ilustrasi yang mendekati. Hingga
seorang pelukis pasti mampu membuat sebuah sketsa mode
berbusana suatu negara pada masa itu berdasarkan apa yang
disaksikan oleh Ibnu Fadhlan dan ia tuliskan dalam catatan
tersebut. Ia juga menyebutkan nama-nama dari pakaian
tersebut. Ini merupakan informasi yang sangat penting bagi
para pengkaji kehidupan manusia dan sosial.
Adat bangsa-bangsa tersebut dari segi berkehidupan,
pola interaksi, dan sistem keagamaannya juga telah dipapar­
kan dengan sangat baik oleh Ibnu Fadhlan. Ia jelaskan
bagaimana mereka melakukan tradisi pernikahan. Seperti
apa mahar yang diberikan dan apa saja syarat-syaratnya.
Bagaimana bentuk tempat tinggalnya, apa makanan dan
minumannya, bagaimana tata cara beragama dan keadaan
orangnya. Bagaimana cara mereka menjamu dan menyambut
orang yang berkunjung atau orang-orang asing. Semuanya
dipaparkan dengan tujuan untuk menggambarkan kondisi di
daerah-daerah tersebut.
Hal yang menarik dalam Risalah ini adalah catatan
khususnya mengenai negara Bulgaria dan Rusia yang di­
gambarkan dengan sangat rapi dan terperinci. Ibnu Fadhlan
mendeskripsikan Kerajaan Saqalibah secara panjang lebar
terkait bagaimana mereka melakukan upacara penyambutan,
kehidupan masyarakatnya, singgasana raja, tata cara makan,
dan tempat serta cara penyajiannya yang berbeda dengan
RISALAH IBNU FADHLAN

kebiasaan orang Arab. Raja mereka duduk dan mengambil


sebuah pisau kemudian mengiris sepotong daging panggang,
memakannya, dan sisanya diserahkan kepada yang lain.
Tidak ada seorang pun yang memulai makan kecuali setelah
raja memakan satu potong hidangan tersebut. Setiap orang
makan dari hidangannya masing-masing. Tiada ada yang
menemaninya menyantap hidangan tersebut dan ia pun
tidak boleh mengambil hidangan milik orang lain sedikitpun.
Ibnu Fadhlan menceritakan betapa singkatnya malam
dan panjangnya siang di negara tersebut. Ia merasa binggung
ketika melaksanakan salat Maghrib yang berdekatan dengan
salat Subuh dan terbitnya fajar. Disebutkan bahwa masya­
rakat Saqalibah memakan daging binatang dan mereka
tak memiliki sebuah wadah untuk tempat mengumpulkan
makanan sehingga mereka menggali lubang di tanah dan
menjadikannya sebagai tempat makanan. Makanan itu
dibiarkan beberapa hari hingga berubah wujud dan mem­
busuk. Mereka hanya mengunakan minyak ikan karena tak
mengenal minyak nabati atau minyak wijen.
Lalu disebutkan bahwa masyarakat Saqalibah memakai
songkok yang mereka kenakan di atas kepala mereka. Ketika
raja lewat di depan mereka, maka songkok itu akan mereka
turunkan dibawah lengan mereka dan mereka akan bangkit
dari tempatnya. Setelah raja lewat, mereka akan kembali
memakai songkok itu. Saat menghadap raja, mereka akan
menghormati sang raja dengan cara yang sama sembari me­
nundukkan kepala. Mereka menunggu azan dengan duduk-
duduk. Disebutkan bahwa mereka turun ke sungai dan mandi

34
BAGIAN PERTAMA: BAB I PERJALANAN IBNU FADHLAN

didalamnya dalam keadaan telanjang, baik laki-laki maupun


perempuan. Undang-undang mereka tentang zina sangat
keras. Mereka akan memotong pelaku perzinaan mulai dari
leher hingga kedua pahanya dengan menggunakan kapak.
Pemakaman Muslim dari masyarakat tersebut dilakukan
dengan cara membawanya mengunakan kereta setelah
jenazah dimandikan dan kemudian dikuburkan di liang
lahat. Setelah itu, mereka meletakkan senjata milik jenazah
di sekeliling kuburannya dan mereka menangisinya hingga
dua tahun.
Perawakan orang Rusia digambarkan memiliki badan
yang berwarna kuning kemerah-merahan. Para lelakinya
tidak pernah lupa untuk selalu membawa pedang, kapak, dan
pisau. Sementara perempuannya memakai kuncup korset
yang diikat kuat di kedua buah dadanya. Korset tersebut
terbuat dari besi, perak, tembaga, atau emas sesuai dengan
tingkat kekayaannya. Di setiap kuncup tersebut terselip
pisau yang diikatkan di buah dadanya. Pada lehernya ter­
semat seuntai atau dua untai kalung sesuai dengan harta
yang dimiliki. Dikatakan bahwa orang Rusia bertempat
tinggal di rumah secara bersama-sama. Satu rumah dihuni
oleh sebelas sampai dua puluh orang. Di dalamnya ada satu
ranjang untuk tempat duduk/ tidur para penghuninya.
Dalam keseharian, mereka terbiasa mengenakan baju
terbuka tanpa malu dan takut. Dengan baju dan badan yang
kotor, mereka membasuh wajah mereka dengan memakai
satu baskom yang digunakan secara bergilir dan melepaskan
semua kotoran dari mulut dan hidungnya dalam wadah ter-
RISALAH IBNU FADHLAN

sebut. Mereka menyembah sebuah kayu yang dibuat dengan


berbagai bentuk yang ditancapkan di tanah. Mereka meminta
pertolongan, merendahkan diri, dan memberi sesaji kepada
benda tersebut.
Ibnu Fadhlan mengulas hal-hal yang berkaitan dengan
kematian bagi orang Rusia dengan rinci dan lihai. Satu hal yang
diketahui dan disaksikan sendiri oleh Ibnu Fadhlan mengenai
apa yang dilihatnya ketika ada tokoh Rusia yang meninggal
akan diceritakan kepada kita. Ibnu Fadhlan mengisahkan
bahwa mereka membuatkan kuburan untuk jenazah dan
memberinya atap selama sepuluh hari sampai mereka selesai
membuatkan sepotong baju untuknya. Mereka kemudian
bertanya pada para perempuannya, siapa yang akan mati
menemani si jenazah. Pada hari pembakaran, perempuan itu
menenggak minuman dan berteriak sengau. Kemudian ia lari
menuju kapal yang telah dipersiapkan untuk pembakaran.
Mereka mengeluarkan jenazah dari kuburannya dan mereka
menaruh minuman, buah-buahan, dan rebab bersama
jenazah tersebut. Jenazah tersebut dipakaikan busana yang
paling indah dan mewah untuk kemudian dimasukkan ke
dalam sebuah kubah. Berbagai jenis makanan dilemparkan
ke dalamnya dengan tangan mereka sendiri. Dan budak
perempuan yang telah ditentukan didorong masuk setelah ia
pamit kepada kerabatnya. Perempuan tersebut dicekik dan
dipotong-potong rusuk-rusuknya. Setelah itu, mereka mem­
bakar kayu yang diletakkan dibawah perahu sampai perahu
itu menjadi abu yang dihamburkan angin. Setelah selesai,

36
BAGIAN PERTAMA: BAB I PERJALANAN IBNU FADHLAN

mereka menancapkan sebatang kayu bertuliskan nama


jenazah dan nama raja Rusia.
Saya tidak mampu mengabaikan apa yang diriwayatkan
oleh Ibnu Fadhlan dan kisah-kisah yang ia saksikan di negara
Rusia. Risalah yang sedang kita bahas ini memerinci dengan
detail dan menjelaskan setiap gerakannya dengan seksama;
satu hal yang tidak saya temukan di sumber-sumber lain,
baik Arab, Barat, atau yang lainnya. Seorang pelukis bahkan
mampu menggambarkan hal-hal rinci dari upacara pem­
bakaran jenazah yang dilakukan bangsa Rusia pada zaman
itu karena Ibnu Fadhlan sangat detail dan benderang dalam
menerangkan hal tersebut. Seorang seniman Rusia bernama
Henri Semiradski membuat sebuah gambar upacara pe­
makaman berdasarkan Risalah Ibnu Fadhlan ini dan gambar
itu sekarang menghiasi dinding-dinding museum Rusia
di kota Leningrad. Nama Ibnu Fadhlan menjadi abadi dan
terkenal, sementara Risalah-nya memperoleh reputasi yang
tinggi.
Saya tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa Ibnu
Fadhlan adalah satu-satunya orang yang mengisahkan
upacara pembakaran jenazah di Rusia. Akan tetapi saya
hendak menunjukkan bahwa Ibnu Fadhlan adalah satu-
satunya orang yang memerinci prosesi itu dan menggambar­
kannya dengan suatu gambaran yang seolah bisa disaksikan
oleh kita sendiri. Para ahli Geografi Arab abad ke-4 me­
nyebutkan bahwa bangsa Rusia sama dengan India yang
membakar jenazah mereka. Ibnu Hauqal berkata, “Seperti
yang dilakukan oleh masyarakat di Ghana, Kogh, dan berbagai
RISALAH IBNU FADHLAN

daerah di negara India, Rusia merupakan sebuah kaum yang


membakar diri mereka ketika mati beserta kekayaan dan
salah seorang pembantunya yang paling cantik.” Al-Mas’udy16
berkata, “Adapun yang termasuk golongan negara Jahiliyah
adalah bangsa Rusia dan Saqalibah serta kota yang ber­
dampingan dengannya. Mereka membakar Jenazah mereka
beserta ternak, perabotan, dan perhiasan mereka. Ketika seorang
laki-laki mati, ia akan dibakar bersama perempuannya yang
masih hidup. Jika seorang perempuan meninggal, suaminya
tidak ikut dibakar.Jika yang meninggal seorang bujang, ia akan
dikawinkan setelah kematiannya. Para wanita senang jika ikut
dibakar karena ia menganggap dirinya akan dimasukkan ke
surga. Hal ini adalah tradisi yang biasa dilakukan masyarakat
India. Beberapa diluar keduanya juga menyatakan hal yang
sama. Namun dilihat dari segi ketelitian, kisah, dan hikayat
yang disampaikan, berbagai pernyataan ini tidak cukup kaya
soal informasi tentang upacara pemakaman itu. Berbagai per­
nyataan tersebut merupakan informasi yang dikutip secara
mutawatir. Bisa jadi sebagian besarnya diambil dari Ibnu
Fadhlan.”
Di sini, saya harus menunjukkan keutamaan Risalah
ini dibanding para ahli geografi dan sejarawan Arab. Ketika
membahas wilayah ini, mereka - kecuali Yaqut al-Hamawi —
mengutip informasi dari Ibnu Fadhlan tanpa menyebut nama
Ibnu Fadhlan dan Risalah-nya. Sebagaimana akan dijelaskan
nanti, Yaqut banyak menukil Risalah Ibnu Fadhlan secara

16 Muruj al-Dhihab, cetakan Paris 9/ 2.


BAGIAN PERTAMA: BAB I PERJALANAN IBNU FADHLAN

harfiah. Ia mengkritik dan menyelisihi Ibnu Fadhlan dalam


beberapa tema. Ia sepakat dalam satu hal dari apa yang
disampaikan risalah ini dan mengingkarinya dalam hal yang
lain. Meski demikian, Yaqut - dalam Mu’jam al-Buldan — me­
nyebutkan nama Ibnu Fadhlan setiap kali menukil beberapa
daerah yang ada dalam Risalah-nya. Terkait negara-negara
yang pernah dikunjungi Ibnu Fadhlan khususnya negara
Bulgaria dan Rusia, Risalah Ibnu Fadhlan dijadikan sebagai
referensi utama dalam karya Yaqut. Ini merupakan alasan
kenapa para orientalis memberi perhatian terhadap Risalah
ini dan mendorong saya untuk menelitinya dengan cara yang
akan saaya terangkan pada bab selanjutnya.

Cx39>
BAB II
PENELITIAN
RISALAH IBNU FADHLAN

A. Biografi Ibnu Fadhlan


Kami berpendapat bahwa Ibnu Fadhlan memulai per­
jalanannya pada 21 Juni tahun 921 M dari kota Baghdad
dan sampai di sungai Volga untuk menghadap raja Saqalibah
pada hari Ahad, 11 Mei 922 M. Perjalanan itu menghabiskan
waktu selama sebelas bulan untuk berangkat. Namun kami
tidak mengetahui jalan yang ditempuh ketika pulang. Kami
juga tidak mengetahui tanggal kepulangannya serta waktu
yang diperlukan hingga sampai di kota Baghdad. Kami hanya
mengetahui dari Yaqut bahwa seseorang pulang dari per­
jalanannya menuju ibukota. Yaqut berkata: “Semenjak ia
keluar dari Baghdad sampai ia pulang kembali.17
Sumber-sumber sejarah tidak menjelaskan keterangan
tentang perjalanan ini dan siapa pelakunya. Keterangan
tentang Ibnu Fadhlan tidak kami temukan dalam buku-buku

17 Mu'jam al-BuIdan, 485/2 dan halaman setelaknya.

41
RISALAH IBNU FADHLAN

Geografi, Sejarah, dan Pengetahuan umum. Kami juga tidak


menemukan satu tulisan pun yang memberi petunjuk soal
perjalanan ini. Kami sungguh tidak tahu siapa sebenarnya
nama pelaku perjalanan ini. Menurut Yaqut, ia bernama
Ahmad bin Fadhlan bin al Abbas bin Rasyid18 bin Hammad
maula Muhammad bin Sulaiman, utusan al-Muqtadir Billah.
Ini sesuai dengan keterangan yang ada di dalam manuskrip
risalah berjudul Risalah Ibnu Fadhlan. Akan tetapi hal ini
bertentangan dengan apa yang ada di manuskrip ini sendiri
ketika Ibnu Fadhlan menceritakan bahwa ada seorang
pemuda yang bernama Thalut masuk Islam di hadapannya.
Kemudian ia ganti namanya menjadi Abdullah. Pemuda
tersebut berkata: "Saya inyin enykau memberiku nama denyan
memakai namamu, Muhammad.”'9 Penulis berkata, “maka
saya melakukan hal tersebut.” Apakah kita melihat hal ini
sebagai suatu pertentangan atau sebagai kesalahan ucap dari
penyalin? Atau kita menafsirkan bahwa nama terbaik adalah
nama yang menggunakan kata Muhammad dan Abdul?
Bukan hanya nama Ahmad atau Abdul yang membuat
kami tercenung. Namun juga nama Fadhlan. Nama Fadhlan
memang dikenal di dalam wazan Arab, namun kami tidak
menemukan nama “Fadhlan” di dalam nama-nama yang
terkenal pada masa tersebut. Sedangkan di dalam Risalah,
disebutkan bahwa ia adalah pembantu (maula) Muhammad
bin Sulaiman,20 penakluk Mesir. Yaqut berkata bahwa Ibnu

18 Yaqut menerangkan nama ini di beberapa tempat, ia berkata: “Ibnu As'ad.”


19 Risalah lembar 207.
20 Muhammad bin Sulaiman bin al-Munfiq Abu Ali al-Katib, sebagaimana

42
BAGIAN PERTAMA: BAB II PENELITIAN RISALAH IBNU FAOHLAN

Fadhlan adalah pembantu Muhammad bin Sulaiman dan


kemudian menjadi pembantu Amir al-Mukminin. Ia adalah
salah serorang pembantu ajam2' pada zaman tersebut.
Dalam Risalah-nya, penulis mengajak kita untuk
meyakini hal yang lain. Ibnu Fadhlan memberitahukan
kepada kita perkataan Raja Saqalibah ketika berbincang-
bincang dengannya. Ketika memperlihatkan perjalanan ini
kepada para sahabatnya: “Saya hanya mengenal dirimu, dan
mereka semua adalah orang ajam " Apakah yang dimaksudkan
dalam ucapan Raja Saqalibah itu adalah bahwa Ibnu Fadhlan
berbahasa Arab atau berbangsa Arab? Atau sang raja tidak
mengerti hingga menganggapnya demikian?
Di mana Ibnu Fadhlan dilahirkan? Di negara Arab atau
Ajam? Bagaimana ia tumbuh? Apa kesibukannya dalam
bidang agama sebelum ia diutus ke Bulgaria? Apakah ia
terhubung dengan menteri Hamid bin al-Abbas? Apa
pendidikan sastra dan agamanya? Dan buku apa yang
ia wariskan selain Risalah ini? Kami telah menguraikan
sebelumnya bahwa Ibnu Fadhlan adalah sesorang yang me­
miliki budaya agama, nilai sastra yang tinggi, gaya bahasa
yang indah, wirai, gemar menyebarkan agama Islam, jujur
dalam berucap, dan menjaga diri dari harta. Selain itu, kami*
21

disebutkan di dalam Tajarub al-Umam 51/5. Ia mcnaklukan kota Mesir dan


menumbangkan BaniTholun. Ia masuk kota Mesir tahun 292 H dan terbunuh
pada tahun 304 H. Ahmad bin Ali menggambarkannya dengan haiksetelahnva.
Lihat Al-Fatj ba’da al-Syiddah, 180/1.
21 Dalam buku Maula. Lihat kajian seorang orientalis, Fohn Krimer, berjudul
Al-Tsatjafah fi ‘Ahdi al-Khulafa’ (bahasa Jerman), 104/1 yang diterbitkan pada
tahun 1888 M. Intinya Yaqut menyebutnya, “pembantu Amir al-Mukminin
Muhammad bin Sulaiman”
RISALAH IBNU FADHLAN

memandang bahwa ia memiliki keutamaan yang barangkali


bisa dirujuk ke tahun-tahun yang lalu atau ada keterangan
yang spesifik tentangnya.
Adapun yang hendak kami tekankan adalah bahwa
Ibnu Fadhlan pergi melakukan perjalanan ini dengan me­
nyeberangi sungai-sungai, singgah dekat daerah bersalju,
mengendarai unta dan perahu. Melintasi lembah, padang
sahara, tanah tandus, dan hutan belukar. Menempuh sebuah
perjalanan yang cepat dengan menembus medan yang berat
di daerah pegunungan dan lembah. Ia mempertaruhkan diri
dengan menempuh perjalanan perdana dan membahayakan
hidupnya, menatap maut di depan mata. Dengan gambaran
keadaan beratnya beban yang ditanggung dalam menempuh
perjalanan ini, adakah orang yang mau menjalaninya? Atau
adakah pemuda seusianya yang bersedia? Barangkali itu
mungkin, seseorang yang disebutkan dalam cerita-cerita, ia
dirujuk pada sosok khayalan yang mampu melakukan hal
yang berat ini. Ketika Ibnu Fadhlan
Ibnu Fadhlan menatap langit Bulgaria, tiba-tiba
pergi melakukan langit menjadi merah, terdengar suara
perjalanan ini dengan yang keras dan suara melengking dari
menyeberangi sungai-
sungai, singgah dekat gerombolan hewan dan - pada satu arah
daerah bersalju, yang lain seolah-olah —ada bayang dari
mengendarai unta orang-orang yang membawa pedang
dan perahu. Melintasi
lembah, padang sahara, dan tombak di dua sisi berbeda yang
tanah tandus, dan hutan masing-masing terdiri dari sekumpulan
belukar. pasukan dan kendaraan lengkap dengan
persenjataannya seperti batalion-
BAGIAN PERTAMA: BAB II PENELITIAN RISALAH IBNU FAOHLAN

batalion tempur. Ibnu Fadhlan begitu terkejut melihat hal


itu dan ia segera mendekatkan diri kepada Allah dan berdoa.
Masyarakat menertawakan Ibnu Fadhlan beserta teman-
temannya dan merasa kagum padanya. Ketika Ibnu Fadhlan
bertanya kepada mereka, mereka berkata bahwa hal tersebut
adalah perbuatan Jin mukmin dan kafir yang selalu ber­
perang di setiap malam.
Begitu juga ketika Ibnu Fadhlan memberi gambaran
tentang orang-orang dari kaum Gog dan Magog (Ya’juj wa
Ma’juf). Raja mengisahkan kepadanya terkait hal itu. Mereka
memiliki kepala yang lebih besar, telinga lebar, hidungnya
lebih besar dari perawakannya, dan memiliki dua mata yang
sangat besar. Ibnu Fadhlan meriwayatkan kabar tersebut dan
menambahkan bahwa setiap hari Allah Ta’ala mengeluarkan
seekor ikan dari laut untuk kaum tersebut. Ikan itu ia potong
sesuai dengan kebutuhannya dan kerabatnya. Kemudian ikan
tersebut dikembalikan ke laut. Jika ia mengambil melebihi
kebutuhannya, maka perutnya akan sakit.
Kami memaparkan hal ini bukan bermaksud untuk
mengkritik Ibnu Fadhlan atau meremehkan kemampuannya.
Barangkali yang ia gambarkan adalah sesuatu yang nyata atau
bisa jadi ia sedang dalam keadaan takut dan menghayalkan
hal itu. Bukanlah sesuatu yang mudah pada masa itu untuk
menjadi sosok yang dapat melakukan perjalanan yang jauh
hingga ke negara Bulgaria dan Rusia. Menyaksikan hal-
hal menakjubkan yang ada pada pertengahan zaman itu
dengan sarana transportasi yang masih sulit. Kebanyakan
para pelaku perjalanan dan ahli geografi meriwayatkan apa
RISALAH IBNU FADHLAN

yang’ ia saksikan dan memasukkannya ke dalam cerita-cerita


hikayat. Sampai akhirnya cerita itu tercatat dalam buku-
buku Sejarah. Para sejarawan menceritakan hal tersebut
sesuai dengan kemampuan akal dan imajinasi mereka. Akan
tetapi, disini saya ingin menunjukkan apa yang menjadi
peninggalan (kebudayaan) Ibnu Fadhlan yang dipengaruhi
oleh kisah-kisah kuno yang ada pada masa tersebut dan
riwayat-riwayat terjemahan dari Persia, baik yang disisipkan
oleh orang Yahudi atau non-Yahudi ke dalam kesadaran
mausia pada masa itu. Dan juga untuk menunjukkan mitos
yang beredar pada masa itu tentang bahaya masuk ke negara-
negara tesebut pada zaman itu. Sampai-sampai Ibnu Hauqal
berkata tentang negara Rusia pada abad itu: “Saya tidak
mendengar seorangpun yang menyatakan dirinya masuk ke
daerah tersebut bersama orang asing. Hal ini dikarenakan
masyarakat kaum itu akan membunuh siapa saja orang asing
yang memasuki tanahnya, la akan ditengelamkan di sungai,
diteror, dan dilenyapkan beserta dagangannya. Tidak seorang
pun yang tersisa.”
Ibnu Fadhlan memasuki wilayah Bulgaria. Melihat
bangsa Rusia yang menempati negara itu lalu kembali dan
kemudian mendeskripsikan perjalanannya. Sebuah deskripsi
yang mirip dengan gambaran yang biasa dilakukan oleh para
pelaku perjalanan pada masa itu terkait negara-negara yang
asing nan mengherankan. Dibandingkan dengan kebanyakan
para pelaku perjalanan diplomasi yang ada dalam penilaian-
penilaiannya, gambaran yang dibuat oleh Ibnu Fadhlan ini
ternyata sangat cocok. Saya melihat bahwa membaurnya

46
BAGIAN PERTAMA: BAB II PENELITIAN RISALAH IBNU FAOHLAN

Ibnu Fadhlan dengan mereka adalah bagian dari upaya untuk


memahami bangsa-bangsa, adat, dan tradisinya. Apa yang
dilakukan Ibnu Fadhlan merupakan rintisan pada masanya
dan masa setelahnya.
Ini menjadi salah satu bukti bahwa tokoh ini berhasil
mengemban misi dan menyampaikan surat yang dibawanya.
Ia benar-benar membuktikan kepercayaan pihak yang telah
mempercayainya untuk melaksanakan tugas pendelegasian
yang berat ini. Tidak diragukan bahwa mereka melihat Ibnu
Fadhlan sebagai sosok yang istimewa. Khalifah atau menteri
Hamid bin al-Abbas telah menjatuhkan pilihan kepadanya
untuk menjadi pimpinan duta ini. Keduanya menugaskan
Ibnu Fadhlan untuk menjaga surat dari keduanya untuk
diserahkan kepada raja bangsa Eropa. Keduanya sangat
yakin ketika hubungan dengan kerajaan itu kokoh, maka
kaum muslimin akan semakin kuat dan jaya. Tidak mudah
bagi Khalifah atau menteri untuk memilih orang yang teruji
dan berpengalaman.
Tampak bahwa orang-orang sebelum kita tidak memiliki
pengetahuan tentang Ibnu Fadhlan. Para ahli geografi
menukil darinya tanpa menyebutkan namanya. Tidak pula
menampakkan namanya dalam referensi-referensi yang
mereka gunakan. Mereka telah membaca catatan perjalanan
Ibnu Fadhlan ini sejak abad keempat dan abad setelahnya
seperti al-Istahary, Ibnu Rustah, dan al-Mas’udy. Tetapi
mereka tidak menyebutkan dalam buku-buku mereka bahwa
mereka mengutip dari Ibnu Fadhlan. Maka bercampurlah
apa yang mereka kumpulkan dari sumber yang lain dengan
RISALAH IBNU FADHLAN

apa yang mereka nukil dari Ibnu Fadhlan. Pada abad ketujuh,
Yaqut menjadi orang pertama yang memberi petunjuk
tentang keutamaan Ibn Fadhlan. Ia memilih beberapa bab
dari Risalah Ibnu Fadhlan dan memasukkannya ke dalam
karyanya yang berjudul Mu’jam al-Buldan. Inilah buku yang
memperkenalkan dan mengisahkan Ibnu Fadhlan pada masa
kekinian.

B. Bagian-Bagian Risalah
Dalam bukunya, Yaqut berkata:22 “Kisah Ibnu Fadhlan
dan pengutusan al-Muc/tadir kepadanya ke Bulgaria adalah
catatan yang dikenal masyhur di kalangan masyarakat. Saya
melihat sejumlah salinan dari catatan tersebut” Dari sini kita
tahu bahwa pada abad ketujuh, salinan dari risalah ini begitu
melimpah. Selain mengetahui keberadaan salinan tersebut,
masyarakat juga tahu bahwa salinan itu sering berpindah
tangan. Yaqut melihat bahwa sebagian salinan ini terkait
dengan perjalanan Ibnu Fadhlan ke negara Persia dan Turki.
Ia menukil beberapa bab dari salinan itu dan menjadikannya
sebagai materi dalam bukunya untuk dijadikan petunjuk dan
bukti terkait daeah-daerah dan negara-negara yeng hendak
ia deskripsikan adat kebiasaannya.
Berikut ini adalah penjelasan tentang bab-bab yang
dinukil Yaqut secara urut sesuai dengan halaman-halaman
catatan yangsepadan dengan lembaran-lembaran manuskrip
yang kita terbitkan:

22 jMujdWf cetakan Eropa, 1/1 13.

48
BAGIAN PERTAMA: BAB II PENELITIAN RISALAH IBNU FAOHLAN

1. Khawarizm23 198 M + 198 P23


24
2. Basghard25 203 M
3. Bulgaria26 203P-206P
4. Atil27 208 M-209 M
5. Rusia28 209P-212P
6. Khazar29 212P

Yaqut menyalin hampir 20 halaman dari catatan ini dan


yang tidak dikutip sekitar lima belas halaman. Seolah-olah ia
menukil dua-per-tiga catatan dan menyisakan sepertiganya
karena ketiadannya di dalam sumber maupun buku. Cara
penukilannya tampak jelas. Biasanya diawali dengan
ungkapan, “Saya membaca di dalam buku Ibnu Fadhlan.. ,”30
Dan diakhiri dengan kata-kata, “Ini adalah hal yang di­
riwayatkan olehnya” Atau ia mengawali kutipannya dengan
kata-kata, “Ibnu Fadhlan, utusan al-Muqtadir ke Saqalibah
mengatakan dalam Risalah Ibnu Fadhlan.. .Ibnu Fadhlan
menceritakan dalam risalahnya apa yang menjadi perhatian­
nya sejak meninggalkan kota Baghdad hingga kembali ke

23 Mu'jam al-Buldan, cetakan Eropa, 2/484-485.


24 M adalah simbol yang merujuk pada bagian awal dari manuskrip catatan ini
dan P adalah simbol untuk bagian punggung dari lembaran-lembaran tersebut-
penctj.
25 Mujam nl-Biddan, cetakan Eropa, 1/468-469.
26 Mu’jam al-Buldan, cetakan Eropa, 1/722-725
27 Mu'jam al-Buldan, cetakan Eropa, 1/112-113
28 Mu'jam al-Buldan, cetakan Eropa, 2/834-840
29 Mu’jam al-Buldan, cetakan Eropa, 2/438-439
30 Saya perhatikan Yaqut menyebut catatan ini adakalanya dengan “Buku Ahmad”
1/112, pada kesempatan yang lain menyebut “ Kisah Ibnu Fadhlan” dan
terkadang menyebutnya “Risalah.”
RISALAH IBNU FADHLAN

kota tersebut. Saya menceritakan apa yang ia sebutkan sesuai


dengan ungkapannya karena rasa kagum saya terhadapnya.”
Catatan-catatan yang diberikan Yaqut atas apa yang ia
nukil dari Ibnu Fadhlan menunjukkan sikapnya di dalam
menjelaskan, mengkritik, dan menguatkan apa yang ia
nukil. Setelah meriwayatkan deskripsi Ibnu Fadhlan tentang
daerah Atil, ia berkata, “Penulis berkata: Penggambaran
ini adalah sesuatu yang saya kemukakan tanpa saya jamin
kebenarannya” Ketika mengomentari deskripsi Khazar yang
dikemukakan oleh ibnu Fadhlan, Ia berkata, “Dan ini juga
bohong, paling banyak yang beku itu limajengkal dan itujarang
terjadi. Biasanya sungai yang beku itu hanya dua atau tiga
jengkal sebagaimana yang saya saksikan dan saya tanyakan
kepada penduduk negara tersebut. Barangkali ia menduga
bahwa seluruh sungai membeku, padahal sebenarnya tidak
seperti itu.” Beberapa baris setelahnya, ia berkomentar, “Saya
berkata: Inijuga bohong, karena sesungguhnya kereta itu paling
banyak mengangkut benda-benda yang saya tumpangkan
padanya. Dan saya membawa kain sebanyak seribu ritl. Semua
kereta mereka ditarik oleh satu hewan saja, adakalanya berupa
sapi, keledai, atau kuda. Adapun tentang murahnya kayu bakar,
kemungkinan pada zaman itu memang murah sesuai kadar
usia dari kayu tersebut di mana seratus mannu (satu mannu=2
ritl) dihargai tiga dinar rukkani.” Kemudian beberapa baris
setelahnya ia berkomentar, “Saya berkata: Ini merupakan
deskripsinya yang benar. Hanya saja dalam Rustaq, ia bukan
kota yang pernah saya saksikan dengan mata kepala sendiri.”
BAGIAN PERTAMA: BAB II PENELITIAN RISALAH IBNU FAOHLAN

Kami menyimpulkan bahwa Yaqut


al-Hamawi tidak hanya merasa cukup Kalangan Barat
dengan meriwayatkan dan menyalin (orientalis) merupakan
Risalah Ibnu Fadhlan, akan tetapi ia juga pihak pertama yang
mengerti posisi penting
menerimanya dalam beberapa aspek- dari Risalah Ibnu
nya.Jika dia pernah mengunjungi negara Fadhlan.
yang dibahas seperti pada kasus negara
Khazar, maka ia akan membantah riwayat yang ada dalam
catatan Ibnu Fadhlan dan menyebutkan keadaan yang ada di
zamannya, di mana jarak keduanya paling sedikit tiga abad.
Dan jika ia belum pernah mengunjunginya, maka ia akan me­
nunjukkan selaksa kekagumannya terhadap apa yang ia baca
dari risalah itu seperti ketika ia mengulas negara Rusia. Atau
jika tidak demikian, maka ia akan lepas tangan dari apa yang
telah ia salin sebagaimana ketika ia mendeskripsikan sungai
Atil dan sepakat dengan apa yang diungkapkan oleh Ibnu
Fadhlan ketika riwayat itu didukung oleh riwayat yang valid.
Di luar itu semua, Yaqut merupakan orang yang terpercaya,
jujur, dan dapat diandalkan. Ia sangat memahami apa yang
ia baca dan memiliki kejelian dalam menyalin kecuali ketika
ia membuang beberapa informasi dan kejadian yang tidak
ia masukkan ke dalam bukunya. Oleh karena itu, karyanya
yang berjudul Mu’jam al-Buldan merupakan kitab terbaik
yang menampilkan beberapa bab dari Ibnu Fadhlan dengan
kalimat-kalimat yang menyerupai riwayat aslinya.
Kalangan Barat (orientalis) merupakan pihak pertama
yang mengerti posisi penting dari Risalah Ibnu Fadhlan.
Mereka mengkajinya dari sumber-sumber berbahasa Arab
RISALAH IBNU FADHLAN

dan mereka melihat bahwa beberapa bab darinya telah dicatat


oleh Yaqut dengan menunjukkan siapa pemilik dari risalah
itu. Sejak awal abad ke-19, mereka mempelajarinya secara
intensif dengan mengkaji, mengulas, dan menerjemahkan
risalah itu. Pada tahun 1800 M, sebagian dari mereka me­
mublikasikan pendapat-pendapat dari ahli geografi Arab
tentang Rusia. Di dalamnya tercantum pendapat dari al-
Idrisy, al-Mas’udy, dan Ibnu Fadhlan.
Pada tahun 1814 M, seorang orientalis yang bernama
Rasmussen mengumpulkan potongan-potongan bab dari
risalah ini dan menerjemahkannya ke dalam bahasa Rusia.
Empat tahun kemudian, Nicholson menyalinnya ke dalam
bahasa Inggris.
Pada tahun 1819 M, seorang orientalis asal Jerman
bernama Fraehn31 mengumpulkan naskah Yaqut untuk di­
pilah-pilah bagian yang ia nukil dari Ibnu Fadhlan dan me­
mublikasikannya secara berturut-turut. Pada tahun 1822,
ia memublikasikan bab khusus terkait Khazar dalam bahasa
latin dengan dilengkapi pendapat Ibnu Hauqal tentang
wilayah itu. Kemudian pada tahun 1833, ia memublikasikan
bab tentang Rusia dalam bahasa Jerman dengan banyak
perincian dan ulasan. Buku tersebut terbilang cukup tebal
hingga mencapai 268 halaman dengan potongan kertas yang
besar. Padahal kita tahu bahwa bab tentang Rusia tidak lebih

31 Fraehn dilahirkan di kota Rostock pada tahun 1782 M dan meninggal di Rusia
tahun 1851 M. Ia merupakan orientalis Jerman terbesar yang terkenal dengan
kajiannya, terutama tentang mata uang wilayah timur. Karangannya berjumlah
lebih dari 200 buku. Dan ia merupakan anggota dari berbagai lembaga di Saint
Petersburg, Stochklom, Copenhagen, Paris, dan lain-lain.

52
BAGIAN PERTAMA: BAB II PENELITIAN RISALAH IBNU FAOHLAN

dari sebelas halaman. Ia menerjemahkan kesebelas halaman


itu dalam bahasa Jerman dan memberikan ulasan tentangnya
sebanyak 115 halaman, dengan dipenuhi nukilan dari bahasa
Yunani, Perancis, Inggris, dan Arab. Buku itu juga disertai
indeks-indeks dan pelengkap yang diterbitkan oleh lembaga
ilmu pengetahuan kekaisaran di sana.32
Segera setelah buku itu terbit, pihak-pihak yang memiliki
perhatian terhadap pendapat bangsa Arab tentang Rusia
dan apa yang dilakukan oleh para cendikiawan terhadap
mata uang dan pakaian yang ada pada negara tersebut sejak
masa al-Muqtadir, segera menerjemahkan, mengkritik, dan
mengkaji buku tersebut. Salah seorang menyebutkan bahwa
mata uang Arab selalu tersimpan di museum Leningrad yang
telah ada sejak masa al-Muqtadir. Barangkali koin itu datang
bersamaan dengan kunjungan Ibnu Fadhlan dan diutusnya
beliau ke Bulgaria. Di sela-sela ulasannya, terdapat seseorang
yang menyebutkan apa yang dikatakan oleh para geografer
dan sejarawan Arab tentang wilayah ini. Dikaji pula negara-
negara Rusia seperti Wiyabah (Kiev) dan laut Warnk
(Ahrank) sebagaimana disebutkan oleh orang Arab terkait
nama negara dan tempat.
Pada tahun 1832M,Fraehn memublikasikan bab khusus
terkait Bulgaria dan sungai Volga (Atil) pada lembaga Kajian
Asia di Leningrad (Saint Petersburg). Begitu juga, banyak

32 Dalam edisi Jerman, buku itu diberi judul Risalah Ibnu Fadhlan: Ahli Geografi
Arab tentang Rusia pada masa Dulu. Berisi teks asli berikut terjemahannya dan
disertai kritik bahasa dan keterangan pelengkap. Diterbitkan di Petersburg
pada tahun 1823 M dan penerbit Dar al-Kutub Mesir mengizinkan saya untuk
meminjamnya.

o.53>
RISALAH IBNU FADHLAN

pihak yang memublikasikan bab-bab dari buku Yaqut setelah


diteliti dengan seksama dengan harapan dapat menghasilkan
naskah risalah secara lengkap. Namun semua itu pupus
sebelum apa yang diharapkan terwujud.
Pada tahun 1863 M, Wastenfield memublikasikan
catatan-catatan perjalanan menurut Yaqut dan di dalamnya
dibahas Perjalanan Ibnu Fadhlan. Sebuah kajian berbahasa
Jerman yang ia kumpulkan dari naskah Yaqut pada bukunya
Mu’jam al-Buldan.33 Tahun 1899, Westberg memublikasikan
hasil kajian serupa tentang Ibnu Fadhlan.
Pada tahun 1902 M, seorang orientalis bernama Rosen
memublikasikan sebuah makalah dalam bahasa Rusia yang
membahas tentang Ibnu Fadhlan dan deskripsinya tentang
daerah Atil, Khawarizm dan Rusia.34 Kemudian pada tahun
1911 M, seorang orientalis bernama Dvorak menulis sebuah
kajian dari perjalanan Ibnu Fadhlan dan memublikasikannya
di Praha. Dua tahun setelahnya, Barthold memublikasikan
hasil kajian dalam bahasa Rusia dengan tema perjalanan-
perjalanan Bangsa arab ke Rusia.35
Pada tahun 1924 M, Markwart mengeluarkan sebuah
hasil kajian tentang perjalanan-perjalanan di Lipetsk. Pada
tahun ini, muncul kejadian penting terkait Ibnu Fadhlan,
yaitu lembaga Asia bagi Orientalis di Petersburg berhasil
menyelamatkan dua lembar yang telah dicopy dari catatan

33 Ma jalah Zeitschrijt der Deutsche» Morflenldndischen Gesellschaft (ZDMG). edisi


18.
34 ZBO, edisi 15, him. 39-73.
35 ZBO edisi 21, tahun 1013 H. Di dalamnya dibahas al-Ishtakharv, Ibnu Rustah,
dan al-Bakry.
BAGIAN PERTAMA: BAB II PENELITIAN RISALAH IBNU FAOHLAN

tangan perjalanan Ibnu Fadhlan yang mengungkap kesaksian


tentang kota Thus di Iran dan sampainya lembaran-lembaran
yang tersisa setelah 10 tahun ke lembaga ini. Maka berubah­
lah laju kajian tentang perjalanan ini setelah diperolehnya
manuskrip ini dan kita akan melihat apa yang akan terjadi
selanjutnya.

C. Manuskrip Risalah
Sejak tahun 1924 M, telah terbit beberapa artikel
dalam bahasa Rusia tentang kajian naskah manuskrip yang
berharga ini. Manuskrip ini ditemukan di rak manuskrip
yang dipamerkan. Dua tahun sesudahnya-yaitu tahun
1926 M, terbit katalog dari rak manuskrip ini. Di dalamnya,
terdapat keterangan tentang naskah catatan Ibnu Fadhlan
ini; yaitu pada nomer tiga dibawah naskah Akhbaral-Buldan
yang tertulis dalam bahasa Arab. Manuskrip itu terdiri dari
empat risalah,36 yaitu:
1. Risalah Abu Dalf.
2. Satu risalah yang di awal kalimatnya berbunyi:
“Adapun setelah memuji kepada Allah” dan di akhir
kalimatnya berbunyi: “Sebuah pelajaran bagi orang-
orang yang berpikir.”
3. Risalah fi Akhbar al-Buldan.
4. Catatan Ibnu Fadhlan. Awal kalimatnya berbunyi:
“Ibnu Fadhlan berkata: Setelah surat dari raja

36 Berbentuk jilid yang terdiri dari empat buku yang disusun oleh Radhawy atas
bimbingan Alaf as-Salam, Muharram 1345, Dar al-Tiba’ah, Thus, him. 299.
RISALAH IBNU FADHLAN

kerajaan Saqalibah — al-Hasan bin Yiltawar—sampai


di tangan Amir al-Mukminin.”Dan akhir kalimatnya
berbunyi: “Dan baginya beberapa raja tetangga yang
tunduk kepadanya."

Manuskrip yang setiap halamannya terdiri dari 19


baris ini ditulis dengan tulisan khat naskhi. Sebagaimana
diterangkan Ibnu Khatun di dalam Tarikh al-Waqf 1067 H,
lembarannya berjumlah 212 lembar. Bagian akhir catatan
tersebut terpotong dan sobek sehingga sangat disayangkan
karena lembaran dari catatan Ibnu Fadhlan ini menjadi ber­
kurang.
Sejak munculnya naskah ini, para orentalis menaruh
perhatian yang besar dalam mempelajari dan mengkajinya.
Ilmuwan Turki bernama Zeki Validi Togan mengemuka di
dalam meneliti, memberikan catatan, dan menerjemahkan
naskah ini. Dia melengkapi keterangan yangada dalam catatan
tersebut, membandingkannya dengan keterangan dari Yaqut
dan yang lainnya, menyertakan teks-teks keterangan dari
para ahli ilmu Geografi Arab, dan menerbitkannya dalam
bahasa Arab dan Jerman yang dicetak pada tahun 1939 M.37
Sebelumnya, ia sendiri juga membuat beberapa artikel yang
membahas tentang arti penting Risalah Ibnu Fadhlan dan
manfaat mempelajarinya. Kemudian setelahnya, muncul
beberapa artikel dalam terbitan Eropa yang membahas

37 Zeki Validi Togan, Ibn Fadtans Reisebericht, Abkandlun^en fiir die Kunde des
Morgenlandes, XXII, 1939.
BAGIAN PERTAMA: BAB II PENELITIAN RISALAH IBNU FAOHLAN

risalah ini.38 Saya kira tak perlu membicarakannya secara


panjang lebar di sini karena itu masuk dalam lingkup manfaat
kebahasaan dan validasi ilmu geografi.
Pada tahun itu juga, muncul sebuah buku kajian ber­
bahasa Rusia yang dipelopori oleh seorang orientalis besar
bernama Kratchovsko di kota Moskow. Mukadimah dari
kajian ini terdiri dari 51 lembar yang membahas tentang
gambaran perjalanan dan pelakunya. Kemudian disusul ter­
jemahan catatan Ibnu Fadhlan ke dalam bahasa Rusia yang
terdiri 120 lembar. Diterjemahkan lembar demi lembar, di
dalam ulasannya membahas nilai-nilai yang sangat berharga
dari perjalanan tersebut. Bagian akhir terjemahan tersebut
dilengkapi dengan indeks, gambar-gambar visual/ foto dari
Risalah yang semuanya diambil dari manuskrip dengan porsi
yang besar dan jelas. Selain itu, di setiap lembarnya juga
diberi keterangan halaman.39
Yang menarik dari kajian ini adalah bahwa karya
Kratchovsko ini merupakan kajian yang paling mendalam
dan detail terkait Ibnu Fadhlan dan Risalah-nya. Kajian ini

38 Di antaranya adalah artikel yang ditulis oleh professor Ritcher berupa ringkasan
tulisan dari Validi dan diterbitkan pada tahun 1942 M di majalah ZDMG
halaman 98-126. Kemudian ada sebuah artikel berbahasa Hongaria di majalah
Acta Orientalis (tahun 1951 M, him. 217-260) yang kami rujuk di dalam
pendahuluan. Ada pula artikel berbahasa Inggris yang ditulis oleh professor
Dunlop dalam majalah Alam al Syarqi yang diterbitkan di kota Stuttgart dalam
empat edisi. Selanjutnya sebuah artikel berbahasa Inggris yang ditulis oleh
professor R. Frvedan professor R. Blake yang diterbitkan tahun 1949 (halaman
37).
39 Terbitan Lembaga Ilmu Pengetahuan Uni Soviet dengan judul Rihlah Ibnu
Fadhlan lla Bulghar beserta mukadimahnya yang ditulis oleh Ignatius
Kratchovsko di Kota Moskow tahun 1939 terdiri dari 193 halaman dan 33 foto.

Cx.57>
RISALAH IBNU FADHLAN

memiliki ulasan yang paling akurat dan paling dekat dengan


pemahaman teks risalah, khususnya ulasan yang terkait
dengan keterangan negara Bulgaria dan Rusia. Kajian ini
mengacu pada beberapa artikel dan kajian yang telah terbit
sebelumnya dan merujuk pada sumber-sumber terkini yang
banyak dengan ulasan dan penggunaan pemahaman bahasa
Arab yang sangat kuat. Akan tetapi, kajian ini secara umum
hanya diperuntukkan bagi para orientalis —khususnya yang
berasal dari Rusia —karena kajian ini merasa cukup hanya
dengan menyebar gambar-gambar fotografi catatan Ibnu
Fadhlansebagaimanaadanyadan tidak ditampilkan teks Arab
dari risalah yang telah diteliti dan divalidasi untuk ditulis
kembali dalam bahasa Arab sebgaimana yang dilakukan oleh
Zaki Validi. Ia hanya menampilkan foto-foto dari manuskrip
Risalah Ibnu Fadhlan sehingga pembaca yang berasal dari
Rusia hanya mengetahui kesahihannya dari ulasan-ulasan
yang diberikan. Dia harus susah payah dalam mengorelasikan
apa yang ada di dalam manuskrip dengan apa yang ada di
dalam ulasan dan catatan yang diberikan. Sementara bagi
pembaca Arab, kajian ini tidak memberikan faedah sama
sekali, kecuali ia mampu membetulkan keterangan yang ada
di dalam foto-foto itu dari bahasa Rusia dan membetulkan
ungkapan-ungkapan yang ada di dalamnya. Bagi kalangan
pembaca Arab, kajian ini sangat kurang, terpotong, dan tak
sempurna. Butuh usaha yang besar untuk memahaminya
kecuali bagi penerbit dan para peneliti. Namun tidak ada
yang bisa dilakukan bagi para pembaca umum.
BAGIAN PERTAMA: BAB II PENELITIAN RISALAH IBNU FAOHLAN

Risalah Ibnu Fadhlan hanya sekali saja diterbitkan


dengan huruf Arab, yaitu oleh Zeki Validi Togan beserta
terjemah dan ulasannya, namun salinan foto dari risalah itu
telah diterbitkan berkali-kali. Ada banyak kajian dan artikel
tentangnya yang dibuat dalam bahasa Jerman, bahasa Rusia,40
dan Bahasa Inggris. Semua cetakan, foto, dan kajian ini pada
umumnya tidak ditemukan di rak-rak buku perpustakaan
Arab. Mereka seperti tidak memiliki satupun cetakan atau
hasil kajian dari kitab ini, seolah-olah
Risalah Ibnu Fadhlan tidak pernah
Ibnu Fadhlan telah
diterbitkan atau masih berbentuk mendapatkan perlakuan
manuskrip. Padahal, buku karangan yang tidak selayaknya
Zeki Validi sendiri masih membutuhkan di dunia Arab. Tidak ada
satu pun penerbit atau
perbaikan, perhatian, dan penajaman. peneliti yang tergugah
Sebagaimana diungkapkan oleh para untuk mengumpulkan
orientalis, dalam buku tersebut masih berbagai informasi dan
ulasan yang berserakan
terdapat banyak kekeliruan. Meski tentangnya dan
demikian, buku dengan segala kekeliru­ merujuk kembali ke
annya tersebut merupakan satu-satu­ manuskrip asli Risalah
Ibnu Fadhlan ini.
nya keterangan pada masa itu dan tidak
sampai di hadapan kita karena ia di-
terbitkan di majalah berbahasa Jerman yang sulit diperoleh.
Penerbitnya sendiri hampir tidak memiliki apa yang kita
bahas ini selain naskah itu sendiri.

40 Kajian lain tentang Ibnu Fadhlan diterbitkan di Kharkiev pada tahun 1958
M atas inisiasi Kovalevsky yang terdiri dari 309 halaman dan ditambah 33
halaman teks Arab dari manuskrip. Di dalamnya terdapat penjelasan dan
ulasan tentangnya dalam bahasa Rusia.

lx59,
RISALAH IBNU FADHLAN

Dengan kata lain, Ibnu Fadhlan telah mendapatkan


perlakuan yang tidak selayaknya di dunia Arab. Tidak ada
satu pun penerbit atau peneliti yang tergugah untuk me­
ngumpulkan berbagai informasi dan ulasan yang berserakan
tentangnya dan merujuk kembali ke manuskrip asli
Risalah Ibnu Fadhlan ini. Manuskrip tersebut kemudian
dibaca, dikaji, dan diperbaiki setiap katanya. Hasilnya
kemudian disebarkan di kalangan budayawan yang rindu
dengan warisan kita yang abadi ini, khususnya pada masa
sekarang. Hal ini dimaksudkan agar Bangsa Arab menge­
tahui bahwa sejak abad ke-10 M, bangsa mereka telah me­
ngulurkan pertolongan pada bangsa Bulgaria dari kerajaan
Khazar—melindungi bangsa yang berada di ujung daerah
Volga itu untuk melawan Yahudi Khazar —di mana mereka
telah berlaku lalim terhadap kaum ini dengan mengancam
eksistensi, merampas kaum perempuannya, merendah­
kannya di rumahnya sendiri, menarik upeti dan pajak
yang harus dibayarkan oleh setiap penduduk. Bangsa Arab
dari Baghdad memberikan bantuan kepada kaum yang
lemah ini dengan mengirimkan harta benda, menjanjikan
untuk membuatkan sebuah benteng pertahanan, dan men­
datangkan sarana-sarana budaya Arab yang sekiranya dapat
membantu mereka hidup lebih mulia.
Arti penting dari utusan resmi ini dideskripsikan oleh
Ibnu Fadhlan dalam risalahnya. Ia menggambarkan tempat-
tempat yang dilalui dan berbagai rintangan yang ditemuinya.
Risalah ini telah menjadi bukti kebijaksanaan politik yang
bersejarah, penting, dan dapat dijadikan sebagai pegangan.
BAGIAN PERTAMA: BAB II PENELITIAN RISALAH IBNU FAOHLAN

Orang Barat telah memberikan perhatian terhadap risalah


ini saat bangsa Arab belum memberikan perhatiaanya. Jika
10 abad sebelumnya Bangsa Barat masih berada pada masa
kebodohan dan kegelapan, maka saat ini mereka telah men­
dapatkan keutamaan dari risalah ini.
Hal ini pulalah yang mendorong kami
Tidak mudah baginya
untuk memberikan perhatian pada untuk memahami setiap
risalah ini dan menelitinya. kata dari risalah itu
karena di dalamnya
D. Metode Penelitian terdapat kata-kata yang
sulit untuk dipecahkan.
Sejak tahun 1951 M, kami ter­
Tampak jelas bahwa
gugah untuk meneliti Risalah Ibnu penyalin tersebut
Fadhlan dengan mengikuti arahan dari adalah orang yang
memiliki pengetahuan
aim. Muhammad Kurdi Ali. Foto asli
bahasa Arab yang
dari risalah tersebut kami teliti, kami
salin, dan kemudian kami serahkan
kembali. Kami baca setiap ungkapan yang ada di dalamnya
untuk memperoleh maksud yang ada dibalik kata-katanya
sesuai dengan kehendak penyusunnya. Ternyata, naskah ini
telah disalin oleh seorang penyalin yang hidup di akhir abad
ke-11 H. Sayangnya dia kurang memahami risalah ini dan
tidak memahami sasaran-sasarannya. Selain itu, iajuga salah
dalam beberapa bacaan dan hanya menulis bacaan tersebut
sesuai dengan kemampuannya. Tidak mudah baginya untuk
memahami setiap kata dari risalah itu karena di dalamnya
terdapat kata-kata yang sulit untuk dipecahkan. Tampak
jelas bahwa penyalin tersebut adalah orang yang memiliki
pengetahuan bahasa Arab yang lemah. Dia tidak mengetahui

Cx",
RISALAH IBNU FADHLAN

kaidah-kaidah ilmu Nahwu seperti kaidah bilangan, maf’ul


bih, atau kata-kata yang tidak dapat di-tasrif.41 Hal ini
sebenarnya mudah untuk dirujuk kembali dan di-tashih oleh
penerbit. Contoh dari hal ini sangatlah banyak, namun saya
tidak ingin memenuhi pendahuluan ini dengan berbagai
kesalahan tersebut. Catatan kaki yang kami berikan kiranya
sudah cukup untuk membuktikan terkait apa yang kami
kemukakan. Ini bukan satu-satunya masalah. Dalam risalah
ini juga terdapat hal-hal yang sukar untuk dipahami yang
kemudian ditulis apa adanya oleh penyalin, seperti terdapat
nama-nama yang belum terdengar sebelumnya, nama-nama
baju yang tidak dikenal, penyalin yang lemah dan tidak
memenuhi standar penyalin yang berpendidikan, dan lain-
lain.
Dari kesulitan terkait pembacaannya ini, maka kami
terlebih dahulu membandingkan apa yang ada dalam naskah
manuskrip dengan apa yang telah disalin dari risalah ini
oleh Yaqut al-Hamawi ke dalam kitabnya, Mu’jam al-Buldan.
Ternyata, ada banyak keselarasan dari keterangan Yaqut
dengan apa yang ada dalam naskah kami dan ada beberapa
perbedaan dalam hal-hal yang lain. Kedua naskah ini tampak
sangat mirip. Barangkali naskah manuskrip ini merupakan
salah satu turunannya - kalau bukan klise-nya.42

41 Untuk melihat cara yang ditempuh oleh penyalin dalam menuliskan setiap
huruf dan katanya itu, saya tampilkan beberapa lembar fotokopi dari model-
model tulisan tersebut dan kami letakkan setelah bab ini.
42 Ketika membahas kota Marwa dalam Mu’jam al-Buldan, Yaqut menyebutkan
bahwa ia mengambil manfaat dari rak-rak buku yang ada di kota ini dan
bermukim di sana selama tiga tahun untuk menyalin dan mengutipnya. Bisa
jadi ia melihat Risalah Ibnu Fadhlan di kota tersebut.
BAGIAN PERTAMA: BAB II PENELITIAN RISALAH IBNU FAOHLAN

Hal lain yang menimpa risalah ini adalah naskahnya


telah berumur tua, tidak terawat, dan tersimpan di tempat
yang lembab sehingga banyak kata di beberapa halaman
yang terhapus tulisannya. Naskah ini juga telah terkena
tanah sehingga lembaran-lembarannya menempel. Seperti
yang terjadi pada manuskrip-manuskrip lain, lembaran-
lembaran tersebut sobek ketika hendak kami pisahkan. Hal
ini dikarenakan kurangnya perawatan terhadap manuskrip
dan lemahnya penjilidan yang dilakukan.
Keterangan yang didapat dari Yaqut kami gunakan
untuk melengkapi bagian-bagian yang hilang dari naskah
catatan Ibnu Fadhlan dan menjelaskan kata-kata yang telah
terhapus. Bagian-bagian tersebut kami tutupi dan lengkapi
dengan keterangan yang dimiliki Yaqut. Keterangan dari
Yaqut tersebut kami letakkan di antara dua tanda kurung
untuk menunjukkan bahwa kata-kata itu berasal darinya.
Adapun untuk kata-kata yang tidak kami temukan dalam
Mu’jam al-Buldan, maka kata tersebut kami kira-kira dan
terka serta kami letakkan di antara dua tanda kurung pula.
Ada hal membingungkan yang kami rasa lebih baik untuk
dibiarkan sebagaimana aslinya, yaitu pada akhir manuskrip
yang terletak pada lembaran ke 212 P, sebuah paragraf
yang diakhiri dengan tiga baris yang membicarakan daerah
Khazar, sebuah deskripsi yang hadir begitu saja tanpa adanya
pendahuluan. Kami perhatikan, biasanya Ibnu Fadhlan
selalu menceritakan kepada kita terkait kepindahannya
dari suatu negara ke negara lain dan dari suatu kerajaan

Cx63,
RISALAH IBNU FADHLAN

ke kerajaan lain. Biasanya ia juga menunjukkan jalan yang


dilewatinya, waktu yang dihabiskan untuk menempuhnya,
dan adat kebiasaan yang dijumpainya. Akan tetapi di sini -
setelah Ibnu Fadhlan selesai mengisahkan raja Rusia dan
adat kebiasannya, tiba-tiba ia beralih membicarakan raja
Khazar. Dia berkata: “Adapun Raja Khazar..
Apakah Ibnu Fadhlan mendeskripsikan daerah inisetelah
kepulangannya dari Rusia atau ia mendeskripsikannya
ketika pergi ke Rusia? Atau ia menganggap bahwa Rusia dan
Khazar memiliki adat kebiasaan yang sama? Ibnu Fadhlan
meletakkan nama daerah itu dalam judul risalahnya. Ia
berkata, “Catatan ini mengisahkan apa gang disaksikan di
negara Turki, Khazar, Rusia, Saqalibah, Baskhirs, dan lainnya"
Sungguh Ibnu Fadhlan telah berkisah tentang daerah
Khawarizm dan Turki dengan menjelaskan suku-suku
yang ada di sana, adat kebiasaannya, dan lamanya waktu ia
singgah di daerah-daerah tersebut. Dia juga telah berkisah
tentang daerah Pecheneg dan Baskhirs hingga akhirnya
sampai di kerajaan Saqalibah. Ibnu Fadhlan menceritakan
hal-hal yang penting bagi penduduk setempat dan bagi raja
mereka secara panjang lebar, kebiasaan-kebiasaan mereka,
dan hal-hal menakjubkan yang ada di wilayah tersebut.
Ketika Ibnu Fadhlan melihat bangsa Rusia yang sedang
melakukan aktivitas perdagangan di sungai Atil yang masuk
wilayah Saqalibah, ia juga menceritakan hal tersebut. Ibnu
Fadhlan juga telah menceritakan tatacara pemakaman yang
ada. Bagian ini ia tuangkan di halaman-halaman akhir ketika

64
BAGIAN PERTAMA: BAB II PENELITIAN RISALAH IBNU FAOHLAN

membicarakan Raja Rusia. Namun ketika menceritakan


tentang raja Khazar, hanya terdapat tiga baris yang lembaran-
lembaran telah terpotong atau hilang. Hal ini menimbulkan
sebuah kemuskilan. Para orientalis telah banyak membahas
dan bertukar pikiran mengenai hal ini.
Kemudian kami merujuk kitab Mu’jam al-Buldan
untuk meminta petunjuk sebagaimana dilakukan oleh para
orientalis. Dari situ saya mengetahui bahwa ketika membahas
Khazar, Yaqut berkata,43 “Dalam Risalah-nya, Ahmad bin
Fadhlan — seorang utusan khalifah al-Muqtadir ke kerajaan
Saqalibah — menceritakan apa yang ia saksikan di negara itu.
Ibnu Fadhlan berkata: “Khazar adalah nama daerah di aliran
sungai bernama Atil, yang mengalir dari Rusia, Bulgaria
sampai ke Khazar...."
Kami begitu terkejut ketika mendapati hal ini karena
menurut pengamatan kami, Ibnu Fadhlan tidak mengunakan
metode geografi dalam menceritakan daerah-daerah yang
ia kunjungi. Ia hanya menceritakan bahwa ia pergi ke satu
daerah, melihat hal-hal tertentu, da kemudian sampai di
negara tertentu. Ketika Ibnu Fadhlan sampai di Baskhirs,
ia berkata, “Kemudian kami tiba di suatu negara bangsa
Turki yang dikenal dengan nama Baskhirs dan kami sangat
waspada terhadapnya.” Saat hendak membicarakan kerajaan
Saqalibah, Ibnu Fadhlan berkata, “Ketika kami berada disuatu
tempatyang berjarak satu hari satu malam perjalanan dari raja
yang hendak kami temui yaitu raja Saqalibah, beliau datang

43 Mu'jam al-Buldan, cetakan Eropa, 2/436.

Cx.65>
RISALAH IBNU FADHLAN

menyambut kami.” Dan ketika berbicara tentang Rusia, Ibnu


Fadhlan berkata, “Dan saya melihat orang-orang Rusia yang
tengah menjalankan aktivitas perdagangan. Mereka berlabuh
di sungai Atil dan saya belum pernah melihat perawakan tubuh
yang lebih sempurna dari mereka.” Maka sangat tidak logis
ketika tiba-tiba ia memulai pembicaraannya tentang Khazar
dengan menyebutkan nama daerah, deskripsi wilayahnya,
dan sungai yang melewatinya tanpa diawali dengan suatu
pendahuluan seperti yang biasa ia lakukan. Akan tetapi,
kami melihat Yaqut adalah seorang yang jujur dan amanah
ketika menukil. Setiap kali ia menukil dari Ibnu Fadhlan ke
dalam Mu’jam-nya, Yaqut selalu bisa diandalkan dan sesuai
dengan apa yang ada dalam manuskrip yang kami pegang.
Maka bagaimana bisa pengambarannya tentang Khazar
disandarkan kepada Ibnu Fadhlan?
Sebenarnya al-Ishtahary dan Ibnu Hauqal juga telah
membahas tentang Khazar.44 Keduanya menyatakan hal yang
sama — kata-per-katanya — dengan apa yang disampaikan
oleh Yaqut pada bagian setengah yang pertama. Hampir-
hampir tulisan keduanya tak ada perbedaan dengan apa
yang ditulis oleh Yaqut kecuali dalam beberapa kata saja dan
kesalahan dalam menyalin huruf‘ain, atau ia mendikte apa
ia hafal dalam hati ke dalam tulisan. Di setengah bagian yang
pertama, kedua tulisan itu dan tulisan Yaqut membicarakan
tentang raja, perbedaan keyakinan keagamaan mereka, dan

44 Al-lstahary dalam karyanya berjudul Masalik al-Mamalik. Kitab ini telah


dijadikan sebagai pegangan dalam menggambarkan daerah-daerah timur,
cetakan London tahun 1927, him. 220-225, Ibnu Hauqal, 2/389.
BAGIAN PERTAMA: BAB II PENELITIAN RISALAH IBNU FAOHLAN

kemudian membicarakan hukum yang berlaku di kalangan


mereka serta perawakan tubuh orangTurki. Perbedaan mulai
muncul di setengah bagian kedua, yaitu ketika membahas
tentang Haqan al-Khazar dan cara masuk ke daerah tersebut.
Pada titik ini, kedua kitab tersebut menjadi benar-benar
berbeda, seolah-olah Yaqut sepakat dengan kedua orang ini
pada setengah bagian yang pertama saja. Menurut pihak
pertama (al-Istahary dan Ibnu Hauqal), setengah bagian
yang kedua membicarakan masjid yang secara pasti tidak
dilihat oleh Ibnu Fadhlan yang datang dengan tugas untuk
mendakwahkan Islam dan membangun mimbar. Ini tidak
sesuai dengan pemahaman yang ada di dalam Risalah Ibnu
Fadhlan. Ia hanya sesuai dalam hal orang yang disebutkan
setelahnya dan pengaruh dari apa yang ia lakukan serta
dakwahkan. Tulisan ini tentu bukanlah buatan Ibnu Fadhlan
dan bukan pula bagian dari risalahnya.
Menurut catatan Yaqut, setengah bagian yang kedua
membahas tentang raja Khazar dan ini sesuai dengan tiga
baris dari manuskrip Ibnu Fadhlan yang tersisa. Keterangan
itu cocok dengan baris yang terhapus dari lembaran.
Sepertinya keduanya merujuk pada teks yang sama mulai
titik ini. Dan seolah-olah bagian pertama dari tulisan Yaqut
adalah salinan dari tulisan Ibnu Hauqal sedangan bagian
kedua adalah salinan dari tulisan Ibnu Fadhlan. Kemudian
Yaqut lupa untuk menyebutkan sumber rujukan untuk
bagian pertama dan menyandarkan kedua bagian itu kepada
Ibnu Fadhlan karena menurut Yaqut adanya rasa yang
RISALAH IBNU FADHLAN

sama dari keduanya. Yaitu keberadaan seseorang yang telah


mengunjungi negara ini dan kemudian mengungkapkan
seluruhnya ke dalam tulisan. Sebagai pelengkap dari
ungkapan yang disampaikan oleh Ibnu Fadhlan, di sini kami
hanya menyalin setengah bagian kedua saja dari keterangan
yang dituliskan oleh Yaqut. Kami tulis tiga baris yang ada
pada manuskrip yang kami pegang dan kemudian dilengkapi
oleh teks dari Yaqut. Keterangan dari Yaqut ini kami letakkan
dibawah manuskrip, seolah-olah ia menjadi pengganti dari
satu lembar atau dua lembar manuskrip yang hilang.
Sebagian kalangan orientalis menduga bahwa catatan
al-Istahary merupakan salinan asli dari tulisan Ibnu Fadhlan
yang kemudian dicatat oleh Yaqut bahwa tulisan itu milik al-
Istahary. Al-Istahary hidup tahun 340 H, sekitar tiga tahun
setelah Ibnu Fadhlan melakukan perjalanan ke Khazar.45
Sebagian orientalis berpendapat bahwa Ibnu Rustah, al-
Bakry, al-Istahary, dan al-Mas’udy memiliki pandangan yang
mirip dengan Ibnu Fadhlan dalam mendeskripsikan negara
Khazar. Barangkali mereka semua menyalin/ menukil dari al-
Jaihany. Al-Jaihany mengarang kitabnya setelah tahun 310
H. atau setelah kepulangan Ibnu Fadhlan dari perjalanannya.
Buku al-Jaihany ini hilang dan tidak sampai ke tangan kita —
jika sekiranya ditemukan, tentu bisa kita bandingkan dengan
karangannya Ibnu Fadhlan.

45 Tidak ada referensiyang membahas riwayat kehidupan al-Istahary, bahkan para


orientalis pun tidak dapat menemukan petunjuk tentang kehidupannya. Akan
tetapi diperkirakan bahwa al-Istahary'bertemu dengan Ibnu Hauqal pada tahun
340 H.
BAGIAN PERTAMA: BAB II PENELITIAN RISALAH IBNU FAOHLAN

Kami tak hendak meneliti risalah ini dalam aspek ilmu


geografinya dan kami tidak hanya mengkaji daerah khazar
itu sendiri. Akan tetapi kami menemukan tiga baris di akhir
manuskrip yang kami pegang dan tiga baris itu juga kami
temukan pada bukunya Yaqut dengan satu pembahasan
yang dinukil oleh Yaqut dengan lebih sempurna. Kemudian
kami menyalin pembahasan itu darinya. Kami membuang
setengah bagian yang pertama dari keterangan Yaqut yang
disandarkan kepada Ibnu Fadhlan. Karena kami memandang
bagian itu, gaya bahasanya tidak sesuai dengan gaya bahasa
yang digunakan oleh Ibnu Fadhlan dan bagian itu sama sekali
tidak terkait dengan risalahnya Ibnu Fadhlan. Di dua bagian
keterangan itu, terdapat pengulangan dalam membahas Raja
Khazar bernama Khaqan. Seolah-olah Yaqut mengabungkan
dua sumber rujukan, tetapi ia lalai menyebutkan sumber
rujukan untuk bagian pertama kemudian pada bagian yang
kedua disebutkan bahwa sumber rujukannya adalah Risalah
Ibnu Fadhlan sebagaimana telah kami terangkan sebelumnya.
Semoga pembaca maklum atas pembahasan yang terlalu
panjang lebar dalam bagian ini. Kami hanya ingin mewujud­
kan Risalah Ibnu Fadhlan yang secara sah dan valid ber­
sumber dari Ibnu Fadhlan sendiri. Setelah kami berhasil
memastikan bahwa perjalanan itu benar-benar terjadi, maka
kami ingin memastikan bahwa teks yang ada pada Yaqut itu
menyerupai dengan apa yang ada pada Ibnu Fadhlan karena
banyaknya keterangan dari Ibnu Fadhlan yang disalin oleh
Yaqut. Usaha ini tidaklah mudah, namun sama sulitnya
RISALAH IBNU FADHLAN

dengan usaha untuk menelisik maksud dari setiap baris


kalimat yang ada di manuskrip ini. Saya telah menghabiskan
waktu yang tidak sedikit dan upaya yang tidak mudah. Saya
juga tidak mengharapkan pujian atas apa yang saya lakukan
ini. Terkadang kami keliru dalam menerka dan mengira-ira
kejanggalan ini,46 namun kami ingin menunjukkan beberapa
muskilah yang kami temui kepada para pembaca. Dan kami
ingin membantunya dalam hal pemikiran agar mereka
mampu menelaah dengan baik apa yang dibaca, baik dari
segi sumber rujukan, kesahihan data, atau ketelitiannya.
Sehingga pembaca tidak mencurigai kami karena dianggap
telah tergesa-gesa dan berlebihan dalam mengharapkan hasil
yang lebih baik. Pembaca cukup menyadari bahwa kami telah
menelisik setiap kata yang kami baca dan mengembalikannya
pada sumber aslinya, baik yang berbahasa Arab, Turki, atau
Perancis. Kami juga merujuk pada berbagai kamus yang ber­
beda-beda jenisnya dan menelusuri keterangan yang ada di
dalamnya.
Selain itu, kami pun merujuk kepada para orientalis
dengan bertanya pada mereka serta membaca ulasan-ulasan
yang mereka kemukakan. Kami mengambil keterangan yang
menjadi kesepakatan di antara mereka —meskipun mereka
sendiri banyak berbeda pendapat dalam banyak hal terkait
Risalah Ibnu Fadhlan. Contohnya tentang nama dari Raja

46 Kami berpendapat bahwa para orientalis Rusia juga melakukan hal yang sama.
Kemudian mereka menyertakan teks tentang Khazar pada bagian kedua dari
Yaqut dengan Risalah Ibnu Fadhlan dan mereka terjemahkan bersama dengan
Risalah Ibnu Fadhlan.
BAGIAN PERTAMA: BAB II PENELITIAN RISALAH IBNU FAOHLAN

Saqalibah. Ada yang berpendapat namanya al-Hasan, ada


yang berpendapat namanya adalah Almish, dan ada yang
berpendapat lain lagi. Sebagian dari mereka berpendapat
bahwa Raja Saqalibah telah masuk Islam sebelum kunjungan
Ibnu Fadhlan, namun ada yang berpendapat sebaliknya.
Kemudian terkait nama ayah Raja Saqalibah yang kafir juga
terjadi perbedaan pendapat. Ada yang menyatakan namanya
adalah Yiltawaratau Biltawaratau Vlademiratau Amir Volaz.
Mereka mengalami kebimbangan sebagaimana yang kami
alami. Hal ini disebabkan karena kurangnya referensi yang
tersedia terkait sejarah negara tersebut pada masa itu. Oleh
karena itu, kami memaparkan hal-hal yang meragukan dan
membingungkan kami dalam ulasan ini dan mempersilahkan
kepada pembaca untuk menilainya.
Tidak lupa kami juga memaparkan keraguan para
cendekiawan ini tentangkesempurnaan dan kelengkapan dari
Risalah Ibnu Fadhlan ini. Sebagian dari mereka berpendapat
bahwa Risalah ini merupakan sebuah ringkasan, dengan dalih
ditemukannya kata “Jls (Ia berkata)” yang mengawali setiap
penggalan yang panjang. Barangkali mereka benar dalam
hal ini. Akan tetapi kami menemukan bahwa para penulis
zaman dulu biasa berulang-ulang mengunakan kalimat ini
dalam karya-karya mereka dan tak menimbulkan kecurigaan
terkait kesempurnaan karangan mereka. Semoga seiring
dengan berjalannya waktu, akan ada cendekiawan yang
mampu menemukan manuskrip yang utuh dan lengkap dari
Risalah ini, memperbaiki kekeliruan-kekeliruan yang terjadi
RISALAH IBNU FADHLAN

dalam karya ini, dan melengkapi apa yang telah kami awali ini.
Bagian awal dari Risalah ini telah mulai digali hingga tahun
1924, kemudian diketahui bahwa bagian akhir dari Risalah
ini ada yang hilang. Dan zaman menjadi jaminan yang akan
menghadirkan Risalah ini secara sempurna dan terperinci
pada beberapa tahun mendatang-Insya Allah; yang akan
menghilangkan berbagai kemuskilan dan membuat berbagai
kebimbangan menjadi sirna.
Nama-nama sungai juga menjadi satu permasalahan
tersendiri. Lokasi dan nama dari sungai-sungai ini telah
mengalami perubahan. Kalangan orientalis juga mengalami
kebingungan dalam mengembailkan nama-nama sungai ini
dengan yang ada pada masa sekarang. Oleh karenanya, kami
hanya menyebutkan apa yang sudah ditetapkan oleh para
ahli Geografi tentangdaerah itu. Kami bukan orangyangahli
dalam hal tersebut sehingga kami hanya menukil keterangan
tersebut dengan bantuan keterangan petunjuk yang lain.
Kami menunggu koreksi perbaikan dari setiap pihak yang
mengetahui masalah ini dengan lebih baik.
Kami telah melakukan semua yang bisa kami lakukan,
namun kami tidak akan mengklaim bahwa kami telah me­
lakukan segalanya. Kami telah mengambil gambar yang telah
diperbesar dari bukunya Kratchovsko dan kami muncul­
kan di lembar-lembar halaman buku ini. Kemudian kami
memberi beberapa catatan komentar tentangnya dan kami
perbaiki sesuai dengan apa yang kami tahu. Setelah itu kami
membaginya dalam beberapa bagian dan bab tertentu sesuai
BAGIAN PERTAMA: BAB II PENELITIAN RISALAH IBNU FAOHLAN

dengan aturan penerbitan pada zaman sekarang, tanpa me­


ngubah urutan naskah daan kalimat-per-kalimatnya. Kami
membiarkan naskah asli itu sebagaimana adanya dan hanya
kami sisipi sarana-sarana kemudahan yang dituntut oleh
ilmu terkini berupa peletakan tanda baca koma, titik, dan
kurung. Kami juga menambahkan basmalah di awal risalah
dan judul-judul bab yang diletakkan dalam tanda kurung.
Kami letakkan lembaran-lembaran naskah dengan posisi
tertentu dan kami beri nomor halaman di bagian bawahnya
dan diletakkan di antara dua tanda kurung. Kami perbaiki
sebagian kalimatnya dan kami lakukan setiap hal yang mem­
buatnya menjadi terang dan jelas sebagai sebuah buku cetak­
an yang gamblang.
Kami mengetahui bahwa tersebarnya teks-teks ini telah
menjadi dasar kebinggungan pada generasi muda kita,47 yaitu
saat mereka menghendaki agar kami menerbitkan manuskrip
ini sebagaimana adanya tanpa diberi komentar ataupun pen­
jelasan. Jika kami menuruti permintaan tersebut, tentu
kami akan membuat para pembaca menjadi tidak dapat me­
mahami apa yang dibacanya, membiarkan berbagai masalah
yang dipahami itu tetap ada, memunculkan hal-hal janggal,
dan menghindarkan pembaca dari keindahan Risalah ini.
Sehingga apa yang kami lakukan sama dengan apa yang
telah dilakukan oleh para orientalis, yaitu hanya memotret

47 Sebagian pemuda ini telah mengirimkan kaidah-kaidah dalam meneliti teks


yang belum teruji. Kami merujuk kepada para pendahulu dalam penelitian
kami yaitu metode yang telah digunakan pada penelitian-penelitian masa kini
yang biasa dipakai oleh kalangan Eropa pada masa sekarang karena validitas
metode ini dapat diterima oleh logika.

C^.73>
RISALAH IBNU FADHLAN

manuskrip saja. Padahal yang menjadi keinginan kami


adalah mendekatkan pembaca dengan Risalah ini sehingga ia
akan berminat terhadapnya dan mengetahui adanya naskah-
naskah kuno dan warisan kita yang luar biasa ini. Dalam
catatan kaki, kami memberi keterangan pada sebagian hal-
hal yang kiranya berat dipahami dan membiarkan sebagian
yang lainnya. Akan tetapi hal itu tidak merusak teks asli
seperti yang dikhawatirkan para pemuda itu. Keterangan-
keterangan ini hanya memberikan petunjuk tentang sisi-sisi
dari naskah Risalah tersebut. Dan petunjuk dengan jalan
memberi keterangan lebih baik daripada kesesatan yang di­
akibatkan oleh diam dari masalah dan takut mengucapkan
maaf.
Di atas semua hal itu, kami hanya mengharapkan
ganjaran di sisi Allah atas apa yang telah kami usahakan ini.
Usaha ini kami persembahkan kepada generasi baru di masa
kebangkitan Arab ini. Generasi baru ini harus menengok
kepada pendahulunya agar ia merasa bangga dengan kejayaan
nenek moyangnya dan agar ia mantap dengan besarnya upaya
yang telah dilakukan para pendahulunya untuk bangsa dan
negaranya. Semoga ia tergugah untuk bangkit sebagaimana
bangkitnya para pendahulu dan ia melakukan sesuatu untuk
masa depannya sebagimana yang telah dilakukan oleh para
pendahulunya pada masa lalu. Ketika saat itu terjadi, masa
lalu dan masa depan akan menjadi seimbang dan kita akan
mengulangi masa kejayaan yang terang dan masa depan yang
BAGIAN PERTAMA: BAB II PENELITIAN RISALAH IBNU FAOHLAN

luar biasa. Kita akan menyongsong masyarakat baru yang


agung dan besar seperti yang pernah kita lakukan. Sungguh
kita pernah mencatatkan diri pada lembaran sejarah kejayaan
nan cemerlang sebagai masyarakat unggul dan terkemuka
di dunia. Semoga halaman-halaman ini akan mendapatkan
perhatian yang layak dari kalangan bangsa Arab sebagaimana
telah ia dapatkan dari kalangan bagsa Barat. Ketika saat itu
terealisasi, kami akan memperoleh hiburan dan kesenangan
atas apa yang telah kami curahkan, baik itu berupa waktu,
kesungguhan, kesehatan, dan perjalanan yang kami
tempuh. Dan segala puji bagi Allah yang telah memberikan
kemudahan dan pertolongan-Nya.

Damaskus, Suriah
18 Dzulhijjah 1378 H/25 Juni 1959 M

Muhammad Sami al-Dihan

05'
RISALAH IBNU FADHLAN

E. Enam Model atau Bentuk Manuskrip Catatan


Perjalanan Ibnu Fadhlan
l-J

*
I
I

-.^x-

f a *Ai • — •* — C-

Gambar ke-1
Model manuskrip tunggal tulisan Ibnu Fadhlan tentang
gambaran kota Thus lembar ke-197 awal.
(Kami menyalin gambar ini di Moskow)
BAGIAN PERTAMA. BAB II PENELITIAN RISALAH IBNU FADHLAN

* 1> V->v
........ >‘'r
&BV 'J»
* j'»
‘•j *2»
I ">(<•ZJkjjlv^»V f v_ . l£u Jc

- I** •’ «J
'-i/ A .'■--- _ ’ .■
*_! Sl '4^obt~ b

ii' *> L *
-■
-t 1

. ~ ’ lrt,‘
- ’'«j’ ’ < j
* ’ ■-■»'?U k V^'a '
i— J (*»" ‘<> L ’-»•) «A i, • •

'JMi lu <u,- Wt *,k


•5

:_k' »1» >\r - > m <,-..}, \ «..► . ,x,;i c.. -i i

Gambar ke-2
Model Manuskrip tunggal lembar ke-212 M.

OO
RISALAH IBNU FADHLAN

kA>"
jSvj.J ijjjj»wii'J

v-mIJ5 't f

*e
<i
feiLr»J ,‘-, >4 ^>K-r*
.u*i * *■; ' j
r <-’-Jzf---
* , Ji
■^■'•r-’*'-S **
?4
» A.
^M»,^’-l^»
*
■£ t?
.
* ‘ '^Ih-xAx4^-

"iO'-j t-’ •♦ .**" - -'t/’* ■>* '•>

/iz»;Lr ~pAj > *?'


J- 1
j£jj tU J
'"2/ t?-- '

t, .. ■ ’ ■
* —*-.-•-
.. •»

*—- r' </


*> ”» "'■' - *> -z iM

Gambar ke-3
Model ketiga dari manuskrip tunggal lembar ke-212 P.
(Ini merupakan bagian akhir dari catatan ini)
BAGIAN PERTAMA: BAB II PENELITIAN RISALAH IBNU FAOHLAN

Gambar ke-4
Model dari cetakan Profesor Zeki Validi Togan tahun 1939 di
majalah berbahasa Jerman tentang perjalanan Ibnu Fadhlan.
Artikel ini merupakan satu-satungagang berbahasa Arab.
(Kami mengalingambar ini di Paris)
RISALAH IBNU FADHLAN

Gambar ke-5
Catatan perjalanan — bagian pertama.
BAGIAN PERTAMA: BAB II PENELITIAN RISALAH IBNU FAOHLAN

o'. V* «

Gambar ke-6
Bagian kedua; memberikan keterangan tentang tempat-tempat
yang disebutkan dalam Risalah Ibnu Fadhlan, sebagaimana
digambarkan oleh seorang professor di dalam sebuah
terjemahan.
Peta Bukhara hingga Bulgaria.
RISALAH IBNU FADHLAN:
BERDASARKAN AIA NUSKRIP ASLI
TENTANG KOTA-KOTA YANG
DISAKSIKAN

A. Pengantar
Ahmad bin Fadhlan berkata:
Ketika surat48 dari Almish49 bin Yiltawar-raja dari

48 Kalangan Eropa tidak mendapati surat Raja Saqalibah ini dan juga tidak
mengetahui maksud dari surat tersebut. Sejarah-sejarah yang lalu tidak
memberitakan hal itu sama sekali. Seandainya surat itu sampai kepada kita,
tentu akan menjadi bukti yang penting dalam memahami perpolitikan pada
masa itu.
49 Dalam manuskrip asli di sini disebutkan “al-Hasan bin Yiltawar." Pada lembar
ke-202 P tertulis “Almish bin Yiltawar, kerabat bangsa Turki." Dalam kitabnya
halaman 1/723, Yaqut menulis, “surat Almish bin Shilkff Yiltawar." Kalangan
orientalis telah mendiskusikan asal nama ini yang tertulis pada zaman tersebut.
Sebagian berpendapat bahwa ia adalah Almish bin Yiltawar. Sebagian yang
lain berpendapat bahwa mungkin yang dimaksud Yiltawar adalah Vlademir,
pemimpin Molaz. Untuk keterangan lebih rinci lihat bab “Bulgaria” dalam kitab
Dairah al Maarifal-Islamiyyah Hl Mustasriqin. Saya memilih nama kedua yang
ada dalam manuskrip yaitu Almish bin Yiltawar.

83
RISALAH IBNU FADHLAN

kerajaan Saqalibah50 — sampai ke khalifah al-Muqtadir,51


yang' intinya meminta agar khalifah mengirimkan seorang
utusan yang memiliki pengetahuan agama yang mendalam
untuk mengajarinya syariat Islam,52 membangunkan masjid,
dan mendirikan mimbar-mimbar dakwah di seluruh wilayah
kekuasaannya.53 Sang raja juga meminta dibangunkan
sebuah benteng untuk mempertahankan diri dari para raja
yang bertikai dengannya. Maka Khalifah mengabulkan
permintaan tersebut.54

50 Saqalibah atau Saqlabiyah adalah daerah Slavia. Bangsa Arah mendatangkan


budak dari negara tersebut. Al-Isthahary menyebutkan bahwa luas wilayah
tersebut memanjang sejauh dua bulan perjalanan (halaman 9, terbitan l-eiden
tahun 1927). Sisi Bulgaria adalah kota kecil yang tidak banyak aktivitasnya. Kota
tersebut terkenal karena menjadi pelabuhan dari kerajaan ini. Bangsa Rusia
(Rus) adalah bangsa yang barada di sebelah Bulgaria. Antara Bulgaria dengan
Saqalibah. Kalangan Barat tidak memberikan deskripsi batasan tentang kerajaan
ini. Tetapi mereka memandang bahwa Bulgaria adalah Saqalibah itu sendiri.
51 Al-Muqtadir Billah adalah Abu Fadi Ja’far bin Mu’tadzid yang menjadi khalifah
pada tahun 295 H dan terbunuh pada tahun 320 H-lihat sumber-sumber
sejarah terkait seperti al-Fakhry, cetakan Eropa halaman 305 dan setelahnya.
Al-Mas’udy berkata bahwa al-Ghashiry menulis kitab setebal seribu halaman
tentang al-Muqtadir.
52 Sebagian sejarawan berpendapat bahwa Islam masuk Saqalibah sebelum masa
ini. Akan tetapi dalam Tuhbah al-Dahr terhitan Lipetsk tahun 1923 halaman
263, Syech al-Rabwah memiliki pendapat yang sejalan dengan apa yang
diceritakan oleh Ibnu Fadhlan. Ia berkata, “Adapun Bulgaria yang membentang
hingga daerah bersalju masuk Islam pada masa al-Muqtadir. Raja mereka
mengirim utusan kepada al-Muqtadir untuk memohon seorang yang Faqih untuk
mengajarkan agama Islam. Khalifah mengabulkan permintaan itu. Kemudian
datang satu rombongan dari Bulgaria ke Baghdad hendak melaksanakan ibadah
haji. Yaqut (1/723) menyebutkan bahwa keislaman mereka terjadi pada masa al-
Muqtadir. Ia juga mengatakan kurang mengetahui sebah keislaman mereka”
53 ¥aq u t (1 /723), “di seluruh negara dan wilayah kerajaannya.”
54 Dalam manuskrip asli tertulis “khalifah mengabulkan” tanpa mengunakan fa
athaf (yang artinya maka atau kemudian - penerj). Sementara dalam Yaqut
(1/723) tertulis “Maka khalifah mengabulkan.” Oleh karena itulah saya
mengunakan kata fa (maka).
BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

Nadhir al-Haramy selaku duta besar khalifah telah me­


ngutusku untuk membacakan surat pada Raja Saqalibah,
menyerahkan hadiah padanya, dan membimbing para
fuqaha (ahli agama) dan para pengajar. Untuk tugas ini,
saya dibekali sejumlah uang untuk membangun apa yang
telah saya sebutkan di atas, ransum untuk para fuqaha, dan
pengajar di pemukiman perkotaan
yang dikenal dengan Artahusmitan,55
Nadhir al-Haramy
satu ladang milik Ibnu Furat56 di
selaku duta besar
daerah Khawarizm.57 khalifah telah
Utusan Raja Saqalibah ke khalifah mengutusku untuk
membacakan surat
adalah seorang laki-laki bernama
pada Raja Saqalibah,
Abdullah bin Bashtu al-Khazary. Se­ menyerahkan
dangkan utusan dari pihak kesultanan hadiah padanya, dan
membimbing para
adalah Sausan al-Rasy,58 seorang
fuqaha (ahli agama) dan
pelayan Nadhir al-Haramy bernama para pengajar.
Tekin al-Turky, dan Baris al-Saqlaby.59

55 Sebuah kota besar yang memiliki pasar seluas dua kolam. Kota ini merupakan
tempat kerja orang-orang Khawarizm. Jarak antara kota ini dengan Jurjaniah
adalah tiga hari perjalanan dan cuacanya sangat dingin. Mungkin ia telah
menjadi kota yang berbeda pada masa Yaqut, yaitu tiga ahad setelahnya ketika
Yaqut mengunjunginya. Para orientalis berpendapat bahwa tempat itu bernama
Artahusmitan.
56 Ibnu Furat adalah Abu al-Hasan Ali bin al-Furat. Salah seorang tokoh besar
pada zamannya. Dia diangkat menjadi perdana menteri oleh al-Muqtadir ketika
ia tengah berselisih dengan Ibnu al-Mu'taz. Kemudian al-Muqtadir mencopot
dan menangkapnya, la merupakan tokoh yang berkontribusi atas pengutusan
ini. Lihat Tarikh al-Rusul karya al-Thabari, cetakan Mesir, 12/56 dan al-Fakhry,
cetakan Eropa him. 314.
57 Khawar berarti daging dan Rizm berarti roti, lihat Mu'jam al-Buldan, 2/481.
58 Namanya disandarkan pada sebuah sungai Ras yang menurut al-ldrisy disebut
sungai Atil atau sungai Volga bagi orang Rusia.
59 Baris al-Hajib adalah pembantu Ismail bin Ahmad, penguasa Khurasan. Lihat
RISALAH IBNU FADHLAN

Sesuai dengan apa yang telah dipesankan oleh Nadhir, saya


bersama mereka ditugaskan untuk menyerahkan hadiah
Nadhir kepadanya beserta istri, anak, saudara, dan para
komandannya.60

B. Persia dan Turki


Kami berangkat dari Madinah al-Salam (Baghdad) pada
Kamis malam tanggal 11 Shafar 307 H.61 Kami singgah di
Nahrawan62 selama satu hari dan kemudian bergegas me­
lanjutkan perjalanan hingga sampai di al-Daskarah.63 Di
sana kami menginap selama tiga hari. Kemudian kami me­
lanjutkan perjalanan dengan rute yang lurus tanpa berhenti
hingga sampai di Hulwan.64 Di sana kami bermalam selama
dua hari.
Dari sana kami melanjutkan perjalanan ke Qarmisin65
dan singgah di sana selama dua hari. Kemudian berjalan dan

Ibnu Hauqal 2/471, Tajarub al-Umam, 5/4.


60 Pada halaman-halaman selanjutnya kita akan melihat penyerahan hadiah-
hadiah ini berupa wewangian, baju dan perhiasan. Ibnu Fadhlan menceritakan
hal ini di awal tulisannya terkait apa yang akan dilakukan pada perjalannnya.
Ia menulis catatan ini setelah kembali dari perjalanannya dan menuliskan
hal ini untuk menunjukkan pentingnya melaksanakan apa yang menjadi
tanggungi a wabnya.
61 Bertepatan dengan tanggal 21 Juni 921 M.
62 Sebuah daerah luas yang terletak di antara kota Baghdad dan pintu kota sebelah
timur, Mu’jam al-Buldan, 4/846.
63 Sebuah desa yang besar di sisi sungai Mulk yang bereada di sebelah barat
Baghdad, Mu’jam al-Buldan, 2/575.
64 Terletak di ujung perbatasan yang dibatasi oleh gunung dari sisi kota Baghdad,
Mujam al-Buldan, 2/317.
65 Sebuah negara terkenal yang berjarak 30 Farsakh dari Hamdan, dekat dengan
daerah al-Dainur (sebuah tempat yang dilewati jalur haji), Mu'jam al-Buldan,
4/69.
BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

terus berjalan sampai di daerah Hamdan.66 Di daerah ini


kami menginap selama tiga hari.
Kami lantas berjalan sampai di Sawa67 dan menetap di
sana selama dua hari. Dari sana kami menuju kota Ray68 dan
menetap selama sebelas hari sembari menunggu kedatangan
Ahmad bin Ali, saudara laki-laki Su’luk69 karena ia pernah di
Khuwarar-Ray.70
Kami berangkat ke Khuwar ar-Ray dan menetap di
sana selama tiga hari, kemudian melanjutkan perjalanan ke
Sinman.71 Dari sana kami menuju al-Damghan.72 Di sana,
kami bertemu dengan Ibnu Qarin73 dari suku ad-Da’i.74 Kami
menyamar dalam kafilah itu dan bergegas berjalan hingga
sampai di Naisabury.75 Sungguh, di tempat inilah Laila bin

66 Kota pegunungan dan merupakan sebuah daerah yang sangat dingin, Mu'jam
al-Buldan, 4/981.
67 Sebuah kota indah yang terletak di antara Ray dan Hamdan. Jarak dari masing-
masing dua kota tersebut adalah 30 farsakh, Mu'jam al-Buldan, 3/24.
68 Daerah pegunungan yang berjarak 160 farsakh dari kota Naisaburi yang
dilewati jalur untuk haji (dekat dengan Teheran sekarang), Mujant al-Buldan,
2/892.
69 Ahmad bin Ali Suluk turut menjalin kerjasama di Isfahan dan Ray, Tajarub al-
Umam, 5/50.
70 Kota besar dari orang Ray yang berjarak 20 farsakh dari Ray, Mu jam al-Buldan,
2/479.
71 Daerah yang penuh dengan pepohonan, kebun, dan sungai.Terletak antara Ray
dan Damghan, Mu'jam al-Buldan, 3/141.
72 Kota besar dengan buah-buahan melimpah yang terletak di antara Ray dan
Homs, Ibnu Hauqal, 2/280.
73 Al-Abbas bin Qarin, al-Thabary, 3/1575.
74 Al-Hasan binal-Qasim al-Hasani a\-Da'i, Muruj al-Zhihab, 9/6.
75 Sebuah kota besar dan tekenal yang berjarak 160 farsakh dari Ray, Mu’jam al-
Buldan, 4/857.
RISALAH IBNU FADHLAN

Nu’man76 telah terbunuh. Di tempat ini pula kami bertemu


dengan komandan pasukan Khurasan, Khamawaih Kusa.77
Kami pun melanjutkan perjalanan ke Sharkhash,78
Marwa,79 dan Qushmahan80 yang terletak di ujung gurun
Amulu.81 Di tempat ini kami menetap selama tiga hari dengan
maksud agar unta dapat beristirahat sebelum melintasi
daerah padang sahara.
Kami melanjutkan perjalanan melintasi gurun Amul
dan menyeberangi sungai Jaihun hingga akhirnya sampai di
Afrir82 yang menjadi ribat (markas)-nya Thahir bin Ali.
Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan ke Bikan83
kemudian memasuki Bukhara84 dan berakhir di tempatnya
al-Jaihani.85 Dia merupakan sekretaris dari pemimpin

76 Laila bin Nu’man, salah seorang pemimpin al-Atrush al-Alawy daerah Jurjan,
Tajarub al-Umam, 5/76.
77 Seorang komandan pasukan Nasr bin Ahmad bin Ismail, Ibnu al-Athir, 6/167.
78 Sebuah kota kuno di kawasan Khurasan yang terletak antara Naisaburi dan
Marwa, Mu’jam al-Buldan, 3/71.
79 Kota paling terkenal di Khurasan yang berjarak 70 farsakh dari Naisabury dan
30 farsakh dari Sharkhas, Mu'jam al-Buldan, 4/507.
80 Sebuah desa yang besar di Marwa, biasa dilewati orang yang hendak pergi ke
Amulu, Mu'jam al-Buldan, 4/278.
81 Sebuah daerah terkenal di sebelah barat sungai Jaihun melalui jalur Bukhara ke
Marwa, berjarak satu mil dari tepi sungai Jaihun, Mu'jam al-Buldan, 1/69.
82 Terletak di dekat sungaiJaihun setelah Amulu, Buldan alKhilafah al-Syarqiyah,
him. 476.
83 Daerah di antara Bukhara dan Jaihun yang berjarak satu hari perjalanan dari
Bukhara. Di kota itu besar terdapat sekitar 1000 ribath, namun kota ini telah
runtuh, Mu'jam al-Buldan, 1/797.
84 Sebuah kota besar berjarak dua hari dari Jaihun yang menjadi Ibukota kerajaan
Samaniyah dan berjarak tujuh hari dari Samarkand. Kota ini betjarak 12
markalah dari Marwa. Saat ini, Bukhara menjadi daerah yang terkenal di
Uzbekistan, Uni Soviet.
85 Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad al-Jaihani, perdana menteri Khurasan,
Bughyah al-Thalab, 1/12.
BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

Khurasan yang dikenal dengan nama Syaikh al-Amid. Ia


mempersiapkan sebuah rumah untuk kami dan menyuruh
seorang pemuda untuk melayani segala kebutuhan kami dan
menyediakan apapun keinginan kami. Di Bukhara, kami me­
netap selama beberapa hari.
Beliau kemudian mengizinkan kami untuk menemui
Nasr bin Ahmad.86 Kami menemuinya dan ternyata dia
masih muda belia. Kami menyapanya dengan isyarat. Beliau
mempersilahkan kami untuk duduk. Beliau mengawali per­
bincangan dengan mengucapkan, “Bagaimana kabar Amir
al-Mukminin yang engkau tinggalkan? Semoga Allah me­
langgengkan keselamatan baginya, para pejuangnya, dan para
aulia-nya." Maka kami menjawab, “Kabarnya baik.” Beliau
menimpali, “Semoga Allah menambah kebaikan baginya.”
Kemudian kami bacakan sebuah surat untuk beliau
terkait penyerahan Arthakushmithan dari al-Fadl bin Musa,
seorang Nasrani, wakil dari Ibnu Furat untuk diserahkan
kepada Ahmad bin Musa al-Khawarizmi. Beliau mengutus
kami dengan membawa surat ini untuk diserahkan kepada
shahabatnya di Khawarizmi untuk memastikan misi kami
tidak dihambat dan sebuah surat untuk penjaga gerbang
Turki agar mengawal kami serta memastikan misi kami tidak
terhambat.
Beliau bertanya kepada kami, “Di mana Ahmad bin
Musa?” Kami menjawab, “KamimeninggalkannyadiMadinah

86 Nasr bin Ahmad bin Nasr al-Samany, salah seorang raja yang terkenal dari
kerajaan Samaniyah yang menguasai wilayah Khurasan. Beliau masih berusia
8 tahun ketika ayahnya terbunuh dan memerintah tahun 301-331 H.
RISALAH IBNU FADHLAN

al-Salam. Ia akan berangkat lima hari setelah keberangkatan


kami.” Beliau berkata, “Saya dengarkan dan saya patuhi apa
yang diperintahkan oleh tuan Amir al-Mukminin, semoga
Allah memanjangkan umurnya.”
Ibnu Fadhlan berkata:
Kabar ini sampai kepada al-Fadl bin Musa an-Nasrani,
wakil Ibnu Furat. Maka ia membuat siasat terkait urusan
Ahmad bin Musa ini. Ia menulis surat untuk kantor pelayanan
sepanjangjalan Khurasan mulai dari wilayah Sirkhas hingga
Balkan yang berbunyi: “Sebarkan mata-mata untuk men­
deteksi Ahmad bin Musa al-Khawarizmi di penginapan-
penginapan dan MarasidA7 Ia adalah seorang dengan ciri-ciri
tertentu dan khas. Siapapun yang menemukannya agar me­
nahannyasampai suratyang kitabutuhkansampaikepadanya.
Ia ditemukan di Marwa dan ditahan di sana.”
Kami tinggal di Bukhara selama 28 hari. Al-Fadl bin Musa
juga setuju dengan Abdullah bin Bashtu dan teman-teman
kami yang lain dan berkata, ‘jika kita tinggal di Bukhara
saat musim dingin, maka kita akan kehilangan kesempatan
masuk ke Khawarizmi di mana Ahmad bin Musa akan datang
menyusul untuk bergabung dengan kita.”

87 Markas pasukan kecukaian dan pengawalan yang menjaga perbatasan dan


keamanan, A/wjaim Dury, 1/533.
BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

Ibnu Fadhlan berkata:


Saya melihat dirham di Bukhara dengan jenis yang ber­
macam-macam. Di antaranya dirham Ghitrifiyyah™ yang
terbuat dari tembaga, sabah,M dan tembaga campuran.
Uang tersebut dipotong menjadi beberapa bagian tanpa me­
makai timbangan. Seratus dirham jenis ini setara dengan
satu dirham perak. Ketika sepakat dalam mahar seorang
perempuan, mereka akan barkata: ‘Fulan bin Fulan menikah
dengan Fulanah bin Fulan dengan mahar seribu dirham
Ghitrifiyyah! Begitu juga ketika melakukan transaksi pem­
belian perabot rumah dan budak mereka. Mereka hanya me­
makai dirham jenis ini dan tak menyebutkan dirham yang
lain. Mereka juga memiliki jenis dirham lain yang terbuat
dari kuningan. Empat puluh dirham jenis ini senilai dengan
satu danaq (seperempat dirham-pcwerf). Ada juga dirham as-
Samarqandiyyah yang terbuat dari tembaga. Enam dirham
jenis ini setara dengan satu danaq.
Ketika saya mendengar apa yang dikatakan oleh
Abdullah bin Bashtu dan mengingatkanku akan datangnya
musim dingin, kami segera bergegas dari Bukhara menuju
sungai untuk naik perahu menuju Khawarizmi. Jarak antara
Khawarizmi dari tempat kami naik perahu lebih dari 200
farsakh (satu farsakh kurang lebih sekitar 8 kilometer). Kami
menghabiskan setengah hari untuk pelayaran ini dengan

88 Dirham Ghitrifiyyah atau Ghitharifah adalah jenis dirham yang sangat ber­
harga di Bukhara. Dibuat oleh Ghitrit bin Atha' pegawai Khurasan pada masa
al-Rasvid. Nilainya setara dengan enam danaq, di mana satu danaq setara
dengan 12 qirath. Lihat Maajim al-Arab, 2/216.
89 Campuran tembaga dan kuningan.
RISALAH IBNU FADHLAN

cuaca yang sangat dingin. Sampai akhirnya kami tiba di


Khawarizmi. Kemudian kami menemui Amir (pimpinan)
Khawarizmi yang bernama Muhammad bin ‘Iraq Khawarizm
Syah.90 Beliau memuliakan kami, menyambut dengan hangat
dan mempersiapkan sebuah rumah untuk kami.
Setelah tiga hari berlalu, kami bertukar pikiran dengan
beliau terkait rencana kami untuk memasuki negara Turki.
Beliau berkata, “Saya tak mengizinkan kalian melakukannya.
Saya tidak akan membiarkan kalian membahayakan nyawa
kalian. Saya tahu apa yang akan terjadi pada pemuda ini —
maksudnya Tekin al-Turky. Karena ia pernah bersama kami
sebagai tukang besi dan pernah menjual besi di negara kafir.
Dia adalah orang yang telah diutus oleh Nadhir untuk meng­
hadap Amir al-Mukminin dan menyerahkan surat dari Raja
Saqalibah untuk beliau.Jika memang memungkinkan, pimpin­
an Khurasan adalah orang yang lebih berhak untuk melaku­
kan hal tersebut untuk Amir al-Mukminin di negara tersebut.
Di samping itu, di antara tempatmu sekarang dengan negara
yang kau sebutkan tadi, ada seribu kabilah kafir. Ini adalah
kenyataan yang masih samar bagisultan. Saya menganjurkan-
mu untuk menulis surat kepada sultan yang mulia sampai hal
ini diperiksa kebenarannya oleh sultan dan beliau membalas
surat. Dan kalian menetap disini sampai adanyajawaban.”
Kami mempertimbangkan hal tersebut beberapa hari.
Kemudian kami kembali menghadap beliau. Kami terus ber­
usaha membujuk dan meminta pengertiannya. Kami berkata,*92

90 Muhamad bin ‘Iraq adalah pemimpin Khawarizm. Lihat Al-Biruni, him. 241.

92
BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

“Ini adalah perintah dan surat dari Amir al-Mukminin. Apakah


ada alasan untuk meminta peninjauan ulang di dalamnya?”
Akhirnya beliau mengizinkan kami. Kami meninggalkan
Khawarizmi9192menuju al-Jurjaniyyah yang berjarak sekitar
50 farsakh.
Saya melihat dirham Khawarizm imitasi yang terbuat
dari timah, Zuyufj2 dan tembaga yang mereka sebut dengan
dirham Thazijah.93 Nilainya setara empat setengah danaq.
Penukar uang mereka menjual Ki’abj4 gasing, dan dirham.
Mereka adalah orang yang perkataan dan tabiatnya
paling buas. Perkataan mereka seperti teriakan kicauan
burung tiung/ beo. Di sana ada suatu daerah yang disebut
dengan Ardkwa95 dan berjarak satu hari dari Khawarizm.
Penduduknya disebut dengan Kardiliyah. Perkataan mereka
mirip dengan kotekan katak. Mereka selalu menyucikan diri
dari Amir al-Mukminin Ali Bin Abi Thalib di setiap akhir
shalat.

* * *

91 Menurut Yaqut, Khawarizm bukanlah nama kota tapi kawasan dengan pusat
yang disebut dengan Jurjania dan oleh penduduknya disebut Kirkanj. Sedang
Jurjania adalah kota besar di tepi sungai Jaihun. Lihat Mu'jam al-Buldan, 2/480.
92 Uang dirham yang palsu dan tidak laku. Al-Hadharah al-Islamiyah, 2/319.
93 Bentuk serapan dari kata fazah yang berarti sesuatu yang murni. Al-Murab li
Jaliqy, 229.
94 Jamak dari kata Jta’&yang berarti danaq kecil. Mu'jam Duty, 1/478.
95 Kami tidak mengetahui nama tempat ini maupun nama penduduknya di
referensi yang ada.
RISALAH IBNU FADHLAN

Kami singgah di al-Jurjaniyah selama beberapa hari.


Sungai Jaihun membeku dari hulu hingga hilirnya. Ikan
tampak beku sepanjang tujuh belas jengkal.96 Sekawanan
kuda, Bagal (peranakan kuda dengan keledai), keledai, dan
anak sapi melewati sungai tersebut seperti melewati jalan.
Sungai itu tidak bergerak sama sekali. Maka kami tinggal di
daerah ini selama tiga bulan.
Kami melihat sebuah negara yang kami duga bahwa
gerbangnya telah dibukakan untuk kami. Salju tidak turun
kecuali disertai angin yang sangat kencang.97 Ketika seorang
laki-laki penduduk daerah itu hendak menawarkan sesuatu
kepada saudaranya dan ingin agar ia menerimanya, maka
ia akan berkata kepadanya, “Hei, kesini kamu, kita ngobrol-
ngobrol. Saya punya api yang menghangatkan.” Hal semacam
ini dilakukan jika ia ingin berusaha untuk berbuat baik dan
berinteraksi dengannya. Bagaimanapun, Allah Ta’ala telah
memberi perlindungan kepada mereka dalam mencari kayu
bakar dan memudahkan kayu bakar untuk mereka. Dengan
tergesa-gesa, mereka memikul kayu bakar al-Thaq9l< untuk

96 Yaqut mengatakan bahwa kebekuan sungai ini hanya lima jengkal. Oleh
karenanya dia menyalahkan apa yang dinyatakan oleh Ibnu Fadhlan dengan
mengatakan:”lni bohong, yang membeku itu paling banyak hanva lima jengkal
dan ini pun jarang terjadi. Biasanya hanya dua atau tiga jengkal saja. Ini
berdasarkan apa yang saya lihat dan saya tanyakan kepada penduduk daerah
tersebut.” Yang mengherankan Ibnu Fadhlan menyatakan bahwa panjang
ikannya mencapai 17 jengkal dan Yaqut menyalinnya menjadi 19 jengkal,
Mu’jam al-Buldan 2/484
97 Yaqut mengomentari kalimat ini:”Ini juga bohong, kalau pada musim dingin
angainnya tidak diam di daerah itu, tentu tidak ada seorang pun yang bisa hidup
di sana.” Mujam al-Buldan 2/485
98 Yaqut menjelaskan bahwa Thaq adalah kayu al Ghada, sebuat kata Turki yang
diarahkan. Kemudian ia berkata:”Saya berkata:Ini juga salah, seikatnya itu
BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

ditukar dengan dua dirham mereka. Kayu bakar itu beratnya


sekitar 3.000 ritl (satu ritl kurang lebih 8 ons).
Para pengemis di sana tidak boleh meminta-minta di
depan pintu, melainkan harus masuk ke salah satu rumah
penduduk dan duduk menghangatkan diri di depan perapian
untuk beberapa waktu dan kemudian mengucapkan ‘Bakand’
yang artinya roti." [Jika mereka memberikan sesuatu maka
ia akan mengambilnya dan jika tidak maka ia akan pergi].100

* * *

Kami menetap di Jurjaniyah untuk jangka waktu yang


sangat lama. Kami tinggal di sana, mulai beberapa hari di
bulan Rajab, Sya’ban, Ramadhan, dan Syawal. Lamanya kami
tinggal di sana dikarenakan turunnya salju dan cuaca yang
sangat dingin. Sungguh saya mendapatkan kabar bahwa ada
dua orang yang menggiring dua belas unta untuk membawa
kayu bakar dari suatu rimba. Keduanya lupa tidak membawa
korek api dan huraqah'01 dan kemudian bermalam tanpa
membuat perapian. Ketika pagi, kedua orang itu beserta
untanya telah mati karena cuaca yang sangat dingin.

hanya seribu ritl." Mu’jam al-Buldan 2/485


99 Yaqut memberikan komentar, “/«/ adalah penjelasan yang benar, hanya saja ia
biasa terjadi di Rustaq dan bukan di kotanya.”
100 Kalimat ini-yang berada di dalam tanda kurung siku - merupakan tam­
bahan kalimat yang kami ambil dari salinan Yaqut atau satu kata yang saya
tambahkan untuk menyempurnakan kalimat.
101 Semacam rabuk atau sesuatu yang rontok ketika mengerok atau melubangi
kayu khargah, nabj, atau yang lain.

Cx..95>
RISALAH IBNU FADHLAN

Saya juga melihat pasar di daerah ini dan jalan-jalan


tampak kosong sepi karena udara yang sangat dingin. Sampai-
sampai jika ada seseorang yang berkeliling ke jalan-jalan dan
pasar, maka ia tidak akan menemukan seorangpun dan tak
ada satupun manusia yang akan menghadap padanya. Ketika
saya keluar dari kamar mandi dan masuk ke dalam rumah,
saya melihat jenggotku yang telah mengepal menjadi satu
karena salju sampai akhirnya saya mendekatkan jenggotku
ke perapian.
Saya tidur di bagian tengah dalam sebuah rumah. Di
dalamnya ada sebuah kubah dengan hamparan lahud103
Turki. Saya menggunakan pakaian dan fara'03 sebagai selimut
dan seringkali pipiku melekat ke bantal.
Di sana, sungguh saya melihat tangki air yang diberi
bustinat104 yang terbuat dari kulit kambing dengan maksud
agar tangki tersebut tidak terbelah dan terpecah. Namun itu
tidak cukup membantu.
Saya juga melihat tanah cekung yang di dalamnya ter­
dapat jurang-jurang berisi tulang-belulang karena cuaca yang
sangat dingin. Pohon-pohon besar dan tua terbelah menjadi
dua karena hal tersebut.

102 Yaitu setiap rambut atau bulu yang digempalkan. Dinamakan seperti ini
karena bulunya dilekatkan satu sama lain lalu dibentangkan.
103 Jenis pakaian seperti jubah.
104 Mantel yang besar.
BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

Ketika memasuki pertengahan bulan Syawal tahun 309


H, musim mulai berganti. Sungai Jaihun telah mencair dan
kami mulai mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan
untuk melanjutkan perjalanan. Kami membeli onta Turki
dan menggunakan kulitnya untuk membuat perahu yang
akan kami gunakan untuk menyeberangi sungai yang di­
lewati untuk sampai di negara Turki. Kami menyiapkan
bekal berupa roti, jawarus105106
dan daging namkasuz'06 yang
cukup untuk tiga bulan.
Penduduk yang selalu ramah di daerah tersebut meng­
anjurkan kami untuk menyiapkan pakaian yang cocok da­
lam jumlah yang banyak. Mereka melebih-lebihkan dan
membesar-besarkan cerita yang menyusahkan kepada kami.
Ketika kami menjalaninya, ternyata lebih buruk dari apa yang
diceritakan kepada kami. Setiap orang dari kelompok kami
yang di atasnya memakai Kiftan,os
mengenakan Qurthaq,107108
109
dandiatasnya lagi memakai Bustin,Lubhadah,'09dan burnas"0
hingga yang tampak hanya kedua matanya saja. Kami

105 Jenis biji-bijian yang dimakan dengan diolesi minyak. Merupakan kata serapan
dari kata Kawirus.Jawarusada tiga jenis dan yang paling baik berwarna kuning
seperti padi. Sebagaimana diterangkan dalam Tajal-Ams. biji-bijian ini dapat
melancarkan air seni dan mengharumkan badan.
106 Daging yang dikeringkan tanpa diiris/ dikerat. Mu'jam Duzy, 2/728.
107 Kata serapan dari Kurtah, yaitu gamis atau mantel pendek yang panjangnya
sampai setengah tuhuh. Mu'jam Duzy li al-Malabis, 362.
108 Sej en is ja ke t ya ng d i p a ka i ole h o ra n g-o ra n g d a h u 1 u. Mu jam Duzy li al-Malabis,
163.
109 Pakaian yang digunakan untuk melindungi diri dari hujan dan dingin.
1 10 Dalam kamus berarti setiap baju yang menutupi kepala baik itu baju zirah,
jubah, atau baju hujan. Ukurannya panjang dan memiliki semacam songkok
penutup kepala. Mu'jam al-Malabis, 74.
RISALAH IBNU FADHLAN

juga memakai Sarawil"' yang berlapis, ada yang memakai


selimut, Ran,"2 dan sepatu yang terbuat dari Kimukht.”3 Di
atas sepatu, ada sepasang sepatu yang lain. Ketika naik onta,
salah seorang di antara kami sampai tidak bisa mengerakkan
badan karena pakaian yang dikenakan.
Para/M<7«/z«, pengajar, dan seorang pelayan114 yang keluar
dari Baghdad bersama kami berada di belakang karena takut
masuk negara itu. Saya berangkat bersama duta Saqalibah,
saudara iparnya, dan dua pemuda yaitu Tekin dan Baris.

Ketika hari keberangkatan yang kami rencanakan telah


tiba, saya berkata pada mereka, “Wahai masyarakat, bersama
kalian ada seorang pembantu raja, ia telah mengerti semua
urusanmu. Dan bersama kalian ada sebuah surat dari raja.
Saya sama sekali tidak memiliki keraguan [bahwa] dalam
surat itu disebutkan tentang pengarahan empat ribu dinar
Musayyabiyyah untuknya. Kamu sekalian akan menghadap
seorang raja non-Arab. Maka ia akan meminta kembali hal ter­
sebut padamu.”"5 Mereka menjawab, ‘jangan khawatir, dia

111 Kata serapan dari bahasa Persia yang berarti pakaian yang menutupi setengah
tubuh bagian bawah. Al-Khadharah al-Islamiygah, 2/186.
112 Sejenis sepatu.
1 13 Salah satu jenis kulit, kemungkinan kulit kuda. Mu'jam Dus//, 2/506.
114 Nama mereka tidak disebutkan di awal perjalanan. Kami tidak mengetahui
siapa mereka dan apa perannya. Mungkinkah di dalam rombongan ada ahli
fiqh selain Ibnu Fadhlan?
115 Ibnu Fadhlan tidak menjelaskan tujuan mengapa kaum itu menyembunyikan
uang dirham tersebut dari raja.
BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

tidak akan menuntut hal ini kepada kita.” Saya menimpali,


“Saya yakin bahwa ia akan menuntutnya.” Namun mereka
tidak menerima peringatanku.
Urusan kafilah berjalan dengan baik. Kami menyewa
salah seorang penduduk Jurjaniyah bernama Qulwas sebagai
penunjuk arah. Kami berserah diri kepada Allah ‘Azza wa
Jalla dan kami mempercayakan urusan kami kepada-Nya.

* * *

Kami berjalan dari Jurjaniyah pada hari Senin, malam


kedua dari bulan Dzulqa’dah tahun 309 H. Kami turun
di sebuah ribat bernama Zamjan116 yang terletak di dekat
gerbang negara Turki. Keesokan harinya, kami melanjutkan
perjalanan dan berhenti di suatu tempat yang bernama Jit.
Di tempat ini, salju turun menyambut kami sampai unta-
unta harus mengangkat lutut mereka untuk berjalan. Kami
tinggal di tempat ini selama dua hari.
Kemudian kami masuk ke negara Turki tanpa ada satu
halangan pun yang merintangi. Di antara hamparan daratan
yang dilewati, kami tidak menjumpai seorang pun kecuali
gunung. Kami melintasinya dalam kurun waktu sepuluh
hari. Dalam perjalanan ini, kami menjumpai kesulitan, ke­
sukaran, udara yang sangat dingin, dan badai salju yang
terus-menerus. Dinginnya Khawarizm hanya setara musim

116 Ribat ini ada banyak jumlahnya, namun kami tidak menemukan ribat dengan
nama ini.

c><99,
RISALAH IBNU FADHLAN

panas di tempat ini. Kami lupa segala sesuatu yang telah kami
lewati dan kami diintai bahaya yang bakal menyakiti kami.
Beberapa hari di antaranya terasa sangat dingin. Tekin
berjalan di sampingku. Di sebelahnya ada pemuda dari Turki
berbicara dalam bahasa Turki. Tekin tertawa dan berujar,
“Sesungguhnya orang Turki ini berbicara denganmu: Apa yang
diinginkan Tuhan dari kita? Di sini Dia akan membunuh kita
dengan cuaca dingin ini. Kalau saja saya tahu apa yang Dia
inginkan, tentu saya akan memberikan hal itu kepada-Nya.”
Saya berkata kepada Tekin, “Katakan padanya: Dia ingin
agar kamu mengatakan La Ilaha lila Allah ” Dia tertawa dan
berkata, “Kalau saya tahu tentu akan saya lakukan."
Setelah itu, kami tiba di suatu tempat yang penuh dengan
kayu-kayu besar dan kami singgah di tempat tersebut.
Rombongan membuat perapian untuk menghangatkan diri
mereka, melepas baju mereka, dan menjemurnya.
Kami melanjutkan perjalanan dan berjalan tanpa henti
setiap malam mulai pertengahan malam sampai waktu Ashar
atau Dzuhur. Kami berjalan sejauh mungkin yang kami bisa
dan kemudian berhenti.
Setelah lima belas malam, kami tiba di suatu gunung
besar yang dipenuhi bebatuan. Di sana ada sumber air yang
menghanyutkan apa saja yang melintasinya dan air tersebut
bermuara pada suatu cekungan.

* * *
BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

Setelah kami menyeberanginya, kami sampai di satu


kabilah/ suku Turki yang dikenal dengan al-Ghaziyah.117
Mereka adalah suku nomaden yang bertempat tinggal di
kemah-kemah. Mereka menetap di satu tempat untuk be­
berapa waktu dan kemudian pindah ke tempat yang lain.
Kamu bisa melihat tenda-tenda mereka di satu tempat
dan kemudian kamu juga akan melihatnya di tempat yang
lain sebagaimana yang biasa dilakukan oleh masyarakat
nomaden. Oleh karenanya, mereka hidup dalam keadaan
yang sukar. Mereka seperti keledai yang tersesat dan mereka
tidak beribadah kepada Tuhan dengan satu agama apapun
serta tidak mengunakan akal mereka. Mereka tidak me­
nyembah apapun, namun menyebut pemimpin mereka
dengan sebutan arhaban (tuhan). Ketika salah seorang di
antara mereka berkonsultasi kepada pemimpin mereka,
maka mereka akan berkata kepadanya, “Oh tuanku, apa yang
harus saya lakukan dalam masalah ini dan ini” (Urusan mereka
dimusyawarahkan di antara mereka).1'8 Bagaimanapun, jika
mereka telah sepakat dalam suatu hal dan berketapan hati
pada hal tersebut kemudian datang yang lebih hina dan lebih
rendah bagi mereka, maka mereka akan melanggar apa yang
telah mereka sepakati.

117 Dalam Mti'jam-nya, Yaqut berkata, “Ahmad hin Muhamad al-Hamdang


menceritakan dari Abu al-Abbas Isa bin Muhamad al-Mawardg berkata:
‘Kami tidak pernah mendengar sebuah tempat gang lebih penting gang terletak
di belakang sungai dari negara Turki selain Ghazigah, Taghazghazigah, dan
Khazaljiggah.” Sementara al-Istahary berkata, “Kawasan Turki itu bermacam-
macam. Adapun Ghazigah terletak di antara Khazar dan Kimuk."
118 Lihat QS. Al-Sgura 38.

O10l>
RISALAH IBNU FADHLAN

Saya mendengar mereka mengucapkan La ilaha illa Allah


Muhammad Rasulullah bukan karena mereka meyakini hal
tersebut, namun karena kalimat ini biasa mereka dengar dari
orang Islam yang mereka temui. Ketika salah seorang dari
mereka diperlakukan sewenang-wenang atau mengalami se­
suatu yang tidak disukainya, maka ia akan mendongakkan
kepalanya ke langit dan berkata dengan bahasa Turki, “Biir
Tengry jw/’yang artinya Allah yang Esa, di mana kata
Biir dalam bahasa Turki berarti tuhan dan Tenfjry berarti satu.
Mereka tidak membersihkan diri mereka setelah buang
air kecil maupun buang air besar. Mereka juga tidak mandi
setelah melakukan hubungan seksual dan keadaan lainnya.
Mereka sama sekali tidak berurusan dengan air, khususnya
ketika musim dingin. Para wanitanya tidak menutup diri
mereka ketika berada di hadapan laki-laki dan orang lainnya.
Begitu juga perempuan tidak mengenakan pakaian yang me­
nutupi diri mereka saat berada di depan khalayak umum.

mereka
mengucapkan
La ilaha illa Allah Pada suatu hari, kami tinggal ber­
Muhammad
Rasulullah bukan sama salah seorang di antara mereka se­
karena mereka bagai tamu dan duduk bersama. Ketika
meyakini hal
istri dari laki-laki itu sedang bersama dan
tesebut, namun
karena kalimat ini berbincang-bincang dengan kami, tiba-
biasa mereka dengar tiba ia membuka kemaluannya dan me­
dari orang Islam
yang mereka temui. nggaruknya. Kami melihat hal tersebut
BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

dan menutup wajah kami sambil ber­


perempuan ini men­
ucap, “Astaghfirullah.” Suami perem­
buka kemaluannya di
puan itu tertawa dan berujar pada pe­ hadapan kalian dan
nerjemah kami, “Katakan kepada mereka, kalian melihatnya
namun dia bisa men­
perempuan ini menbuka kemaluannya di
jaganya dan ia tidak
hadapan kalian dan kalian melihatnya tersentuh. Ini lebih
namun dia bisa menjaganya dan ia tidak baik daripada jika ia
menutupinya namun
tersentuh. Ini lebih baik daripada jika ia
mempersilahkan diri­
menutupinya namun mempersilahkan nya untuk disentuh."
dirinya untuk disentuh"
Mereka tidak mengenal istilah zina.
Siapapun yang diketahui melakukan hal itu, mereka akan
membelahnya menjadi dua. Cara yang mereka tempuh
adalah dua cabang dari dua pohon dijadikan satu. Kemudian
mereka mengikat orang tersebut pada dua cabang itu dan
mereka melepaskan kedua pohon tersebut. Maka orang yang
diikat pada dua cabang tersebut terbelah menjadi dua.
Salah seorang dari mereka sempat mendengarkanku
[membaca] al-Qur’an dan ia menganggapnya sebagai sesuatu
yang indah. Dia mendatangi kami seraya berkata kepada
penerjemah, “Katakan kepadanya agarjangan berhenti mem­
bacanya.” Suatu hari, orang ini berkata kepadaku melalui
penerjemah, “Katakan kepada orang Arab ini; Apakah Tuhan
kita Azza wa Jalla memiliki seorang istri?!” Saya begitu susah
mendengar hal itu. Saya bertasbih dan beristighfar kepada
Allah. Maka orang itu pun bertasbih dan beristighfar seperti
yang saya lakukan. Begitulah kebiasaan orang Turki. Ketika
RISALAH IBNU FADHLAN

ia mendengarkan seorang muslim membaca tasbih atau


tahlil, maka ia akan menirukan ucapan yang sama.

Tata cara pernikahan mereka adalah dengan cara sese­


orang di antara mereka melamar melalui salah satu kerabat
perempuannya — bisa anak, saudara, atau perempuan lain
yang menjadi tanggungannya — untuk mengantarkan se­
jumlah gaun Khwarizmi. Jika walinya setuju, maka gaun itu
akan diantarkan kepadanya. Mahar yang digunakan ada­
kalanya berupa unta, binatang ternak, atau yang lainnya.
Seseorang tidak diperbolehkan mendekati istrinya sampai ia
membayar mahar yang telah ia sepakati dengan wali perem­
puan tersebut. Jika mahar telah diserahkan pada wali, ia akan
datang tanpa malu-malu sampai ia memasuki rumah yang
ditinggali perempuan itu. Ia akan membawa perempuan itu
ke hadapan ayah, ibu dan saudara-saudaranya. Mereka tidak
akan menghalang-halangi laki-laki itu membawa pergi mem­
pelai perempuan.
Ketika seorang laki-laki yang memiliki istri dan anak
meninggal, maka anak tertua akan menikahi istri laki-laki
itu jika ia bukan ibu dari anak tertua tersebut. Tidak seorang
pun dari pedagang atau lainnya yang mampu/ berani untuk
mandi jinabat di deaerah mereka kecuali pada malam hari di
mana penduduk tidak melihat mereka. Karena mereka akan
marah dan berkata, “Orang ini hendak mengihir kita, ia telah
BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

menatap tanda-tandanya ke dalam air” Penduduk tersebut


kemudian akan mendenda siapa saja yang melakukan hal itu.
Tidak ada seorang muslim [yang] bisa melintasi negara
ini kecuali setelah ia berteman dengan salah satu penduduk
negara tersebut dan tinggal bersamanya sebagai tamu. Dari
negara Islam, ia membawa oleh-oleh berupa baju untuk
temannya, Miqnaah"9 untuk istri temannya, dan beberapa
Fulfill'20 (semacam lada), Jawarus, kismis dan kelapa. Ketika
seorang muslim tiba di tempat temannya, ia akan membuat­
kan sebuah Qubah12' untuknya dan membawakan sejumlah
kambing sesuai kemampuannya. Orang muslim itu juga yang
akan mengurus penyembelihannya karena orang Turki tidak
pernah menyembelih ternak mereka. Akan tetapi seseorang di
antara mereka akan memukul kepala kambing itu hingga mati.

* * *

Ketika seseorang dari mereka hendak berpergian namun


beberapa unta dan kendaraannya bermasalah atau jika ia
membutuhkan uang, ia akan meninggalkan unta tersebut
pada teman Turkinya dan ia akan mengambil apa yang ia
butuhkan baik itu berupa unta, kendaraan, atau uang dari
temannya tersebut. Dan ia akan berangkat. Ketika kembali

119 Penutup dari kain yang dipakai oleh laki-laki dan perempuan di kepala mereka,
barangkali seperti Burqa atau cadar bagi perempuan. Mu’jam al-Malabis, 377.
120 Komentar Yaqut tentang fulfill dalam kitab Mu’jam-nya, 3/453: “Saya
melihat pohon ini. Pohonnya tinggi dan selalu ada air di bawahnya. Saat angin
berhembus, buahnya akan berjatuhan. Nama ini digunakan sampai sekarang."
121 Sebuah bangunan dengan atap melingkardan pendek yang diikat dengan batu
atau pasak seperti halnya tenda.

cx105>
RISALAH IBNU FADHLAN

dari perjalanannya, ia akan mengembalikan uang, unta, dan


kendaraan yang ia pinjam.

Begitu juga jika seseorang yang tidak dikenal melintas


negara tersebut bersama orang Turki kemudian ia berkata,
“Saya adalah tamumu, saya menginginkan beberapa unta,
ternak, dan uangmu.” Maka orang Turki tersebut akan me­
nyerahkan apa yang diminta kepadanya. Jika orang yang
meminjam itu meninggal dalam perjalanan dan rombongan
kafilah telah kembali, orang Turki itu akan menemui mereka
seraya berkata, “Di mana tamuku?” Jika rombongan kafilah
tadi menjawab, “Dia telah mati” maka orang Turki tadi
akan menurunkan rombongan tersebut dan mendatangi
pedagang yang ia padang paling mulia di antara mereka. Ia
membuka barang-barang bawaannya yang ia lihat dan meng­
ambil beberapa dirham yang nilainya setara dengan apa
yang telah dipinjam oleh pedagang yang meninggal tanpa
mengambil sedikitpun tambahan, la juga akan mengambil
unta dan ternaknya seraya berkata, “Ia adalah pamanmu,
engkau adalah orang yang paling berhak untuk membayarkan
utangnya.”Jika rombongan pedagang lari, maka orang Turki
itu akan mengejarnya dan berkata, “Dia seorang muslim
sepertimu. Kamu telah mengambil harta yang dimilikinya.”
Jika orang Turki itu tidak menemukan muslim yang menjadi
tamunya di jalan besar yang biasa dilalui, ia akan bertanya
terkait negaranya, “Di mana dia?” Ketika telah mendapat
BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

petunjuk tentang keberadaannya, maka ia akan melakukan


perjalanan beberapa hari untuk mencarinya sampai ia tiba di
tempat di mana ia berada. Ia akan mengambil harta yang ada
pada dirinya dan hadiah yang diberikan kepadanya.
Begitu juga ketika orang Turki hendak masuk ke negara
Jurjaniyah. Ia akan bertanya kepada tamunya dan singgah
bersamanya sampai perjalanan dilaksanakan. Dan ketika
salah seorang Turki meninggal ketika berada bersama teman
muslimnya di mana teman muslimnya itu tengah bersama
rombongan melintasi negara Turki. Maka mereka akan mem­
bunuhnya dan mereka akan berkata, “Engkau telah mem­
bunuhnya karena kau telah menahannya bersamamu. Jika
saja tidak engkau tahan, tentunya ia tidak akan mati” Begitu
juga jika ia memberi orang Turki nahidh'-2 untuk diminum
kemudia ia jatuh dari suatu tembok dan mati, maka orang-
orang Turki akan membunuhnya sebagai pembalasan. Apa­
bila teman muslim dari orang Turki yang meninggal itu
tidak ada dalam rombongan, maka mereka akan mencari
orang yang paling penting dalam rombongan tersebut dan
membunuhnya.

* * *

Masalah sodomi merupakan masalah yang sangat besar


bagi mereka. Ada seorang penduduk Khawarizm yang datang
untuk tinggal bersama seorang wakil raja Turki bernama

122 Sejenis minuman yang buat dari perasan. Dalam al-Taj disebutkan bahwa
nabidh adalah arak dari perasan anggur.
RISALAH IBNU FADHLAN

Kudharkin. Ia tinggal bersama tamunya beberapa lama guna


mengurus perjanjian pembelian kambing. Di Turki ada
seorang anak yang belum berjanggut/ masih belia dan orang
dari Khawarizm itu selalu membujuk dan merayunya sampai
anak itu menuruti apa yang orang Kwawarizm itu inginkan.
Kemudian datang seorang Turki dan mendapati mereka
berdua tengah melakukan hal yang tidak senonoh. Orang
Turki itu melaporkannya kepada Kudharkin dan ia berkata
pada orang Turki itu, “Kumpulkan penduduk Turki.” Maka
ia pun mengumpulkannya. Ketika masyarakat Turki telah
berkumpul, Kudharkin berkata pada orang Turki, “Apakah
kamu senang saya menghukumi dengan adil atau dengan
batil?” Orang Turki itu menjawab, "Dengan adil.” Kudharkin
berkata, "Bawa ke sini anakmu.” Maka ia mendatangkannya.
Kudharkin berkata, “Anak ini dan pedagang itu, dua-duanya
harus dibunuh semua.” Orang Turki itu merasa keberatan dan
berkata, “Saya tidak akan mengerahkan anakku.” Kemudian
Kudharkin berkata, “Kalau begitu, pedagang ini bisa menebus
dirinya sendiri.” Maka orang Khawarizm tadi melakukan hal
tersebut. Ia menyerahkan sejumlah kambing kepada orang
Turki itu atas apa yang telah ia lakukan kepada anaknya.
Ia juga menyerahkan empat ratus ekor kambing kepada
Kudharkin karena telah mengampuninya. Kemudian orang
tersebut meninggalkan negara Turki.

* * *

Q5O
BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

Orang pertama dari kalangan raja dan pemimpin Turki


yang menemui kami adalah Yinal al-Shaghir.123 Ia pernah
masuk agama Islam, namun kemudian ia diberitahu, “Jika
kamu masuk Islam, kami tidak akan menjadikanmu pemimpin
kami.’’ Maka ia keluar dari keislamannya. Ketika kami sampai
di tempat di mana ia tinggal, ia berkata, “Saya tidak akan
mengizinkan kalian untuk melintas karena ini adalah hal yang
sama sekali belum pernah saya dengar dan saya tidak berpikir
bahwa hal itu akan terwujud” Kami kemudian berlaku ramah
dengan memberi hadiah kepadanya berupa dua buah kiftan
Jurjani senilai sepuluh dirham, sepotong baju bay bafj24
beberapa potong roti, segenggam penuh kismis dan seratus
buah kelapa/ pala. Ketika kami menyerahkan semua ini
padanya, ia bersujud pada kami. Ini adalah adat mereka. Saat
seseorang hendak memuliakan/ menghormati orang lain,
maka ia akan bersujud kepadanya. Kemudian dia berkata,
“Andai saja rumahku tidakjauh darijalan besar ini, saya akan
membawakan kambing dan gandum untukmu.”Dia lantas me­
ninggalkan kami dan kami melanjutkan perjalanan.
Keesokan harinya, kami bertemu dengan satu orang
Turki berwajah jelek, berpenampilan lusuh dan tidak enak
dipandang, serta tercela sikapnya. Saat itu kami tengah di­
guyur hujan lebat. Dia lantas berkata, “Berhentilah kalian
semua.” Maka satu rombongan yang berjumlah sekitar tiga
ribu kendaraan/ ternak dan lima ribu orang itu berhenti

123 Dia adalah Kujuk Yinal, seorang penguasa pada masa itu. Mafatih al-UIumt
him. 73.
124 Sejenis pakaian untuk perempuan. Ahsan 'ala Taqasim, him. 323.
RISALAH IBNU FADHLAN

semuanya. Kemudian dia berkata, “Tidak ada satupun dari


kalian yang boleh lewat.” Kami pun berhenti dan menaati
perintahnya. Kami berkata padanya, “Kami adalah sahabat
Kudharkin?” Dia menghadap ke arah kami dan tertawa seraya
berkata, “Siapa Kudharkin? Saya akan buang kotoran anjing
dijenggotnya Kudharkin!...” Dia lantas berkata dengan bahasa
Khawarizm, "Bakand (roti).” Kami menyerahkan beberapa
potong roti padanya dan dia menerima serta berkata,
“Lewatlah, saya kasihan kepada kalian semua?’

* * ♦

Ibnu Fadhlan berkata:


Ketika salah seorang dari mereka sakit dan dia memiliki
tetangga dan pembantu yang melayaninya, mereka akan
menungguinya dan tidak seorang pun
dari keluarganya yang berada didekatnya.
Ketika salah
seorang dari mereka Mereka akan membuatkan sebuah tenda
meninggal, maka untuknya. Dia akan berada di sana hingga
mereka akan membuat ia sembuh atau meninggal. Sementara
sebuah kuburan yang
besar layaknya sebuah jika dia adalah seorang budak atau orang
rumah untuknya. Dia miskin, mereka akan membuangnya di
akan dimasukkan gurun dan meninggalkannya.
ke dalamnya dan
dipakaikan sebuah Ketika salah seorang dari mereka
jubah, ikat pinggang, meninggal, maka mereka akan membuat
dan busur panah sebuah kuburan yang besar layak­
nya sebuah rumah untuknya. Dia akan
dimasukkan ke dalamnya dan dipakaikan
BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

sebuah jubah, ikat pinggang, dan busur panah miliknya...125


Mereka juga membuatkan sebuah gelas dari kayu berisi
nabidh (semacam anggur) dan diletakkan di tangannya.
Sebuah wadah dari kayu yangjuga berisi nabidh diletakkan di
hadapannya. Seluruh benda miliknya dibawa dan diletakkan
bersama dirinya di dalam rumah tersebut.
Mereka akan mendudukkan jenazah tersebut di dalam
rumah itu dan membuatkan atap untuk rumah itu. Di atas
rumah itu, diberi semacam kubah dari tanah. Mereka juga
akan memasukkan sejumlah binatang tunggangannya.
Mereka akan membunuh seratus sampai dua ratus ekor
hewan kendaraannya atau hanya satu ekor saja. Mereka
akan memakan daging hewan tersebut dan menyisakan
kepala, kaki, kulit, dan ekornya untuk digantung di tiang
kayu. Dan mereka berkata, “Hewan-hewan tunggangan ini
akan mengantarkannya ke surga" Dan jika si jenazah itu dulu
pernah membunuh manusia dan dikenal sebagai seorang
yang pemberani, mereka akan mengukir sejumlah patung
sebanyak orang yang telah dibunuhnya dan mereka akan
meletakkan patung-patung tersebut di kuburannya. Mereka
berkata, “Orang-orang ini akan melayaninya di surga!”
Adakalanya mereka lalai tidak menyembelih hewan
tunggangannya hingga sehari atau dua hari. Maka seorang
tetua kaum itu akan menganjurkan kepada mereka dengan
berkata, “Saya melihat si fulan (maksudnya si may it) dalam
mimpi, dia berkata padaku: ‘Lihat! Kamu lihatlah aku. Teman-
temanku telah jauh meninggalkanku dan kedua kakiku berat

125 Setelah kata ini, ada beberapa kata dalam manuskrip yang kosong.
RISALAH IBNU FADHLAN

untuk mengejar mereka. Saya belum bisa menyusul mereka


dan kini aku tetinggal sendirian.” Maka mereka segera
mempersiapkan hewan tunggangannya. Hewan itu dibunuh
dan digantungkan di kuburannya. Selangsehari atau dua hari,
orang tua itu akan datang kembali dan berkata, “Sungguh
saya telan bermimpi bertemu si fulan. Dia berkata padaku:
‘Kabarkanlah kepada keluarga dan sahabat-sahabatku bahwa
kini saya telah menyusul orang-orang yang mendahuluiku.
Kini saya telah memperoleh kelegaan dari kecapaian.”

Ibnu Fadhlan berkata:


Semua orang Turki memotong jenggot mereka dan
menyisakan yang ada di ujung janggut mereka. Barangkali
kamu pernah melihat orang tua renta dari mereka yang me­
motong jenggotnya dan menyisakan rambut yang berada
dibawah dagu dan ia mengenakan jubah dari kulit domba.
Ketika seseorang melihatnya dari jauh, ia tidak akan ragu
untuk mengira bahwa orang tua renta itu adalah kambing
bandot.
Raja Turki Ghaziyah memiliki gelar pemimpin yang
disebut dengan Yabghu.™ Setiap orang yang menjadi raja
kabilah ini diberi gelar dengan nama ini. Wakilnya disebut
dengan Kudharkin. Setiap orang yang menjadi wakil dari
pemimpin mereka diberi gelar Kudharkin.

126 Yaghbu adalah gelar bagi kebanyakan raja di daerah Turki. Mafatih al-‘Ulum,
him. 73.
BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

Setelah meninggalkan Turki, kami singgah di tempat


pemimpin pasukan mereka yang bernama Etrek bin al-
Qataghan. Dia membuatkan kami sebuah tenda Turki
dan kami tinggal di dalamnya. Dia memiliki seorang istri,
pembantu, dan rumah yang besar. Dia memberikan beberapa
kambing kepada kami dan menyerahkan beberapa hewan
tunggangan (kuda) dengan maksud agar kami menyembelih
kambing tersebut (dengan cara Islam) dan memakai hewan
tunggangan itu sebagai kendaraan kami. Dia mengundang
sejumlah orang dari keluarganya dan anak-anak dari paman-
pamannya. Dia membunuh banyak kambing untuk disajikan
kepada mereka.
Kami memberinya hadiah berupa pakaian, kismis,
kelapa/ pala, fulfill, dan Jawarus (millet). Kami melihat
istrinya —yang ternyata bekas istri dari ayahnya — tengah
mengambil daging, susu, dan beberapa benda yang hendak
ia hidangkan. Dia keluar dari rumahnya menuju padang
yang luas untuk menggali sebuah lubang untuk memendam
sesuatu di dalamnya. Dia mengucapkan beberapa kalimat.
Saya bertanya kepada penerjemah, “Apa yang dia katakan?”
Penerjemah menjawab, “Dia berkata, Ini sebuah hadiah untuk
al-Qataghan, ayahnya Etrek, yang diberikan oleh orang Arab
kepadanya”
Ketika malam tiba, saya dan penerjemah menemui Etrek
bin al-Qataghan. Dia sedang duduk dalam tendanya. Kami
membawa surat dari Nadhir al-Haramy yang ditujukan
kepadanya. Dalam surat itu, Nadhir al-Haramy mendorong
dan mengajak dirinya untuk masuk Islam. Nadhir juga
RISALAH IBNU FADHLAN

mengirim hadiah berupa uang lima puluh dinar, di antaranya


berupa dinar musayyabi, tiga mistqal minyak Misk, beberapa
lembar kulit yang telah disamak, pakaian dari Marwa yang
telah kita potong menjadi dua, sepatu kulit, satu kain brokat
(sejenis sutera), dan lima kain sutera. Semua hadiah ini
kami serahkan padanya. Kami juga menyerahkan sebuah
kerudung dan cincin kepada istrinya.
Saya membacakan surat itu untuknya. Etrek lantas ber­
kata kepada penerjemah, “Saya tidak akan mengatakan apa­
pun kepada kalian sampai kalian kembali. Saya akan menulis
sebuah surat kepada khalifah tentang apa yang akan saya
putuskan.” Kemudian dia melepaskan pakaian brokat yang di­
pakainya untuk mengenakan pakaian pemberian yang telah
kami sebutkan. Saya melihat jubah yang berada di bawahnya
[sungguh] telah robek dan kotor. Hal ini karena salah satu
adat kebiasaan mereka adalah satu orang di antara mereka
tidak melepas pakaian yang menempel di badannya sampai
pakaian tersebut robek menjadi beberapa bagian. Saat itu tiba,
mereka akan memotong jenggot dan kumis mereka seluruh­
nya hingga ia nampak seperti seorang pelayan. Saya juga me­
lihat bagaimana orang Turki menyebutkan bahwa dia adalah
penunggang kuda terbaik. Suatu hari, saya melihatnya me­
nunggang kuda bersama kami dalam suatu peijalanan dan
tiba-tiba ada seekor angsa terbang melintas. Orang itu langsung
memasang busur panahnya, menggerakkan tunggangannya
dibawah angsa itu, dan membidiknya. Dia berhasil men­
jatuhkannya.
BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

* * *

Pada suatu hari, Dia memanggil para pemimpin yang


kelak akan menggantikannya. Mereka adalah Tarkhan, Yinal,
keponakannya, dan Ilghiz. Tarkhan adalah sosok yang paling
utama dan agung namun ia pincang, buta, dan tangannya
lumpuh. Etrek bin Qataghan berkata kepada mereka, "Ini
adalah para utusan raja Arah untuk saudara iparku, Almish bin
Shilky. Saya tidak akan membiarkannya melintas kecuali setelah
bermusyawarah dengan kalian semua.” Tarkhan berkata, “Ini
adalah sesuatu yang belum pernah saya lihat dan saya dengar.
Tidak ada satu utusan khalifah pun yang pernah melintasi
negara kita baik pada masa kita maupun pada masa pendahulu
kita.127 Saya hanya berpikir bahwa khalifah tengah melaku­
kan tipu muslihat dengan mengirim orang-orang ini ke Khazar
dengan tujuan meminta bantuan pasukan untuk menyerang
kita. Tindakan yang harus kita lakukan adalah memenggal para
utusan ini dan merampas apa yang mereka miliki.”
Orang yang lain berkata, “Tidak, Kita ambil saja apa yang
mereka miliki dan membiarkannya pulang ke tempat asal
mereka dalam keadaan telanjang!’ Yang lainnya lagi berkata,
“Jangan, kita punya orang-orang yang ditawan oleh raja
Khazar. Kita kirim saja orang-orang ini untuk ditukar dengan
orang-orang kita yang ditawan.” Mereka terus mengkaji hal ini
sampai tujuh hari lamanya. Dan saat itu kita berada dalam

127 Bisa jadi ini merupakan bukti lain bahwa Ibnu Fadhlan merupakan utusan
pertama yang dikirim dan dia merupakan orang pertama dari Baghdad yang
bertugas mengunjunginya.
RISALAH IBNU FADHLAN

kondisi seperti akan mati.


Mereka akhirnya sepakat untuk melepaskan kami dan
membiarkan kami lewat. Kami memberikan sebuah kiftan
dari Marwa dan dua potong bay />«/kepada Tarkhan. Kami
menghadiahi sebuah jubah pada Yinal dan [masing-masing]
temannya. Kami juga menghadiahi mereka sejumlah lada,
jawarus, serta roti dan mereka pun meninggalkan kami.

Kami melanjutkan perjalanan sampai tiba di sungai


Yaghindi.128 Orang-orang di sana mengeluarkan perahu lipat
mereka yang terbuat dari kulit onta yang dibentangkan.
Perkakas dari onta Turki dipilih karena bentuknya yang
bundar. Mereka meletakkan perlengkapannya dalam perahu
lipat tersebut sampai ia membentang. Kemudian mereka me­
ngisinya dengan pakaian dan berbagai barang. Setelah terisi,
satu rombongan yang terdiri dari empat hingga enam orang
akan duduk di setiap perahu. Mereka akan memegang kayu
khandak'23 yang difungsikan sebagai dayung.
Mereka terus mengemudikan kapal dan air membawa
mereka ke arah yang dikehendaki sampai mereka berhasil
menyeberang. Mereka melintasi sungai dengan berenang.
Agar bisa mengawal anggota rombongan lainnya dari kaum

128 Sekarang bernama sungai Zayindi, sebuah anak sungai Emba. Ta'li/fat at-
Russiyah, him, 100.
129 Sebuah kayu hawar berwarna putih.
BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

Bashkir130 yang biasa menyergap orang-orang yang tengah


menyeberang, kelompok pasukan bersenjata menyeberang
terlebih dahulu sebelum rombongan yang lainnya.
Kami juga melakukan cara di atas untuk menyeberangi
sungai Yaghindi. Setelah itu kami menyeberangi sebuah
sungai yang dikenal dengan nama sungai Jam,131 dengan
menggunakan perahu lipat pula. Kemudian menyeberangi
sungai Jakhish,132 sungai Udhil,133 sungai Ardan,134 sungai
Warsh,135 sungai Akhtani,136 dan sungai Watba.137 Semuanya
merupakan sungai yang besar.

* * *

Setelah melewati semua sungai itu, kami sampai di


Pecheneg.138 Kami mendapati mereka tengah berkemah
di atas air yang menyerupai laut bebas. Mereka memiliki
warna kulit sawo matang gelap dan jenggotnya dicukur.
Mereka tampak seperti orang miskin. Mereka berkebalikan
dengan orang Ghaziyyah yang saya tahu ada yang memiliki

130 Mereka adalah kelompok lusuh dan berkutu dari Turki. Mereka merupakan
ka u m ya n g b u ru k. M u'ja m a l-Buldan, 1/468.
131 Frey berpendapat bahwa sungai ini adalah sungai Gim.
132 Yaitu sungai Sagir.
133 Sekarang bernama sungai Oyil.
134 Sekarang bernama sungai Zaqsibay.
135 Mungkin sekarang adalah sebuah sungai yang bernama sungai Qaldagayti.
136 Mungkin sekarang adalah sebuah sungai yang bernama sungai Assi Say.
137 Salah satu anak sungai dari sungai Yayiq.
138 Sebuah kabilah dari Turki, tepatnya daerah Qufjaq yang aslinya berasal
dari Kurdistan. Tempat tinggal mereka berada di tepi Yayiq dan Volga,
berdampingan dengan Khazar. Dab'ah al-Maarifal-Isiamiyyah, 3/1 108.
RISALAH IBNU FADHLAN

hingga sepuluh ribu binatang tunggangan dan seratus ribu


ekor kambing. Sebagian besar kambing itu digembalakan di
daerah salju agar mencari rumput memakai kuku-kuku yang
dimilikinya. Jika kambing-kambing itu tidak menemukan
rumput, mereka akan mengunyah salju hingga menjadi
sangat gemuk. Ketika musim panas tiba, kambing-kambing
itu akan makan rumput dan menjadi kurus. Kami singgah di
Pecheneg selama satu hari.
Kami kemudian melanjutkan perjalanan dan berhenti
di sungai Jaikh.139 Ini adalah sungai terbesar yang pernah
saya lihat, paling luas, dan paling kuat arusnya. Sungguh,
saya pernah melihat sebuah perahu terbalik dan tenggelam
di sungai itu. Banyak dari anggota rombongan yang tewas
ketika menyeberangi sungai Jaikh.
Sejumlah onta dan hewan tunggangan
Mereka memotong
juga tenggelam. Kami menyeberangi jenggot dan memakan
sungai ini dengan susah payah. kutu yang ada di
rambutnya. Salah
Kemudian kami berjalan beberapa
seorang di antara
hari dan menyeberangi sungai Jakha.140 mereka akan memeriksa
Setelah itu menyeberangisungailrkhiz,141 darz (lipatan) jubah
mereka dan mengunyah
sungai Bajagh,142 sungai Samur,143 sungai
kutu yang ditemukan
Kinel, sungai Sok, dan sungai Kunjulu.144 dengan gigi mereka.

139 Sebagian orientalis berpendapat bahwa sungai ini adalah cabang dari sungai
Jaihun.
140 Sekarang bernama sungai Gagan, sebagaimana pendapat Fray di halaman 27.
141 Bisa jadi ia adalah sungai Talvoka yang terletak di antara Yayiq dan Volga.
142 Sekarang bernama sungai Moca, sebuah anak sungai dari sungai Volga.
143 Sekarang bernama sunga Samar.
144 Bisa jadi ia adalah sungai yang kini bernama Qundurca.
BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

Kami berhenti di suatu negara bangsa Turki yang dikenal


dengan nama Baskhkirs dan kami sangat hati-hati terhadap
mereka. Ini karena mereka merupakan bangsa Turki yang
paling keji, paling kotor, dan paling berani dalam hal
membunuh. Ketika seseorang dari mereka bertemu dengan
yang lainnya, ia akan memenggal dan membawa kepalanya
serta membiarkan badannya begitu saja.
Mereka memotong jenggot dan memakan kutu yang
ada di rambutnya. Salah seorang di antara mereka akan me­
meriksa darz115 (lipatan) jubah mereka dan mengunyah
kutu yang ditemukan dengan gigi mereka. Ada salah seorang
dari mereka yang telah masuk Islam bersama kami dan dia
melayani kami. Saya melihatnya mendapatkan seekor kutu
di bajunya. Dia membinasakan kutu itu dengan kukunya lalu
menjilatnya. Saat melihatku, dia berkata, “Enak..!.”
Setiap orang dari kelompok itu memahat sebuah kayu
seukuran lingga dan menggantungkannya pada diri mereka
sendiri. Ketika hendak bepergian atau akan menghadapi
musuh, mereka akan mencium patung tersebut dan bersujud
padanya sambil berkata, “Oh Tuhanku, saya akan melakukan
ini dan ini.” Saya berkata pada penerjemah, “Tanyakan pada
salah seorang di antara mereka, apa yang menjadi dasar
mereka melakukan hal itu dan mengapa mereka memercayai-

145 Bagian atas ketika sebuah baju disatukan kedua ujung jahitannya. Kata ini
adalah serapan dari bahasa Persia yang masih digunakan sampai sekarang.
RISALAH IBNU FADHLAN

nya sebagai tuhan?" Dia menjawab, “Karena saya ingin meng­


hadirkan sesuatu yang mirip dengannya dan saya sendiri tidak
tahu kalau ada sang pencipta selain ini.”
Di antara mereka ada yang meyakini bahwa mereka me­
miliki dua belas dewa. Yaitu dewa musim dingin, dewa musim
panas, dewa hujan, dewa angin, dewa pohon, dewa manusia,
dewa hewan tunggangan, dewa air, dewa malam, dewa siang,
dewa kematian, dan dewa bumi.146 Dan tuhan yang ber­
semayam di langit adalah tuhan yang paling agung. Meskipun
demikian, dia melakukan kerjasama dengan yang lainnya.
Masing-masing dari mereka menyetujui apa yang dilakukan
oleh partner mereka. Mahasuci Allah dari apa yang dikatakan
oleh orang-orang yang zalim dengan ketinggian yang sebesar-
besarnya.147
Saya juga melihat di antara mereka ada sekelompok
orang yang menyembah ular, ada yang menyembah ikan, dan
ada yang menyembah Karakai.148 Mereka memberitahuku
bahwa mereka pernah berperang melawan salah satu kaum
yang menjadi musuhnya dan mereka mampu memukul
mundur musuh. Ketika itu, burung Karakai memekik di
belakang mereka sehingga membuat mereka ketakutan dan
lari kocar-kacir. Oleh karena itulah setelah mereka berhasil
mengalahkan musuh, mereka menjadi penyembah Karakai.

146 Dalam naskah yang kami pegang, yang disebutkan hanya 6 tuhan saja, namun
Yaqut menambahkan dalam bukunya hingga mencapai 13. Kami mengambil
kekurangan nama tuhan yang belum disebutkan darinya.
147 Ibnu Fadhlan menukil kalimat ini dari QS. Al-Isra: 42.
148 Karakai adalah sekor burung yang mirip dengan angsa yang ekornya terputus
dan berwarna kelabu. Hewan ini terkadang mcngerombol di air.
BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

Mereka berkata, “[Ini adalah tuhan kita] dan ini adalah per­
buatannya. Ia telah membuat musuh kita menjadi kalah.” Oleh
karena inilah mereka menyembahnya.149
Ibnu Fadhlan berkata:
Kami meninggalkan negara orang-orang tersebut dan
menyeberangi sungai Jirimsan150 kemudian menyeberangi
sungai Auran,151 sungai Auram,152 sungai Baynakh,153 sungai
Watigh,154 sungai Niyasanah, dan sungai Jausiz.155 Antara
satu sungai dengan sungai lain yang telah disebutkan kami
tempuh dalam kurun waktu antara dua atau tiga atau empat
hari. Bisa lebih dan bisa juga kurang.

* * *

C. Saqalibah
Ketika kami sampai di satu tempat yang berjarak satu
hari satu malam perjalanan dari Raja Saqalibah156 —orang
yang hendak kami temui, beliau mengirim empat raja yang

149 Yaqut menambahkan bahwa dirinya melihat orang Baskhir di Aleppo


dan mereka memiliki rambut dan wajah yang berwarna merah kekuning
kuningan. Mereka mengikuti mazhab fiqih Abu Hanifah. Yaqut juga men­
ceritakan di mana negara mereka dan sebab keislaman mereka secara panjang
lebar. Mu’jam al-Buldan, 1/469.
150 Pada halaman 27, Frey menyebutkan bahwa sungai tersebut adalah sungai
Girimsan.
151 Sekarang bernama sungai Uran.
152 Sekarang bernama sungai Urem.
153 Zeki Validi berpendapat bahwa sungai ini adalah sungai Mayna.
154 Sekarang bernama sungai Utka yang berasal dari bahasa Rusia yaitu Udga.
155 Frey berpendapat bahwa sungai ini adalah sungai Aqtay.
156 Yaqut menyalin bab ini ke dalam Mu’jam-nya dengan judul Bulgaria, 1/723:
“Saga membaca risalah gang dibuat oleh Ibnu Fadhlan..

o121>
RISALAH IBNU FADHLAN

berada di wilayah kekuasaannya beserta saudara dan anak-


anaknya untuk menemui kami. Mereka membawakan kami
roti, daging, dan jawawut dan berjalan bersama kami.
Ketika kami sudah berjarak dua farsakh darinya, beliau
sendiri yang menyambut kami. Ketika melihat kami, beliau
turun dan bersujud kepada Allah azza wa jalla sebagai
ungkapan rasa syukur. Ia membawa uang di lengan bajunya
dan menaburkannya pada kami. Beliau juga membangunkan
tenda sebagai tempat singgah kami.
Kami sampai di sana pada hari Ahad, 12 Muharram
310 H. Jarak dari Jurjaniyah ke kota ini adalah tujuh hari
perjalanan. Kami menetap mulai Ahad hingga Rabu di
dalam tenda-tenda yang telah dibangun untuk kami sampai
para raja, pemimpin, dan penduduk negeri berkumpul untuk
mendengarkan pembacaan surat dari khalifah.
Saat hari Kamis tiba, mereka berkumpul dan kami mem­
bentangkan dua midrat157 yang telah kami bawa. Kami me­
masang pelana pada kuda dengan pelana yang dikirim untuk
raja. Kami mengenakan Siwad,5S pada sang raja dan memakai­
kan sebuah serban untuknya. Saya kemudian mengeluarkan
surat dari khalifah dan berkata kepadanya, “Ketika surat ini
dibaca, tidak ada seorangpunyang diperbolehkan untuk duduk.”
Sang raja menegakkan kedua kakinya dan seluruh penduduk
negeri yang hadir serentak berdiri. Raja merupakan sosok
yang sangat besar dan gemuk.

157 Panji-panji atau bendera. Al-Jauhary berkata, “kayu tongkat dan dia tanpa
bendera,semacam panji-panji” Ma'ajim Duzy, 2/34.
158 Baju kebesaran Daulah Abbasiyah.
BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

Saya memulai membaca pembukaan surat dari khalifah.


Ketika saya sampai pada bagian yang berbunyi, “Salam
bagimu, Saya mengajakmu untuk memuji Allah yang mana
tiada tuhan selain Dia,” saya berkata, “Jawablah salam dari
Amir al-Mukminin ini.” Maka sang raja menjawab salam
tersebut dan yang lain turut menjawab salam seluruhnya.
Penerjemah terus menerjemahkan kata-per-kata apa yang
kami baca dari surat itu. Ketika kami selesai membacanya,
mereka bertakbir dengan takbir yang mengetarkan bumi.
Kemudian saya membacakan surat dari menteri Hamid
bin al-Abbas159 dan raja masih dalam keadaan berdiri. Saya
memintanya untuk duduk, maka beliau duduk ketika pem­
bacaan surat dari Nadhir al-Haramy. Ketika saya selesai mem­
bacanya, teman-temannya menaburkan banyak uang. Saya pun
mengeluarkan hadiah berupa parfum, pakaian, dan perhiasan
untuk raja dan istrinya. Saya terus menyerahkan satu-per-satu
hadiah yang ditujukan kepada dirinya maupun istrinya hingga
selesai. Saya memberikan hadiah kepada istri raja di hadapan
hadirin. Beliau duduk di samping raja. Ini merupakan adat dan
kebiasaan mereka. Ketika saya menyerahkan hadiah kepada
istri raja, para wanita di sekelilingnya menaburkan uang
kepada dirinya. Kemudian kami berlalu.
* * *

159 Hamid bin al-Abbas perrnah menjadi kepala daerah kemudian diangkat
menjadi menteri oleh Al-Muqtadir. Beliau merupakan tokoh yang mulia,
menonjol, rupawan, tangkas, dn kurang hari-hati. Ai-Fakhiy, 315.
RISALAH IBNU FADHLAN

Setelah satu jam berlalu, beliau meminta kami untuk


menghadap. Kami pun menemuinya di dalam tendanya. Para
raja duduk di sisi kanan raja Saqalibah. Beliau meminta kami
untuk duduk di samping kirinya. Putra-putri raja duduk
di depannya dan beliau sendiri duduk di atas singgasana
yang dilapisi Dibajh160 Romawi. Kemudian beliau meminta
hidangan berupa daging panggang dihadirkan dan dengan
segera jamuan telah siap.
Raja mulai menyantap hidangan dengan mengambil
sebuah pisau, mengiris sepotong daging, dan memakannya.
Beliau melanjutkannya dengan memotong irisan kedua dan
kemudian irisan ketiga. Setelah itu ia memotongsatu iris daging
dan menyerahkannya pada Sausan, si utusan. Ketika beliau
tengah menikmati hidangannya, datang satu hidangan kecil
yang diletakkan di hadapannya. Dalam adat kebiasaan mereka,
setiap orang yang hadir tidak akan mulai memakan hidangan­
nya kecuali setelah sang raja mengambil sepotong daging
dari hidangan tersebut. Segera setelah raja mengambil satu
potong daging dari hidangan tadi, datang lagi hidangan yang
lain. Hidangan yang telah dicicipi raja itu diserahkan kepada­
ku dan aku memakannya. Kemudian datang lagi satu hidang­
an di hadapanku. [Raja mengambil satu potong dari hidangan
tersebut kemudian menyerahkan hidangan itu kepada orang
yang berada di sisi kanannya. Dan datang lagi hidangan yang
lain. Sang raja mencicipinya dengan mengiris sepotong daging
dan memakannya lalu menyerahkan sisanya kepada putranya].

160 Sutera romawi, sangat terkenal pada abad keempat. Biasanya didatangkan
dari Prancis. Al-Hadharah al-lslamiyah, 2/301.
BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

Dan datang lagi hidangan yang keempat untuk dicicipi raja dan
hidangan-hidangan yang lain dengan perlakuan yang sama.
Kami menyantap hidangan kami masing-masing tanpa
ditemani oleh orang lainnya. Tidak ada orang lain yang turut
menikmati hidangan yang diperuntukkan untuk dirinya. Se­
telah kenyang memakan hidangan, setiap orang membawa
pulang sisa daging menu hidangannya ke rumahnya masing-
masing.
Ketika kami menikmati makanan yang dihidangkan,
Beliau minta didatangkan minuman yang terbuat dari madu
yang mereka sebut Suju,'61 sebuah minuman yang proses
pembuatannya membutuhkan waktu satu hari satu malam.
Beliau meminumnya satu gelas dan kemudian berdiri. Beliau
berkata, “Iniadalah bentuk kesenanganku
dengan tuanku, Amir al-Mukminin.
"Janganlah kalian memujiku
Semoga Allah memanjangkan umurnya”
secara berlebihan
Empat raja beserta anak-anaknya turut sebagaimana berlebihannya
berdiri ketika raja berdiri. Kami juga orang Nasrani dalam
mengagungkan Nabi Isa bin
ikut berdiri. Beliau mengulanginya Maryam AS. Saya [hanyalah
hingga tiga kali. Kemudian kami undur seorang hamba. Maka
diri dari jamuan tersebut. katakanlah:! hamba Allah
dan utusannya."
* * *

161 Suju atau suji. Kami tidak menemukan istilah ini di kamus yang ada. Kalangan
orientalis juga kebinggungan dalam menjelaskan istilah ini dan mereka
berpendapat bahwa yang dimaksud adalah arak. Namun kami meyakininya
bukan, karena tidak mungkin Ibnu Fadhlan meminum arak. Padahal Yaqut
memberikan penjelasan, ''Kemudian kami meminumnya denyan menyunakan
yelas"Lihat Ta'iiq Kanardalam bahasa Pcrancis, him, 89.


RISALAH IBNU FADHLAN

Sebelum saya datang pada jamuan itu, ada seseorang


yang berkhotbah di atas mimbar, berdoa untuk sang raja,
“'Ya Allah, sejahterakanlah Mulk (raja) Yiltawar,'62 raja
Bulgaria.” Maka saya berkata kepada raja, “Sesungguhnya
Allah adalah al-Mulk. Tak ada seorang pun selain-Nga yang
boleh disebut dengan gelar ini di atas mimbar. Tuan kita, Amir
al-Mukminin pun telah merelakan dirinya sendiri di dalam
mimbar-mimbarnya di penjuru barat hingga timur untuk
diucapkan untuknya: ‘Ya Allah, sejahterakanlah hambamu dan
khalifahmu yaitu Jafar al-Muqtadir Billah, pemimpin kaum
muslimin.” Begitu juga para khalifah sebelumnya. Sungguh
Nabi Muhammad SAW. telah bersabda: “Janganlah kalian
memujiku secara berlebihan sebagaimana berlebihannya orang
Nasrani dalam mengagungkan Nabi Isa bin Maryam AS. Saya
[hanyalah seorang hamba. Maka katakanlah:] hamba Allah
dan utusannya."163
Sang raja bertanya padaku, “Jadi bagaimana khotbah yang
diperbolehkan untukku?” Saya menjawab, “Dengan mengguna­
kan namamu dan nama ayahmu.”Beiiau menimpali, “Ayah saya
adalah seorang kafir. Saya tidak suka menyebut namanya di atas

162 Sebelumnya kami telah menyebutkan tentang adanya perbedaan tentang


nama Yiltawar di kalangan orientalis. Ada yangberpendapat bahwa namayang
dimaksud adalah Aib Iltawar, Iltawar, Biltawar, dan Bal ldar. Fraehn berkata
bahwa raja Bulgaria disebut dengan gelar ldar. Kami telah menerangkan
hal ini, akan tetapi kami lupa menambahkan bahwa ada Orientalis yanag
menyatakan bahwa nama raja Rusia di Volga adalah Igore. Berthold
berpendapat bahwa raja Bulgaria bernama Waldawacyang kemudian berubah
menjadi Aib Iltawar.
163 Kutipan dari hadis Nabi Muhammad SAW. yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari dan tercantum dalam kitab al-Fath al-Kabir karya Imam Suyuthi,
3/329.
BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

mimbar. Saya juga tidak suka menyebut namaku karena yang


memberiku [nama inij adalah orang kafir. Tetapi, siapa nama
tuanku, A mir al-Mukminin?” Saya menjawab, “Namanyaja’far.”
Beliau berkata, “Bolehkan saya memberi nama untuk diriku
dengan memakai namanya?” Saya menjawab, “Boleh.” Beliau
berkata, “Saya akan mengganti namaku menjadija’fardan nama
bapakku menjadi Abdullah. Mohon engkau memerintahkan hal
ini kepada khatib.” Maka saya melakukannya.
Semenjak kejadian ini, khatib berdoa untuknya, “Ya
Allah, sejahterakanlah hambamu, Ja’far bin Abdullah, pe­
mimpin Bulgaria pembantu Amir al-Mukminin.”

★ * *

Tiga hari setelah saya membacakan surat dan menyerah­


kan hadiah untuknya, beliau memanggilku untuk meng­
klarifikasi perihal uang empat ribu dinar dan tipu daya
Nasrani164 yang mengakibatkan tertundanya pembayaran.
Informasi tentang ini ada di dalam surat.
Ketika saya menemuinya, beliau memintaku untuk
duduk. Maka saya pun duduk. Beliau melemparkan suratnya
Amir al-Mukminin kepadaku seraya berkata, “Siapa yang
membawa surat ini?” Saya menjawab, “Saya yang membawa­
nya.” Kemudian beliau melemparkan kepadaku suratnya
menteri dan berkata, “Yang ini juga?” Saya menjawab, “Ya,

164 Yaitu al-Fadl bin Musa yang sebelumnya telah disebutkan. Dia adalah wakil
Ibnu Furat dan dia telah menarik hal-hal yang diambil dari daerah, tapi
kemudian ia melakukan tipu daya dan mcnunda-nundanya.

Cx127y
RISALAH IBNU FADHLAN

saya juga yang membawanya” Beliau berkata, “Uang yang di­


sebutkan dalam dua surat ini kau apakan?” Saya menjawab,
“Kami tidak mungkin mengumpulkannya. Waktunya sempit
dan kami khawatir akan gagal untuk dapat masuk wilayah
Turki tepat waktu. Kami meninggalkan uangnya untuk
kemudian disusulkan kepada kami.” Beliau berkata, “Engkau
datang bersama seluruh rombonganmu dan tuanku telah meng­
infakkan sejumlah bekal pada kalian hanya dengan tujuan agar
kalian membawa uang ini kepadaku sehingga dengan uang
itu saya bisa membangun benteng untuk pertahanan diri dari
orang-orang Yahudi165 (Khazar) yang memperbudakku. Ada­
pun pelayanku telah membawa hadiahnya dengan baik.” Saya
berkata, “Itu seperti yang Anda katakan!! Bagaimanapun kami
telah mengusahakan yang terbaik dengan sungguh-sungguh!’
Beliau berkata kepada penerjemah, “Katakan padanya: 'Saya
tidak mengenal orang-orang tersebut. Saya hanya mengenalmu.
Mereka adalah orang-orang non-Arab. Jika Ustadz"'1' — semoga
Allah memanjangkan umurnya —berpikir bahwa mereka
mampu menyampaikan apa yang harusnya engkau sampaikan,

165 Dalam kitabnya halaman 2/389, Ibnu Hauqal menyatakan, ‘'Adapun Khazar
adalah nama sebuah daerah dengan pusatnya disebut dengan Atil dan rajanya
adalah seorang Yahudi. Dikabarkan bahwa dia memiliki 4.000 pelayan.” Yang
dimaksud Yahudi adalah Khazar sebagaimana kami sebutkan sebelumnya.
Al-Rubwah dalam kitabnya menyebutkan bahwa penduduk Khazar ada yang
Yahudi dan ada yang Islam. Ihnu Athir menyatakan bahwa Mereka masuk
Islam pada tahun 254 H dan Ibnu Athir juga menyebutkan sebab keislaman
mereka dalam kitabnya.
166 Penyebutan Raja Saqlibah pada khalifah dengan kata ustadz merupakan
sesuatu yang mengagumkan. Begitu pula ucapan raja “mereka adalah orang
Ajam” merupakan sesuatu yang mengherankan. Karena dalam perkiraan
kami, Ibnu Fadhlan sendiri adalah pembantu yang berasal dari non-Arab atau
Ajam.
BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

Beliau tidak akan mengutusmu untuk menjaga apa yang saya


butuhkan, membacakan surat untukku, dan mendengarkan
jawabanku. Saya tidak akan menuntut satu dirham pun selain
kepadamu. Serahkan uang itu. Itu lebih baik untukmu."
Saya pergi dari hadapan raja dengan perasaan terkejut
dan sedih. Beliau terlihat kesal, menakutkan, dan tengah
mendakwa. Suaranya menggelegar seolah-olah beliau sedang
berbicara dari dalam sebuah tong besar. Saya meninggalkanya
dan mengumpulkan rekan-rekanku. Saya memberitahukan
mereka apa yang terjadi antara aku dengan raja. Saya berkata
kepada mereka, “Oleh karena ini saya menjadi khawatir.”

* * *

Ketika iqamah, muazin raja membaca lafal-lafalnya


secara dobel layaknya ketika adzan. Kemudian saya berkata
kepada raja, “Tuanmu, Amir al-Mukminin di negaranya
melakukan iqamah dengan bacaan tunggal.” Kemudian raja
berkata kepada muazin, “Terimalah apa yang ia katakan ke­
padamu dan jangan membantahnya.”
Maka raja memerintahkan muazin untuk melakukan hal
itu untuk beberapa hari. Yaitu selama raja meneruskan per-
tanyaanya tentang uang itu dan berdebat denganku tentang­
nya. Saya pun tidak berhenti mendebatnya dan mengajukan
dalil-dalil hingga membuatnya putus asa. Ketika raja telah
kehilangan harapan tentang uang itu, raja memerintahkan
muazin untuk melakukan iqamah dengan formula dobel
RISALAH IBNU FADHLAN

dan muazin melakukannya. Beliau melakukan ini dengan


maksud untuk membuat tema debat yang baru denganku.
Ketika saya mendengar muazin iqamah dengan meng­
ulangi lafal-lafalnya sebanyak dua kali, saya pun berteriak
membentaknya dan melarangnya167 melakukan hal itu. Raja
mengetahui kejadian ini dan memanggilku beserta rekan-
rekanku untuk menghadap kepadanya.
Ketika kami telah berkumpul, beliau berkata kepada
penerjemah, “Katakan padanya [maksudnya padaku]: ‘Apa
pendapatnya tentang muazin yang hanya mengucapkan lafal
iqamahnya sekali tanpa pengulangan dan muazin lain yang
mengucapkan lafal iqamahnya dua kali. Kemudian masing-
masing dari keduanya shalat hersama suatu kaum. Apakah
shalatnya sah atau tidak?" Saya menjawab, “Shalatnya sah.”
Beliau berkata, “Dengan ada ikhtilaf (perbedaan pendapat)
atau dengan ijma’ (kesepakatan)?” Saya menjawab, “Dengan
ijma’!" Kemudain beliau berkata, “Tanyakan kepadanya:
‘Apa pendapatmu tentang seseorang yang mempercayakan
kepada suatu kelompok tertentu untuk membawa sejumlah
uang kepada suatu kaum yang lemah, ditahan, dan diperbudak,
kemudian kelompok itu menghianatinya?” Saya menjawab,
“Itu tidak diperbolehkan dan mereka adalah kelompok yang
buruk/ jahat.” Beliau berkata, “Dengan ikhtilaf atau dengan
167 Dalam kitab Majmu'al-Zawaid (1/3.30), al-Haithamy menyebutkan: "Sahabat
Bilal diminta iqamah oleh Rasulullah SAW maka beliau iqamah denqau
tutu$al”Da\am riwayat yang lain juga disebutkan bahwa pada masa Rasulallah
SAW., adzan dilakukan dengan dua-dua sedangkan iqamah tunggal-tunggal.
Orientalis juga telah membahas hal ini. Jhonvolt berpendapat bahnya hanya
madzhab Hanafiali yang menggandakan kalimat iqamah. Pembahasan terkait
adzan dan iqamah dapat ditemukan di Dairah al-Maarifal-Islamiyyah, 1/135.
BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

ijma’?” Saya menjawab, “Dengan ijma’!” Kemudian beliau


berkata kepada penerjemah, “Katakan padanya: ‘Bagaimana
menurutmu jika khalifah - semoga Allah memanjangkan
umurnya — mengirim pasukan padaku. Akankah ia mampu
mengalahkanku?” Saya menjawab, “Tidak.” Beliau berkata,
“Bagaimana kalau pemimpin Khurasan?” Saya menjawab,
‘juga tidak" Beliau berkata, “Bukankah itu disebabkan jarak
yang sangatjauh dan banyaknya suku-suku kafir yang ada di
sekeliling kami?” Saya menjawab, “Ya, benar.” Beliau berkata,
“Katakan kepadanya: ‘Demi Allah, meski tempatku ini sangat
jauh sebagaimana yang kamu lihat, saya sungguh masih takut
kepada tuanku Amir al-Mukminin. Saya khawatir beliau
mendengar sesuatu yang tidak menyenangkan tentangku dan
beliau tidak menyukainya sehingga beliau mungkin akan
menghancurkan tempatku. Di mana beliau tetap di kerajaan-
nya dan antara tempat ini dengan tempatnya terbentang
wilayah yang sangat luas. Dan kalian yang masih memakan
rotinya, masih mengenakan pakaiannya, dan telah melihatnya
sepanjang waktu, telah menghianatinya berkenaan dengan misi
yang membuat beliau mengirimmu padaku, kepada sebuah
kaum yang lemah. Kalian telah menghianati seorang Muslim!
Saya tidak akan menerima bimbinganmu terkait urusan
agamaku sampai datang seseorang yang peduli dengan urusan-
ku terkait apa yang ia katakan. Ketika orang yang seperti ini
datang kepadaku, saya akan menerimanya!' Kami terdiam
dan tak mampu menjawabnya. Kemudian kami undur diri
dari hadapan beliau.
RISALAH IBNU FADHLAN

Ibnu Fadhlan berkata:


Setelah pembicaraan itu, beliau mulai lebih mempercayai
dan mendekatiku dibandingkan dengan yang lain serta men­
jaga jarak dari rekan-rekanku. Beliau menjuluki aku Abu
Bakar as-Siddiq.168

Di negara ini, saya melihat hal-hal menakjubkan yang


sangat banyak hingga tak mampu saya hitung. Di antaranya,
satu jam sebelum terbenamnya matahari pada malam per­
tama kami berada di negara ini, saya melihat langit berubah
menjadi sangat merah. Saya juga mendengar suara-suara
yang sangat ribut dan dengungan sekawanan gajah yang
keras di udara. Saya mendengakkan kepala dan melihat awan
kemerah-merahan seperti api yang sangat dekat denganku.
Suara dengungan hewan dan keributan yang terjadi tampak
berasal dari mega merah tersebut. Suara-suara itu mirip
seperti suara manusia dengan tunggangannya. Ilusi ini
tampak seperti pasukan [beserta] tombak-tombak dan
pedang-pedangnya. Saya dapat mengerti dengan jelas dan
membayangkannya. Sementara itu, di sisi yang lain tampak
awan yang mirip dengan dengan awan pertama yang saya
lihat. Saya bisa melihat sebuah pasukan dengan tunggangan
dan senjatanya di awan itu. Kelompok ini mulai menyerang

168 Kemungkinan Abu Bakar adalah nama kunyah dari Ibnu Fadhlan dan
ditambahkan kata al-Siddiq karena kejujurannya.
BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

kelompok yang lain seperti batalion-batalion yang tengah


bertempur. Kami merasa ketakutan dengan fenomena ini
dan kami menghadap seraya merendahkan diri dan berdoa.
Penduduk menertawakan kami dan merasa heran dengan
apa yang kami lakukan.
Ibnu Fadhlan berkata:
Kami melihat satu kelompok menyerang kelompok yang
lain. Kemudian keduanya berbaur bersama sesekali dan
kemudian memisah. Kejadian ini terus berlanjut dalam satu
malam. Kemudian kedua kelompok itu menghilang.
Kemudian kami menanyakan hal tersebut kepada raja.
Beliau berdalih bahwa kakek-kakeknya dulu pernah berkata
bahwa mereka adalah jin mukmin dan jin kafir yang selalu
bertempursetiap malam. Mereka tidak pernah meninggalkan
peperangan ini sepanjang keberadaan mereka, meskipun
hanya satu malam saja.

♦ * *

Ibnu Fadhlan berkata:


Saya bersama penjahit raja —yang berasal dari kota
Baghdad dan telah menetap di daerah ini — di dalam tendaku
untuk berbincang-bincang. Durasi perbincangan kami kira-
kira sama dengan waktu yang dibutuhkan oleh seseorang
untuk membaca sepertujuh setengah dari al-Qur’an. Kami
menunggu adzan tengah malam. Tiba-tiba kami mendengar
suara adzan. Kami keluar dari tenda dan ternyata fajar telah
RISALAH IBNU FADHLAN

terbit. Saya berkata kepada muazin: “Kamu adzan apa?"


Dia Menjawab, “Adzan fajar (shubuh)" Saya berkata, “Lalu
kapan adzan Isya yang akhir?” Dia menjawab, “Kami shalat
Isya bersama shalat Maghrib.” Saya berkata, “Lalu malamnya
bagaimana?” Dia menjawab, “Seperti yang engkau lihat.
Waktu malam bisa lebih pendek dari sekarang. Sekarang sudah
mulai panjang malamnya." Dia juga mengatakan bahwa
dirinya tidak tidur malam sejak satu bulan yang lalu karena
khawatir ketinggalan shalat shubuh. Hal ini dikarenakan
seseorang yang meletakkan periuk di atas api pada waktu
Maghrib kemudian ia shalat shubuh, dia tak perlu khawatir
airnya telah mendididih.
Ibnu Fadhlan berkata:
Saya melihat waktu siang mereka sangat panjang dan
waktu malamnya pendek. Ini akan berlangsung dalam
beberapa waktu tertentu di setiap tahunnya. Selang beberapa
waktu, malamnya akan menjadi panjang dan waktu siangnya
menjadi pendek.
Pada malam kedua, saya duduk di luar tenda untuk
menyaksikan langit. Saya hanya melihat sedikit bintang yang
tampak. Kira-kira hanya lima belas bintang [yang berpencar].
Mega merah yang muncul sebelum Maghrib belum juga
menghilang dengan sempurna. Malam menjadi agak gelap di
mana seseorang hanya bisa mengenali orang lain dalam jarak
tidak lebih darighalwah169 anak panah.

169 Asal katanya adalah Ghayah yang berarti lesatan anak panah yang terjauh.
Ada yang mengatakan kira-kira sekitar 300 sampai 400 dzira'.
BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

Ibnu Fadhalan berkata:


Saya melihat bulan tidak teletak di tengah-tengah
langit di wilayah ini, melainkan muncul di sisi samping dari
langit. Satu jam kemudian fajar terbit dan rembulan pun
menghilang. Raja bercerita kepadaku bahwa ada sebuah
negara di luar negerinya yang berjarak tiga bulan perjalanan
yang dihuni oleh sebuah kaum bernama Wisu.170 Waktu
malam di wilayah tersebut kurang dari satu jam.
Ibnu Fadhlan berkata:
Saya melihat negara ini ketika terbitnya matahari, segala
sesuatunya berubah menjadi merah. Tanah, gunung dan
semua benda di mata manusia akan tampak seperti mega
yang besar ketika matahari terbit. Warna kemerah-merahan
akan terus tampak sampai matahari berada di tengah-tengah
langit. Penduduk negeri ini memberitahuku bahwa pada
musim dingin, waktu malam akan menjadi panjang layaknya
panjangnya siangdi musim panas dan waktu siang akan men­
jadi pendek layaknya waktu malam ketika musim panas.
Sampai-sampai ketika salah seorang di antara kami hendak
pergi ke suatu tempat yang bernama Atil171 — jarak tempat itu
dengan tempat kami kurang dari satu farsakh perjalanan —

170 Dalam Mu'jam al-Buldan (4/944) dijelaskan bahwa Wisu adalah sebuah
negara di samping Bulgaria yang berjarak tiga bulan perjalanan. Sedangkan
Fraehn berpendapat bahwa yang dimaksud Wisu adalah Rusia putih atau
Bielo Russe, sebuah wilayah yang sekarang berada di dekat Moskow.
171 Atil adalah nama sebuah sungai besar yang membelah negara Khazar. Sungai
ini mengalir hingga Rusia dan Bulgaria (Mu'jam al-Buldan, 1/112). Ada yang
berpendapat bahwa Atil adalah nama sebuah daerah yang menjadi pusat
negara Khazar.
RISALAH IBNU FADHLAN

pada waktu terbitnya fajar, maka ia tidak akan sampai ke


tempat tersebut pada waktu gelap malam, sampai waktu
munculnya bintang-bintang menghiasi langit. Kami tidak
akan meninggalkan negara ini sampai waktu malam menjadi
panjang dan waktu siang menjadi pendek.

Saya melihat penduduk negeri ini sangat senang men­


dengarkan lolongan anjing. Mereka akan sangat bahagia dan
berkata, “Ini akan menjadi tahun kemakmuran, keberkahan,
dan keselamatan."
Saya juga menemukan ada banyak ular di daerah ini,
sampai-sampai sebuah cabang pohon bisa dililit oleh sepuluh
ular atau lebih. Penduduk tidak membunuh ular-ular itu dan
ular-ular tersebut pun tidak membahayakan mereka. Suatu
waktu, saya melihat sebuah pohon di suatu tempat yang
tingginya lebih dari seratus dzira (hasta). Pohon ini telah
tumbang dan ternyata memiliki batang yang besar. Saya
berhenti untuk melihatnya karena ada sesuatu yangbergerak-
gerak yang membuat saya takut. Saya mengamatinya dari
dekat dan saya melihat seekor ular yang tebal dan panjangnya
menutupi batang pohon itu. Ketika ular tersebut menatapku,
ular tersebut turun dari pohon itu dan menghilang di antara
pepohonan. Saya begitu ketakutan. Kemudian saya datang
dan melaporkan kejadian itu kepada raja dan orang-orang
yang ada di ruangan beliau. Ternyata mereka tidak menaruh
BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

perhatian terhadap perkara ini. Beliau berkata, “Jangan


khawatir, mereka tidak akan membahagakanmu.”
Suatu ketika kami berkemah bersama raja di sebuah
tempat. Saya bersama teman-temanku-Tekin, Sausan,
Baris - dan seseorang sahabatnya raja masuk ke rerimbunan
pepohonan. Kami melihat sebuah tangkai hijau yang kecil
tipis seperti alat pintal tetapi lebih panjang. Di tangkai
tersebut tumbuh sebuah tunas hijau dan di ujung tunas
tersebut ada daun lebar yang membentang hingga ke tanah
dan menyebar di atasnya seperti nabit172 (tanaman yang baru
tumbuh). Tumbuhan tersebut memiliki buah yang ketika
seseorang memakannya pasti akan mengiranya sebagai buah
Rumman AmlLii'73 (sejenisdelima). Kami memakan beberapa
buah dan ternyata rasanya sangat lezat. Akhirnya, kami tidak
henti-hentinya mencari buah tersebut dan memakannya.

* * *

Saya melihat mereka memiliki buah apel yang warnanya


sangat hijau dan rasanya lebih asam dibanding cuka anggur.
Jika gadis-gadis muda memakan buah tersebut, maka
tubuhnya akan menjadi montok. Saya melihat, tidak ada yang
lebih melimpah di negara mereka dibanding pohon hazelnut
(semacam buah kemiri). Sungguh saya melihat hutan pohon
hazelnut dengan panjang dan lebarnya sekitar 40farsakh.

172 Bagian lunak dan segar dari setiap tumbuhan ketika masih kecil.
1 73 Sejenis buah-buahan dengan rasa yang sangat manis.


RISALAH IBNU FADHLAN

Saya juga melihat mereka memiliki pohon yang tidak


saya ketahui jenisnya. Pohon ini sangat tinggi dan cabang-
cabangnya tidak memiliki daun. Ujung pohon itu seperti
ujung pohon kurma. Daun-daunnya berupa pelepah [yang
lembut], hanya saja tersusun rapat menjadi satu. Penduduk
pribumi biasa mendatangi pohon tersebut dan menuju titik
cabang dari pohon tersebut kemudian melubangi dahannya.
Mereka meletakkan sebuah wadah dibawah lubang tersebut.
Dari lubang itu akan mengalir air yang lebih manis dari madu.
Jika seseorang terlalu banyak minum air itu, maka ia bisa men­
jadi mabuk seperti mabuknya orang yang minum arak.
Meskipun mereka memiliki biji gandum dan jelai yang
melimpah, namun mayoritas mereka mengonsumsi Jawarus
(milet) dan dagingkuda. Setiap orangyang menanam sesuatu
maka tanaman itu akan menjadi miliknya sendiri. Raja tidak
memiliki hak untuk mengklaimnya. Hanya saja setiap tahun,
masing-masing rumah harus menyerahkan selembar kulit
Sammur174 kepada raja. Ketika raja memerintahkan sebuah
pasukan untuk menyerang sebuah negara dan merampasnya,
maka raja dan masing-masing pasukan akan mendapatkan
bagian. Setiap orang yang hendak mengundang seorang tamu
ke sebuah Zillah,7S atau mengadakan pesta pernikahan harus
menyerahkan sebuah porsi kepada raja sesuai dengan besar
kecilnya pesta, seukuran satu sakhrakh (suatu alat ukur)

174 Hewan darat yang mirip dengan musang atau kucing. Hewan ini biasa diambil
kulitnya karena lentur, lembut, dan indah.
175 Zillah yaitu jamuan makan, walimah, pesta, atau kegiatan lain yang
didalamnya ada jamuan makan untuk kerabat dan sahabat.
BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

minuman dari madu dan beberapa biji


gandum yang jelek. Gandum ini jelek Di antara adat
karena tanah mereka hitam dan berbau. kebiasaan mereka
Karena tidak memiliki tempat adalah ketika seorong
laki-laki dikarunia
yang digunakan untuk menyimpan seorang anak laki-
makanan, mereka mengali sebuah laki, maka yang akan
lubang di tanah dan meletakkan merawat bayi tersebut
adalah kakeknya dan
makanan mereka di dalamnya. Setelah bukan ayahnya. Dia
beberapa hari, makanan itu akan mulai akan berkata. "Saya
berubah menjadi berbau busuk dan lebih berhak untuk
mengasuhnya sampai
tidak bisa dimanfaatkan. dia dewasa dibanding
Mereka juga tidak mengenal .. ayahnya."
minyak zaitun, Syiraj (minyak wijen),
atau minyak nabati lainnya. Mereka hanya menggunakan
minyak ikan untuk mengantikan semua minyak ini. Dan
segala sesuatu yang mereka olesi minyak ini akan menjadi
bau. Mereka membuat sup dari jelay yang diperuntukkan bagi
para budak laki-laki maupun perempuan mereka. Adakalanya
mereka memasak jelay dicampur dengan daging. Sang tuan
akan memakan dagingnya dan para budak perempuan akan
memakan jelaynya. Namun jika ada kepala kambingnya, maka
budak perempuan akan memakan dagingnya.
Masing-masing dari penduduk di sana mengenakan
Qalanis'76 (semacam songkok). Ketika raja naik kuda, ia akan

176 Qalanis adalah bentuk jamak dari kata qalaitstia yaitu pakaian penutup
kepala. Dikisahkan bahwa Ja’far al-Mansyur memerintahkan pemakaian
qalanis. Ketika Islam telah mencapai Eropa Timur pada masa Perang Salib,
mereka mengambil qalanis yang panjang dan juga Mawdan dikenakan oleh
kalangan perempuan. Pada tahun 24S H, bentuknya menjadi lebih pendak.
RISALAH IBNU FADHLAN

berkendara sendiri tanpa pembantu dan tak ada seorang


pun yang menemaninya. Ketika raja melintasi sebuah pasar,
semua orang akan berdiri dan melepaskan songkok dari
kepalanya dan meletakkannya dibawah lengan. Setelah raja
berlalu, mereka akan kembali memakai songkoknya di kepala
mereka. Begitu pula, setiap pemuda ataupun orang tua —
bahkan anak-anak dan saudaranya sekalipun —yang hendak
menemui raja harus menatap raja sesaat lalu melepaskan
songkok mereka dan meletakkannya dibawah lengan mereka.
Kemudian mereka melakukan sebuah gerakan menggunakan
kepala mereka dan duduk. Mereka kemudian berdiri kembali
sampai raja memerintahkannya untuk duduk. Setiap orang
yang duduk di hadapan beliau, harus duduk dalam posisi ber­
lutut dan tidak mengambil songkok mereka. Mereka tidak
akan memakai songkok tersebut hingga ia undur diri dari
hadapan raja. Setelah di luar, baru ia kembali memakainya.
Mereka semuanya tinggal di tenda-tenda. Hanya saja,
tenda milik raja sangat besar dan bisa menampung seribu
orang lebih. Lantainya digelari fars'77 (karpet) Armani. Di
tengah-tengahnya diletakkan singgasana raja yang diselimuti
dibajh Yunani.
Di antara adat kebiasaan mereka adalah ketika seorong
laki-laki dikarunia seorang anak laki-laki, maka yang akan
merawat bayi tersebut adalah kakeknya dan bukan ayahnya.

Lihat al-Hadharah al-Islamiyyah, 2/186.


177 Karpet Armani dan juga permadaninya sangat terkenal. Lihat Al-Hadharah
al-lslamiyyah, 2/302.
BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

Dia akan berkata, “Saya lebih berhak untuk mengasuhnya


sampai dia dewasa dibanding ayahnya” Ketika seseorang
di antara mereka meninggal, maka yang menjadi ahli waris
adalah saudaranya dan bukan anaknya. Saya memberi tahu
raja bahwa hal ini tidak diperbolehkan dalam Islam. Saya
kemudian memberi tahu tata cara waris yang benar sampai
beliau memahaminya.
Saya tidak pernah melihat sebuah negara yang jumlah
petirnya lebih banyak daripada yang terjadi di negara ini.
Ketika ada sebuat petir yang jatuh di suatu rumah, mereka
tidak akan mendekati rumah itu. Mereka berkata, “Rumah
ini telah dimurkai oleh Tuhan.”

* * *

Ketika ada seseorang yang dengan sengaja membunuh


orang lain, maka sebagai balasannya mereka akan
membunuh pelaku pembunuhan tersebut. Namun jika ia
membunuhnya tanpa sengaja, maka mereka akan membuat
sebuah kotak dari kayu khandak dan memasukkan pelaku
pembunuhan ke dalam kotak tersebut dan memaku pada
bagian atasnya. Mereka juga meletakkan tiga keping roti dan
satu kendi air bersamanya. Mereka kemudian mendirikan
tiga buah tiang yang mirip dengan tiang-tiang pintu yang
tinggi dan menggantungkan kotak tersebut pada tiang-tiang
itu. Mereka berkata, “Kami meletakkan dia di antara langit
RISALAH IBNU FADHLAN

dan bumi agar ia terpapar hujan dan matahari. Semoga Allah


mengasihinya.” Dia akan terus digantung seperti itu hingga
waktu melepasnya tiba dan angin membebaskannya.
Ketika mereka melihat ada seseorang yang memiliki
kecerdasan dan dapat mengetahui berbagai hal, mereka
berkata, “Hak dari orang ini adalah bahwa dia akan melayani
Tuhan kita.” Kemudian mereka menangkap orang tersebut
dan mengikatkan tali dilehernya kemudian menggantungnya
di sebuah pohon sampai ia terputus.
Penerjemah raja mengisahkan padaku bahwa seseorang
dari Sind datang ke negara itu. Dia tinggal bersama raja beberapa
waktu dengan maksud untuk melayani raja. Dia seseorang
yang tangkas dan pandai. Kemudian ada sebuah rombongan
yang ingin bepergian melakukan suatu usaha perdagangan.
Orang Sind itu meminta izin kepada raja untuk pergi bersama
kelompok itu dan raja tidak mengizinkannya. Orang tersebut
terus mendesak raja untuk mengizinkannya sampai akhirnya
raja memberikan restunya. Dia pergi bersama rombongan ter­
sebut menggunakan sebuah perahu. Rombongan itu melihat
orang Sind tadi sebagai orang yang tangkas dan pandai. Maka
rombongan itu memusyawarahkan hal tersebut di antara
mereka. Mereka berkata, “Orang ini pantas menjadi pelayan
Tuhan kita. Kita akan mengirimnya kepada Tuhan.” Ketika
rombongan melintasi sebuah hutan, mereka membawa orang
Sind itu keluar dalam keadaan lehernya diikat sebuah tali.
Mereka menggantungkan orang tersebut di pohon yang tinggi
lalu meninggalkannya dan berlalu darinya.
* * *
BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

Ketika mereka berada dalam suatu perjalanan dan


salah seorang di antara mereka ingin kencing kemudian dia
kencing sambil membawa senjatanya, maka mereka akan
merampasnya, mengambil [senjata], baju, dan semua benda
yang dibawanya. Ini merupakan adat kebiasaan mereka.
Sebaliknya ketika seseorang meletakkan senjatanya dan me­
nempatkan senjata tersebut di sampingnya ketika kencing,
mereka tidak akan menganiayanya.
Laki-laki dan perempuan turun ke sungai dan mandi
bersama-sama dengan badan telanjang. Sebagian dari mereka
tidak menutupi dirinya dari sebagian yang lain. Namun
mereka tidak melakukan perzinaan dengan cara apapun.
Jika di antara mereka ada yang melakukan zina, mereka
akan menyiapkan empat pancang untuknya dan mengikat
kedua tangan dan kaki pelaku zina itu pada pancang yang
telah dipersiapkan. Setelah itu, mereka akan membelah
pelaku zina itu dengan mengunakan sebuah kapak mulai
dari tengkuk leher sampai kedua pahanya. Hukuman ini
juga ditimpakan kepada pihak perempuannya. Kemudian
mereka akan menggantung setiap potongan tubuh laki-laki
dan perempuan pelaku zina itu di sebuah pohon.
Saya tak henti-hentinya berusaha agar para perempuan
menutupi diri mereka di hadapan para lelaki [ketika melaku­
kan renang], akan tetapi upaya saya tidak berhasil. Mereka
juga membunuh pelaku pencuri sebagaimana mereka mem­
bunuh pelaku zina.
Di dalam hutan-hutan mereka terdapat madu yang sangat
melimpah di sarang-sarang madu liar yang mereka ketahui.
RISALAH IBNU FADHLAN

Mereka pergi ke hutan untuk mencari madu itu. Terkadang


segerombolan musuh mereka menyerang dan membunuh
mereka. Banyak di antara mereka yang menjadi pedagang dan
melakukan perjalanan ke negara Turki untuk membeli kambing.
Mereka juga pergi ke sebuah negara yang disebut dengan Wisu
dan membawa pulangs«mnzF«rserta serigala hitam.
Kami melihat di antara mereka ada sebuah kelompok
yang terdiri dari lima ribu orang laki-laki dan perempuan
yang seluruhnya telah memeluk agama Islam. Mereka
dikenal sebagai orang Baranjar.178 Mereka membangun se­
buah masjid sebagai tempat shalat dari bahan baku berupa
kayu. Mereka belum bisa membaca al-Qur’an dan saya tahu
di antara mereka ada sekelompok orang yang belum me­
laksanakan shalat di masjid tersebut.
Ada seorang laki-laki bernama Thalut yang masuk
Islam di hadapan saya. Saya pun menganti namanya menjadi
Abdullah. Dia berkata, “Saya ingin engkau menamaiku
dengan mengunakan namamu yaitu Muhammad.” Maka saya
melakukan hal tersebut. Saya juga mengislamkan istri, ibu,
dan anak-anaknya. Dan mereka semua mengubah masing-
masing namanya menjadi Muhammad. Saya mengajarinya
surat Ji j^J-l (segala puji bagi Allah)179 dan _v-i „jji
(Katakanlah: Dia adalah Allah yang Esa).'S0 Rasa bahagianya
mengetahui dua surat al-Qur’an ini lebih besar dibandingkan
rasa bahagianya jika dia menjadi raja Saqalibah.

178 Mungkin yang dimaksud adalah Mongol.


179 Surat al-Fatihah.
180 Surat al-Ikhlas.
BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

Ketika kami menghadap raja, kami menemukannya


tengah berkemah di atas perairan yang disebut Khallajah.181
Tempat itu terdiri dari tiga telaga, dua di antaranya besar
dan satunya kecil. Hanya saja belum ada satu orangpun yang
dapat mencapai dasarnya. Antara tempat ini dengan sungai
Atil yang mengalir hingga negara Khazar berjarak kurang
lebih satu farsakh. Di atas sungai ini berdiri sebuah pasar
yang berlangsung secara periodik yang menjual berbagai
perhiasan mahal.

* * *

Tekin bercerita kepadaku bahwa di suatu wilayah raja


ada manusia dengan badan yang sangat besar. Ketika kami
tiba di negara tersebut, saya menanyakan hal tersebut kepada
raja dan beliau menjawab, “Ya benar. Dulu dia tinggal di
negara kami dan meninggal di sini. Dia bukan penduduk asli
sini dan bukan seorang manusia.” Dia juga bercerita kepadaku
bahwa sebuah kaum dari golongan pedagang pergi menuju
sungai Atil [jaraknya satu hari perjalanan dari tempat kami]
sebagaimana mereka biasa pergi. Sungai ini tengah pasang
dan airnya meluap. Tidak sampai satu hari, tiba-tiba satu
rombongan pedagang mendatangiku seraya berkata, “Wahai

181 Kami tidak menemukan tempat ini dalam ensiklopedia bangsa-bangsa.


Kemungkian tempat ini adalah sebuah tempat yang disebut oleh Ibnu al-
Wararv kitabnyaJaridah al-Ajaib halaman 89 dengan istilah Khalkhiyah. Atau
bisa juga nama kota di Khazar yaitu Khalij sebagaimana yang disebutkan
dalam kitab Nukhbah al-Dahr halaman 263.


RISALAH IBNU FADHLAN

raja! Ada seseorang yang mengambang [di atas air]. Jika dia
berasal dari sebuah kaum yang dekat dengan kami, maka tidak
mungkin bagi kami untuk tinggal di wilayah ini. Tidak ada
pilihan lain [bagi kami] kecuali pindah ke tempat yang lain.”
Kemudian kami pergi bersama mereka sampai saya
tiba di sungai itu. Tiba-tiba saya melihat seseorang yang jika
diukur mengunakan tangan sebesar dua belas dzira’ (hasta).
Dia memiliki kepala yang lebih besar dari periuk yang
besar. Hidungnya lebih besar dari satu rentang tangan. Dua
matanya sangat besar dan panjang setiap jari-jarinya lebih
dari satu jengkal. Saya begitu tercengang dan takut dengan
keadaannya melebihi ketakutan lain yang pernah saya alami.
Kami menatapnya dan mulai berkata kepadanya, namun ia
tidak mengeluarkan sepatah kata pun pada kami. Dia hanya
menatap kami.
Saya membawanya ke tempat di mana kami tinggal dan
kami menyurati penduduk Wisu yang berjarak tiga bulan
perjalanan dari tempat kami untuk menanyakan pada
mereka tentang orang ini. Kemudian mereka mengirim surat
kepada kami yang isinya memberitahu kami bahwa orang
ini berasal dari kaum Ya’juj dan Ma’juj (Gog dan Magog).182
Sebuah masyarakat yang jauhnya tiga bulan perjalanan dari
tempat kami dan mereka biasa telanjang. Antara tempat kami
dengan tempat tinggal mereka dipisahkan sebuah lautan dan
mereka tinggal di tepi laut yang jauh. Mereka bertingkah

182 Khalifah al-Watsiq Billah pernah mengirim pasukan untuk menghalau Ya’juj
dan Ma’juj sebagimana diriwayatkan oleh Salam dengan gaya bahasa yang
menarik. Lihat Mu'jam al-Buldan, 3/53. Lihat juga Tarikh Ibnu Asakir, juz 1.
BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

seperti binatang yang sebagiannya mengawini sebagian yang


lain. Setiap hari, Allah Azza wajalla mengeluarkan seekor
ikan dari laut untuk mereka. Lalu salah seorang dari mereka
datang dengan membawa sebuah pisau dan memotong ikan
tersebut seukuran kebutuhan dirinya bersama keluarganya.
Jika dia mengambil daging ikan itu melebihi kebutuhannya,
maka dia dan keluarganya akan sakit perut. Terkadang ia
beserta keluarganya mati seluruhnya karena sakit itu. Jika
mereka telah mengambil bagian [sesuai kebutuhannya]
dari ikan tersebut, maka ikan itu akan dikembalikan dan di­
jatuhkan ke laut. Mereka melakukan hal itu setiap hari.
Antara tempat kami dengan tempat mereka ada lautan
di satu sisi dan deretan pegunungan di sisi-sisi yang lain.
Sebuah tembok183 juga membatasi tempat mereka dan ada
sebuah gerbang yang mereka gunakan untuk keluar dari
tempat itu. Ketika Allah Azza wa Jalla menghendaki mereka
pergi ke dunia yang dihuni manusia, dia akan mampu men­
jebol dinding itu dan menyedot air laut. Mereka akan meng­
habiskan ikan yang ada.
Ibnu Fadhlan berkata:
Kemudian saya bertanya kepada raja tentang manusia
tersebut. Beliau berkata, “Dia tinggal bersama kami untuk
beberapa waktu. Setiap anak kecil yang dilihat olehnya tidak
akan selamat dari kematian. Setiap ibu hamil yang ditatap
olehnya pasti mengalami keguguran. Jika dia hendak mem­
bahayakan seseorang, dia akan menahan orang tersebut meng-

183 Untuk keterangan tentang tembok ini, lihat Mu'jam al-Buldan, 3/53.
RISALAH IBNU FADHLAN

gunakan kedua tangannya sampai dia mati. Ketika saga


mengetahui hal itu, maka saga menggantungnya di sebuah
pohon yang tinggi sampai mati. Jika kamu ingin melihat
betapa besar tulang dan kepalanya, saya akan mengajakmu
untuk melihatnya.” Saya menjawab, “Demi Allah, saya sangat
antusias melihatnya.” Kemudian beliau pergi bersamaku
menuju sebuah hutan yang lebat. Dalam hutan itu berdiri
sebuah pohon yang sangat besar. Beliau mendahuluiku
menuju bawah pohon itu, di mana tulang dan tengkorak
[telah tergeletak] di bawahnya. Saya melihat tengkorak itu
seperti qafir (sarang lebah) yang besar dan tulang rusuknya
lebih besar [dari] ‘irajin,g4 pelepah kurma. Demikian juga
dengan tulang paha dan hastanya. Saya begitu tercengang
dibuatnya. Kemudian kami meninggalkannya.

Ibnu Fadhlan berkata:


Raja pergi dari perairan yang disebut dengan Khallajah
itu menuju sebuah sungai yang bernama sungai Jaushiz18S
dan menetap di sana selama dua bulan. Kemudian beliau
berkeinginan untuk pindah dan mengutus seseorang yang
bernama Suwaz untuk mengintruksikan pada penduduk agar
pergi bersamanya. Mereka menolak ajakan perintah itu dan

184 ‘Irajin adalah pangkal pelepah yang ditinggalkan ketika pelepah dipotong dan
tetap menempel di pohon kurma.

185 Kemungkinan ia merupakan anak sungai Kilma.


BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

terpecah menjadi dua kelompok. Satu kelompok bersama


menantunya bernama Wiragh yang telah memproklamasikan
diri sebagai raja. Raja mengirim sebuah pesan kepada
mereka. Beliau berkata, “Sesungguhnya Allah Azza wajalla
telah memberikan karunia-Nya kepadaku berupa Islam'ss dan
kekuasaan dari Amir al-Mukminin. Saya adalah pelayannya
dan [negara ini] telah dikuasakan kepadaku. [Siapapun] yang
menentangku, saya akan menemuinya dengan membawa
pedang.” Kelompok yang kedua dipimpin oleh seorang kepala
suku bernama raja Eskel187 yang setia kepada raja. Hanya saja
dia belum masuk Islam.
Ketika beliau mengirim surat itu pada mereka, mereka
menjadi patuh kepadanya. Mereka semua ikut pergi bersama
raja menuju sungaijaushiz, sebuah sungai kecil yanglebarnya
sekitar lima dzira dengan kedalaman airnya mencapai pusar
dan di beberapa titik bahkan mencapai tarquh'88 (tulang
leher). Namun kebanyakan hanya sedalam satu depa. Di
sekelilingnya, banyak tumbuh pepohonan berupa pohon
Khandak dan pohon lainnya.
Di dekat sungai ini ada sebuah padang gurun yang luas.
Mereka mengisahkan bahwa di sana ada seekor hewan yang
ukurannya lebih kecil dari unta dan lebih besar dari sapi

186 Para orientalis telah mengkaji terkait keislaman raja Saqalibah dan zamannya.
AI-Mas’udy (2/16) mengungkapkan hahwa raja Bulgaria Saqalibah telah
melaksanakan haji sebelum tahun 320 H dengan melewati kota Baghdad daan
masyarakat di sana menghormatinya. Apakah ini merupakan pengaruh dari
Ibnu Fadhlan?
187 Seorang raja yang masih berada di bawah kekuasaan Raja Saqalibah.
188 Tulang yang terletak di antara lubang leher/ tulang selangka dengan jenjang
leher.

o149>
RISALAH IBNU FADHLAN

jantan. Kepalanya seperti kepala unta dan ekornya mirip


ekor sapi. Badannya mirip dengan badan bagal (peranakan
kuda dengan keledai) dan kukunya seperti kuku sapi. Di
tengah-tengah kepalanya ada sebuah tanduk yang bulat dan
tebal serta ujungnya lancip seperti ujung tombak. Panjang
tanduk tersebut kurang lebih tiga sampai lima hasta. Hewan
itu memakan dedaunan yang masih hijau. Ketika hewan itu
melihat penunggang kuda, ia akan menuju arah ia berada.
Jika orang itu menunggangi kuda yang cepat larinya, ia akan
berusaha mencari tempat aman dengan segala usaha yang bisa
dilakukan. Jika hewan itu bisa menyusulnya, maka ia akan
memburunya dari belakang dengan memakai tanduknya
untuk kemudian melemparkannya ke udara dan menangkap
buruan itu dengan tanduknya.189 Hewan tersebut akan terus
melakukan hal itu sampai ia berhasil membunuhnya. Hewan
itu tidak menyerang seekor kuda dengan suatu sebab atau
cara tertentu.
Mereka mencari hewan itu di padang gurun dan hutan-
hutan dengan maksud untuk membunuhnya. Mereka akan
memburunya dengan cara memanjat pohon-pohon tinggi
yang ada di sekitarnya dengan membawa sejumlah tombak
yang ujung tombaknya telah diberi racun. Ketika hewan
itu berdiri di tempat yang berada di dalam jangkauannya,
mereka akan menombak hewan itu sampai mereka melukai
dan membunuhnya.

189 Hewan ini dikenal memiliki satu tanduk yang disebut karkadan atau badak.
Di India, ia dianggap sebagai hewan yang memiliki tubuh gajah, memiliki ekor
seperti sapi, dan memiliki sebuah kuku di kepalanya berupa satu tanduk.
BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

Sungguh saya melihat bahwa raja mempunyai tiga


Tifuriyah’90 besar yang bahannya mirip dengan onyx (sejenis
batu akik) Yaman. Raja memberitahu saya bahwa mangkuk
itu dibuat dari tanduk asli hewan tersebut. Sebagian pen­
duduk negeri ini menyebutkan bahwa hewan tersebut adalah
badak (al-Karkadari).

Ibnu Fadhlan berkata:


Saya melihat kebanyakan dari mereka yang sakit alih-
alih kulitnya memerah karena sehat dan segar. Seringkali
mereka meninggal karena sakit Qulanj,'91 bahkan penyakit
ini juga menimpa bayi yang masih menyusui. Ketika seorang
laki-laki Muslim di antara mereka atau seorang suami dari
wanita yang berasal dari Khawarizm meninggal, mereka akan
memandikan jenazah itu secara Islami. Kemudian mereka
akan meletakkannya ke sebuah keranda yangakan digunakan
untuk membawanya ke pemakaman. Ketika jenazah telah
sampai di pemakaman, mereka akan memindahkan jenazah
itu dari keranda dan memasukkannya di dalam tanah. Mereka
lalu menggali tanah di sekelilingnya dan membuat sebuah
lubang di tempat di mana mereka akan menguburkannya.
Kemudian mereka menguburkannya. Seperti itulah yang
mereka lakukan terhadap jenazah mereka.

190 Tifurijjfah adalah piring kecil atau mangkuk yang dalam. Maajim al-Arah, 2/48.
191 Sebuah penyakit yang terkenal menyerang kepala dan sangat menyakitkan
dan membuat orang yang terserang sulit bernafas dan berkeringat.
RISALAH IBNU FADHLAN

Para wanita tidak akan menangisi kematian seorang


laki-laki. Justru para lelaki yang akan menangisinya. Mereka
datang di hari kematiannya dan berdiri di depan pintu tenda
tempat tinggalnya. Kemudian mereka akan berteriak-teriak
dengan tangisan yang meratap dan memilukan.
Itu yang dilakukan oleh orang-orang yang merdeka.
Ketika tangisan mereka mereda, para budak akan datang
dengan membawa kulit yang dipintal. Mereka tak henti-
hentinya menangis sambil memukul lambung dan anggota
badan mereka dengan mengunakan suyur'92 itu sampai
badan mereka tampak bilur-bilur karena pukulan cambuk.
Mereka harus terus-menerus berada di depan pintu tenda
orang yang meninggal itu. Mereka kemudian membawakan
senjata si jenazah dan meletakkannya di sekitar kuburannya.
Mereka tidak berhenti menangisinya hingga dua tahun.
Setelah dua tahun berlalu, mereka akan menurunkan
patokan dan memotong rambut mereka. Mereka akan
mengundang para kerabat si mayit untuk sebuah jamuan
makan sebagai tanda bahwa mereka telah berhenti bersedih.
Jika si jenazah memiliki istri, maka ia akan menikah lagi.
Ini terjadi jika yang meninggal adalah salah satu pemimpin
mereka. Adapun jika yang meninggal adalah orang biasa,
hanya sebagian dari mereka melakukan ritual ini terhadap
jenazah mereka.
Ada upeti yang harus diserahkan oleh kerajaan Saqalibah
kepada kerajaan Khazar berupa kulit sammur yang harus

192 Tali cemeti dari kulit yang direntangkan.


BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

dibayar oleh setiap rumah yang ada di


wilayah kerajaan Saqalibah. Andaikan saya mau
Ketika sebuah kapal dari negara membangun sebuah
benteng yang terbuat
Khazar tiba di negara Saqalibah, raja
dari emas atau perak
akan menaikinya, menghitung apa dengan mengunakan
yang ada di dalamnya, dan mengambil hartaku, tentu saya
tidak kesulitan untuk
sepersepuluh dari seluruh barang
mewujudkannya. Saya
bawaan. Ketika orang Rusia atau bangsa hanya mengharapkan
yang lain datang dengan membawa keberkahan dari hartanya
Amir al-Mukminin.
budak, raja akan memilih untuk dirinya
Oleh sebab itulah saya
satu orang budak dari setiap sepuluh memintanya dari beliau."
budak.
Anak dari raja Saqalibah dijadikan
sandera oleh raja Khazar. Raja Khazar telah mengetahui
bahwa Raja Saqalibah memiliki seorang putri yang sangat
rupawan. Ia mengirim seorang utusan untuk memintanya
menjadi istri raja. Namun raja Saqalibah berkilah dan
menolak permintaan tersebut. Raja Khazar lalu mengirim
sekelompok orang dan merebut putri Saqalibah secara paksa;
padahal raja Khazar adalah seorang Yahudi sedangkan putri
raja Saqalibah adalah seorang muslimah. Putri itu pun
meninggal di tangannya. Kemudia dia mengirim utusan laagi
kepada raja Saqalibah guna meminta putrinya yang lain untuk
dinikahi. Ketika raja Saqalibah mengetahui hal tersebut,
Beliau segera menikahkan putrinya dengan raja Askal,
seorang raja yang masih berada di bawah kekuasaannya. Hal
ini dilakukan karena ia khawatir raja Khazar akan merampas
putrinya seperti yang telah ia lakukan kepada saudara dari
RISALAH IBNU FADHLAN

putri tersebut. Inilah yang mendorong raja Saqalibah untuk


menulis surat pada khalifah al-Muqtadir dan memintanya
untuk dibangunkan sebuah benteng untuk mengantisipasi
serangan dari raja Khazar.

Ibnu Fadhlan berkata:


Pada suatu hari saya berkata kepada raja Saqalibah,
“Kerajaanmu sangatlah luas, hartamu melimpah dan hasil
pajakmu juga sangat banyak. Mengapa engkau meminta
khalifah untuk membangunkan sebuah benteng dengan me­
makai uangnya padahal biaya pembangunannya tidaklah se­
berapa?” Beliau menjawab, “Saya melihat bahwa daulah Islam
itu sangat sejahtera dan hartanya didapat dari perkara dan cara
yang halal. Atas alasan inilah, saya meminta uang tersebut.
Andaikan saya mau membangun sebuah benteng yang ter­
buat dari emas atau perak dengan mengunakan hartaku, tentu
saya tidak kesulitan untuk mewujudkannya. Saya hanya meng­
harapkan keberkahan dari hartanya Amir al-Mukminin. Oleh
sebab itulah saya memintanya dari beliau.”

D. Rusia
Ibnu Fadhlan berkata:
Saya melihat bangsa Rusia tengah melaksanakan misi
perdagangan mereka dan berlabuh di sungai Atil.193 Saya

193 Al-Idrisi menyebutkan bahwa sungai ini juga disebut sungai Russ.
BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

belum pernah melihat bentuk tubuh yang lebih sempurna


dari mereka. Badannya menjulang seperti pohon kurma,
kulitnya berwarna kuning kemerah-merahan (saqar)'94 dan
tidak mengenakan jubah maupun kiftan. Kaum laki-lakinya
[mengenakan sebuah pakaian] yang menutupi satu sisi dari
tubuhnya dan salah satu tangannya muncul dari baju itu.
Masing-masing dari mereka membawa sebuah kapak, sebuah
pedang, dan sebuah belati. Mereka tidak pernah ketinggalan
membawa semua benda yang telah saya sebutkan.
Bilah pedang mereka memiliki Syatbah (alur bilah)
pedang Eropa. Dari [ujung] kuku kaki hingga leher masing-
masing tubuh mereka ditutupi oleh tato bergambar pohon-
pohon hijau, gambar tokoh, dan lain-lain.
SetiapperempuandaribangsamerekamemakaiHM^a/?'95
yang diikat kuat di kedua buah dadanya. Korset itu ada yang
terbuat dari besi, dari perak, dari tembaga, dan ada yang ter­
buat dari emas sesuai dengan kadar kemampuan dan kekaya­
an suami dari perempuan itu. Di dalam setiap kuncup ter­
sebut terselip sebuah pisau yang juga diikatkan pada buah
dadanya. Di lehernya, disematkan kalung-kalungyang terbuat
dari emas dan perak. Ketika seorang suami memiliki harta
sebanyak 10.000 dirham, ia akan memberikan perhiasan
berupa sebuah kalung kepada istrinya. Jika suami memiliki
194 Frachn menukil dari Akhbar al-Dauli karya Abu Ahbas al-Dimasqy tentang
deskripsi orang Rusia: "Mereka berwarna saqar keputih-putihan." Di dalam
kitab Nukhbah al-Dahr: "Di daerah Turki, Khazar, Farlajh, Armenia, Baskhir,
dan daerah sekelilingnya disebut denga n Saqar”
195 Sebuah wadah yang terbuat dari campuran bahan dan berbentuk gading. Di
dalam catatannya, Amr bin Kultsum menyebutkan, "Buah dadanya seperti
kuncup gading yang ringan.”

oS>
RISALAH IBNU FADHLAN

harta sebanyak 20.000 dirham, ia akan memberikan dua


kalung kepada istrinya. Begitu seterusnya, setiap sang suami
memiliki tambahan harta sebanyak 10.000 dirham, ia akan
memberi tambahan sebuah kalung kepada istrinya. Kadang
ada perempuan dari mereka yang lehernya memakai kalung
yang sangat banyak.
Perhiasan yang paling indah bagi mereka adalah Kharaz'96
berwarna hijau yang terbuat dari porselen yang mereka
dapatkan pada perahu yang datang. Mereka membeli manik-
manik itu seharga satu dirham per biji. Kemudian biji-biji
manik itu diuntai menjadi sebuah untaian kalungdan diberi­
kan kepada istri-istri mereka.
Mereka adalah salah satu bangsa paling jorok yang di-
ciptakan oleh Allah. Mereka tidak ber-istinja’ sehabis buang
air besar atau kecil, tidak mengenal mandi jinabat (besar),
dan tidak membasuh kedua tangannya seusai makan. Bah­
kan mereka tampak seperti keledai liar. Mereka datang dari
negeri mereka dan melabuhkan perahu mereka di sungai
Atil. Di tepi sungai itu, mereka membangun rumah-rumah
besar yang terbuat dari kayu.
Setiap sebelas sampai duapuluh orang dari mereka
tinggal bersama-sama dalam satu rumah. Di setiap rumah
itu ada sarir (ranjang) yang digunakan untuk tempat duduk.
Bersama mereka, ada budak-budak perempuan cantik yang

196 Sesuatu yang diuntai dengan memakai benang (seperti manik-manik).


Bahanya berupa kayu kurma dan kerang atau batu mata cincin mulia. Kharaz
adalah simbol kemakmuran. Dalam kamus disebutkan: “Saat masa berkuasa
seorang raja bertambah, ia akan menambah koleksi kharaz untuk menunjukkan
rentang kekuasaannya." Lihat ulasan Fraehn dalam al-Khazar wa Mawaqi, him.
86-91.
BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

ditujukan untuk para pedagang. Salah seorang dari mereka


mengumpuli istrinya dan budak-budak perempuan itu
menyaksikannya. Terkadang satu kelompok dari mereka
melakukan hal tersebut secara bersama-sama dengan saling
berhadapan satu sama lain. [Dan terkadang pula], seorang
pedagang datang |kepada mereka] untuk membeli seorang
gadis dari mereka. Ia akan menyetubuhi gadis itu dan tidak
akan berhenti sebelum ia berhasil memuaskan hasratnya.
Setiap hari, mereka selalu membasuh wajah dan kepala
mereka dengan mengunakan airyang paling kotor dan jorok.
Setiap pagi, seorang budak perempuan datang membawa
sebuah baskom besar yang berisi air. Kemudian baskom itu
ia serahkan kepada tuannya. Tuan itu membasuh wajah dan
kedua tangannya di dalam baskom itu dan [juga membasuh
rambut kepalanya]. Ia menyisir rambutnya memakai sebuah
sisir di dalam baskom itu. Ia membuang ingus dan meludah
di dalam baskom itu. Semua [kotoran yang ia hasilkan
ketika membasuh itu dibuang] di dalam air itu. Ketika dia
telah selesai melakukan apa yang menjadi keperluannya,
budak perempuan itu membawa baskom itu ke orang yang
berada di sampingnya. Orang tersebut melakukan hal yang
sama dengan orang yang pertama. Budak perempuan terus
mengedarkan wadah itu dari satu orang ke orang yang lain
sampai setiap orang di rumah tersebut mendapatkan giliran.
Masing-masing dari mereka membuang ingus dan meludah
[di dalam wadah itu] dan membasuh wajah dan rambutnya
mengunakan air yang sama.


RISALAH IBNU FADHLAN

* * *

Pada suatu ketika, perahu mereka tiba di dermaga ini.


Masing-masing dari mereka keluar dari kapal dengan mem­
bawa roti, daging, bawang merah, susu, dan nabidh197 hingga
mereka sampai pada sebuah kayu panjang yang ditegakkan di
tanah. Bentuk kayu itu mirip dengan wajah seorang manusia.
Di sekeliling kayu itu ada patung-patung kecil dan di belakang­
nya ada kayu panjang yang ditegakkan di tanah. Dia men­
datangi patungyangbesardan bersujud padanya dan kemudian
berkata: “Wahai tuhanku, saya telah datang dari suatu negara
yang jauh. Saya membawa sejumlah budak perempuan dan
sejumlah kulit sammur.. ” sampai ia menyebutkan semua
barang dagangan yang dibawanya. [Kemudian dia berkata]:
“Dan saya datang kepadamu dengan membawa hadiah ini.” Dan
dia meninggalkan apa yang ia persembahkan di depan kayu
itu. [Dia menambahkan]: “Saya ingin agar engkau memberiku
rezeki pada daganganku dengan mendapatkan keuntungan
dirham dan dinar yang banyak. Orang-orang akan membeli
kepadaku seperti yang saya inginkan dan mereka tidak akan
membantah omonganku.”Kemudian dia pergi.
Jika dagangannya tidak laku dan persinggahannya
semakin lama, dia akan kembali mendatanginya dengan

197 Fraehn memberikan komentar tentang nabidh di halaman 98 yang ia nukil

dari pendapat teman-temannya. Bahwa nabidh dibuat dari anggur. Ada


Rihlah Abdul Latif al-Baghdady yang menyebutkan
keterangan lain dalam

bahwa: “Minuman mereka adalah maruz, yaitu nabidh yang dibuat dari biji
gandum”
BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

membawa persembahan untuk kali kedua dan ketiga. Dan


jika dagangannya masih saja tidak laku, ia akan memberikan
persembahan untuk setiap patung-patung kecil yang ada
di sekelilingnya dan meminta pertolongan kepadanya. Dia
berkata: “Mereka ini adalah para istri, saudara, dan anak-
anak tuhan” Ia terus menemui patung-patung itu satu per
satu untuk meminta pertolongan dan merendahkan diri
mereka di depan patung-patung itu. Tatkala penjualannya
menjadi mudah dan barang-barang dagangannya terjual,
ia berkata: “Tuhan telah mengabulkan permintaanku, saya
harus berterima kasih kepadanya!’ Kemudian dia menyiapkan
beberapa sapi atau kambing untuk dibunuh. Sebagian
dagingnya disedekahkan dan sisanya dibawa pergi. Dia akan
melempar daging itu ke [hadapan] kayu yang besar tersebut
dan patung-patung kecil yang ada di sekelilingnya. Dia meng­
gantung kepala sapi atau kambingnya pada kayu yang di­
tancapkan di tanah itu. Ketika malam tiba, anjing-anjing
datang dan memakan semua sesajen itu. Kemudian orang
yang memberikan persembahan itu berkata: “Tuhan telah
meridaiku dan memakan persembahanku.”

* * *

Ketika salah satu di antara mereka ada yang sakit,


[mereka akan membuatkan sebuah tenda untuknya] yang
letaknyajauh dari mereka. Mereka menempatkan orangyang
sakit tadi di tenda itu dan membekalinya dengan air dan roti.
RISALAH IBNU FADHLAN

Mereka tidak mendekatinya dan tidak berbincang-bincang


dengannya. [Bahkan mereka tidak menjenguknya] selama
masa sakitnya, terlebih jika yang sakit itu orang miskin atau
budak. Jika dia sembuh dan sudah bisa berjalan, ia kembali
kepada mereka dan jika dia mati mereka akan membakarnya.
Jika yang meninggal itu adalah seorang budak, mereka akan
mengabaikannya sampai anjing dan burung-burung buas
memangsanya.
Ketika mereka menangkap seorang pencuri atau
perampok, mereka membawanya ke sebuah pohon besar dan
mengikat lehernya dengan memakai tali yang kuat. Mereka
menggantung pencuri tadi [di pohon itu dan membiarkannya
tergantung] sampai ia hancur [berkeping-keping] oleh angin
dan hujan.

Diceritakan [kepadaku] bahwa mereka melakukan


sejumlah ritual ketika pemimpin mereka meninggal, paling
tidak membakarnya. Saya tertarik untuk mengetahui hal ter­
sebut lebih lanjut. Sampai suatu ketika, saya mendapatkan
kabar bahwa seorang tokoh mereka telah meninggal. Mereka
mempersiapkan untuknya sebuah pemakaman. Dan makam
tersebut dipasangi atap selama sepuluh hari sampai mereka
selesai memotong kain dan menjahitnya menjadi sepotong
baju untuknya.
BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

Jika yang meninggal itu adalah orang miskin, mereka


membuatkan sebuah kapal kecil, meletakkan jenazah orang
itu di dalamnya, lalu membakarnya. Jika yang meninggal itu
orang kaya, mereka mengumpulkan harta yang dimilikinya
dan membaginya menjadi tiga bagian. Sepertiga untuk
keluarganya, sepertiga untuk membuat baju pemakamannya,
dan sepertiga terakhir digunakan untuk membuat nabidh
yang akan mereka minum pada hari ketika salah seorang
budak perempuan jenazah membunuh dirinya sendiri dan
dibakar bersama tuannya.
Mereka begitu bernafsu meminum nabidh siang dan
malam. Terkadang salah seorang di antara mereka mati
dengan gelas masih tergenggam di tangannya.
Ketika salah seorang pemimpin [mereka] meninggal,
keluarganya akan bertanya kepada para budak laki-laki dan
perempuan yang dimilikinya: “Siapa di antara kalian yang
bersedia mati bersamanya?” Kemudian salah seorang dari
mereka menjawab: “Saya." Ketika ia telah menyatakan ber­
sedia, [ia] harus melakukan hal tersebut dan tidak boleh
menarik kata-katanya kembali [selamanya]. Andaikan ia
ingin menarik kata-katanya, pasti tidak akan diizinkan oleh
mereka. Kebanyakan yang bersedia melakukan [hal ini]
adalah para budak perempuan.

* * *
RISALAH IBNU FADHLAN

Ketika seseorang yang telah saya sebutkan sebelumnya


meninggal, mereka berkata pada para budak perempuan yang
dimiliki orang itu, “Siapa yang bersedia mati bersamanya?”
Salah seorang di antara mereka menjawab, “Saya bersedia.”
Kemudian mereka menunjuk dua orang perempuan untuk
menjaga budak perempuan itu dan menemaninya, apapun
yang ia lakukan. Bahkan keduanya terkadang membasuh
kaki perempuan itu dengan mengunakan tangan mereka
berdua. Kemudian mereka memberi perhatian pada apa
yang menjadi kebutuhannya seperti membuatkan baju dan
menyediakan apapun yang menjadi kebutuhannya. Setiap
hari, budak perempuan itu bernyanyi dan minum-minum. Ia
begitu riang dan gembira.
Ketika hari di mana jenazah dan budak perempuan itu
akan dibakar sudah tiba, saya pergi ke sungai tempat perahu
yang akan digunakan untuk upacara pembakaran itu berada.
Perahu itu telah siap dibawa ke sungai. Perahu itu disokong
oleh empat pilar tiang yang terbuat dari kayu khandak dan
jenis kayu yang lain. Di sekeliling perahu itu dibuatkan
bangunan yang mirip panggung-panggung besar yang terbuat
dari kayu. Kemudian perahu tersebut diseret sampai berada
diatas panggung kayu itu. Mereka mulai mondar-mandir dan
mengucapkan [kata-kata yang tidak bisa saya pahami. Ketika
jenazah itu telah berada di kuburannya (berupa perahu),
mereka tak membawanya keluar). Kemudian mereka datang
dengan membawa kasur dan meletakkannya di perahu itu.
Mereka menutupi kasur itu dengan seprai dibajh atau sutera
Romawi dan sarung bantal dibajh |Romawi|. Kemudian
BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

[seorang perempuan tua yang mereka sebut dengan] malaikat


maut datang dan berbaring di atas kasur yang telah digelar.
Perempuan tua itu yang menangani penjahitan baju dan
membuat bentuknya menjadi bagus. Dialah yang bertugas
membunuh perempuan budak yang telah bersedia mati
bersama tuannya. Saya melihatnya tampak seperti penyihir
perempuan tua yang besar dan berwajah muram.
Ketika telah tiba di tempat pemakaman, mereka mem­
bersihkan debu dari perahu kayu dan menetapkan arah
perahu itu. Kemudian mereka membawa keluar jenazah itu
dalam keadaan masih mengenakan pakaian yang ia pakai
ketika mati. Saya melihat jenazah itu tampak berubah men­
jadi berwarna hitam yang disebabkan cuaca dingin di negara
tersebut. Mereka meletakkan nahidh, buah-buahan, dan
rebab bersama jenazah di dalamnya. Mereka membawa ke­
luar semua benda tersebut dan ternyata benda-benda itu tidak
berubah dan membusuk, hanya warnanya saja yang berubah.
Mereka memakaikan jenazah itu dengan sarawil,198199
K/z«/’99(legging), jubah, dan kiftan sutera berkancing emas.
Mereka juga membuatkan sebuah songkok yang terbuat dari
dibajhdan kulitsammur. Kemudian mereka menggotongdan
memasukkannya ke dalam tenda yang ada di atas perahu.
Jenazah itu diposisikan dalam keadaan duduk di atas ranjang
yang telah dilapisi seprai dan menyandarkannya di sandaran

198 Sarawiladalahsyilwar (sejeniscelana panjang) Turki. Sebagaimana dijelaskan


oleh Imam Suyuthi, Sarawil merupakan jenis pakaian yang telah ada sejak
zaman Nabi Sulaiman.
199 Khltf adalah salah satu sepatu pantofel yang dipakai oleh laki-laki. Disebut
demikian karena bobotnya yang ringan.
RISALAH IBNU FADHLAN

yang’ telah disiapkan. Mereka lalu membawa masuk nabidh,


buah-buahan, dan wewangian bersamanya.
Mereka masuk lagi ke dalam perahu dengan membawa
roti, daging, dan bawangmerah. Benda-benda itu dilemparkan
ke hadapan jenazah. Mereka juga membawakan anjing yang
telah dipotong menjadi dua bagian dan melemparkannya ke
atas perahu. Mereka lalu membawa senjata milik jenazah dan
meletakkannya di sisi jenazah. Mereka kemudian melepas
dua kuda dan mengejarnya sampai dua kuda tersebut
mengeluarkan keringat. Kemudian kedua kuda itu dipotong
dan dagingnya dilemparkan ke perahu.
Setelah itu, mereka mendatangkan dua sapi dan me­
motongnya. Dagingnya dilemparkan ke dalam perahu.
Kemudian mereka juga mendatangkan sepasang ayam dan
memotongnya serta melemparkannya ke perahu.
Budak yang telah bersedia [untuk] dikorbankan berlari-
lari dan masuk dari satu tenda ke tenda yang lain dari tenda-
tenda penduduk. Pemilik tenda mengaulinya dan berkata
kepada perempuan tersebut: “Katakan pada tuanmu bahwa
saya melakukan ini karena mencintaimu.”

* * *

Pada hari Jum’at selepas ashar, mereka membawa budak


perempuan itu ke suatu tempat yang telah mereka persiapkan.
BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

Bentuknya mirip dengan malban al-bab2m (bingkai pintu).


Kemudian perempuan itu meletakkan kedua kakinya di
atas telapak tangan para laki-laki. Perempuan itu diangkat
hingga bisa melihat dari atas malban/ bingkai pintu dan
mengatakan kalimat-kalimat tertentu. Kemudian mereka
menurunkan perempuan itu dan menaikkannya kembali
untuk kedua kalinya. Perempuan itu kemudian melakukan
perbuatan yang sama dengan apa yang ia lakukan ketika
pertama kali diangkat. Mereka kemudian menurunkan dan
menaikkannya kembali untuk kesempatan yang ketiga. Maka
perempuan itu melakukan hal yang sama lagi. Kemudian
mereka menyerahkan seekorayam kepadanya. Perempuan itu
memotong kepala ayam tersebut dan melemparnya. Mereka
mengambil ayam itu dan melemparkannya ke atas perahu.
Saya bertanya kepada penerjemah tentang apa yang
dilakukan perempuan tersebut. Penerjemah menjawab,
“Pada saat pertama kali mereka mengangkatnya, perempuan
itu berkata: “Lihatlah! saya melihat ayah dan ibuku.” Pada
kesempatan kedua, dia berkata: “Lihatlah ! saya melihat semua
kerabatku yang telah meninggal sedang duduk.” Dan pada
kesempatan ketiga, dia berkata: “Lihatlah! Saya melihat tuan­
ku sedang duduk di surga. Surganya begitu indah dan hijau.
Beliau bersama para pelayannya. Beliau memanggilku, Maka
bawalah saya kepadanya!” Kemudian mereka membawa
perempuan itu ke arah perahu. Perempuan itu melepaskan

200 Artinya pondasi batu bata, namun yang dimaksud di sini adalah daun pintu
dari kayu palang pintu ketika ditutup. Dan pintunya berupa batu yang
diletakkan ditengah jajaran batu yang ditata sedemikian rupa.
RISALAH IBNU FADHLAN

dua gelang kaki yang dipakainya dan menyerahkannya pada


seorang perempuan yang dikenal dengan julukan malaikat
kematian. Perempuan itulah yang bertugas membunuh
perempuan budak itu. Kemudian perempuan budak itu
melepaskan khalkhal20' (dua gelang kaki) yang dikenakannya
dan menyerahkan benda itu pada dua perempuan yang telah
melayaninya. Dua perempuan itu merupakan putri dari
perempuan yang berjuluk malaikat maut tadi.
Setelah itu, mereka menaikkan perempuan itu ke atas
perahu tetapi tidak memasukkannya [ke dalam tenda].
Kemudian para lelaki yang membawa tiras’02 (perisai) dan
tongkat kayu datang. Mereka memberikan sebuah gelas
berisi nabidh kepada perempuan budak itu. Perempuan itu
bersenandung dan menenggak minuman yang diberikan.
Perenjemah berkata padaku, “Begitulah caradia mengucapkan
salam perpisahan dengan sahabat-sahabat perempuannga.”
Kemudian dia diberi gelas yang lain. Perempuan tersebut
mengambil minuman itu dan kembali bernyanyi dalam
waktu yang lebih lama. Sementara itu, perempuan tua men­
dorong perempuan budak itu untuk terus meminum nabidh
dan masuk ke tenda yang di dalamnya bersemayam jenazah
tuannya.
Saya melihat perempuan budak itu tampak kebingung­
an. Dia ingin masuk ke dalam tenda tetapi [kepalanya] masih

201 Perhiasan dari perak seperti gelang yang biasa dikenakan oleh perempuan
Arab di kakinya.
202 Tameng dari Volaz berbentuk bulat yang digunakan untuk menjaga diri dari
sabetan pedang dan lainnya.
BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

di antara tenda dan perahu. Kemudian


perempuan tua itu memegang kepala
“Kalian meletakkan
perempuan budak tadi dan memasuk­ orang yang paling dicintai
kannya ke dalam tenda. Maka ia pun [dan paling dihormati
di antara kalian dan
masuk ke dalam tenda bersamanya.
menguburnya] di dalam
Para lelaki mulai memukulkan tanah. Maka jasad orang
kayu ke tiras yang dibawanya dengan itu kemudian dimakan
oleh tanah, serangga,
maksud agar terdengar suara tangisan
dan cacing. Adapun
dari perempuan budak itu. Budak kami membakar jenazah
[yang lainnya menjadi gelisah] dan [dengan api] seketika itu
dan dia masuk [surga
tidak lagi mencari kematian bersama
pada] waktu itu juga."
tuannya. Kemudian enam lelaki
masuk ke dalam tenda. Semuanya
[mengauli] perempuan budak itu. Kemudian mereka mem­
baringkan perempuan itu di samping tuannya. Dua di antara
mereka mengikat kedua kaki dan tangan perempuan ter­
sebut. Perempuan tua yang dijuluki malaikat kematian
datang dan meletakkan seutas tali di leher perempuan dan
menariknya ke arah yang berlawanan. Tali itu diserahkan
kepada dua orang agar menariknya. Perempuan tua itu me­
langkah maju sambil memegang sebuah pisau belati yang
bilahnya lebar. Kemudian dia mulai menghujamkan belati
itu di antara tulang rusuk perempuan budak itu berkali-kali
di tempat yang berbeda-beda. Sementara dua laki-laki yang
memegang tali terus mencekik lehernya mengunakan tali
tersebut sampai perempuan itu mati.
Kemudian [keluarga jenazah] datang, [mengambil satu
potong kayu] dan menyalakannya dengan api. Kemudian
RISALAH IBNU FADHLAN

dia berjalan mundur membelakangi perahu dan wajahnya


menghadap [ke orang-orang]. Satu tangannya memegang
kayu yang menyala dan tangan lainnya menutupi lubang
duburnya. Dia dalam kondisi telanjang sampai dia membakar
kayu yang ada di bawah perahu, setelah mereka meletakkan
budak perempuan yang sudah mati di sisi tuannya.
Setelah itu, masyarakat maju dengan membawa tongkat
dan kayu bakar. [Masing-masing] dari mereka memegang
satu kayu yang ujungnya telah dibakar dan melemparkannya
ke bawah perahu. Api melalap semua kayu bakar itu dan
menjalar membakar perahu serta tenda yang ada diatasnya
beserta dua jenazah dan semua benda yang ada didalamnya.
|Kemudian berhembus] angin yang besar dan kencang
[yang membuat nyala api semakin berkobar-kobar] dan
meluas jangkauannya. [Di sampingku ada seorang laki-laki
dari bangsa Rusia dan saya mendengar dia] berkata pada
penerjemah yang bersamaku. Saya pun bertanya kepadanya
[tentang apa yang dikatakan orang Rusia itu]. Penerjemah
berkata, “Dia berkata: ‘Kamu, hai orang Arab bodoh.” Saya
bertanya padanya, “Bagaimana bisa begitu?” Dia menjawab:
“Kalian meletakkan orang gang paling dicintai [dan paling
dihormati di antara kalian dan menguburnga] di dalam tanah.
Maka jasad orang itu kemudian dimakan oleh tanah, serangga,
dan cacing. Adapun kami membakar jenazah [dengan api]
seketika itu dan dia masuk [surga pada] waktu itujuga”
Kemudian penerjemah itu tertawa terbahak-bahak.
Saya bertanya padanya tentang hal tersebut. Dia menjawab:
“Karena besarnga rasa cinta tuhan kepada jenazah itu, tuhan
BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

telah mengutus angin [untuk membawanga] seketika itu juga”


Padahal kenyataannya, sebelum waktu satu jam berlalu,
perahu, kayu, perempuan itu, dan tuannya telah berubah
menjadi rimad dan rimdid203 (abu).
Setelah itu, mereka membangun suatu bangunan yang
mirip dengan gundukan bulat di atas tempat perahu setelah
diangkat dari sungai. Mereka menancapkan kayu khandak
yang besar ditengahnya dan menuliskan nama orang yang
meninggal serta nama raja Rusia. Kemudian mereka berlalu.

* ★ *

Ibnu Fadhlan berkata:


Di antara [kebiasaan] raja Rusia adalah di dalam
istananya, raja ditemani oleh empat ratus orang sahabat-
sahabatnya kuat dan dipercayanya. Mereka akan mati sebab
kematian sang raja dan akan dibunuh karena ketiadaan sang
raja. Masing-masing dari mereka ditemani seorang budak
perempuan yang bertugas melayani, membasuh kepala, dan
menyiapkan segala sesuatu yang mereka makan dan minum.
Mereka juga memiliki budak perempuan lain yang bertugas
melayaninya berhubungan seksual. Empat ratus orang itu
duduk dibawah sarir204 (ranjang) raja. Ranjang tersebut
besar dan bertatahkan mutiara yang mahal. Empat puluh

203 Rimad adalah remukan arang karena pembakaran oleh api, sementara rimdid
adalah butiran-butiran lembut sebagai hasil akhir pembakaran.

204 Sarir yang dimaksud di sini adalah ranjang tempat tidur karena biasanya raja

ditempat tidur untuk bersenang-senang (sttrur).


RISALAH IBNU FADHLAN

budak perempuan duduk diatas ranjang


Salah satu adat tersebut [untuk menemani raja]. Raja
kebiasaan raja yang sering berhubungan badan dengan salah
agung adalah ia tidak
duduk dan berbincang- satu dari empat puluh budak tersebut di
bincang bersama hadapan sahabat-sahabat raja yang telah
rakyat serta tidak
seorang pun yang bisa saya sebutkan.
masuk menemuinya
Raja tidak turun dari ranjang
kecuali yang telah
kami sebutkan. singgasananya. Ketika dia ingin buang
Kewenangan untuk
memberi ampunan,
hajat, dia [melakukannya] di dalam
melakukan perjanjian, sebuah baskom. Ketika raja ingin
menerapkan hukuman,
dan mengurus kerajaan
berkendara, mereka mendatangkan kuda
dilimpahkan kepada tunggangannya ke depan singgasana dan
Khaqan Beih selaku
.wakilnya.
raja menaiki kuda itu darinya. Ketika
raja ingin turun, kudanya dibawa ke
depan singgasana hingga ia turun di
singgasananya. Dia memiliki wakil yang bertugas mengatur
pasukannya, bertempur melawan musuh-musuh raja, dan
mewakili raja di hadapan rakyat.

E. Khazar
Adapun nama dari raja Khazar adalah Khaqan.205 Dia

205 Kami hanya mendapati tiga baris dari bab Khazar. Lembaran-lembaran
setelahnya rusak dan terpotong. Kami memperkirakan lembaran yang
hilang itu hanya satu atau dua lembar saja. Kemudian kami merujuk kepada
Yaqut tentang materi Khazar ini. Karena ia menyatakan bahwa apa yang ia
tulis merupakan salinan dari Ibnu Fadhlan. Akan tetapi setelah melalui
penelitian yang panjang, kami berkesimpulan bahwa separuh bagian yang
pertama bukan salinan dari Ibnu Fadhlan karena bagian ini kami temukan
di al-Ishtaharv halaman 220-224 dan Ibnu Hauqal 2/389. Kemungkinan
Yaqut menyalin dari keduanya. Adapun separuh bagian yang kedua tidak
kami temukan di dua sumber ini dan hanya ada pada Yaqut. Maka akhirnya
BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

tidak menampakkan diri di hadapan rakyat kecuali setiap


[empat bulan sekali untuk menghibur diri/ tamasya]. Dia
disebut sebagai Khaqan yang agung. Wakilnya raja disebut
dengan Khaqan Beih dan dialah yang memimpin serta
mengatur pasukan. Dia pula yang mengurus semua urusan
kerajaan, menanggung beban pemerintahan, menemui warga
negara, dan bertempur melawan musuh dari luar. Dia selalu
mematuhi raja yang secara rutin ditemuinya.206 [Setiap hari,
dia menghadap raja Khaqan yangagung dengan merendahkan
diri, menampakkan kerendahan hati, dan sifat penurut. Dia
tidak akan menghadap kepada raja kecuali dengan keadaan
kaki telanjang dan tangan membawa kayu bakar. Ketika dia
menyapa raja, dia menyalakan kau bakar itu di hadapan raja.
Setelah selesai menyalakan kayu itu, dia duduk bersama raja
di singgasana raja, tepatnya di sisi kanan raja. Khaqan Beih
memiliki wakil yang disebut dengan Kundar Khaqan.207 Dan
Kundar Khaqan ini juga memiliki wakil yang disebut dengan
nama Jaushgir.208
kami menampilkan tiga baris yang ada dan ditambahi dari salinan Yaqut dari
Ibnu Fadhlan. Kami menetapkan bahwa semuanya kami samdarkan ke Ibnu
Fadhlan dengan riwayat Yaqut karena kami melihat bahwa lafal yang dipakai
Yaqut memiliki kemiripan dengan manuskrip namun tetap kami letakkan di
antara dua tanda kurung. Dan kami memiliki pandangan bahwa Walidyjuga
melakukan hal yang sama dengan kami.
206 Mulai kalimat ini merupakan tulisan yang kami salin sama persis dari
naskahnya Yaqut dan tetap kami letakkan di antara dua tanda kurung Hal
yang sama juga pernah dilakukan orientalis Rusia ketika memberi ulasan
hab khazar dari Risalah Ibnu Fadhlan. Lihat Kratchovsko halaman 166-171.
Sebelumnya, Fraehn juga telah melakukan hal yang sama dan menurut kami
Walidy pun juga demikian.
207 Lihat Hududal-Alam (Leiden, 1937, him. 313-324).
208 Merupakan kata serapan dari Turki yang terkenal, lihat Dairah al-Maarifal-
Islamiyyah, 1/864.
RISALAH IBNU FADHLAN

Salah satu adat kebiasaan raja yang agung adalah ia


tidak duduk dan berbincang-bincang bersama rakyat serta
tidak seorang pun yang bisa masuk menemuinya kecuali
yang telah kami sebutkan. Kewenangan untuk memberi am­
punan, melakukan perjanjian, menerapkan hukuman, dan
mengurus kerajaan dilimpahkan kepada Khaqan Beih selaku
wakilnya.
Menurut budaya yang berlaku di masyarakat mereka,
ketika raja yang agung meninggal, dibangunkan sebuah
rumah yang besar untuknya.209 Rumah itu terdiri dari dua
puluh kamar. Di dalam setiap kamar digali sebuah kuburan.
Sebuah batu dilumat sampai bentuknya menyerupai celak
dan ditaburkan di atas kuburan itu. Naurah210 (batu kapur)
dilemparkan di atasnya. Di bawah rumah itu ada sebuah
sungai dengan aliran yang sangat besar. Mereka membangun
kuburan itu di atas sungai tersebut. Mereka berkata: “Ini ber­
tujuan agar tidak ada yang bisa sampai ke tempatnya baik itu
setan, manusia, cacing maupun serangga’’
Ketika jenazah raja dikebumikan, orang-orang yang me­
nguburkannya dipenggal lehernya dengan maksud agar tidak
ada seorang pun yang mengetahui di mana kuburan raja yang
sebenarnya di antara dua puluh kamar tersebut. Kuburannya
disebut dengan surga. Mereka berkata, “Sungguh dia telah
masuk ke surga" Semua kamar itu ditutupi sutera yang dibordir
dengan emas.

209 Secara ringkas, Fraehn mengistilahkannya dengan Palatium.


210 Arti asalnya adalah batu gelas. Sebagian mengatakan bahwa naurah adalah
kosakata Arab dan sebagian yang lain mengatakannya sebagai kata serapan.
BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

Raja Khazar biasanya memiliki dua puluh lima istri.


Setiap istri tersebut merupakan putri dari raja-raja tetangga.
Dia mempersunting putri-putri raja itu dengan cara baik-baik
atau dengan paksaan. Rajajuga memiliki 60 budak perempuan
yang menemaninya di ranjang dan semuanya sangat cantik.
Setiap istri dan budak perempuannya ditempatkan di istana
yang terpisah. Setiap mereka berada di kubah yang ditutup
dengan Saj2" dan setiap tenda dikelilingi Madhrab.2’2 Setiap
perempuan itu memiliki seorang pelayan yang mengawasinya.
Ketika sang raja ingin berhubungan intim dengan salah
seorang di antara mereka, dia mengutus pengawas penjaganya
dan dia akan mendatangkannya dalam waktu yang lebih cepat
dibanding kedipan mata sampai ia menempatkan perempuan
itu di atas ranjang. Kemudian pelayan berdiri di depan pintu
tenda sang raja. Sesaat setelah raja berhubungan badan dengan
perempuan tersebut, ia memegang tangan perempuan itu dan
berlalu pergi. Setelah itu, pelayan tidak akan meninggalkan
perempuan itu sendirian sedetikpun.
Ketika raja menaiki kudanya, maka seluruh pasukan
turun mengiringi sang raja menunggang kuda. Jarak sang raja
dengan iring-iringannya sejauh satu mil. Setiap rakyat yang
melihat raja menundukkan wajahnya dan bersujud kepada
raja. Dia tidak akan mengangkat kepalanya sampai sang raja
melewatinya.

211 Sejenis pohon yang sangat besar dan hanya tumbuh di negara India.
Kayunya berwarna hitam, berat, dan kokoh hampir-hampir tanah tidak bisa
merusaknya.
212 Artinya halaman dan tempat. Lihat Mu’jam Duzjf. Ada yang berpendapat
artinya tenda yang besar.

<>ra.
RISALAH IBNU FADHLAN

Jangka waktu pemerintahan seorang raja adalah empat


puluh tahun. Ketika dia melebihi waktu itu satu hari saja,
maka rakyat akan membunuh raja tersebut. Mereka berkata,
“Akal orang ini telah berkurang dan pemikirannya telah kacau.”
Ketika raja mengutus satu pasukan militer untuk satu
misi,213 mereka tidak akan berbalik arah dengan sebab atau
alasan apapun. Jika mereka kalah dan terpukul mundur,
setiap orang dari mereka yang kembali ke kerajaan akan di­
bunuh. Begitu pula para pemimpin pasukan dan wakil raja.
Ketika mereka kalah, raja menghadirkan mereka beserta para
istri dan anak-anaknya dan menghadiahkan mereka kepada
orang lain yang hadirdan menyaksikannya. Begitu juga kuda,
perhiasan, senjata, dan rumah yang mereka miliki.Terkadang
raja memotong masing-masing dari mereka menjadi dua
bagian dan menyalibnya. Terkadang dia menggantung leher
mereka pada satu pohon. Dan jika dia sedang baik kepada
mereka, terkadang dia akan tetap menjadikannya sebagai
sebagai pemimpin.
Raja Khazar memiliki sebuah kota yang besar yang di­
bangun di atas sungai Atil, yang memiliki dua sisi. Satu sisi
dari sungai itu dihuni oleh orang Muslim dan sisi yang lain
dihuni oleh raja Khazar beserta sekutunya. Di kalangan
Muslim tersebut, ada seorang pembantu raja yang dipanggil
dengan nama Khaz. Dia seorang Muslim. Hukum Islam ber-

213 Ada seorang orientalis yang berpendapat bahwa bentuk kalimat ini
merupakan kutipan dari al -Qur’an surat al-Qamar ayat 45 yang berbunyi:
/X mereka akan mundur ke belakang). Kami berpandangan bahwa
kalimat "dengan sebab atau alasan apapun" merupakan gaya bahasa Ibnu
Fadhlan yang sering dia gunakan di risalah ini.
BAGIAN KEDUA: RISALAH IBNU FADHLAN: BERDASARKAN MANUSKRIP ASLI TENTANG ...

laku di negara Khazar. Orang-orang Muslim secara rutin


mengunjungi mereka dalam suatu aktivitas perdagangan
mereka dan merujuk ke pembantu raja yang Muslim ini.
Tidak ada orang lain selain dirinya yang memperhatikan
urusan mereka dan memberi keputusan di antara mereka] ,214

214 Pada titik ini kami putuskan untuk berhenti menyalin dari Yaqut. Karena
kalimat-kalimat setelah ini sudah tidak sesuai dengan gaya bahasa penulisan
Ibnu Fadhlan. Di dalamnya ada catatan sejarah dengan tahun tertentu yaitu
tahun 310 H. Padahal sungguh kami mengetahui bahwa pemilik risalah ini
telah meninggalkan negara itu sebelum tahun tersebut. Kami tidaksependapat
dengan Fraehn, Walidy, dan Kratchovsko yang menyamakan salinan ini
dengan teks tentang Khazar milik Ibnu Fadhlan. Kami meyakini bahwa
bab ini masih ada yang kurang dan kami berpegangan pada ungkapan yang
terkenal: “Sesuatu yang tidak bisa didapatkan seluruhnya jangan ditinggalkan
semuanya."
A. Indeks Nama Tokoh, Suku, dan Komunitas
Di dalam indeks ini kami memasukkan setiap nama yang
muncul di pendahuluan, risalah Ibnu Fadhlan, dan catatan
kaki. Kami tidak memisahkan antara yang ada di teks buku
ini maupun catatan kakinya karena halaman risalah hanya
sedikit. Nama Ibnu atau Abu kami gunakan di dalam acuan
urutan kata. Kami juga mencantumkan nama buku di
samping nama orangnya dengan mengunakan tanda kurung.
Hal ini kami lakukan karena seringkali kami hanya menyebut
nama pengarang atau nama buku saja di catatan kaki.

AbuDalf 12,55
Abu Abidah al-Bakry (Mu’jam)
Ahmad bin Fadhlan 21,22,42,65,83
Ahmad bin Musa al-Khawarizmi 89,90

177
RISALAH IBNU FADHLAN

Ajam 43,128
Al-Bakry 187
Ali bin Isa 14
Al-Ishtahary 187
Al-Jauhary (al-Shihah) 121
Al-Mas’udy (Murujal-Zihab) 38,84, 147
Al-Miqdasy (Ahsan al-Taqasim) 10, 11
Almish bin Shilky Yiltawar 83
Almish bin Yiltawar 19,83
Al-Muqtadir Billah 84
Al-Shabby (Tuhfah al-Umara)
Al-Watsiq Billah 12
Amrbin Kultsum 154

Baeliev 5
BaniTholun 43
Baranjar 143
Baris al-Saqlaby 21,85
Barthold 54
Bilal 129
Blake 5,57
Bukhari (Sahih) 126
Bulgaria 2,19,22,24,31,33,39,43,44,45,46,48,49,53,
58,60,65,81,83,84,121,125,126,134,147
BAGIAN KETIGA: INDEKS

Dischard Lafrey 5
Dunlop 4, 57
Duzy (Takmilah Ma’ajim al-Arab dan Mu’jam al-Malabis)
97,98, 121, 171

Etrek 112,113,114

Fraehn 30, 52, 53,125,134,153,154,156,169,170, 173

Ghaziyyah 117

Hamid bin al-Abbas 14,21,43,47,122

Ibnu al-Athir (Al-Kamilfi Tarikh) 88


Ibnu al-Adhim (Bughyali al-Thalab)
Ibnu al-Faqih al-Hamdany (Al-Buldan)
Ibnu al-Thaqthaqy (Al-Fakhr/jfi al-Adab)
RISALAH IBNU FADHLAN

Ibnu Fadhlan 1,2,4, 5, 6, 7,13,15,18,19,20,21,22,23,


24,25,26,27,28,29,30,31,32,33,34,36,37,38,
39,41,42,43,44,45,46,47,48,49, 50, 51, 52, 53,
54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61,62, 63, 64, 65, 66, 67,
68, 69, 70, 71, 76, 79, 81, 83, 84, 86, 90, 91,94, 98,
110, 112, 115, 119, 120, 121, 124, 128, 131, 132,
133, 134, 146,147, 149, 152, 153, 167,168, 169,
172,173
Ibnu HauqaI (Surah al-Ard) 9,11,12, 37,46, 52, 66, 67, 68,
86,87,127,168
Ibnu Jarir al-Thabari (Tarikh al-Umam wa al-Mamalik)
Ibnu Khardzabah (Al-Masalik wa al-Mamalik) 9,10
Ibnu Miskawaih 15,16,17
Ibnu Qarin 87
Ibnu Rustah (ATA'laq al-Nafisah) 47, 54, 68
Ilghiz 114
India 8,11,31,37,38,149, 171
Isa bin Maryam 125

J
Jerman 1,4,12,30,43,52,53, 54, 56, 59, 79

Kanar (Tarjamah Ibnu Fadhlan ila Faransiyah) 124,190


Khalil Mirdam 6
Khazaljiyyah 101
BAGIAN KETIGA: INDEKS

Khazar 20,21,23,28,49, 50, 51, 52, 60,63, 64,65, 66, 67,


68,69,70, 101, 115,117, 127, 134, 143,144, 151,
152, 153, 154,168, 171, 172, 173
Kratchovsko 57,72, 169, 173
Krimer 43

Ma’juj 45,145
Markwart 54
Miskawaih (Tajaruhal-Umam) 15,16,17
Muhammad Al-Idrisi (Nuzhatal-Mustaq)
Muhammad bin Sulaiman 42,43
Muhammad Kurdi Ali 1,3,6,61
Muhammad SAW 125,126

Nabi Sulaiman 161


Nadhiral-Haramy 22,23,85,113,122
Nestor 30
Nicholson 52

Pecheneg 64, 117


Prancis 30, 123
RISALAH IBNU FADHLAN

Q
Qudamah binja’far 9
Qufjaq 117
Qulwas 99
Quraish 8

Rasmussen 52
Ritcher 57,189
Romawi 8,13,15,123,161
Rusia 2,4, 5,12,19, 21,22,28, 30, 31,33, 35, 36, 37, 38,
39,45,46,49, 51,52, 53, 54, 55, 57, 58, 59, 64, 65,
66, 70,84,85,120, 125,134,151,153, 166,167, 169

Saman 12
Saqalibah 12,19,20,21,22,23,24,27,33,34,38,41,43,
49, 56,64,65, 71, 83, 84,85,92,98,121,123,143,
147, 148,151,152
Sausan al-Rassy 21
Slavia 12, 84
Sudan 13
Suwaz 147
Suyuthi 126,161
BAGIAN KETIGA: INDEKS

Tarkhan 114,115
ThahirbinAli 88
Thalut 27,42, 143

Vlademir 71,83

Wastenfield 54
Westberg 54
Wiragh 147
Wisu 134,142, 145

Yabghu 112
Yahudi 20,28,46, 60,127,152
Ya’juj 45,145
Yaqut al-Hamawi (Mu’jam al-Buldan) 5,12,38,51,62
Yiltawar 19,56,71,83,125
Yinal 108, 114, 115
Yunani 9,53,139


RISALAH IBNU FADHLAN

Zaki Muhammad Hasan (Al-Rihlah al-Muslimun)


Zeki Validi Togan 56,59,79

B. Indeks Tempat dan Lokasi

Afrika 8, 9
Afrir 88
Akhtani 116
Aleppo 5,120
Amulu 88
Andalusia 9,11
Ankara 8
Ardan 116
Armenia 153
Artahusmitan 85
Asia Kecil 5
Atil 49,50,51,53,54,64,65,66,85,127,134,144,153,
155,172
Atlantik 8,9,11,31
Auram 120
Auran 120

Q84xd
BAGIAN KETIGA: INDEKS

Baghdad 15,18, 19,20,21,23,41,49,60,84,86,98,115,


132,147
Bajagh 118
Baynakh 120
Bikan 88
Bukhara 24, 32, 81, 88, 89, 90, 91

Cina 9, 11, 12,31


Copenhagen 52

Damaskus 1,8, 75
Damghan 87
Daral-Bustan 16
Daskarah 86

Eropa 12, 13,18,19, 20, 30,47,48,49, 56, 65, 73, 83, 84,
85,138, 153

Ghana 37
RISALAH IBNU FADHLAN

Habasyah 7
Hamdan 86, 87
Homs 87
Hulwan 86

India 8, 11, 31,37, 38, 149, 171


Iran 55
Iraq 92
Irkhiz 118
Isfahan 87

J
Jaihun 88,93,94,97,117
Jaikh 117
Jakha 118
Jit 99
Jurjan 88
Jurjaniyah 94, 95,99,106,121

Kazan 19
Khallajah 143, 147
BAGIAN KETIGA: INDEKS

Kharkiev 59
Khawarizm 32,49, 54,64,85,92,93, 99,107,108,109,
150
Khazar 20, 21, 23,28,49, 50, 51, 52, 60, 63, 64, 65, 66, 67,
68,69,70, 101, 115,117, 127, 134, 143,144, 151,
152,153,154,168,171,172,173
Khurasan 22,85,88,89,90,91,92, 130
Kimuk 101
Kogh 37
Konstantinopel 8

Leiden 84, 169


Lipetsk 54, 84

Marwa 62,88,90,113,115
Mesir 13,14,15,42,43,53,85
Moskow 19,57,76,134

Nahrawan 86
Naisabury 24,87,88
RISALAH IBNU FADHLAN

Paris 38,52,79
Perancis 53, 70, 124
Praha 54

Q
Qarmisin 86
Qushmahan 88

Ray 23,87
Rostock 52
Rusia 2,4,5,12,19,21,22,28,30,31,33,35,36,37,38,
39,45,46,49, 51,52, 53, 54, 55, 57, 58, 59, 64, 65,
66, 70,84,85,120, 125,134, 151,153, 166, 167,169

Saint Petersburg 52,53


Sawa 87
Sinman 87
Sirkhas 90
SungaiJaihun 94,97
Suriah 75
BAGIAN KETIGA: INDEKS

Teheran 23,87
Thus 55, 76

Uni Soviet 5, 57, 88


Uzbekistan 88

Volga 19,31,41,53,60,85,117,118,125

Wiyabah 53
Wiyabah (Kiev) 53

Zamjan 99

O189>
RISALAH IBNU FADHLAN

C. Indeks Budaya dan Bahasa


Di dalam indeks ini, kami mencantumkan kata-kata
yang kami beri keterangan, yaitu kosakata kebudayaan yang
terkait dengan nama makanan, minuman, tempat tinggal,
pakaian, perabotan, nama hewan, tumbuhan, dan kehidupan
sosial yang ada pada masa itu di kalangan bangsa Arab dan
bangsa lainnya yang dikunjungi oleh Ibnu Fadhlan.

Bustin 97

Dirham Ghitrifiyyah 91

‘Irajin 147

J
Jawarus 97,105,113,137

Ki’ab 93
BAGIAN KETIGA: INDEKS

Kiftan 97
Kimukht 98

Madhrab 171

Q
Qulanj 150
Qurthaq 97

Ran 98
Rumman Amlisi 136

Saj 171
Saravvil 98,161
Sammur 137
Suju 124
Syatbah 153
Syiraj 138
RISALAH IBNU FADHLAN

Thaq 94
Tifuriyah 149
BIBLIOGRAFI

bagian ini kami menyebutkan nama buku


referensi yang digunakan di dalam buku ini.
i sebutkan tahun dan tempat penerbitannya.
Pertama kami cantumkan referensi yang berbahasa Arab
atau diarahkan baru kemudian kami cantumkan referensi
berbahasa asing. Kami memutuskan untuk menulis referensi
Eropa dengan mengunakan huruf Arab karena beragamnya
bahasa yang digunakan sehingga membuat sulit untuk
diterbitkan. Referensi ini ada yang berbahasa Rusia, Jerman,
Hungaria, dan Prancis. Oleh karenanya, judulnya kami
terjemahkan agar mudah ketika hendak merujuknya.

A. Referensi Bahasa Arab dan Terjemahan ke


Bahasa Arab:

Abdul Latif al-Baghdady, Rihlah, Mesir: tanpa tahun.


Abu al-Fida, Taqwim al-Buldan, Paris: 1840.
Abu Ali al-Muhassin al-Tanukhy, Al-Faij Ba’da al-Syiddah,
Mesir: 1903.
RISALAH IBNU FADHLAN

Abu Bakr Ahmad bin Muhammad al-Hamdani (atau Ibnu al


Faqih), Al-Buldan, London: 1302.
Abu Mansyur al-Jiwaliqy, Al-Mu’rab min al-Kalam al-Ajamy
ala Hurufal-Mu’jam, Mesir: 1361.
Adam Mitz, Al-Hadharah al-Islamiyyah (diterjemahkan oleh
Muhammad Abdul Hadi), Kairo: 1941.
Al-Bakry, Mu’jam min Asma’ al-Bilad wa al-Mawaqi\ Kairo:
1949.
Al-Balkhy, Suwar al-Aqalim, Leiden: 1927.
Al-Hafidz Abu al-Qasim Ali bin Asakir, Tarikh Madinah
Damsyiq, Damaskus: 1951.
Al-Hafidz Ali al-Hithamy, Majma’ al-Zawaid wa Manba’ al-
Fawaid, Kairo: 1352.
Al-Idrisy, Nuzhat al-Mustaq fi Ihtiraq al-Afaq, tidak
diterbitkan.
Al-lshtahary, Masalik al-Mamalik, Leiden: 1927.
Al-Jaihany, Al-Masalik wa al-Mamalik.
Al-Mas’udy, Murujal-Zhahab, Paris: 1861.
Al-Muqaddasi, Ahsan al-Taqasim, Leiden: 1906.
Al-Shaby, Rusum Daral-Khilafah, tidak diterbitkan.
Al-Shaby, Tuhfah al-Umara’fi Tarikh al-Wuzara’, Beirut: 1904.
Al-Suyuthy, Al-Fath al-Kabir, Mesir: Dar al-Maktab al-
Arabiyyah, tanpa tahun.
Arib al-Qurtuby, Silah Tarikh al-Thabary, Mesir: tanpa tahun.
Diwan al-Nabiyhah al-Syibani, Mesir: Dar al-Kutub, 1932.
Dr. Zaki Muhammad Hasan, Al-Rihalah al-Muslimun fi al-
Usur al-Wusto, Kairo: 1945.
BIBLIOGRAFI

Faransis dan Kurkis Awwad, Buldan al-Khilafah al-


Syarqiyyah, Baghdad: 1954.
Fihrasat al-Kutub wa al-Makhtutah bi Madinah Mashad,
Thus: 1345.
Hudud al‘Alam, London: 1937.
Ibnu Athir, Al-Kamilfi al-Tarikh, Mesir: 1348-1353.
Ibnu Hauqal, Surah alArd’, Leiden: 1938.
Ibnu Jarir al-Thabari, Tarikh al-Umam wa al-Muluk, Mesir.
Ibnu Tughzy Barady, Al-Nujum al-Zahirah, Mesir: Dar al-
Kutub, 1936.
Kamaluddin bin al-Adim, Bughyah al-Thalab fi Tarikh Halb,
tidak diterbitkan.
Miskawaih, Tajarub al-Umam wa Ta’aqub al-Humam, Mesir:
1915.
Muhammad bin Ahmad al-Katib al-Khawarizmy, Mafatih al-
‘Ulum, Kairo: 1342.
Muhammad bin Ali bin Thabathaba (atau yang dikenal
dengan nama Ibnu al-Thaqtaqy), Al-Fakhry fi al-adab
al-Sulthaniyyah, Gravzold: 1858.
Rihlah Ibnu Batulah atau Tuhfah al Nadhair fi Gharaib al
Amsar, Paris: 1927.
Sami al-Dihan, Diwan Abu Firas al-Hamdani, Beirut dan
Damaskus: 1944.
Sirajuddin Umar bin al-Waridy, Kharidah al-Aja’ib wa Faridah
al-Gharaib, Kairo: 1939.
Syamsudin al-Damsiqy (atau yang dikenal dengan Syaikh
al-Rubwah), Nukhbah al Dahrfi Ajaib al-Barri wa al-
Bahri, Lipetsk: 1923.

Cx195>
RISALAH IBNU FADHLAN

Yaqut ai-Hamawi, Irsadal-Arib atau Mu’jam al Udaba’, Kairo:


1936.
Yaqut al-Hamawi, Mu’jam al-Buldan, Lipetsk: 1866.
Zambur, Mu’jam al-Ansab wa al-Usrat al-Hakimah
(diterjemahkan oleh Dr. Zaki Muhammad Hasan dkk),
Kairo: 1951.

B. Referensi Asing dan Majalah Asing dengan judul


yang sudah diterjemahkan
1. Ulasan orientalis Ritcher di majalah al-Mustariqin al-Alman,
Lipetsk: 1942, edisi 96, him. 98-126.
2. Ulasan orientalis Blake dan Frey terhadap Risalah Ibnu Fadhlan,
Majalah Bizantina: 1949, him. 37.
3. Ulasan orientalis Dunlop terhadap Risalah, Majalah berbahasa
Jerman, Stuttgart, him. 307-312.
4. Ulasan orientalis Chaklady di Majalah al-Majriyah, Budapest:
1951, him. 217-243.
5. Terjemahan Risalah ibnu Fadhlan ke dalam Bahasa Perancis
oleh Mario Kanar, Majalah al-Jazair. 1958, him. 41-146.
6. Fohn Krimer, Kebudayaan Pada Masa Khalifah, berbahasa
Jerman: 1888.
7. Perjalanan Ibnu Fadhlan, Majalah al-Mustariqin, Jerman:
1939, edisi 24.
8. Perjalanan Ibnu Fadhlan ke Bulgaria, Moskow: 1939, terdiri
dari 193 halaman.
9. Fraehn, Perjalanan Ibnu Fadhlan ke Rusia, Petersburg: 1823.
BIBLIOGRAFI

10. Duzy, Mu’jam li Takmilah Ma'ajim al-Arab (berbahasa


Perancis), Paris: 1927.
11. Duzy, Al-Mu’jam al-Mufassal li Asma’ al-Malabis ‘Inda al-Arab
(berbahasa Perancis), Amsterdam: 1845.
12. Al-Mausuah al-Islamiyyah lial-Mustariqin (berbahasa Perancis),
Leiden: 1913.
PROFIL MUHAQQIQ

Doktor Muhammad Sami Bin Ibrahim al-Dihan lahir


pada tahun 1328 H (1910 M) dan wafat pada tahun 1391 H
(1971). Beliau adalah seorang sastrawan dan termasuk salah
satu anggota Lembaga Ilmu Pengetahuan Arab di Damaskus.
Beliau lahir di kota Aleppo dan belajar di kota tersebut. Pada
tahun 1936, beliau terpilih sebagai perwakilan Orang Syiria
untuk belajar di kota Paris dan berhasil meraih gelar Doktor
dalam bidang Ilmu Sastra. Pada tahun 1971, Sami al-Dihan
kembali ke Syiria dan menjadi salah satu anggota Institut Paris
untuk kajian Ilmu Bahasa Arab di Damaskus serta menjadi
dosen di Universitas Syiria. Setelah itu, beliau juga diberi
mandat untuk mengajar di Ribath Maroko dan menetap di
sana selama dua tahun. Sami al-Dihan kemudian pindah ke
Amman (Ibu Kota Yordania) dan mengajar di universitas
yang ada di kota tersebut. Akibat terlalu menforsir diri dalam
bekerja, beliau sakit selama beberapa waktu dan kehilangan
ingatannya. Beliau menghabiskan waktunya di rumahnya di
Damaskus hingga beliau wafat dan jasadnya dimakamkan di
kota Aleppo.

199
RISALAH IBNU FADHLAN

Di sela-sela kegiatan akademiknya, beliau telah menulis


dan menerjemahkan sejumlah buku serta menahqiq
sejumlah manuskrip, di antaranya:
1. Qudama wa Muasirun (Tokoh-Tokoh Klasik dan
Kontemporer),
2. Ushul al-Tadris al-Haditsah (Asas-Asas Pengajaran
Modern),
3. Al-Kitabah: Nusus wa Qawaid (Menulis: Teori dan
Praktek),
4. Muhammad Kurdi Ali: Biografi dan Kontribusinya,
5. Para Penyair Ternama di Syiria,
6. Kumpulan Pidato A mir Syakib Arslan,
7. Cabang-cabang Sastra Arab (terdiri dari lima jilid),
8. Darb al-Syuk (Sebuah Bigrafi),
9. Syair-Syair Terkini di Wilayah Syiria,
10. Referensi Pengajaran Bahasa Arab,
11. Kumpulan Syair Abu Firas al-Hamdani (terdiri dari tiga
jilid),
12. Zubdah al-Aleppo Ibnu Adhim (terdiri dari dua jilid),
13. Hadiah dan persembahan untuk Khalidiyyin,
14. Kumpulan Syair al Wakwa'u al-Dimasqy,
15. Lampiran Tabaqat Hanbali,
16. Catatan-Catatan penting Ibnu Syaddad (terdiri dari dua
jilid),
17. Risalah Ibn Fadhlan: Fi Wasf al-Rihlah ilaa Bilad al-Turki
wa al-Khazar wa al-Ruus wa al-Shaqalibah.

Anda mungkin juga menyukai