Anda di halaman 1dari 10

BAB I

DEFINISI

Ruang Isolasi adalah ruangan khusus yang terdapat di rumah sakit yang merawat pasien
dengan kondisi medis tertentu terpisah dari pasien lain ketika mereka mendapat perawatan
medis dengan tujuan mencegah penyebaran penyakit atau infeksi kepada pasien dan
mengurangi resiko terhadap pemberi layanan kesehatan.
Pada umumnya ruang isolasi terbagi menjadi dua jenis yaitu ;
1. Isolasi Tekanan Udara Negatif
Pada kamar isolasi bertekanan negatif udara di dalam kamar isolasi lebih rendah
dibandingkan dengan udara luar. Hal ini mengakibatkan tidak akan ada udara yang keluar
dari ruang isolasi sehingga udara luar tidak terkontaminasi oleh udara dari ruang isolasi.
Ruang isolasi bertekanan negatif ini digunakan untuk penyakit-penyakit menular yang
menular melalui udara seperti tuberkulosis, cacar air, herpes zooster, dan rubela, sehingga
kuman-kuman penyakit tidak akan mengkontaminasi udara luar. Untuk metode
pembuangan udara atau sirkulasi udara digunakan sistem sterilisasi dengan HEPA
FILTER.

2. Isolasi Tekanan Udara Positif


Pada ruang isolasi bertekanan positif udara di dalam ruang isolasi lebih tinggi
dibandingkan dengan udara luar sehingga menyebabkan terjadi perpindahan udara dari
dalam ke luar ruang isolasi. Hal ini mengakibatkan tidak akan ada udara luar yang masuk
ke ruang isolasi sehingga udara ruang isolasi tidak terkontaminasi oleh udara luar. Ruang
isolasi ini digunakan untuk penyakit-penyakit immunodeficiency atau pasien yang
mendapat terapi immunosupresan. Untuk memperoleh tekanan positif di ruang isolasi
digunakan udara luar yang telah disterilisasi terlebih dahulu.

Panduan Isolasi 1
BAB II
RUANG LINGKUP

1. Panduan ini mengatur pasien apa saja yang harus diisolasi, sistem klustering dan
kewaspadaan universal.
2. Panduan ini diterapkan kepada semua yang memerlukan teknik isolasi di IGD, pasien
rawat inap baik di ruang rawat biasa maupun di ruang intensif.
3. Pelaksana panduan ini adalah para tenaga kesehatan (medis, perawat, farmasi, bidan,
dantenaga kesehatan lainnya); staf di ruang rawat, staf administratif, dan staf pendukung
yang bekerja di rumah sakit.

Panduan Isolasi 2
BAB III
TATA LAKSANA

Penatalaksanaaan Tekhnik Isolasi


1. Dalam melakukan perawatan pasien semua petugas kesehatan maupun pelaksana yang
berhubungan langsung dengan pasien harus menerapkan prinsip kewaspadaan
umum/universal precaution.
2. Pasien yang dicurigai menderita penyakit menular baik melalui kontak, droplet, maupun
airborne yang masuk IGD harus ditempatkan terpisah dari pasien lainnya sambil
menunggu tegaknya diagnosa melalui pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
3. Selama di IGD batasi petugas yang kontak dengan pasien tersebut, sebisa mungkin hanya
satu orang perawat yang kontak dengan pasien tersebut.
4. Pasien dan keluarga diberikan penjelasan oleh petugas IGD, bahwa pasien memerlukan
isolasi dan keluarga dibatasi dalam mendampingi pasien.
5. Bila setelah dilakukan pemeriksaan dan hasilnya pasien tidak memerlukan teknik isolasi
maka pasien diperlakukan seperti pasien biasa.
6. Jika hasil pemeriksaan pasien dicurigai menderita H5N1 dan H5N5, maka petugas IGD
wajib merujuk pasien tersebut ke RS Rujukan (RSPI Sulianti Saroso atau RSUP
Persahabatan)
7. Selama transportasi rujukan pasien H5N1 dan H5N5 ke rumah sakit rujukan, petugas
menerapkan prinsip kewaspadaan universal.
8. Jika hasil pemeriksaan pasien tersebut perlu dilakukan rawat inap dan memerlukan teknik
isolasi, maka petugas IGD berkoordinasi dengan Supervisor untuk pengaturan ruang
rawat.
9. Untuk pasien dengan TB paru aktif, HIV/AIDS dengan komplikasi maka pasien harus
ditempatkan dalam satu kamar tersendiri dan tidak boleh dicampur dengan pasien lain.
10. Untuk Hepatitis B dan Hepatitis C, dan mengalami penurunan daya tahan tubuh
(HIV/AIDS) tanpa komplikasi maka pasien dapat ditempatkan diruangan tersendiri
dengan sistem clustering (pengelompokan pasien dengan penyakit yang sama)
11. Petugas yang merawat pasien di ruangan harus meminimalasisi kontak dengan pasien,
namun tetap melakukan pemantauan dan perawatan sesuai standar.
12. Pengunjung pasien yang membutuhkan isolasi harus dibatasi, bila perlu tidak diijinkan
masuk ke kamar pasien.

Panduan Isolasi 3
Kewajiban dan Tanggung Jawab
1. Pimpinan Rumah Sakit
a. Menyiapkan ruang/kamar isolasi
b. Membuat kebijakan dan panduan terkait perawatan isolasi

2. Seluruh staf Rumah Sakit


a. Memahami dan menerapkan prosedur kewaspadaan universal
b. Memahami kebijakan terkait perawatan isolasi

3. Perawat yang bertugas (perawat penanggung jawab pasien)


a. Bertanggungjawab menerapkan prosedur kewaspadaan universal
b. Melaksanakan perawatan isolasi sesuai dengan kebijakan dan panduan perawatan
isolasi

4. Kepala Instalasi / Kepala Ruang


a. Memastikan seluruh staf di Instalasi memahami kebijakan dan panduan terkait
perawatan isolasi.
b. Mengevaluasi pelaksanaan perawatan pasien yang membutuhkan teknik isolasi.

5. Supervisor
a. Memantau dan memastikan panduan perawatan isolasi dikelola dengan baik oleh
Kepala Instalasi/Kepala Ruang.
b. Menjaga standarisasi dalam menerapkan perawatan isolasi

Kewaspadaan Universal dalam Teknik Isolasi

Kewaspadaan universal adalah tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh
tenaga kesehatan untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi dan didasarkan pada prinsip
bahwa darah dan cairan tubuh dapat berpotensi menularkan penyakit, baik berasal dari pasien
maupun petugas kesehatan.

Panduan Isolasi 4
Secara garis besar Standar Kewaspadaan Universal dalam Teknik Isolasi adalah:
1. Mencuci tangan
2. Memakai sarung tangan saat menyentuh cairan tubuh, kulit tak utuh dan membran
mukosa
3. Memakai masker, pelindung mata, gaun jika darah atau cairan tubuh mungkin memercik
4. Menutup luka dan lecet dengan plester tahan air
5. Menangani jarum dan benda tajam dengan aman
6. Membuang jarum dan benda tajam dalam kotak tahan tusukan dan tahan air
7. Melakukan penanganan instrumen dengan benar
8. Melakukan penggunaan limbah dengan benar
9. Membersihkan tumpahan darah dan cairan tubuh lain segera dan dengan cara yang benar
10. Membuang sampah terkontaminasi dengan aman
11. Melakukan pengelolaan alat kesehatan untuk mencegah infeksi dalam kondisi steril dan
siap pakai dengan cara dekontaminasi, pencucian alat, desinfeksi dan sterilisasi

Penerapan kewaspadaan universal meliputi:


A. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
APD berfungsi untuk melindungi kulit dan selaput mukosa petugas maupun pengunjung
dari resik pajanan darah, cairan tubuh, sekret, ekskresi kulit yang tidak utuh dan selaput
lendir pasien.
Langkah-langkah penggunaan APD;
1. Persiapkan sarana
 Baju/gaun bersih, rapi/tidak robek dan sesuai ukuran badan, alas kaki tertutup
 Sarung tangan
 Penutup kepala
 Masker dan alat pelindung mata
2. Langkah – langkah pengguanaan APD
 Lepaskan cincin, jam / gelang dari tangan
 Mencuci tangan
 Gunakan gaun dan kain penutup kepala
 Memakai sarung tangan
 Memakai masker dan pelindung mata jika perlu

Panduan Isolasi 5
3. Langkah – langkah melepaskan APD
 Lepaskan sarung tangan
 Lepaskan masker dan pelindung mata
 Lepaskan gaun dan tutup kepala secara terbalik dan dimasukan ke tempat pakaian
kotor
 Mencuci tangan

B. Penatalaksanaan transportasi kasus isolasi


1. Petugas harus melakukan cuci tangan dan menggunakan APD
2. Menjaga kontak seminimal mungkin dengan pasien
3. Desinfeksi alat Transport dan peralatan lain setelah selesai penggunaan

C. Penanganan Linen
1. Linen bekas pakai dimasukan ke dalam kantong, diikat dan diberi label
2. Pakaian pasien menggunakan pakaian rumah sakit
3. Menjaga kontak seminimal mungkin dalam mengumpulkan dan membawa linen kotor
4. Anggap semua linen yang telah dipakai sebagai linen infeksius
5. Bawa linen kotor dalam kontainer tertutup atau kantong plastik

D. Pemulasaraan Jenazah
1. Memperhatikan norma agama dan kepercayaan dan perundangan yang berlaku di
ruang isolasi
2. Perlakukan terhadap jenazah sesuai dengan SOP perawatan jenazah

E. Pembersihan ruangan
1. Lakukan pembersihan dengan menggunkan larutan klorin 0.5% di seluruh permukaan
ruangan sebelum penggunaan oleh pasien lain.
2. Pembersihan dilakukan dengan menggunakan APD lengkap
3. Semua peralatan yang ada di dalam ruangan juga dilakukan pembersihan
menggunakan larutan klorin 0.5%
4. Peralatan untuk pasien tidak dipindahkan dari satu ruangan ke ruangan lain.

Panduan Isolasi 6
F. Pengelolaan limbah
Pada prinsipnya pengelolaan limbah di ruang isolasi sama dengan pengelolaan limbah
infeksius yang umumnya terdiri dari penimbunan, penampungan, pengangkutan,
pengolahan dan pembuangan.
Dalam pengelolaan limbah meliputi:
1. Menggunakan plastik/wadah yang ditutup dengan rapat
2. Memberi tanda sampah terkontaminasi
3. Perlengkapan menampung dan membuang sampah ta dapat digunakan untuk
keperluan lain
4. Mencuci wadah dengan larutan Clorin 0.5%

Prosedur yang membutuhkan kewaspadaan universal dalam teknik isolasi:


1. Srict isolation
Dilakukan bila terjadi wabah difteri, pneumonia dan varicella
Difokuskan untuk mencegah penyebaran kuman melalui udara
Prosedur kewaspadaan universalnya adalah:
 Perlu ruangan khusus dan pintu harus dalam keadaan tertutup
 Setiap orang yang memasuki ruangan harus menggunakan gaun, penutup kepala,
masker dan sarung tangan
 Mencuci tangan sebelum dan sesudah memasuki ruangan/kontak dengan pasien
 Menggunakan disposal

2. Contact isolation
Untuk infeksi pernafasan akut, influenza pada anak-anak, infeksi kulit, herpes simpleks,
rubela, dan scabies
Difokuskan untuk mencegah penyebaran infeksi dengan membatasi kontak
Prosedur kewaspadaan universalnya adalah:
 Perlu ruangan khusus dan pintu harus dalam keadaan tertutup
 Harus menggunakan gaun jika ada kemungkinan cairan yang terpercik
 Harus menggunakan masker jika kontak degan pasien
 Mencuci tangan sebelum dan sesudah memasuki ruangan/kontak dengan pasien
 Menggunakan sarung tangan jika menyentuh bahan-bahan infeksius
 Menggunakan disposal

Panduan Isolasi 7
3. Respiratory Isolation
Untuk meningitis, pertusis dan pneumonia
Difokuskan untuk mencegah penyebaran infeksi melalui droplet karena batuk, bersin
maupun inflasi
Prosedur kewaspaan universalnya adalah:
 Perlu ruangan khusus dan pintu harus dalam keadaan tertutup
 Tidak perlu menggunakan gaun
 Harus memakai masker
 Mencuci tangan sebelum dan sesudah memasuki ruangan/kontak dengan pasien
 Menggunakan sarung tangan
 Menggunakan disposal

4. Tuberculosis Isolation
Untuk TBC
Difokuskan untuk mencegah penyebaran Acid Fast Bacilli
Prosedur kewaspadaan universalnya adalah:
 Perlu ruangan khusus dan pintu harus dalam keadaan tertutup dan bertekanan negatif
 Setiap orang yang memasuki ruangan harus menggunakan gaun, penutup kepala,
masker dan sarung tangan
 Mencuci tangan sebelum dan sesudah memasuki ruangan/kontak dengan pasien
 Menggunakan disposal

5. Enteric Precaution
Untuk gastroenteritis, demam typhoid, kolera, diare, dengan penyebab infeksius
Difokuskan untuk mencegah penyebaran infeksi melalui kontak langsung atau tidak
langsung melalui feces
Prosedur kewaspadaan universalnya adalah;
 Perlu ruangan khusus jika kebersihan klien buruk
 Perlu gaun jika pakaian terkontaminasi
 Tidak memerlukan masker
 Mencuci tangan sebelum dan sesudah memasuki ruangan/kontak dengan pasien
 Perlu sarung tangan jika menyentuh bahan-bahan infeksius
 Menggunakan disposal

Panduan Isolasi 8
6. Drainage/Secret Precaution
Untuk drainase lesi, abses, infeksi luka bakar, infeksi kulat, luka decubitus, konjuctivitis
Difokuskan untuk mencegah penyebaran infeksi,membatasi kontak langsung atau tidak
langsung dengan material tubuh
Prosedur kewaspadaan universalnya adalah;
 Tidak perlu ruangan khusus
 Perlu gaun jika pakaian terkontaminasi
 Tidak memerlukan masker
 Mencuci tangan sebelum dan sesudah memasuki ruangan/kontak dengan pasien
 Perlu sarung tangan jika menyentuh bahan-bahan infeksius
 Menggunakan disposal

7. Bloody/Fluid Precaution
Untuk hepatitis B, sypillis, HIV/AIDS dan malaria
Difokuskan untuk mencegah penyebaran infeksi, membatasi kontak langsung atau tidak
langsung dengan cairan tubuh
Prosedur kewaspadaan universalnya adalah;
 Tidak perlu ruangan khusus
 Perlu gaun jika pakaian terkontaminasi
 Tidak memerukan masker
 Mencuci tangan sebelum dan sesudah memasuki ruangan/kontak dengan pasien
 Perlu sarung tangan jika menyentuh bahan-bahan infeksius
 Menggunakan disposal

Panduan Isolasi 9
BAB IV
DOKUMENTASI

Pelaporan dan Pencatatan dalam Penanganan Tekhnik Isolasi


1. DPJP dan petugas kesehatan yang terlibat dalam perawatan pasien tersebut menuliskan
pengkajian, rencana perawatan dan pengobatan, tindakan yang dilakukan, hasil
pemeriksaan dan evaluasi di dalam rekam medis.
2. Perawat ruang rawat mencatat data pasien dengan TB Paru Aktif dan HIV/AIDS pada
buku data penderita TB paru dan HIV/AIDS untuk dilakukan rekapitulasi pada akhir
bulan.
3. Untuk kasus – kasus yang memerlukan pelaporan kepada pihak berwenang (Dinas
Kesehatan), maka perawat ruangan/penanggung jawab ruangan berkoordinasi dengan
team yang ada di RSE dalam hal pembuatan laporan;
 Kasus TB Paru aktif maka berkoordinasi dengan Team DOTS TB
 Kasus HIV/AIDS berkoordinasi dengan Team Penanggulangan HIV/AIDS.
4. Team DOTS TB Paru dan Team HIV/AIDS melaporkan kepada Team Rekam Medis
untuk membuat Laporan Angka Kejadian TB Paru dan HIV/AIDS ke Dinas Kesehatan
setiap bulan/tahun.

Panduan Isolasi 10

Anda mungkin juga menyukai