Disusun oleh :
RETNO PURBANINGSIH
1661100003
PSIKOLOGI
A. Latar Belakang
Sebelum kita membahas tentang Perilaku menyimpang dan sikap Anti-Sosial, apakah
ada yang tahu apa itu Perilaku menyimpang dan Sikap Anti-Sosial itu?
Kali ini saya akan menguraikan tentang Perilaku menyimpang dan Sikap Anti-Sosial.
Sebelum itu, saya akan menjelaskan apa yang dimaksud dengan Perilaku Menyimpang.
Dalam KBBI, perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan, atau
tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma dan hukum
yang ada di dalam masyarakat.
Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma)
untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat.
Namun demikian di tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-
tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku pada masyarakat.
Untuk lebih jelasnya, saya membuat makalah ini untuk dapat dipergunakan dengan
sebaik-baiknya dan dapat memberi informasi yang lebih bagi pembaca sekalian.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Perilaku Menyimpang dan Sikap Anti-Sosial?
2. Apa saja Sebab-akibat dari perilaku Anti-sosial?
3. Bagaimana cara membuat seseorang tidak menjadi Anti-sosial ?
4. Apa saja bentuk upaya mencegah dan upaya pengobatan Perilaku anti sosial ?
Perilaku Menyimpang dan Sikap Anti-Sosial dalam kehidupan sehari-hari dapat kita
jumpai dengan mudah. Mungkin kita mengetahui ciri-ciri dari seseorang yang menderita Sikap
Anti-Sosial dan sikap seseorang yang menyimpang. Namun, belum tentu kita tahu
penyebabnya, jenis-jenisnya dan cara penganggulangannya. Oleh karena itu, untuk
mempelajarinya lebih lanjut saya membuat makalah ini untuk dapat membantu dan memberi
informasi bagi pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perilaku Menyimpang
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah
laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan
norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat.
Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma) untuk
berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat. Namun
demikian di tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-tindakan
yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku pada masyarakat.
Pengertian dari perilaku Anti-Sosial menurut pandangan psikologi adalah perilaku yang
kurang pertimbangan untuk orang lain dan yang dapat menyebabkan kerusakan pada
masyarakat, baik sengaja atau melalui kelalaian, karena bertentangan dengan perilaku pro-
sosial, perilaku yang membantu atau bermanfaat bagi masyarakat.
b. Sikap Anti-Sosial
1. Penyimpangan Individual
Penyimpangan individual adalah penyimpangan yang disebabkan oleh diri sendiri.
Penyimpangan tersebut terjadi karena adanya faktor yang mempengaruhi penderita. Faktor
tersebut contohnya seperti pembawaan, penyakit, kecelakaan yang pernah dialami, atau karena
pengaruh sosiokultural yang bersifat unik terhadap pribadi penderita. Bentuk-bentuk sikap anti
sosial yang muncul karena penyimpangan individual, diantaranya yaitu:
Pembangkang, yaitu orang yang tidak mau tunduk terhadap peringatan yang telah
diberikan oleh orang yang bertanggung jawab di lingkungan tersebut.
Pelanggar, yaitu orang yang melakukan pelanggaran terhadap norma yang berlaku
dalam masyarakat.
Penjahat, yaitu orang yang mengabaikan norma atau hukum yang ada di masyarakat
sehingga menyebabkan kerugian baik berupa harta benda maupun jiwa/nyawa di
lingkungan masyarakat.
2. Penyimpangan situasional
3. Penyimpangan Biologis
Penyimpangan biologis adalah penyimpangan yang terjadi karena adanya faktor pembatas
yang tidak memungkinkan terjadinya dalam memberikan persepsi atau menimbulkan respons
tertentu. Ada beberapa macam bentuk diferensiasi yang bisa menyebabkan penyimpangan
biologis diantaranya yaitu:
Ciri-ciri karena gangguan fisik, misalnya kehilangan anggota atau bagian tubuh dan
adanya gangguan sensorik.
Ciri-ciri biologis yang aneh, misalnya memiliki cacat yang disebabkan karena luka atau
cacat yang karena bawaan lahir (genetis).
Ciri-ciri ras misalnya, tinggi badan, warna kulit, atau bentuk badan.
Disfungsi tubuh yang tidak terkontrol lagi oleh tubuh misalnya, epilepsi atau tremor.
Dengan adanya diferensiasi tersebut, maka dapat menyebabkan bentuk sikap antisosial seperti:
Egoisme, yaitu sikap anti sosial akan merasa dirinya yang paling benar atau unggul
dibandingkan orang lain.
Rasisme, yaitu sikap antisosial akan percaya kepada paham rasis (rasisme) dimana
mereka akan mendiskriminasi orang yang memiliki ciri, bentuk, warna yang aneh atau
tidak sesuai dengan dirinya, misalnya mendiskriminasi orang yang berwarna kulit
gelap.
Rasialisme, yaitu sikap antisosial biasanya menerapkan sikap diskriminasi terhadap
kelompok ras lain.
Stereotip, yaitu citra kaku mengenai suatu rasa atau budaya yang dianut tanpa
memperhatikan kebenaran citra tersebut. Misalnya, orang jawa terkenal dengan lemah
lembutnya, padahal stereotip itu tidak selalu benar.
Primodialisme, yaitu paham atau pandangan yang menunjukkan sikap berpegang teguh
pada hal-hal yang sejak awal melekat pada diri individu tersebut misalnya, suku bangsa,
ras, agama maupun asal-usul kedaerahan oleh seseorang dalam kelompoknya, yang
kemudian meluas dan berkembang.
Etnosentrisme, yaitu sikap menilai kebudayaan masyarakat lain dengan menggunakan
ukuran yang berlaku dalam masyarakat tersebut.
Sekularisme, yaitu sikap yang mengedepankan hal-hal yang bersifat non-agamis,
misalnya teknologi, pengetahuan.
Hedonisme, yaitu suatu sikap yang ada pada manusia yang mendasarkan diri pada pola
kehidupan yang serba mewah, glamour, dan hanya memikirkan dan menempatkan
kesenangan materil saja.
Fanatisme, yaitu sikap yang menyukai sesuatu hal secara berlebihan. Fanatisme yang
sangat berlebih akan membahayakan karena dapat menyebabkan konflik atau
perpecahan.
Diskriminasi, yaitu sikap yang suka membedakan secara sengaja terhadap golongan
yang berkaitan hanya untuk kepentingan tertentu.
Lebih jauh kepribadian anti-sosial seharusnya tidak dikaitkan dengan kategori diagnostik
seperti retardasi mental, gangguan otak, Psikosis, atau situasi Maladjustment lainnya. Artinya
saat kepribadian anti-sosial dijelaskan dalam istilah psikologis seperti itu, maka diagnosa
tentang anti-sosial hanya dapat dilakukan bila kondisi-kondisi lain yang menyertai salah satu
diagnostik tadi muncul didalamnya.
Pada dasarnya seorang yang memiliki kepribadian anti-sosial tidak mampuan untuk
bersikap hangat dan membina relasi interpersonal yang baik. Pada saat pendapat atau sikap
orang yang anti-sosial tidak diterima mereka dapat menjadi berbahaya dan mungkin akan
melakukan kekerasan. Karena mereka tidak memiliki nurani, mereka mampu berperilaku
ekstrim seperti agresif, brutal, atau tingkah laku lain yang menyakiti.
1. Ciri – ciri Individu yang Memiliki Kepribadian Anti-Sosial pada anak
Ciri individu yang memiliki kepribadian anti-sosial dapat dilihat dari berbagai perilaku yang
muncul yang mengindikasikan adanya kepribadian anti-sosial, adapun bentuk perilaku anti-
sosial pada anak – anak antara lain:
6. Terdapat ketidaksesuaian antara sikap dengan norma yang ada dalam masyarakat
7. Adanya seseorang atau sekelompok orang yang berusaha dalam melakukan
perlawanan terhadap orang yang berlaku di masyarakat.
8. Keadaan psikologi seseorang yang berlawanan dengan apa yang terjadi
9. Ketidakmampuan seseorang dalam menjalankan norma yang di masyarakat.
Ada kemungkinan lainnya yaitu kurangnya empati, atau kemampuan dalam memahami
masalah serta cara pandang orang lainnya. Hal ini akan mulai terlihat saat masa anak-anak.
Faktor lingkungan keluarga yang berantakan juga bisa menjadi pemicu munculnya gangguan
anti sosial. Selain itu, adanya kekerasan seacara fisik, verbal, ataupun seksual juga akan
mendukung tumbuhnya gangguan kepribadian ini. Mengidentifikasi masalah sedari dini akan
menurunkan resiko anak mengidap gangguan anti sosial ini di masa depannya.
Perilaku antisosial. Orang tua dari anak-anak bermasalah sering menunjukkan tingkat
tinggi perilaku antisosial sendiri. Dalam satu penelitian besar, orang tua anak laki-laki lebih
sering bermasalah alkohol atau pidana, dan rumah mereka sering terganggu oleh perceraian,
perpisahan atau tidak adanya orangtua.Sosial dan lingkungan rumah juga berperan dalam
menunjang perkembangan
1. Disiplin tidak menentu atau tidak patut dan pengawasan yang tidak memadai telah dikaitkan
dengan perilaku antisosial pada anak-anak. Melibatkan orang tua cenderung untuk
memonitor perilaku anak, menetapkan aturan dan melihat bahwa mereka mematuhi,
memeriksa keberadaan anak, dan mengarahkan mereka dari teman-teman bermain
bermasalah.
2. Pengawasan yang baik adalah kurang cenderung di rumah-rumah yang rusak karena orang
tua mungkin tidak tersedia, dan orang tua sering antisosial kurangnya motivasi untuk
mengawasi anak-anak mereka. Pentingnya pengawasan orangtua juga ditekankan ketika
antisocials tumbuh dalam keluarga besar dimana setiap anak kurang mendapat perhatian
secara proporsional.
3. Seorang anak yang tumbuh di sebuah rumah terganggu dapat memasukkan orang dewasa di
dunia terluka secara emosional. Tanpa memiliki ikatan yang kuat dikembangkan, dia egois
dan tidak peduli kepada orang lain. Kurangnya disiplin hasil konsisten dalam hal kecil untuk
aturan dan menunda kepuasan.
4. Dia tidak memiliki model peran yang tepat dan belajar untuk menggunakan agresi untuk
memecahkan perselisihan. Dia gagal untuk mengembangkan empati dan kepedulian bagi
orang-orang di sekitarnya.
5. Antisosial anak-anak cenderung memilih teman bermain dengan ana yang sama. Pola dasar
biasanya berkembang selama tahun-tahun sekolah dasar, ketika rekan kelompok penerimaan
dan perlu menjadi bagian pertama menjadi penting.
6. Telah dikemukakan bahwa pelecehan awal (seperti gemetar penuh semangat anak) adalah
sangat berbahaya, karena dapat mengakibatkan cedera otak. Trauma kejadian dapat
mengganggu perkembangan normal sistem saraf pusat, sebuah proses yang berlanjut selama
bertahun-tahun remaja. Dengan memicu pelepasan hormon dan bahan kimia otak lainnya,
peristiwa stress dapat mengubah pola perkembangan normal.
1. Pembandel, yaitu orang yang tidak mau tunduk kepada nasihat-nasihat orang yang ada
di sekelilingnya agar mau merubah pendiriannya.
2. Pembangkang, yaitu orang yang tidak mau tunduk kepada peringatan orang-orang yang
berwenang di lingkungan tersebut.
3. Pelanggar, yaitu orang yang melanggar norma-norma umum atau masyarakat yang
berlaku.
4. Penjahat, yaitu orang yang mengabaikan norma-norma umum atau masyarakat, berbuat
sekehendak hati yang dapat menimbulkan kerugian-kerugian harta atau jiwa di
lingkungannya ataupun di luar lingkungannya, sehingga para anggota masyarakat
meningkatkan kewaspadaan dan selalu bersiap-siap untuk menghadapinya.
F. Upaya pengobatan
Upaya pengobatan umumnya dilakukan pelatihan pada perilaku kognitifnya, yang akan
melibatkan upaya untuk memodifikasi penalaran moral, serta meningkatkan kemampuan
seseorang untuk mengambil perspektif lain. Dan juga dengan meningkatkan toleransi terhadap
orang lain serta meningkatkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah dengan bantuan
orang lain.
Untuk mengatasi gejala anti sosial pada pelajar, maka ada beberapa cara yang bisa dilakukan
baik untuk mencegah dan juga mengobati sikap anti sosial tersebut dan diantaranya adalah:
Memberikan kedisiplinan tanpa paksaan: Cara pertama untuk mengatasi gejala anti sosial
adalah dengan mengusahakan untuk memberikan fasilitas pengembangan sikap disiplin tanpa
adanya paksaan, strategi meningkatkan pembangunan sosial dan pendidikan, meningkatkan
keterlibatan orang tua di sekolah dan juga kegiatan ekstrakurikuler.
Mendukung keberhasilan akademis: Fokus untuk memberikan dukungan untuk keberhasilan
akademis, memodifikasi lingkungan sekolah agar bisa menghambat perilaku menyimpang,
lebih meningkatkan kemampuan organisasi dan juga akademik sekaligus mengajarkan
hubungan dengan teman sebaya dalam hal positif.
Terapi binaural beats: Terapi yang fokus pada terapi otak yang didesain dengan musik dan juga
kata kata. Terapi ini akan mengajak penderita masuk ke alam bawah sadar agar bisa mengetahui
sekaligus memvisualisasikan masalah yang sedang dialami
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas, kita semua dapat mengetahui tentang Perilaku Menyimpang dan Sikap
Anti-Sosial, baik penyebabnya, jenis maupun cara menanganinya. Sikap Menyimpang dan
Anti-Sosial bukan merupakan perilaku yang terpuji.
Mmemahami lebih lanjut tentang Perilaku menyimpang dan Sikap anti-Sosial bukanlah
hal yang sulit untuk dipahami, karena pada umumnya perihal itu sangat mudah untuk kita
temukan disekitar kita.
B. Saran
Mempelajari tentang Perilaku Menyimpang dan Sikap Anti-Sosial bukanlah hal yang
terlalu sulit untuk dipelajari. Dengan belajar bukan sekedar membaca dan mengetahui namun
memahami secara rinci suatu permasalahan. Seseorang yang mengalami Sikap anti sosial dan
menyimpang bukan harus dihindari dan dikucilkan. Sebagai sesama manusia yang hidup saling
tolong menolong, kita harus dapat menjadi penolong orang lain. Kita harus dapat menjadi
seseorang yang dapat memperbaiki sesuatu yang salah dan dapat membantu menanggulangi
sikap Anti sosial dan menyimpang.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
https://www.gurupendidikan.co.id/sikap-anti-sosial/