(First Session)
Mr. Suparto, pria 28 tahun, mengunjungi Puskesmas karena belakangan ini mengalami batuk produktif
sejak tiga minggu sebelumnya. Sputum nya berubah warna menjadi kuning selama seminggu
belakangan. Dia juga mengalami nyeri dada sebelah kanan atas dan keringat malam selama dua
minggu. Dia mengeluh tidak enak badan, lemah, susah bernafas, demam ringan yang intermittent,
kehilangan nafsu makan sejak 10 hari yang lalu. Dia telah mengonsumsi bromheksin dan paracetamol,
tetapi kondisinya tidak membaik. Dia mengelak memiliki penyakit paru lain, seperti asma.
Hemoptysis dijelaskan sebagai ekspektorasi darah dari traktus respiratorius; bisa bervariasi dari flek
darah sampai adanya darah secara nyata. Untuk pasien yang mengalami hemoptysis, sebaiknya
diukur pula jumlah darah yang diproduksi serta atribut sputum yang lain; tanyakan juga mengenai
waktu kejadian, aktivitas, serta gejala yangmenyertai.
Mikrobiologi : 3 kali pemeriksaan BTA, hasilnya: (+3/+2/+3) skala IUATLD (International Union Against
Tuberculosis & Lung Diseases)
Pemeriksaan X-ray dada posisi PA
Jantung : dalam batas normal
Paru : Tampak infiltrate eksudatif dan induratif pada kedua lapangan paru.
Kedua sudut phrenico costalis tajam
Kesimpulan : Tuberkulosis yang telah berkembang jauh
Objectives:
Pada akhir dari sesi kedua, siswa diharapkan dapat:
1. Menjelaskan tentang permasalahan dan hipotesis pasien.
2. Menjelaskan definisi, etiologi, dan faktor resiko dari tuberkulosis.
3. Menjelaskan morfologi Mycobacterium Tuberculosis.
4. Menjelaskan karakteristik Mycobacterium Tuberculosis.
5. Menjelaskan transmisi Mycobacterium Tuberculosis.
6. Menjelaskan pathogenesis dari Tuberkulosis Primer dan Post Primer.
Jawaban:
1. Bagaimana problem pasien hari ini?
a) BMI : 17.9 kg/m2
b) Konjungtiva sedikit pucat (Hb : 10 gr/dL)
c) Pemeriksaan paru :
Inspeksi: bentuk dan gerakan simetris
Palpasi : fremitus taktil meningkat pada kedua paru bagian atas
Perkusi : suara tumpul pada kedua paru bagian atas
Auskultasi : suara bronkovesikuler pada kedua paru, ronkhi kasar pada kedua paru
d) Laju endap darah : 76 mm/jam
e) Mikrobiologi : 3 kali pemeriksaan BTA (+3/+2/+3) skala IUATLD.
f) X-ray dada : Infiltrat eksudatif dan induratif tampak pada kedua lapangan paru. Kedua sudut
phrenico costalis tajam.
Mycobacterium merupakan bakteri obligat aerob dan menghasilkan energi dari oksidasi berbagai
senyawa karbon sederhana. Peningkatan tekanan CO2 meningkatkan pertumbuhan bakteri. Aktivitas
biokimia tidak memiliki karakteristik khusus, dan laju pertumbuhan bakteri jauh lebih lambat
dibandingkan kebanyakan bakteri lain. Waktu pelipat gandaan basil tuberkel ini ssekitar 18 jam.
Bentuk saprofit bakteri cenderung tumbuh lebih cepat, proliferasi dengan baik pada suhu 22-33 oC,
untuk memproduksi lebih banyak pigmen, dan menjadi lebih tidak tahan asam dibandingkan bentuk
patogeniknya.
Infeksi primer terjadi pada orang yang belum pernah mengalami paparan sebelumnya terhadap
baccili tubercle (bakteri TB). Droplet nuclei yang terhirup ke paru sangat kecil sehingga dapat
menghindari pertahanan mucociliary pada bronchus dan tersangkut pada alveoli terminal paru.
Bila terdapat riwayat OAT sebelumnya, selain melakukan pemeriksaan sputum mikroskopis BTA, juga
dilakukan pemeriksaan biakan sputum M. Tuberculosis/identifikasi kuman pada uji kepekaan obat.
1. Pemeriksaan diagnostik
2. Pemeriksaan monitor/follow up pengobatan
Pemeriksaan diagnostik:
Mikrobiologi: pemeriksaan specimen secara langsung atau biakan dan amplifikasi DNA. Pemeriksaan secara
langsung a.l. smear sputum (sewaktu/pagi) dengan pengecatan tahan asam (Ziehl-Nielssen) spesifitas
>95%, sensitifitas 25-85% (tergantung pengalaman analis). Spesimen sputum dinilai layak periksa atau tidak
yaitu dengan cara pemeriksaan Q score (=Rasio sel neutrofil/sel epitel bertatah), karena sputum sering
Pelaporan hasil pemeriksaan sediaan langsung: negatif, +1 sampai +4, skala jumlah bakteri untuk menilai
besarnya kemungkinan penularan dari penderita ke orang lain.
Biakan: menggunakan media padat & cair, dilakukan dekontaminasi dulu untuk specimen yang berasal dari
bagian tubuh yang tidak steril a.l. sputum, media cair dapat dicampur dengan OAT seperti rifampicin untuk
mengetahui resistensi bakteri. Hasil pemeriksaan bakteri lama (minimal 6 minggu)
Pemeriksaan amplifikasi asam nukleat (NAAT:Nucleic Acid Amplification Technology): proses pemeriksaan
ini menggunakan alat dan reagen khusus (DNA prbe & enzim polimerase) spesifitas mendekati 100%,
sensitifitas 95%. Hasil pemeriksaan NAAT +/- 3 jam.
Pemeriksaan monitor:
Pemeriksaan laboratorium monitor bertujuan untuk menilai hasil terapi: secara mikrobiologis dan
hematologi & kimiawi, secara mikrobiologi terutama untuk menemukan resistensi bakteri (MDRTB),
hematologi menilai tingkat kesembuhan penyakit (a.l. LED menurun), monitor pemeriksaan kimiawi a.l.
SGOT & SGPT untuk menilai efek samping OAT yang hepatotoksik (a.l. Rifampicin)
TB Paru adalah penyakit bakterial kronis, terdapat 2 kelompok pemeriksaan laboratorium, diagnosa, dan
penilaian terapi.
Pemeriksaan hapusan specimen langsung, kultur bakteri, NAAT (Nucleic Acid Amplification Technology).
- Laju Endap Darah (LED) digunakan sebagai indeks resolusi penyakit, LED kembali ke normal ketika
inflamasi selesai.
- Hapusan BE (sputum) hasilnya negatif pada akhir 4 minggu pengobatan antituberkuosis dalam jumlah
besar.
- Serum transaminase (AS &ALT) meningkat sebagai efek samping OAT (e.g Rifampicin)
Primary TB
a. Anak-anak
Limfadenopati hilar dan/atau mediastinal.
Konsolidasi rongga udara: konsolidasi bisa melibatkan zona paru bagian atas atau bawah
Reaksi pleura: efusi pleura
Miliary disease
Post-Primary TB
Karakteristik Manifestasi pada Radiografi Dada
- Predominansi segmen apikal dan psterior pada lobus atas
- Proses konsolidasi/eksudatif fokal yang buruk
- Kavitasi
- Reakasi Sub Pleural
a. Proses eksudatif / area focal susah dilihat dan konsolidasi yang tidak jelas :
kegelapan/opacity yang homogen atau heterogen yang menyangkut segmen apikal
dan posterior dari lobus atas dan segmen superior dari lobus bawah.
b. Proses indurative / pola Fibronodular TB : nodul yang tidak terlihat jelas dan
kegelapan/opacity yang linear
c. Rongga berdinding tebal yang konturnya tak beraturan, yang umumnya tidak
mengandung cairan.
Diagnosis dari Mr. Suparto adalah Tuberculosis dengan lesi luas (Far Advanced Tuberculosis).
Dia ditempatkan pada Program DOTS di Puskesmas dan mendapat regiment obat (FDC= Fixed Drug
Combination) yg terdiri dari INH, Rifampicin, PZA, Ethambutol, dan Streptomycin. Setelah 2 minggu
pengobatan, kondisi Mr. Suparto membaik secara klinis dengan penurunan batuk, demam, nyeri dada,
kesulitan bernafas dan nafsu makannya kembali. Setelah 2 bulan pengobatan, 3 sampel sputum
dikumpulkan. Pewarnaan ZN dari BTA menunjukkan hasil yang negative.
a. Pasien baru yang tidak pernah diobati TB nya atau minum obat anti-TB selama kurang dari 1
bulan.
b. Pasien yang pernah diobati sebelumnya pernah minum obat anti-TB selama sebulan atau
lebih. Mereka diklasifikasikan lebih lanjut dengan adanya pengobatan seperti:
b.1. Pasien yang mengalami kambuh yang sebelumnya pernah diobati TBnya, dan telah
dinyatakan sembuh dan sekarang di diagnosis lagi dengan TB recurrent (baik itu karena
relapse/kambuh atau TB baru yang disebabkan oleh infeksi)
b.2. Kegagalan pengobatan pada pasien yang telah diobati TBnya, tetapi pengobatannya
gagal.
b.3. Pengobatan pada pasien yang tertunda (terputus-putus) , yakni pasien yang telah diobati
TB nya dan pengobatannya terputus di tengah jalan. (pasien yang kembali menjalani
pengobatan, setelah dua bulan atau lebih terputus).
c. Pasien yang pernah diobati sebelumnya atau pernah diobati karena TB tetapi hasil
pengobatannya tidak diketahui atau tidak terdokumentasi.
3. Farmakologi obat TB
Obat utama yang digunakan pada TB adalah isoniazid (INH), rifampin, ethambutol, pyrazinamide, dan
streptomycin.
a. Isoniazid
- Mekanisme
Isoniazid (INH) adalah congener struktural dari pyridoxine. Mekanisme aksinya melibatkan
hambatan pada asam mikolat, komponen khas pada dinding sel mycobacteria. INH adalah
bactericidal untuk bacilli tubercle yang tumbuh aktif, tapi kurang efektif melawan organisme
dormant/tidak aktif.
- Farmakokinetik
INH dapat diabsrobsi dengan baik secara oral dan memasuki sel untuk bekerja pada intrasel
mycobacteria. Metabolisme hepar dari INH adalah melalui asetilasi dan dibawah kontrol genetik.
Pasien bisa menginaktivasi obat secara cepat atau lambat. Waktu paruh INH dalam “asetilator
cepat” adalah 60-90 menit; dalam “asetilator lambat” mungkin sekitar 3-4 jam. Perbandingan
asetilator cepat adalah lebih tinggi pada orang Asia (termasuk Native Americans) daripada orang
Eropa atau Afrika. Asetilator cepat bisa mendapat dosis yang lebih tinggi dari pada asetilator
lambat untuk efek terapi yang ekuivalen
- Toksisitas dan interaksi
Efek neurotoksik umum terjadi dan termasuk peripheral neuritis, gelisah, otot berkedut, dan
insomnia. Efek ini dapat diringankan dengan administrasi pyridoxine (25-50 mg/hari secara oral).
INH bersifat hepatotoksik dan bisa menyebkan pemeriksaan fungsi hepar yang abnormal,
jaundice, dan hepatitis. Untungnya, hepatotoksik langka terjadi pada anak-anak. INH bisa
menghambat metabolisme hepatik dari obat (e.g, carbamazepine, phenytoin, defisiensi
degydrogenase (G6PDH).
b. Rifampin
- Mekanisme
Rifampin, turunan rifamycin, adalah bactericidal melawan M. Tuberculosis. Obat ini menghambat
DNA-dependent RNA polymerase (dikode melalui gen rpo) dalam M. Tuberculosis dan banyak
organisme lainnya.
- Farmakokinetik
Ketika diberikan secara oral, rifampin diabsorbsi dengan baik dan diedarkan ke banyak jaringan
tubuh, termasuk sistem saraf pusat. Obat ini melalui siklus enterohepatik dan sebagian
dimetabolisme di hepar. Kedua obat bebas dan metabolit, yang berwarna oranye dieliminasi
terutama dalam feces.
Obat alternatif
Amikacin
Ciprofloxacin dan ofloxacin
Ethinamide
p-aminosalicylic (PAS)
c. Pleurisy berlebihan (Efusi pleura, Schwarte), dapat bersamaan dengan TB paru aktif.
d. Bronchiectasis, infkesi paru akut yang berulang dan hempotysis adalah manifestasi umum yang
tersering.
e. Gagal Paru Kronis, biasanya pada pasien yang sebelumnya mengalami tuberculosis
parah, dimana sebagian besar paru-parunya telah rusak.
f. Aspergiloma, karena infeksi Aspergillus fulmigatus di cavitas yang sudah sembuh.
g. TB pada organ lain: meningitis, lymphadenitis, periotitis, arthritis bone, spondylitis TB.