PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi didefinisikan sebagai profesi yang menyangkut seni dan ilmu
penyediaan bahan obat, dari sumber alam atau sintetik yang sesuai, untuk
disalurkan dan digunakan pada pengobatan serta pencegahan penyakit. Farmasi
mencakup pengetahuan mengenai identifikasi, pemilahan (selection), aksi
farmakologis, pengawetan, penggabungan, analisis, dan pembakuan bahan
obat (drugs) dan sediaan obat (medicine). Salah satu cabang ilmu farmasi yaitu
kimia farmasi (Charles Siregar, 2003).
Dalam bidang kimia farmasi dipelajari tentang analisis kuantitatif dan
kualitatif senyawa-senyawa kimia, baik dari golongan organik maupun
anorganik yang berhubungan dengan khasiat dan penggunaannya sebagai obat.
Analisis kuantitatif adalah suatu analisa yang digunakan untuk mengetahui
kadar suatu zat yang berkaitan dengan penetapan beberapa banyak suatu zat
tertentu yang terkandung dalam suatu sampel. Sedangkan analisis kualitatif
adalah suatu proses dalam mengidentifikasi keberadaan suatu senyawa kimia
dalam suatu larutan atau sampel yang tidak diketahui (Donald Cairns, 2004).
Pada percobaan kali ini akan dibahas mengenai analisis kuantitatif dengan
menggunakan metode titrasi. Titrasi adalah suatu metode untuk menentukan
konsentrasi zat di dalam larutan. Titrasi dilakukan dengan cara mereaksikan
larutan tersebut dengan larutan baku (Yayan Sunaya, 2007).
Dalam melakukan analisis kuantitatif suatu senyawa kimia, dapat dilakukan
dengan titrasi redoks yang berdasarkan pada perpindahan elektron antara titran
dengan analit. Jenis titrasi ini biasanya menggunakan potensimetri untuk
mendeteksi titik akhir, meskipun demikian penggunaan indikator yang dapat
berubah warnanya dengan adanya kelebihan titran juga sering digunakan, salah
satunya yaitu bromatometri.
Bromatometri merupakan salah satu metode oksidimetri dengaan dasar
reaksi oksidasi dari ion Bromat (BrO3). Oksidasi potensiometri yang relatif
tinggi dari sistem ini menunjukkan bahwa kalium bromat adalah oksidator
kuat. Hanya saja kecepatan reaksinya tidak cukup tinggi. Oleh karena itu, untuk
menaikkan kecepatan reaksi tersebut, titrasi ini dilakukan dalam kondisi panas
dan dalam lingkungan asam kuat (Rohman, 2007).
Dalam praktikum kali ini akan dilakukan penetapan kadar menggunakan
bromatometri pada asam salisilat untuk menetapkan senyawa yang bereaksi
dengan adanya bromatometri berlebihan.
Tidak mudah mengikuti serah terima elektron dalam hal ini, karena suatu
reaksi asam basa (penetralan H+ menjadi H2O) berimpit dengan tahap
redoksnya. Namun nampak bahwa 6 ion iodida kehilangan 6 elektron, yang
pada gilirannya diambil oleh sebuah ion bromat tunggal (Roth,1988).
2.1.3 Kelebihan Bromatometri
Kelebihan dari titrasi bromatometri (Roth,1988):
1) Untuk menetapkan senyawa organik aromatis dengan membentuk tribrom
substitusi
2) Menetapkan senyawa arsen dan stibum dalam bentuk trivalen walaupun
tercampur dengan stanum valensi empat
2.1.4 Kelemahan Bromatometri
Kelemahan dari bromatometri (Roth,1988):
1) Titrasi dibutuhkan dalam lingkungan asm kuat
2) Kecepatan reaksinya tidak cukup tinggi
3) Titrasi dilakukan dalam lingkungan panas
4) Dibutuhkan ketelitian dalam mentitrasi
2.2 Uraian Bahan
1. Kloroform (Dirjen POM, 1979 )
Rumus Molekul : KI
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 1,6 bagian air dan dalam
pahit
merapuh
sitrat.
kering
2. Na-Salisilat
1) Ditimbang 30 mg Na salisilat
3) Ditambahkan 30 ml KBr
4) Ditambahkan 5 ml HCl P
7) Ditambahkan 5 ml kloroform
Underwood, A.L., day, RA. 1993. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi V. Surabaya :
Erlangga
Wunas, J., Said, S. 1986. Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif. Makassar : UNHAS
LAMPIRAN
A. Alat
Kloroform Na Tiosulfat KI
HCl
C. Penimbangan Bahan
Wadah kosong
Sampel kanji
Sampel kanji
D. Prosedur Kerja
Pelarutan Dilarutkan
kalium bromat asam salisilat Penambahan
dalam 15 ml dalam 15 ml HCl pekat
aquades kalium bromat
Penambahan HCl Proses Proses
pekat Pemanasan pemanasan
Hasil