Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRATIKUM

BIOLOGI DASAR

“IMITASI RATIO FENOTIPE”

Oleh:

Nama : Khusnul Khotimah

NIM : 190210103012

Kelompok : 4

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2019
I JUDUL

Imitasi Ratio Fenotipe

II TUJUAN

2.1 Mempelajari pola persilangan monohibrid dominan penuh

2.2 Mempelajari pola persilangan monohibrid dominan tidak penuh

2.3 Mempelajari pola persilangan dihibrid dominan penuh

2.4 Mempelajari pola persilangan dihibrid dominan tak penuh

III DASAR TEORI

Penerusan sifat dari satu generasi ke generasi berikutnya disebut hereditas.


Penurunan sifat-sifat dari induk keketurunannya melalui gen dan bukan dalam
bentuk tingkah laku melainkan struktur tubuh. Pendapat ini dicetuskan oleh
Witherington. Secara umum hereditas diartikan sebagai pewarisan sifat dari induk
ke keturunannya baik secara biologis melalui gen (DNA) atau secara sosial melalui
pewarisan gelar, atau status sosial. Pewarisan sifat ini biasanya berhubungan
dengan struktur tubuh dan bukan tingkah laku. Karena tingkah laku makhluk hidup
lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan (Campbell et al., 2010:267).

Genetika adalah cabang biologi yang berkaitan dengan herditas dan


variasi. Genetika merupakan cabang ilmu biologi yang terfokus pada bidang
pewarisan sifat yang terjadi pada organisme makhluk hidup (tumbuhan, hewan, dan
manusia) maupun suborganisme makhluk hidup (virus dan prion). Sederhananya,
genetika merupakan ilmu yang mempelajari tentang gen dan berbagai macam aspek
yang terkait dengannya (Elrod & Stansfield, 2007:1).

Keragaman genetik merupakan salah satu faktor penting dalam


mempertahankan keberadaan suatu jenis. Suatu populasi dengan keragaman genetic
tinggi, mempunyai kemampuan untuk mempertahankan diri dari serangan penyakit
dan perubahan iklim ekstrim, sehingga mampu hidup dalam kondisi lestari pada
beberapa generasi. Tingkat keragaman genetik merupakan salah satu faktor penentu
dalam keberhasilan strategi pemuliaan maupun konservasi. Nilai keragaman
genetik suatu populasi tergantung juga pada keberhasilan sistem reproduksi pada
populasi tersebut. Keragaman genetic dapat dipertahankan apabila tidak terjadi
kawin sendiri (selfing) atau kawin kerabat (inbreeding) (Tani dkk., 2009). Laju
system reproduksi bergantung juga pada sinkronisasi fenologi pembungaan dan
faktor lingkungan seperti kerapatan dan tinggi pohon (Tani dkk., 2009).
Sinkronisasi pembungaan sering tidak terjadi pada individu-individu pohon baik di
hutan alam maupun hutan tanaman apabila tahun tanamnya berbeda atau berasal
dari provenan atau populasi yang berbeda (Effendi et al., 2018:31).
Epistasis adalah beberapa karakter yang dipengaruhi oleh interaksi
antarproduk gen yang berbeda. Epistasis menjelaskan hubungan tertentu antara gen,
di mana alel dari satu gen menyembunyikan gen lainnnya. Epistasis sama sekali
berbeda dari yang dominan dan resesif, yang adalah istilah yang berlaku untuk alel
yang berbeda dari gen yang sama (Starr et al., 2012:197).
Varietas adalah sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies yang
ditandai oleh bentuk dan pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji, dan
ekspresi karakter atau kombinasi genotype yang dapat membedakan dengan jenis
atau spesies yang sama oleh sekurang-kurangnya satu sifat yang menentukan dan
apabila diperbanyak tidak mengalami pertumbuhan. Secara botani, varietas adalah
suatu populasi tanaman dalam satu spesies yang menunjukkan ciri berbeda yang
jelas. Penulisan namanya dicetak miring (atau digaris bawah jika tulisan tangan)
dan didahului dengan singkatan "var." Contoh: Oryza sativa var. indica (Yartiwi et
al., 2018:92).
Teknik hibridisasi meliputi dua proses, yaitu proses denaturasi atau
pemisahan dua rantai asam nukleat yang komplementer dari proses renaturasi atau
perpaduan kembali dua rantai asam nukleat. Proses denaturasi biasanya dilakukan
dengan cara pemanasan DNA untuk memecah ikatan hidrogen yang terdapat di
antara pasangan basa sehingga rantai asam nukleat akan terpisah. Proses ini
kemudian diikuti dengan proses renaturasi dengan cara pendinginan (Winisandia et
al., 2018:5).
IV METODE PRATIKUM

4.1 Alat dan Bahan

4.1.1 Alat:

Kantong

4.1.2 Bahan:

Kancing genetika

4.2 Skema Kerja

4.2.1 Perkawinan monohibrid dengan dominasi penuh

Menyiapkan duah buah kantong sebagai alat reproduksi


jantan dan betina

Masing-masing kantong berisi 10 buah kancing dari dua


warna berbeda (warna terang=dominan dan warna gelap =
resesif)

Mengacak kancing-kancing tersebut dan mengambil sebuah


kancing dari masing-masing kantong secara acak,
menyatukan dua kancing dan menulis genotip zigot yang
didapatkan ke dalam table (MM=merah, Mm=merah,
mm=putih)

Menuliskan fenotip individu yang didapatkan


Mengembalikan kancing ke dalam kantong semula dan
jangan sampai tertukar

Mengulangi pengacakan dan pengembilan sehingga


mendapat 12 data setiap kelompok

Melakukan uji X2

4.2.2 Perkawinan monohibrid dengan dominasi tak penuh

Menyiapkan duah buah kantong sebagai alat reproduksi


jantan dan betina

Masing-masing kantong berisi 10 buah kancing dari dua


warna berbeda (warna terang=dominan dan warna gelap =
resesif)

Mengacak kancing-kancing tersebut dan mengambil sebuah


kancing dari masing-masing kantong secara acak,
menyatukan dua kancing dan menulis genotip zigot yang
didapatkan ke dalam table (MM=merah, Mm=merah,
mm=putih)
Menuliskan fenotip individu yang didapatkan

Mengembalikan kancing ke dalam kantong semula dan


jangan sampai tertukar

Mengulangi pengacakan dan pengembilan sehingga


mendapat 12 data setiap kelompok

Melakukan uji X2

4.2.3 Perkawinan dihibrid dengan dominasi penuh

Menyiapkan duah buah kantong sebagai alat reproduksi


jantan dan betina

Masing-masing kantong berisi 5 merah dengan penonjolan


(merah besar=MB), 5 merah tanpa penonjolan (merah
kecil=Mb), 5 putih dengan penonjolan (putih besar=mB), 5
putih tanpa penonjolan (putih kecil=mb)
Mengacak kancing-kancing tersebut dan mengambil sebuah
kancing dari masing-masing kantong secara acak,
menyatukan dua kancing dan menulis genotip zigot yang
didapatkan ke dalam tabel

Menuliskan fenotip individu yang didapatkan

Mengembalikan kancing ke dalam kantong dan jangan


sampai tertukar. Mengulangi pengacakan dan pengembilan
sehingga mendapat 16 data setiap kelompok

Melakukan uji X2

4.2.4 Perkawinan dihibrid dengan dominasi tidak penuh

Menyiapkan duah buah kantong sebagai alat reproduksi


jantan dan betina
Masing-masing kantong berisi 5 merah dengan penonjolan
(merah besar=MB), 5 merah tanpa penonjolan (merah
kecil=Mb), 5 putih dengan penonjolan (putih besar=mB), 5
putih tanpa penonjolan (putih kecil=mb)

Mengacak kancing-kancing tersebut dan mengambil sebuah


kancing dari masing-masing kantong secara acak,
menyatukan dua kancing dan menulis genotip zigot yang
didapatkan ke dalam tabel

Menuliskan fenotip individu yang didapatkan

Mengembalikan kancing ke dalam kantong dan jangan


sampai tertukar. Mengulangi pengacakan dan pengembilan
sehingga mendapat 16 data setiap kelompok

Melakukan uji X2
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N. A., Reece, J. B., 2008. Biology. Eight Edition. New York: Person
Benjamin Cummings. Terjemahan oleh D. T. Wulandari. 2010. Biologi.
Edisi Delapan. Jakarta: Erlangga.

Effendi, Respatijarti, Waluyo, B. 2018. Keragaman genetik dan herabilitas


karakter. Jurnal Agro. 5(1):31.

Elrod, S. L., Stansfield, W.D. 2002. Genetics. Terjemahan Oleh D. T. Wulandari.


2007. Genetika. Jakarta: Erlangga.

Starr, C,. Taggrat, R., Evers, C., Starr, L. 2009. Biology. Twelve Edition. New Tech
Park: Cengange Learning. Terjemahan oleh Y. Prasaja. 2013. Biologi. Edisi
Duabelas. Jakarta: Salemba Teknika.

Winisandia, D., Ftriani, Kurniasih. 2018. Efektifitas strategi pembelajaran. Jurnal


Ilmiah. 6(2):45.

Yartiwi, Romeida, Putra. 2018. Uji adaptasi varietas unggul baru padi. Jurnal
Penelitian. 7(2):92.

Anda mungkin juga menyukai