Anda di halaman 1dari 3

Kasus

Kamis, 31 Desember 2009 , 09:43:00


Refleksi Akhir Tahun Kesehatan Jiwa
Oleh : Juliansyah, AMd.Kep

Bulan Desember 2009 telah terjadi 7 kasus bunuh diri dengan cara melompat dari
ketinggian. Korban mengakhiri hidupnya secara tragis dengan bunuh diri. Beberapa
waktu lalu masyarakat kota Pontianak juga dihebohkan dengan aksi seorang pria yang
memanjat jembatan Kapuas untuk terjun mengakhiri hidupnya. Itu hanya beberapa
contoh kasus yang terjadi dalam tahun 2009. Artinya masyarakat saat ini banyak yang
sedang mengalami masalah kesehatan jiwa. Pada kondisi kesehatan jiwa yang normal
tentu hal – hal diluar kewajaran tersebut tidak akan dilakukan oleh seseorang.
Sangat memprihatinkan bahwa ternyata di sekitar kita banyak orang-orang yang secara
kejiwaan tidak sehat, biasanya kita hanya mengetahui seseorang mengalami gangguan
jiwa jika sudah melakukan tindakan di luar kewajaran yang sudah parah. Pengaruh
globalisasi dan kemajuan teknologi membuat perubahan yang sangat cepat terhadap nilai
– nilai sosial dan budaya masyarakat. Krisis politik yang semakin memanas dan ekonomi
yang semakin sulit membuat tingkat persaingan hidup semakin keras. Masyarakat
dituntut untuk lebih cepat beradaptasi, namun tidak semua individu dalam masyarakat
tersebut mempunyai kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi. Kondisi demikian sangat rentan terhadap terjadinya stress, kecemasan, konflik,
ketergantungan terhadap zat psikoaktif, perilaku seksual yang menyimpang, serta
masalah-masalah psikososial lainnya. Faktor – faktor inilah yang menjadi penyebab
meningkatnya penderita gangguan jiwa. Hal ini ditunjang lagi oleh kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang gangguan jiwa. Ketidaktahuan ini menyebabkan
keterlambatan mencari bantuan kesehatan , akibatnya perilaku maladaptif tidak diubah,
melainkan menetapkan lebih parah dalam diri seseorang yang sakit jiwa.
Ciri sehat jiwa menurut WHO (Badan Kesehatan Dunia) adalah dapat menyesuaikan diri
secara konstruktif, merasakan kepuasan dari usaha nyata, lebih puas memberi daripada
menerima, hubungan antarmanusia yang saling menolong, menerima kekecewaan untuk
pelajaran yang akan datang, mengarahkan rasa bermusuhan pada penyesalan yang kreatif
dan konstruktif, serta mempunyai kasih sayang. Sehat jiwa menurut Jahoda adalah
bersikap positif terhadap diri, mengalami pertumbuhan dan perkembangan sampai
aktualisasi diri, memiliki integritas diri, otonomi, persepsi realitas dan environmental
mastery (menguasai lingkungan). Cara memelihara kesehatan jiwa antara lain bersikap
assertive, sehat fisik dan memiliki mekanisme koping (mekanisme pertahanan diri) yang
adekuat.
Beberapa strategi pencegahan sakit jiwa antara lain melalui pendidikan kesehatan,
perubahan lingkungan, dan sistem suport sosial yang ada. Pendidikan kesehatan dapat
meningkatkan kompetensi respon adaptif, kemampuan kontrol diri, strategi koping yang
efektif dan peningkatan harga diri. Perubahan lingkungan meliputi pemantapan ekonomi
dan keuangan keluarga, mendapatkan pekerjaan atau pendidikan yang memadai, tempat
kerja atau rumah baru, dan lain-lain. Sistem suport sosial yang diberikan dapat
menghilangkan atau meminimalkan stressor pencetus dan faktor risikonya. Mensupport
penderita gangguan jiwa bertujuan menguatkan koping yang dimiliki, merujuk pada
sistem suport sosial yang ada di masyarakat, seperti puskesmas dan kelompok-kelompok
dukungan yang ada.
Paradigma perawatan kesehatan jiwa berbasis Rumah Sakit yang telah lama dijalankan
saat ini harus segera dikembangkan menjadi kesehatan jiwa berbasis masyarakat, karena
Rumah Sakit hanya merawat sebagian kecil penderita yang mengalami masalah kejiwaan,
namun sebenarnya presentase terbesar penderita yang mengalami masalah kejiwaan
adalah berada di masyarakat dan penderita gangguan jiwa tidak selamanya di rawat di
Rumah Sakit. Program – program pelayanan kesehatan jiwa berbasis masyarakat sudah
sepatutnya dikembangkan untuk mencegah terjadinya peningkatan masalah – masalah
kesehatan jiwa. Komitmen stakeholder juga penting untuk menunjang program –
program kesehatan jiwa, kolaborasi antar praktisi kesehatan jiwa juga perlu ditingkatkan
untuk melaksanakan program – program terkait kesehatan jiwa.
Saat ini telah banyak program – program kesehatan jiwa masyarakat yang telah
dikembangkan, diantaranya Program CMHN (Community Mental Health Nursing) atau
keperawatan jiwa masyarakat dan DSSJ (Desa Siaga Sehat Jiwa) program – program ini
di beberapa daerah sudah berkembang dan efektif untuk mencegah dan mengatasi
masalah kesehatan jiwa. Organisasi profesi yang berkecimpung dalam kesehatan jiwa
perlu dimaksimalkan guna menghasilkan satu sinergi untuk mempelopori, mendukung
dan mengawal program – program kesehatan jiwa masyarakat agar dapat berjalan
konsisten dan semakin berkembang.
Untuk penderita gangguan jiwa kronis yang dirawat di Rumah Sakit, fasilitas dan
pelayanan perlu ditingkatkan untuk mendukung kesembuhan penderita. Penderita
gangguan jiwa yang dirawat di Rumah Sakit jiwa juga layak mendapatkan pelayanan dan
fasilitas yang sama dengan pasien penyakit fisik yang dirawat di Rumah Sakit Umum.
Hanya saja, penanganan gangguan jiwa saat ini menjadi tidak maksimal karena minimnya
dana dan sumber pendukung. Akibatnya, banyak kasus gangguan jiwa yang pada
akhirnya tidak dapat tertangani secara konsisten. Pemerintah hanya mengalokasikan
anggaran dibawah 2 % untuk penyakit jiwa (mental health) dari total anggaran kesehatan
di Indonesia. Jika dibandingkan dengan Thailand yang mengalokasikan dana untuk
penyakit jiwa sebesar 3%, Australia 8%, dan negara maju diatas 10%, persentase
anggaran kesehatan jiwa di Indonesia sangat kecil, bahkan yang terkecil di Asia.
Partisipasi keluarga penderita gangguan jiwa juga masih rendah dalam perawatan
penderita gangguan jiwa di masyarakat. Hal inilah yang menjadi pemicu meningkatnya
angka kekambuhan penderita gangguan jiwa, keluarga sebenarnya adalah perawat utama
bagi pasien gangguan jiwa. Lingkungan kondusif yang diciptakan keluarga untuk
merawat penderita gangguan jiwa juga berperan penting dalam mengatasi masalah
kesehatan jiwa. Kesehatan Jiwa juga penting, tidak hanya masalah kesehatan fisik saja
yang perlu diprioritaskan. Perlu disadari bahwa penyakit fisik juga menjadi salah satu
penyebab seseorang mengalami gangguan jiwa, sehingga sudah sepatutnya kesehatan
jiwa mendapat perhatian yang lebih. **
* Penulis, Perawat RS Khusus Provinsi Kalbar & Sekretaris Ikatan Perawat Kesehatan
Jiwa Indonesia (IPKJI) Provinsi Kalbar.

http://www.pontianakpost.com/index.php?mib=berita.detail&id=27631

Anda mungkin juga menyukai