Anda di halaman 1dari 5

USULAN PRODUK HERBAL TERSTANDAR

INSEKTISIDA dari EKSTRAK BUAH JABAI JAWA (Piper retrofractum)

MITHA FEBRIANI AISYAH HASIBUAN

1011709

S1 FARMASI

Fakultas Farmasi

Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata

Kediri 2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Obat bahan alam merupakan obat yang menggunakan bahan baku berasal
dari alam (tumbuhan dan hewan). Obat bahan alam dapat dikelompokan menjadi
3 jenis yaitu jamu, obat herbal terstandart, dan fitofarmaka. Jamu Empirical based
medicine adalah bahan obat alam yang disediakan secara tradisional, misalnya
dalam bentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman
yang menjadi penyusun jamu tersebut dan digunakan secara tradisional. (Lestari,
2007)
Obat Herbal Terstandart (Standarized based Herbal Medicine) merupakan
obat tradisional yang disajikan dari hasil ekstraksi atau penyarian bahan alam,
baik tanamna obat, binatang, maupun mineral (Lestari, 2007). Dalam proses
pembuatan obat herbal terstandar ini dibutuhkan peralatan yang tidak sederhana
dan lebih mahal dari pada pembuatan jamu. Tenaga kerja yang dibutuhkan pun
harus didukung dengan keterampilan dan pengetahuan membuat ekstrak. Obat
herbal ini umumnya ditunjang oleh pembuktian ilmiah berupa penelitian pra
klinis. Penelitian ini meliputi standarisasi kandungan senyawa berkhasiat dalam
penyusun, standarisasi pembuatan ekstrak yang higenis, serta uji toksisitas akut
maupun kronis.
Insektisida nabati merupakan salah satu upaya untuk mengurangi
permasalahan penggunaan insektisida kimia. Insektisida nabati adalah insektisida
yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Tumbuhan yang berpotensi sebagai
insektisida nabati memiliki ciri-ciri mengeluarkan bau yang menyengat, tidak
mudah rusak akibat hama dan penyakit, dan digunakan sebagai obat tradisional
untuk menyembuhkan penyakit (Layniyatul Umami dan Kristanti Indah Purwani,
2015) kelebihan lain insektisida nabati diantaranya mudah terurai di alam, dapat
memperlambat laju resistensi serangga, dan tidak menimbulkan resurjensi
(DADANG dan PRIJONO, 2008). Berbagai jenis tanaman telah diketahui
memiliki aktivitas insektisida terhadap serangga hama. Salah satunya adalah cabai
jawa (Piper retrofractum Vahl.). (DEWI,2010)

1.2 Rumusan Masalah


1.3 Tinjauan Pustaka
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl)


2.1 Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Piperales
Familia : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper retrofractum Vahl (Backer dan Van den Brink, 1965).

2.2 Nama daerah


Sumatra : lada panjang, cabai jawa, cabai panjang (Melayu). Jawa :
cabean, cabe alas, cabe jawa, cabe sula (Jawa); cabi jamo, cabi onggu, cabi solah
(Madura). Sulawesi : cabai (Makasar)
2.3 Morfologi
Tumbuhan dengan batang memanjat,melilitatau melata. Daun berbebtuk
bundar telur sampai lonjong, pangkal daun berbentuk jantung atau membundar,
ujung daun runcing, bintik-bintik kelenjar terdapat tenggelan di permukaan
bawah: panjang helai daun 8,5 cm – 30 cm, lebar helai daun 3 cm – 13 cm,
panjang tangkai daun 0,5 cm – 3 cm. Bunga berupa butir yang tegak atau sedikit
merunduk , bergagang 0,5 cm – 2 cm, daun gagang (bractea) berbentuk bulat
telur, panjang 1,5 mm – 2 mm, berwarna kuning waktu anastesis, melekat pada
gagang hanya pada satu titik saja : butir jantan, panjang panjang 2,5 cm – 8,5 cm;
benang sar 2 kadang-kadang 3, pendek ; bulir betina, panjang 1,5 cm – 3 cm;
putik sejumlah 2 – 3 buah. Buah berbentuk bulat, berwarna merah cerah, biji
berukuran 2 mm – 2,5 mm (anonim, 1997)
2.4 Kandungan Kimia
Buah cabe jawa mengandung minyak atsiri 0,9 %, piperin 4-6%, dammar,
piperidin (Anonim, 1977), hars, zat pati, dan minyak lemak (Soedibyo, 1998).
Disamping itu juga mengandung suatu senyawa amida yang mirip dengan
senyawa yang terkandung dalam Piper longumin yaitu piplartin, piplasterin, dan
sesamin (Anonim, 1996).

Cabe jawa mengandung piperin 4-6 %. Piperin termasuk golongan


alkaloid yang merupakan senyawa amida basa lemah yang dapat membentuk
garam dengan asam mineral kuat, piperin berupa kristal berbentuk jarum berwarna
kuning, tidak berbau, tidak berasa, lama-lama pedas, bila dihidrolisis dengan
KOH akan menghasilkan kalium piperinat dan piperidin (Bruneton, 1999). Piperin
melebur pada suhu 1300 bersifat netral terhadap lakmus. Sedikit larut dalam air
(pada 180C 40 gram per liter air) dan tidak larut dalam petroleum eter. Satu gram
piperin larut dalam 15 ml alkohol, 1,7 ml kloroform, dan 36 ml eter. Larut dalam
benzen, asam asetat. Piperin berkhasiat sebagai stimulan alami (Anonim, 1996).

2.5 Khasiat
Ekstrak cabe dapat meningkatkan kadar testosteron pada pria hipogonad
(Moeloek et al., 2009). Cabe jawa secara empiris digunakan oleh masyarakat
sebagai analgetik, antipiretik, mencegah mulas, stimulansia, sakit gigi, lemah
syahwat, dan lain-lain (Nuraini, 2003; Dalimarta, 1999; Muslisah, 2001).
Kandungan minyak atsirinya berefek sebagai antibakteri, rasa pedas piperinnya
menghangatkan dan melancarkan peredaran darah serta menyegarkan (Supriyadi,
2001). Selain itu piperin juga mempunyai efek antiinflamasi dan antiartritis (Bang
et al., 2009), efek antidepresan (Li et al., 2007), antikonvulsan dan relaksasi otot
(Pei,1983).

Anda mungkin juga menyukai