Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MAKALAH

TINJAUAN AGAMA SOSIAL BUDAYA DALAM


PERAWATAN PALIATIF

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6:

1. SABRINA AFIFAH R (J210170005)


2. M AGUS NUGROHO (J210170019)
3. ANGGIT ATMOJO S ( J210170020)
4. NADIFA SALSABILA (J210170029)
5. WIDYA MEI S (J210170046)
6. AJENG TRIANI L (J201070071)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian

Perawatan paliatif merupakan perawatan total yang diberikan


kepada pasien dan keluarga pasien yang menderita penyakit yang
membatasi hidup yang dilakukan oleh tim secara interdisiplin, dimana
penyakit pasien tersebut tidak dapat lagi berespon terhadap pengobatan
atau pasien yang tidak mendapatkan intervensi untuk memperpanjang
masa hidup (Yodang, 2015).
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan
kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam
menghadapi penyakit yang mengancam jiwa, dengan cara
meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini,
pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah
lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual. (World Health
Organization (WHO) 2016).
Sosial budaya merupakan segala hal yang diciptakan oleh manusia
dengan pikiran dan budinya dalam kehidupan bermasyarakat.
Menurut Andreas Eppink, sosial budaya atau kebudayaan adalah
segala sesuatu atau tata nilai yang berlaku dalam sebuah masyarakat
yang menjadi ciri khas dari masyarakat tersebut. Sedangkan menurut
Burnett, kebudayaan adalah keseluruhan berupa kesenian, moral, adat
istiadat, hukum, pengetahuan, kepercayaan, dan kemampuan olah pikir
dalam bentuk lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat
dan keseluruhan bersifat kompleks. Dari kedua pengertian tersebut bisa
disimpulkan bahwa social budaya memang mengacu pada kehidupan
bermasyarakat yang menekankan pada aspek adat istiadat dan
kebiasaan masyarakat itu sendiri
BAB II

PEMBAHASAN

A. TINJAUAN AGAMA

Agama adalah keyakinan yang dianut oleh individu dalam pedoman hidup
mereka yang dianggap benar. Agama sangat menghargai seorang petugas
kesehatan karena petugas ini adalah petugas Kemanusiaan yang sangat
mulia. Dalam Ensiklopedi Indonesia dijelaskan pula tentang agama sebagai
berikut. Agama (umum), manusia mengakui dalam agama adanya Yang Suci;
Manusia itu insyaf bahwa ada suatu kekuasaan yang memungkinkan dan
melebihi segala yang ada. Kekuasaan inilah yang dianggap sebagai asal atau
Khalik segala yang ada. Maka Tuhan dianggap oleh manusia sebagai tenaga gaib
di seluruh dunia dan dalam unsur-unsurnya atau sebagai khalik
rohani. Pengertian agama dalam konsep Sosiologi adalah: kepercayaan
terhadap hal-hal yang spiritual; perangkat kepercayaan dan praktik-praktik
spiritual yang dianggap sebagai tujuan tersendiri; dan ideologi mengenai hal-hal
yang bersifat supranatural. Dalam konsepsi ini, agama memiliki peranan yang
paling penting dalam kehidupan manusia. Dalam kehidupan sosial, keberadaan
lembaga agamasangat mempengaruhi perilaku manusia. Dengan agama manusia
dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk
1. Peran Keperawatan dalam Islam
Islam adalah salah satu agama yang diakui keberadaaannya di
Indonesia. Jumlah penganut agama Islam di Indonesia sangat banyak
dibandingan penganut agama non Islam. Islam adalah agama yang benar
disisi Allah dan hamba-hambanya, sehingga Allah menurunkan Al-Qur’an
untuk menjadi pedoman hidup bagi manusia(muslim) khusus untuk umat
Nabi Muhammad Saw. Didalam Al-Qur’an ada ayat yang menerangkan
bahwa salah satu tujuan diturunkannya Al-Qur’an adalah sebagai obat dan
rohmat bagi orang – orang mukmin. Misalnya dengan ilmu8 kesehatan,
ilmu ini zaman nabi pun ada tapi belum semaju sekarang karena adanya
pengaruh globalisasi. Tokoh Islam yang terkenal di dunia kesehatan salah
satunya yaitu Ibnu Sina.Islam sangat menyarankan untuk selalu menjaga
kesehatan karena dengan jiwa yang sehat akan mempermudah sekali kita
untuk beribadah kepada Allah karena tujuan kita diciptakan adalah untuk
beribadah kapada-Nya.Islam menaruh perhatian yang besar sekali terhadap
dunia kesehatan dan keperawatan guna menolong orang yang sakit dan
meningkatkan kesehatan. Kesehatan merupakan modal utama untuk
bekerja, beribadah dan melaksanakan aktivitas lainnya. Ajaran Islam yang
selalu menekankan agar setiap orang memakan makanan yang baik dan
halal menunjukkan apresiasi Islam terhadap kesehatan, sebab makanan
merupakan salah satu penentu sehat tidaknya seseorang.

"Wahai sekalian manusia, makanlah makanan yang halal lagi baik


dari apa yang terdapat di bumi. Wahai orang-orang yang beriman,
makanlah dari apa yang baik-baik yang Kami rezekikan kepadamu" (QS
al-Baqarah: l68, l72).
Makanan yang baik dalam Islam, bukan saja saja makanan yang
halal, tetapi juga makanan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan, baik
zatnya, kualitasnya maupun ukuran atau takarannya. Makanan yang halal
bahkan sangat enak sekalipun belum tentu baik bagi kesehatan.Sebagian
besar penyakit berasal dari isi lambung, yaitu perut, sehingga apa saja isi
perut kita sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Karena itu salah satu
resep sehat Nabi Muhammad SAW adalah memelihara makanan dan
ketika makan, porsinya harus proporsional, yakni masing-masing sepertiga
untuk makanan, air dan udara (HR. Turmudzi dan al-Hakim)..Anjuran
Islam untuk hidup bersih juga menunjukkan obsesi Islam untuk
mewujudkan kesehatan masyarakat, sebab kebersihan pangkal kesehatan,
dan kebersihan dipandang sebagai bagian dari iman. Itu sebabnya ajaran
Islam sangat melarang pola hidup yang mengabaikan kebersihan, seperti
buang kotoran dan sampah sembarangan, membuang sampah dan limbah
di sungai/sumur yang airnya tidak mengalir dan sejenisnya. Islam sangat
menekankan kesucian (al-thaharah), yaitu kebersihan atau kesucian lahir
dan batin. Dengan hidup bersih, maka kesehatan akan semakin terjaga,
sebab selain bersumber dari perut sendiri, penyakit seringkali berasal dari
lingkungan yang kotor.

Islam juga sangat menganjurkan kehati-hatian dalam bepergian dan


menjalankan pekerjaan, dengan selalu mengucapkan basmalah dan berdoa.
Agama sangat melarang perilaku nekad dan ugal-ugalan, seperti bekerja
tanpa alat pengaman atau ngebut di jalan raya yang dapat membahayakan
diri sendiri dan orang lain.

“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam


kebinasaan” (al-Baqarah:: l95).

Hal ini karena sumber penyakit dan kesakitan, tidak jarang juga
berasal dari pekerjaan dan risiko perjalanan. Sekarang ini kecelakaan kerja
masih besar disebabkan kurangnya pengamanan dan perlindungan kerja.
Lalu lintas jalan raya; darat, laut dan udara juga seringkali diwarnai
kecelakaan, sehingga kesakitan dan kematian karena kecelakaan lalu lintas
ini tergolong besar setelah wabah penyakit dan peperangan.Jadi walaupun
seseorang sudah menjaga kesehatannya sedemikian rupa, risiko kesakitan
masih besar, disebabkan faktor eksternal yang di luar kemampuannya
menghindari. Termasuk di sini karena faktor alam berupa rusaknya
ekosistem, polusi di darat, laut dan udara dan pengaruh global yang
semakin menurunkan derajat kesehatan penduduk dunia. Karena itu Islam
memberi peringatan antisipatif: jagalah sehatmu sebelum sakitmu, dan
jangan abaikan kesehatan, karena kesehatan itu tergolong paling banyak
diabaikan orang. Orang baru sadar arti sehat setelah ia merasakan sakit.
2. Perkembangan Keperawatan Masa Penyebaran Kristen

Agama Kristen juga memiliki peranan yang sangat penting dalam


keperawatan dimana agama merupakan bagian utama yang tidak bias
dipisahkan dari kehidupan seseorang. Dalam hal ini baik yang merawat
maupun yang dirawat. Agama Kristen memandang bahwa seseorang yang
sakit itu sebagai bentuk dari pertobatan. Maka dari itu dalam merawat
seseorang harus memiliki iman yang kuat dalam niatnya.Tindakan medis
dalam dunia keperawatan tidak menyertakan tuhan maka tindakan-
tindakan yang dilakukan menjadi tidak terarah dan tidak akan tercapai
sesuai dengan harapan yang kita inginkan.
3. Perkembangan keperawatan dalam Agama Budha

Agama budha mengajarkan kepada semua umatnya untuk


menghargai makhluk hidup tanpa terkecuali dari sudut pandang itulah
pemberian askep harus sesuai ajaran agama budha. Karena apabila tidak
terpenuhi maka klien merasa tidak puas atas pelayanan perawat.
4. Perkembangan Keperawatan dalam Agama hindu
Dalam ajaran agama hindhu terdapat upacara manusia yajna.
Upacara tersebut untuk membersihkan diri lahir batin serta memelihara
secara rohaniah hidup manusia. Jika umat hindhu ada yang sakit dilakukan
tradisi melukat sebagai sarana pembersihan diri dan pikiran untuk
membuang sial biasanya juga diikuti mandi kelaut.
B. TINJAUAN SOSIAL BUDAYA
Pengertian sosial menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
segala sesuatu yang mengenai masyarakat atau kemasyarakatan.
Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan dan respons
terhadap kesehatan dan penyakit dalam segala masyarakat tanpa
memandang tingkatannya. Karena itulah penting bagi tenaga kesehatan
untuk tidak hanya mempromosikan kesehatan, tapi juga membuat
mereka mengerti tentang proses terjadinya suatu penyakit dan
bagaimana meluruskan keyakinan atau budaya yang dianut
hubungannya dengan kesehatan.
Pengaruh kebudayaan, tanpa disadari kebudayaan telah
menanamkan garis pengaruh sikap terhadap berbagai masalah.
Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakat, karena
kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu
masyarakat.
Green dalam Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa perilaku
manusia dari tingkat kesehatan dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu
faktor perilaku (behaviour cause) dan faktor di luar perilaku (non-
behaviour cause). Perilaku itu sendiri terbentuk dari tiga factor, yaitu :

1. Faktor Predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam


pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan
sebagainya
2. Faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam
lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitasfasilitas
atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, air
bersih dan sebagainya
3. Faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap
dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan
kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Contoh lain, sosial budaya mempengaruhi kesehatan adalah
pandangan suatu masyarakat terhadap tindakan yang mereka lakukan
ketika mereka mengalami sakit, ini akan sangat dipengaruhi oleh
budaya, tradisi, dan kepercayaan yang ada dan tumbuh dalam
masyarakat tersebut. Misalnya masyarakat yang sangat mempercayai
dukun yang memiliki kekuatan gaib sebagai penyembuh ketika mereka
sakit, dan bayi yang menderita demam atau diare berarti pertanda
bahwa bayi tersebut akan pintar berjalan. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa social budaya sangat mempengaruhi kesehatan baik itu individu
maupun kelompok.
Kebudayaan perilaku kesehatan yang terdapat dimasyarakat
beragam dan sudah melekat dalam kehidupan bermasyarakat.
Kebudayaan tersebut seringkali berupa kepercayaan gaib. Sehingga
usaha yang harus dilakukan untuk mengubah kebudayaan tersebut
adalah dengan mempelajari kebudayaan mereka dan menciptakan
kebudayaan yang inovatif sesuai dengan norma, berpola, dan benda
hasil karya manusia.

1. Kajian Sosial Budaya Tentang Perawatan Paliatif


Salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan
masyarakat adalah perilaku kesehatan masyarakat itu sendiri.
Dimana proses terbentuknya perilaku ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Salah satunya adalah faktor sosial budaya, bila
faktor tersebut telah tertanam dan terinternalisasi dalam kehidupan
dan kegiatan masyarakat ada kecenderungan untuk merubah
perilaku yang telah terbentuk tersebut sulit untuk dilakukan.
Untuk itu, untuk mengatasi dan memahami suatu masalah
kesehatan diperlukan pengetahuan yang memadai mengenai
budaya dasar dan budaya suatu daerah. Sehingga dalam kajian
sosial budaya tentang perawatan paliatif bertujuan untuk mencapai
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, meningkatkan kualitas
hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi masalah yang
berhubungan dengan penyakit yang mengancam kehidupan.
2. Budaya Masyarakat Tentang Pengobatan Pada Penyakit Paliatif
Kanker payudara merupakan penyakit yang mematikan.
Jumlah penderitanya pun tak sedikit. Sayang, banyak penderita
justru memilih ke dukun alias pengobatan alternatif. Ujung-
ujungnya, malah bertambah parah. Banyak penderita yang baru
berobat ke dokter setelah menderita kanker payudara stadium
tinggi.
Selain itu, fenomena dukun Ponari sempat menyita
perhatian masyarakat Indonesia beberapa tahun yang lalu, cerita
kemunculan dukun Ponari dengan batu saktinya sebagai media
penyembuhan dengan cara di celupkan ke air.
Kabar tentang kehebatan ponari ini terus meluas hingga
menyebabkan jumlah pasien yang berobat kerumah Ponari dari hari
kehari semakin meningkat. Tindakan masyarakat yang datang ke
Dukun Ponari itu tidak terlepas dari peran budaya yang ada di
masyarakat kita terhadap hal-hal yang bersifat mistis. Percaya
terhadap kesaktian batu yang dimiliki Ponari itu merupakan sebuah
budaya yang mengakar dan bertahan dimasyarakat sebagai bagian
dari kearifan lokal.
Pemahaman masyarakat terhadap hal-hal yang dipercayai
secara turun-temurun merupakan bagian dari kearifan lokal yang
sulit untuk dilepaskan. Hingga pemahaman magis yang irasional
terhadap pengobatan melalui dukun seperti diatas sangat
dipercayai oleh masyarakat. Peranan budaya dan kepercayaan
yang ada dimasyarakat itu diperkuat oleh rendahnya tingkat
pendidikan dan tingkat ekonomi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas kehidupan pasien dan keuarganya dalam
menghadapi masalah masalah yang berhubungan dengan penyakit
yang mengancam jiwa, dengan mencegah dan meringankan
penderitaan melalui identifikasi awal serta terapi dan masalah lain,
fisik, psikososial dan spirittual.
Perilaku manusia dalam menghadapi masalah kesehatan
merupakan suatu tingkah laku yang selektif, terencana, dan tanda
dalam suatu sistem kesehatan yang merupakan bagian dari budaya
masyarakat yang bersangkutan. Perilaku tersebut terpola dalam
kehidupan nilai sosial budaya yang ditujukan bagi masyarakat
tersebut. Perilaku merupakan tindakan atau kegiatan yang dilakukan
seseorang dan sekelompok orang untuk kepentingan atau pemenuhan
kebutuhan tertentu berdasarkan pengetahuan, kepercayaan, nilai, dan
norma kelompok yang bersangkutan. Kebudayaan kesehatan
masyarakat membentuk, mengatur, dan mempengaruhi tindakan atau
kegiatan individu-individu suatu kelompok sosial dalam memenuhi
berbagai kebutuhan kesehatan baik yang berupa upaya mencegah
penyakit maupun menyembuhkan diri dari penyakit. Oleh karena itu
dalam memahami suatu masalah perilaku kesehatan harus dilihat
dalam hubungannya dengan kebudayaan, organisasi sosial, dan
kepribadian individu-individunya terutama dalam paliatif care.
B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan
mahasiswa dalam mengikuti proses pembelajaran dan dapat
meningkatkan pelayanan perawatan pasien paliatif dalam tinjauan
sosial budaya. Sebagai petugas kesehatan perlu mengetahui
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan. Dengan mengetahui
pengetahuan masyarakat, maka petugas kesehatan akan mengetahui
mana yang perlu ditingkatkan, diubah dan pengetahuan mana yang
perlu dilestarikan dalam memperbaiki status kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Ayu Purnamaningrum, 2010, Faktor-Faktor Yang Berhubungan


Dengan Perilaku Masyarakat Untuk Mendapatkan Pelayanan
Kesehatan Mata (Factors Related To The Community’s Behaviour
To Get Eye Health Servic), Universitas Diponegoro. (diakses tgl 20
februari 2015)
Dwi Hapsari, dkk.,2012, Pengaruh Lingkungan Sehat, Dan Perilaku
Hidup Sehat Terhadap Status Kesehatan, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Ekologi dan Status Kesehatan, Jakarta. (diakses tgl
20 februari 2015)
Entjang, Indan. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat, PT. Citra Aditya
Bakti : Bandung.
Fitri Nur azizah. 2013. Aspek Sosial Mempengaruhi Kesehatan,
(diakses tgl 23 februari 2015)
Lukman Hakim, dkk., 2013, Faktor Sosial Budaya Dan Orientasi
Masyarakat Dalam Berobat (Socio-Cultural Factors And Societal
Orientation In The Treatment), Universitas Jember (UNEJ),
Jember. (Diakses tgl 20 februari 2015)
Momon sudarman, sosiologi untuk kesehatan, google book. (Diaskes
20 februari)
Notoatmodjo Soekidjo, 1990, Pengantar Perilaku Kesehatan, FKM-
UI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai