Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang menjadi
indikator kualitas kesehatan masyarakat disuatu Negara ternyata masih tergolong tinggi di
Indonesia yaitu AKI 307/100.000 KH dan AKB 35/1000 KH (SDKI 2002/2003). Sedangkan
target MDGs 2015 mengurangi AKI menjadi 125/100.000 KH dan AKB menjadi 25/1.000
KH. Untuk mencapai target tersebut diperlukan diperlukan suatu strategi yang handal dan
peran serta seluruh lapisan masyarakat.
Penyebab utama kematian Ibu di Indonesia adalah perdarahan (30%), eklamsia
(25%), Infeksi (12%) dan Abortus (5%).Sedengkan penyebab utama kematian bayi adalah
BBLR (29%), Asfiksia (29%) dan infeksi (20%).
Berbagai program telah dilakukan pemerintah untuk menurunkan AKI dan AKB di
Indonesia seperti Safe Motherhood, Program Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi, Making
pregnancy Safer, dll. Pelayanan kesehatan ibu dan bayi merupakan pelayanan yang
berkesinambungan dan saling terkait.Kesehatan bayi ditentukan sejak bayi masih didalam
kandungan. Disisi lain kesehatan ibu dapat berpengaruh terhadap kesehatan bayi yang
dikandungnya. Berdasarkan hal tersebut diatas maka upaya menurunkan AKI dan AKB
merupakan kegiatan yang saling terkait.Oleh karena itu program rumah sakit sayang bayi
tidak dapat dipasahkan dari program rumah sakit sayang (RSSIB).
Program RSSIB sudah ada sejak 2001 sebagai bagian dari program Safe
motherhood.Dari laporan Dinkes 33 Provinsi pada tahun 2006 didapatkan data bahwa hanya
149 RS yang melaksanakan program RSSIB(11,53%). Dari jumlah tersebut 30% belum
optimal pelaksanaannya. Oleh karena itu perlu dilakukan revitalisasi program RSSIB, salah
satunya dengan penyusunan buku pedoman RSSIB ini.
Salah satu factor yang berpengaruh terhadap tingginya AKI dan AKB adalah proses
rujukan yang masih belum mantap, antara lain karena rujukan yang terlambat dan tidak
kesiapan fasilitas kesehatan terutama ditingkat rujukan primer (Puskesmas) dan ditingkat
rujukan sekunder (RS Kabupaten/Kota) untuk melakukan pelayanan obstetric neonatal
emergency komprehensif (PONEK). Keadaan ini antara lain disebabkan kurang jelasnya
tugas dan wewenang masing-masing pihak yang terkain diberbagai tingkat pelayanan, serta
tidak meratanya kemampuan teknis untuk melakukan fungsi kedaruratan obstetric dan
neonatal. Padahal kalau ditinjau dari segi penyediaan fasilitas kesehatan, Indonesia
sebenarnya telah mengalami peningkatan, misalnya peningkatan cakupan pelayanan
kesehatan umum telah mencakup 70%.Akan tetapi pelayanan yang berkulitas bagi ibu hamil,
begitu juga cakupan pertolongan persalinan yang aman masih belum mencapai 50%.
Data diatas didukung dengan penemuan bahwa sebagian besar (80%) kematian ibu di
terjadi di RS Rujukan demikian pula kematian bayi.Penelitian terbaru menyebutkan bahwa
pemberian ASI yang terlambat juga dpat meningkatkan resiko kematian bayi. Bila
mengawali ASI lebih dari 60 menit dalam 24 jam pertama maka akan meningkatkan resiko
kematian bayi 1,5 kali. Perilaku menyusui di Indonesia sudah mulai membaik, hal ini terlihat
dari angka cakupan ASI Eksklusif di Indonesia naik 18,1% pada tahun 2005 menjadi 21,2%
pada tahun 2006. Diharapkan dengan program RSSIB maka upaya penurunan AKI dan AKB
khususnya Angka Kematian Perinatal dipercepat melalui kesiapan rumah sakit terutama RS
Kabupaten/Kota.

B. DASAR HUKUM
1. UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. UU No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. UU No.29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran (Lembaran Negara No.4431 Tahun
2004)
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1333/Menkes/Per/SK/II/1988 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI N0.450/MENKES/SK/IV/2004 tentang Pemberian Air
Susu Ibu (ASI) secara Eksklusif pada bayi di Indonesia
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.237/MENKES/SK/IV/1997 tentang Pemasaran
Pengganti ASI
7. Surat Edaran Direktur Jenderal Pelayanan Medik No.00.03.3.5.1465 tentang Revitalisasi
Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi

C. TUJUAN BUKU PEDOMAN


1. Tujuan Umum
Sebagai acuan bagi pemimpin dan pengelola program kesehatan ibu dan bayi
untuk menerapkan 10 langkah perlindungan ibu dan bayi secara terpadu dan paripurna
sebagai upaya penurunan jumlah kesakitan dan kematian ibu dan bayi.

2. Tujuan Khusus
a. Didapatkan kesamaan pola pikir/persepsi dalam melaksanakan perlindungan ibu dan
bayi secara terpadu dan paripurna melalui RSSIB
b. Mendapatkan pedoman pelaksanaan Rumah Sakit sayang Ibu dan bayi yang sesuai
dengan perkembangan IPTEK kesehatan saat ini.
BAB II
RUMAH SAKIT SAYANG IBU BAYI

A. DEFINISI
Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB) adalah rumah sakit pemerintah maupun
swasta, umum maupun khusus yang telah melaksanakan 10 langkah menuju perlindungan ibu
dan bayi secara terpadu dan paripurna.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu dan bayi secara terpadu dalam
upaya menurunkan Angka Kematian Ibu(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).

2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan dan mengembangkan standar pelayanan perlindungan ibu dan bayi
secara terpadu dan paripurna.
b. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi termasuk kepedulian
terhadap ibu dan bayi.
c. Meningkatkan kesiapan rumah sakit dalam melaksanakan fungsi pelayanan obstetrik
dan neonatus termasuk pelayanan kegawatdaruratan (PONEK).
d. Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai pusat rujukan pelayanan kesehatan ibu dan
bayi bagi sarana pelayanan kesehatan lainnya.
e. Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai model dan pembina teknis dalam
melaksanakan IMD dan pemberian ASI Eksklusif.
f. Meningkatkan fungsi rumah sakit dalam Perawatan Metode kanguru (PMK) pada
BBLR.
g. Melaksanakan system monitoring & evaluasi pelaksanaan program RSSIB.

C. 10 LANGKAH PERLINDUNGAN IBU DAN BAYI SECARA TERPADU DAN


PARIPURNA

1. Ada kebijakan tertulis tentang managemen yang mendukung pelayanan kesehatan ibu dan
bayi termasuk pemberian ASI Eksklusif dan Perawatan Metode Kanguru (PMK) untuk
bayi BBLR.
2. Menyelenggarakan pelayanan antenatal termasuk konseling kesehatan maternal dan
neonatal.
3. Menyelenggarakan persalinan bersih dan aman serta penanganan pada bayi baru lahir
dengan inisisai menyusu dini dan kontak kulit ibu-bayi.
4. Menyelenggarakan pelayanan obstetrik neonatal emergency komprehensif (PONEK).
5. Menyelenggarakan pelayanan adekuat untuk nifas, rawat gabung termasuk membantu ibu
menyusui yang benar dan pelayanan neonatus sakit.
6. Menyelenggarakan pelayanan rujukan dua arah dan membentuk jejaring rujukan
pelayanan ibu dan bayi dengan sarana kesehatan lain.
7. Menyelenggarakan pelayanan imunisasi bayi dan tumbuh kembang.
8. Menyelenggarakan pelayanan keluarga berencana termasuk pencegahan dan penanganan
kehamilan yang tidak diinginkan serta kesehatan reproduksi lainnya.
9. Menyelenggarakan audit maternal dan perinatal rumah sakit secara periodic dan tindak
lanjut.
10. Memberdayakan kelompok pendukung ASI dalam menindaklanjuti pembinaan ASI
Eksklusif dan PMK.

D. SASARAN
1. Rumah sakit umum pemerintah dan swasta.
2. Rumah sakit khusus yang menangani ibu dan anak (RSB dan RSIA) Pemerintah dan
swasta.

E. TAHAPAN PELAKSANAAN
1. Langkah 1
Ada kebijakan tertulis tentang managemen yang mendukung pelayanan kesehatan ibu dan
bayi termasuk pemberian ASI Eksklusif dan Perawatan Metode Kanguru (PMK) untuk
bayi BBLR.

PELAKSANAAN
a. Direktur RS membuat kebijakan tentang :
1) Pelaksanaan program RSSIB dengan penerapan 10 langkah perlindungan ibu dan
bayi secara terpadu dan paripurna.
2) Penetapan pokja/komite di rumah sakit yang bertanggung jawab terhadap
pelaksaaan dan evaluasi program RSSIB.
3) Pemberian ASI termasuk IMD yang secara rutin dikomunikasikan kepada petugas
kesehatan.
4) Pelaksanaan PMK bagi BBLR.
5) Adanya pemberian keringanan/pembebasan biaya perawatan/tindakan/rujukan
kasus resiko tinggi dan kasus gawat darurat obstetrik dan neonatal bagi penderita
yang tidak mampu.
6) System rujukan pelayanan ibu dan bayi dengan system regionalisasi.
7) Kerjasama dengan kelompok pendukung ASI dan posyandu di wilayahnya
tentang proses rujukan paska persalinan dalam rangka monev ASI Eksklusif dan
PMK pada BBLR.
8) Senua kebijakan diatas harus dikomunikasikan kepada seluruh petugas rumah
sakit.

b. Direktur RS membuat SK tentang Pemberian ASI dan penerapan kode pemasaran


PASI yang secara rutin dikomunikasikaan kepada seluruh petugas kesehatan RS dan
dipampangkan.
c. Direktur RS menendatangani protap-protap pelaksanaan program RSSIB terpadu
yang telah dibuat oleh pokja/komite dan cara/format pelaporan, seperti:
1) Kegawatdaruratan kebidanan
2) Kegawatdaruratan neonatal
3) Pelayanan antenatal
4) Persalinan bersih dan aman (APN) termasuk persalinan yang ditunggu oleh suami
dan keluarga
5) Perawatan bayi baru lahir (perinatology) termasuk peemberian vitamin K1 injeksi
(untuk bayi normal setelah IMD, bayi sakit setelah resusitasi) dan salep/tetes
mata.
6) Perawatan nifas dan rawat gabung
7) Perawatan PMK untuk bayi BBLR dan premature
8) Pencegahan infeksi nasocomial
9) Pelaksanaan 10 langkah keberhasilan menyusui (termasuk IMD, membantu ibu
dalam masalah pelekatan dan cara menyusui yang benar, on demand, ASI
Eksklusif).
10) Tindakan medis dan operasi Caesar
11) Hygiene perineum
12) Pengaturan jadwal dokter, perawat dan bidan sehingga pelayanan siap 24 jam.
13) Pelayanan kebutuhan darah, obat dan cairan untuk pasien.
14) Pelayanan penunjang laboratorium dan radiologi
15) Keluarga berencana
16) Imunisasi
17) Audit maternal perinatal

d. Adanya pertemuan berkala untuk melakukan evaluasi program RSSIB.

RS dapat mengembangkan pelaksanaan program berupa :


a. Kebijakan yang kemungkinan belum tercakup tentang perlindungan ibu dan bayi
sesuai standar yang ideal
b. Pengembangan penelitian yang berdampak terhadap perlindungan kesehatan ibu dan
bayi
c. Publikasi dan dokumentasi hasil-hasil penelitian
d. Setiap RS mempunyai ruang dan klinik laktasi dengan konselor menyusui yang siap
24 jam
2. Langkah 2
Menyelenggarakan pelayanan antenatal termasuk konseling kesehatan maternal dan
neonatal.

PELAKSANAAN
a. Adanya pelayanan antenatal sesuai standar pelayanan kebidanan pada ibu hamil
b. Melakukan penapisan dan pengenalan dini kehamilan resiko tinggi dan komplikasi
kehamilan
c. Mengadakan kegiatan senam ibu hamil
d. Memberikan informasi kepada ibu hamil mengenai keuntungan pemberian ASI,
managemen laktasi, penyuluhan gizi dan penyuluhan perubahan pada ibu dan janin
serta kebutuhan setiap trimester kehamilan, persiapan persalinan, tanda-tanda bahaya.
e. Mempertimbangkan tindakan-tindakan yang dilakukan ibu berlatarbelakang
kepercayaan/agama dan tradisi/adat setempat.
f. Diterapkannya upaya pencegahan infeksi dalam pelayanan antenatal
g. Melibatkan suami saat pemeriksaan & penyuluhan konseling
h. Memberikan konseling kepada ibu hamil yang terinfeksi HIV
i. Semua petugas dibagian kebidanan dan anak dapat memberikan informasi kepada
ibu-ibu yang telah melahirkan mengenai cara menyusui yang benar dan pentingnya
ASI.

RS dapat mengembangkan pelaksanaan program berupa :


a. Upayakan membuat sendiri bahan materi yang baik dan benar
b. Menggunakan multimedia secara bertahap (cetakan, kaset, video, film)
c. Upayakan membuat soudsystem di semua unit RS untuk penyuluhan masal melalui
PKMRS
d. Upayakan setiap pegawai RS mengetahui tentang Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi
dan kita mengharapkan mereka sebagai “Key Person” dilingkungan dimana mereka
tinggal.

3. Langkah 3
Menyelenggarakan persalinan bersih dan aman serta penenganan pada bayi baru lahir
dengan inisisai menyusu dini dan kontak kulit ibu-bayi.

PELAKSANAAN
a. Melakukan penapisan resiko persalinan dan pemantauan persalinan
b. Diterapkannya standar kebidanan pada persalinan
c. Adanya fasilitas kamar bersalin sesuai standar
d. Adanya fasilitas pencegahan infeksi sesuai standar
e. Adanya fasilitas peralatan resusitasi dan perawatan bayi baru lahir
f. Adanya fasilitas kamar operasi sesuai standar
g. Inisiasi menyusui dini : skin to skin contact, perhatikan tanda-tanda bayi siap
menyusu, bayi mulai menghisap
h. Perawatan bayi baru lahir (perinatology) termasuk pemberian vik K1 injeksi dan
salep/tetes mata (tetrasiklin/eritromicyn)
i. Adanya pelatihan berkala bagi dokter, bidan dan perawat (in house training) dalam
penenganan persalinan aman dan penanganan pada bayi baru lahir.
j. Adanya pelatihan IMD neonatus
k. Penanggungjawab program perinatal resiko tinggi dan program RSSIB berkoordinasi
melalui pertemuan lintas sector maupun lintas program secara rutin.

RS dapat mengembangkan pelaksanaan program berupa :


a. Menambah sarana dan prasarana fisik, untuk setiap rumah sakit harus mempunyai 2
buah OK dan VK dan peralatan 3 set.
b. Pengembangan unit perawatan neonatus resiko tinggi.

4. Langkah 4
Menyelenggarakan Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK).

PELAKSANAAN
a. Adanya standar pelayanan terhadap kasus potensial resiko tinggi, kasus resiko tinggi
dan kasus gawatdarurat obstetric dan neonatal.
b. Adanya pelayanan tranfusi yang dapat dilaksanakan 24 jam
c. Tindakan operatif dapat dilaksanakan 24 jam
d. Kesiapan pelayanan kebidanan 24 jam
e. Adanya dokter jaga 24 jam yang telah mengikuti pelatihan penanggulangan
gawatdarurat kebidanan dan neonatal
f. Adanya fasilitas unit gawat darurat kebidanan dan fasilitas pelayanan :
HCU/ICU/NICU/PICU sesuai standard an kompetensi
g. Adanya pelatihan bagi dr.SpOG, dr.SpA, dokter, bidan dan perawat tentang
pelayanan obstetric neonatal emergency komprehensif
h. Adanya pelatihan untuk penanganan bayi kurang bulan dengan Perawatan Metode
Kanguru.
RS dapat mengembangkan pelaksanaan program berupa :
a. Upayakan secara bertahap melakukan pelatihan hingga mencapai 100% terutama di
unit terkait, misalnya RS yang mempunyai NICU dengan tenaga terlatih
b. Memperbaiki proses pelatihan sesuai hasil evaluasi
c. Pengembangan unit gawatdaruratneonatus resiko tinggi

5. Langkah 5
Menyelenggarakan pelayanan adekuat untuk nifas, rawat gabung termasuk membentu ibu
menyusui yang benar dan pelayanan neonatus sakit.

PELAKSANAAN
a. Praktekkan rawat gabung ibu dan bayi bersama 24 jam sehari
b. Adanya pemantauan infeksi nosocomial pada bayi yang dirawat gabung
c. Melakukan managemen laktasi dan perawatan bayi
d. Adanya tata tertib/ jam kunjungan ibu dan bayi
e. Adanya larangan promosi susu formula di RS dan lingkungannya
f. Melaksanakan pemberian ASI sesuai kebutuhan bayi atau sesering semau bayi
g. Tidak memberikan makanan atau minuman kepada bayi baru lahir selain ASI kecuali
ada indikasi medis
h. Melaksanakan perawatan metode kanguru untuk bayi kurang bulan/BBLR (Kangaroo
Mother Care)
i. Memberitahu ibu bagaimana cara menyusui yang benar
j. Tidak memberikan dot/kempeng pada bayi
k. Tetap mempertahankan laktasi walaupun harus terpisah dari bayinya
l. Adanya fasilitas ruang nifas sesuai standar
m. Melakukan perawatan nifas
n. Melakukan hygiene perineum
o. Pencegahan infeksi nosocomial pada ibu yang dirawat
p. Melakukan penanggulangan HIV dan AIDS.

RS dapat mengembangkan pelaksanaan program berupa :


a. Meningkatkan kualitas bahan dan alat peraga untuk demonstrasi
b. Pelaporan keberhasilan menyusui
c. Adanya pelayanan perinatal lanjutan (pelayanan follow up diluar rumah sakit atau
kunjungan rumah)
d. Pemberian susu formula hanya atas indikasi medis dan keadaan-keadaan khusus.
e. Persediaan susu formula bukan untuk pemberian gratis
f. Pengembangan penelitian tentang keberhasilan menyususi (ASI)
6. Langkah 6
Menyelenggarakan pelayanan rujukan dua arah dan membin jejaring rujukan pelayanan
ibu dan bayi dengan sarana kesehatan lain.

PELAKSANAAN
a. RS sebagai Pembina wilayah rujukan
b. Menyediakan pelayanan ambulan 24 jam
c. Melaksanakan umpan balik rujukan
d. Menyelenggarakan pelatihan PONEK atau pelatihan yankes ibu bayi lainnya bagi
semua petugas yang terkait dan bagi petugas puskesmas/rumah sakit bersalin dan
bidan praktek swasta di wilayah lingkup rujukan
e. Membina jejaring rujukan ibu-bayi dengan sarana kesehatan lain di wilayah binaan

RS dapat mengembangkan pelaksanaan program berupa :


a. Membentuk keterpaduan dalam system rujukan di kabupaten/kota
b. Mengevaluasi pelaksanaan rujukan
c. Pengembangan penelitian tentang system rujukan
d. Dokumentasikan hasil-hasil evaluasi

7. Langkah 7
Menyelenggarakan pelayanan imunisasi bayi dan tumbuh kembang.

PELAKSANAAN
a. Menyelenggarakan konseling dan pelayanan imunisasi bayi di RS sesuai dengan usia
b. Memantau tumbuh kembang bayi sejak lahir (stimulasi, deteksi dan intervensi dini
tumbuh kembang)
c. Memantau pemberian ASI Eksklusif pada bayi
d. Penanganan penyakit bayi sesuai standar

RS dapat mengembangkan pelaksanaan program berupa :


a. Pengembangan penelitian tentang imunisasi
b. Publikasikan dan dokumentasikan hasil-hasil penelitian

8. Langkah 8
Menyelenggarakan pelayanan keluarga berencana termasuk pencegahan dan penanganan
kehamilan yang tidak diinginkan serta kesehatan reproduksi lainnya.
PELAKSANAAN
a. Menyelenggarakan konseling mengenai KB dan kontrasepsi termasuk metode
amenore laktasi (MAL) untuk pasien dan suami sebelum meninggalkan RS.
b. Menyelenggarakan pelayanan KB paripurna termasuk kontrasepsi baik untuk
perempuan maupun pria.
c. Menyelenggarakan konseling mengenai kesehatan reproduksi termasuk konseling
pranikah.

RS dapat mengembangkan pelaksanaan program berupa :


a. Pengembangan penelitian tentang keluarga berencana
b. Pengembangan metode baru kontrasepsi pria
c. Penanganan kekerasan pada ibu dan bayi
d. Publikasi & dokumentasi hasil-hasil penelitian

9. Langkah 9
Melaksanakan audit maternal dan perinatal rumah sakit secara periodic dan tindak lanjut.

PELAKSANAAN
a. Komite medic agk sebagai tim AMP yang mengadakan pertemuan secara rutin yang
berfungsi melaksanakann audit, tidak mencari kesalahan tetapi membantu mencari
solusi serta menghilangkan hambatan medic dan non medic
b. Membina tim AMP kabupaten/kota dalam permasalahan kasus maternal perinatal
c. Menyelenggarakan program surveillance untuk pemantauan dan evaluasi kasus
maternal perinatal
d. Melakukan intervensi dan tindak lanjut dalam menurunkan angka kematian ibu dan
angka kematian bayi
e. Menyebarluaskan laporan AMP dan tindak lanjutnya secara rutin

RS dapat mengembangkan pelaksanaan program berupa :


a. Mengembangkan sistem informasi managemen (SIM)/ Data Kesakitan/ Data
kematian ibu dan bayi dapat diperoleh secara cepat dan mudah serta akurat melalui
komputerisasi
b. Pengembangan penelitian tentang rumah sakit yang mampu secara proaktif
melakukan AMP di kabupaten/kota
10. Langkah 10
Memberdayakan kelompok perndukung ASI dalam menindaklanjuti pembinaan ASI
Eksklusif dan PMK.

PELAKSANAAN
a. Adanya kelompok binaan rumah sakit sebagai pendukung ASI dan PMK, dimana
anggota kelompok ini akan saling membantu dan mendukung pemberian ASI
eksklusif termasuk pelaksanaan PMK.
b. Adanya fasilitas tempat penitipan anak dan bayi bagi pegawai RS dan lingkungannya
c. Adanya ruang menyusui
d. Mendokumentasikan kegiatan kelompok pendukung ASI

RS dapat mengembangkan pelaksanaan program berupa :


a. Melatih anggota pendukung ASI yang diluar ASI (Posyandu, ibu-ibu yang pernah
melahirkan di RS) sehingga mampu berperan dalam kelompok pendukung ASI
b. Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap semua kelompok ASI yang dibina dan
menjadi tanggungjawab RS
c. Mengupayakan adanya peningkatan jumlah kelompok pendukung ASI yang dibina
oleh RS berkoordinasi dengan dinas kesehatan kabupaten/kota
d. Mengupayakan merujuk ibu yang baru melahirkan setelah pulang kerumah kepada
kelompok pendukung ASI terdekat dengan menggunakan formulir rujukan
e. Mendata jumlah kelompok pedukung ASI
f. Mendokumentasikan permasalahan dan pemecahan masalah kelompok pendukung
ASI
g. Adanya kelompok pendukung ibu-bayi lainnya
BAB III
SISTEM DAN PROSEDUR PROGRAM RSSIB

A. UMUM
RSSIB adalah program pelayanan kesehatan Ibu dan Bayi yang merupakan
koordinasi berbagai unit kerja (multi sector) dan didukung berbagai kegiatan profesi (multi
disiplin dan multi profesi) untuk menyelenggarakan perlindungan ibu dan bayi secara terpadu
dan paripurna.

B. PELAKSANAAN DI RUMAH SAKIT


1. Pada pelayanan dirumah sakit diperlukan sarana, prasarana, UGD, poliklinik, kamar
bersalin, ruang nifas, kamar operasi, kamar rawat intensif (HCU/ICU/NICU/PICU), unit-
unit penunjang : Radiologi, laboratorium, farmasi, gizi, ruang rawat inap, dll.
2. Pelayanan di UGD adalah pelayanan pertama bagi kasus gawat darurat obstetric dan
neonatal yang memerlukan organisasi yang baik (Tim PONEK 24 jam), pembiayaan
termasuk sumber pembiayaan, SDM yang baik dan terlatih, mengikuti perkembangan
tekhnologi pada pelayanan medis.
3. Poliklinik adalah pelayanan rawat jalan bagi ibu hamil dan menyusui. Disini tenaga
kesehatan (Sp.OG, Bidan, Perawat, dll) dapat memberikan pelayanan dan konseling
mengenai kesehatan ibu dan bayi termasuk KB, imunisasi, gizi dan tumbuh kembang.
Tersedia juga pojok laktasi untuk menyusui.
4. Kamar bersalin adalah ruangan tempat ibu melakukan persalinan, dimana selalu ada
bidan jaga 24 jam, yang dilengkapi dengan pern peralatan (forcep, vakum dan peralatan
resusitasi bayi) dan depo obat-obatan gawat darurat kebidanan
5. Kamar opersi adalah rungan tempat dilakukan operasi Caesar yang dilengkapi dengan
peralatan, obat-obatan dan unit tranfusi darah.
6. Ruang nifas merupakan ruang perawatan paska persalinan yang meliputi pengelolaan
tentang menyusui, infeksi, perdarahan sisa placenta dan defisiensi episiotomy. Disini juga
baiknya tersedia ruangan dan aktivitas senam nifas.
7. Penunjang diagnostic dan penunjang dalam pengobatan merupakan pendukung dalam
pelaksanaan program rumah sakit saying ibu dan bayi.

C. MEKANISME RUJUKAN
Sistem rujukan adalah system jaringan pelayanan kesehatan yang memungkinkan
terjadinya pelimpahan tanggungjawab atas problem yang timbul baik secara vertical maupun
horizontal kepada yang lebih mampu. Pelimpahan tanggungjawab tersebut meliputi berbagai
jenis rujukan, yang dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Rujukan Medis
a. Rujukan Pasien
Adalah pengiriman pasien (dalam hal ini maternal dan perinatal) dilakukan
oleh unit pelayanan kesehatan yang kurang mampu kepada unit kesehatan yang lebih
mampu. Sebaliknya unit kesehatan yang lebih mampu akan mengembalikan pasien ke
unit yang mengirim untuk pengawasan/melanjutkan yang diperlukan.

Persiapan Rujukan Pasien :


1) Menyiapkan petugas yang terampil dan terlatih dalam penangana maternal dan
neonatal
2) Bila sarana prasarana tidak memungkinkan dilakukan pertolongan segera buat
surat rujukan dan kartu sehat ke rumah sakit
3) Memberitahu penjelasan kepada pihak keluarga alas an pasien dirujuk ke rumah
sakit
4) Alur PONED bila tidak ditangani dirujuk ke rumah sakit
5) Mencatat hasil pemeriksaan dan tindakan yang dilaksanakan dalam penanganan
maternal dan perinatal
6) Pasien didampingi oleh petugas kesehatan berangkat ke rumah sakit

Di Rumah Sakit :
Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarganya bahwa segala tindakan yang
dilakukan adalah untuk menyelamatkan ibu dan bayinya.
1) Persiapan pihak keluarga untuk memberikan darah jika dibutuhkan
2) Ibu, suami dan keluarga diberi penjelasan mengenai akhir perawatan/
persalinannya
3) Buat persetujuan tindakan medis dan simpan dalam status
b. Rujukan Laboratorium
Adanya pengririman bahan pemeriksaan laboratorium, dari laboratorium yang
kurang mampu ke laboratorium yang lebih mampu/lengkap.

2. Rujukan Kesehatan
Rujukan IPTEK dan Keterampilan
Yaitu pengalihan pengetahuan dan keterampilan, misalnya :
a. Penugasan doker terutama Bedah, Penyakit Kebidanan & Kandungan, Penyakit
Dalam, Kesehatan Anak dari RS kelas B,C, ke RS kelas D (terutama untuk
melakukan tindakan) diatur dengan MoU antar RS dan memerlukan SIP tersendiri.
Dalam kunjungan tersebut digunakan untuk konsultasi, observasi, pengobatan,
diskusi dan ceramah.
b. Pengiriman asisten ahli senior (yang hamper lulus) ke RS kelas C, D yang belum ada
dokter ahlinya untuk jangka waktu tertentu dalam rangka penyelesaian
spesialisasinya.
c. Pengiriman tenaga kesehatan (dokter, bidan, perawtan dll) dari RS kelas D dan C ke
RS kelas B untuk mengikuti latihan ketrampilan dan tambahan pengetahuan dalam
satu bidang keahlian terutama bedah, kebidanan dan penyakit kandungan, penyakit
dalam dan kesehatan anak.
d. Alih pengetahuan dan ketrampilan melalui pelatihan dibidang klinik, managemen dan
pengoperasian peralatan.

3. Rujukan Managemen
a. Pengiriman Informasi
Guna kepentingan monitoring semua kegiatan pelayanan kesehatan diperlukan system
informasi.
b. Dapat berupa biaya, tenaga, peralatan dan obat. Dapat berupa permintaan atau
bantuan kepada unit yang kurang/lebih mampu untuk menyelesaikan suatu masalah
tertentu, yang tidak dapat diatasi sendiri.
BAB IV
PERAN PUSAT DAN DAERAH

A. DEPARTEMEN KESEHATAN
1. Menyusun buku pedoman pelaksanaan program RSSIB yang disahkan melalui Pemenkes
2. Menyusun instrument monev RSSIB
3. Melakukan advokasi & sosialisasi program kepada pemegangkebijakan ditingkat nasional
4. Melakukan pementauan dan pengawasan pelaksanaan program RSSIB secara berkala
5. Melakukan kerjasama/koordinasi lintas sector dan lintas program dalam rangka
optamalisasi program RSSIB
6. Mengadakan pelatihan program RSSIB
7. Melakukan penelitian RSSIB tingkat nasional
8. Melakukan pembinaan pelaksanaan program RSSIB di tingkat propinsi
9. Melakukan promosi RSSIB melalui berbagai media

B. DINAS KESEHATAN PROPINSI


1. Melakukan advokasi dan sosialisasi program RSSIB kepada pemegang kebijakan
ditingkat propinsi
2. Menyusun PERDA propinsi tentang RSSIB
3. Membentuk tim dan penanggungjawab RSSIB tingkat propinsi
4. Melakukan kerjasama/koordinasi lintas sector dan lintas program dalam rangka
optimalisasi program RSSIB tingkat propinsi
5. Melakukan pembinaan dan pengawasan program RSSIB se-propinsi secara berkala
6. Melakukan pencatatan dan pelaporan pelaksanaan program RSSIB se-propinsi
7. Melakukan penilaian RSSIB di tingkat propinsi

C. DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA


1. Melakukan advokasi dan sosialisasi program RSSIB kepada pemegang kebijakan
ditingkat kabupaten/kota
2. Menyusun PERDA kabupaten/kota tentang RSSIB
3. Membentuk tim dan penanggungjawab RSSIB tingkat kabupaten/kota
4. Melakukan kerjasama/koordinasi lintas sector dan lintas program dalam rangka
optimalisasi program RSSIB tingkat kabupaten/kota
5. Bersama dinkes propinsi melakukan pembinaan dan pengawasan program RSSIB di RS
se-wilayah kabupaten/kota secara berkala
6. Melakukan pencatatan dan pelaporan pelaksanaan program RSSIB di RS kabupaten/kota
7. Melakukan penilaian RSSIB di tingkat kabupaten/kota
BAB V
PEMETAAN PELAKSANAAN PROGRAM RSSIB

A. SUMBER DAYA MANUSIA


Kriteria SDM
Medis 1. Dokter ahli kebidanan dan kandungan
2. Dokter ahli anak
3. Dokter ahli anastesi
4. Dokter ahli lain
5. Dokter umum
Keperawatan 1. Bidan
2. Perawat
3. Penata anastesi
Tenaga Khusus Konselor Menyusui
Tenaga 1. Penata Radiologi
Kesehatan Lain 2. Ahli gizi
3. Analis laboratorium

B. FASILITAS DAN SARANA


1. Ruangan
a. Poliklinik
1) Poliklinik kebidanan (kamar periksa : tempat tidur, kursi, tempat cuci tangan
dengan air mengalir, timbangan).
2) Poliklinik anak dan tumbuh kembang
b. UGD
Terdapat ruang tindakan untuk kegawatdaruratan obstetric neonatal
c. Kamar Operasi
Jumlah kamar operasi minimal 2
d. Kamar Bersalin
Minimal 4 buah tempat tidur untuk partus normal dan patologis
e. Ruang Nifas
1) Mempunyai ruang rawat gabung dan ruang isolasi
2) Mempunyai ruang penyuluhan ASI dan konseling perawatan bayi
f. Ruang Lainnya
Mempunyai ruang transisi perinatology, Ruang TPA, Ruang Laktasi, Ruang Senam
Hamil dan Klinik Laktasi
2. Alat
a. Poliklinik
1) Kebidanan
 Dopler
 USG
 CTG
 Alkes
 Lampu Sorot
 Kulkas
 Breastcare set
 Stetoskop
 Tensimeter
2) Poli Anak
 Timbangan
 Meteran
 Stetoskop
 Kulkas
 kateter

b. UGD
1) Instrumen tindakan 2 set
 Partus set
 Curettage set
 Vakum ekstraksi
 Vena seksi set
2) USG
3) Resusitasi Ibu dan Bayi
4) Tranfusi set
5) Disposibel Syringe
6) Urine Kateter
7) Termometer suhu rendah

c. Kamar Operasi
Instrumen operasi 2 set
d. Kamar Bersalin
1) Forcep
2) Vakum
3) Resusitasi bayi
4) Resusitasi ibu
5) Tranfusi set
6) Disposible syringe
7) Urine cateter
8) Termometer suhu rendah

e. Ruang Nifas
1) Gym set
2) Breast feeding konseling kit
3) Baby set
4) Infus pump
5) kateter
3. Obat-obatan
a. Vit K injection
b. Adrenalin
c. Dopamin
d. Sulfas Atropin
e. Heparin
f. Ca Glukonas 10%
g. MgSO4
h. Anti Kejang
 Luminal Inj
 Dilantin Inj
 Diazepam Inj
i. Antibiotika broad spectrum
 Ampisilin
 Gentamicin
j. Cairan
 NaCl 0,9%
 RL
 NaCl 3%
 KCL 3%
 Bicnat
 Dextrose 5%
 Dextose 10%
 Larutan 1:4
 Larutan KaEn 4B
 Larutan KaEn 3B
 Plasma expander
k. Tetes/salp mata
 Eritromicyn
 Tetrasiklin
l. Antiseptic
 Alkohol 70%
 Alkohol q1
 Betadine
m. Diuretic
n. Anti hipertensi
o. Vaksin
 BCG
 Hepatitis
 Polio
 DPT
 TT
 Campak
p. Uterotonika
 Oksitosin
 Prostaglandin
q. Koagulansia
 Tranxenamed Acid, dll
r. ATS 20.000 IU
s. Kortikosteroid
t. Tokolitik
u. O2
BAB VI
PENCATATAN DAN PELAPORAN

A. PENGERTIAN DAN AZAS


Pencatatan dan pelaporan RSSIB adalah keseluruhan proses pendataan pelaksanaan
kegiatan perlindungan ibu secara terpadu dan paripurna dimana petugas pencatatan dan
pelaporan serta jalur dan terapan telah ditetapkan secara jelas.
Azasnya :
1. Jelas
2. Singkat
3. Bermanfaat

B. MEKANISME
Pencatatan dan pelaporan RSSIB mengutamakan format laporan tersendiri yang
siambil dari system pelaporan rumah sakit yang ada yaitu RL 1-6.Rumah sakit diminta untuk
mengisi format laporan RSSIB dari data RL rumah sakit. Data kemudian dikirim ke dinas
kesehatan kabupaten/kota untuk diteruskan ke dinas kesehtan propinsi.

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui hasil dari pelaksanaan perlindungan ibu dan bayi secara terpadu dan
paripurna.
2. Identifikasi masalah dalam pelaksanaan perlindungan ibu dan bayi secara terpadu dan
paripurna.
3. Sebagai dasar pembinaan RS tersebut menuju rumuh sakit sayang ibu dan bayi dan
mempertahankan serta mengembangkannya.
BAB VII
PENUTUP

Pedoman pelaksanaan program Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB) dengan 10
langkah menuju perlindungan ibu bayi secara terpadu dan paripurna merupakan acuan bagi
rumah sakit dalam melaksanakan program RSSIB dalam rangka menurunkan Angka Kematian
Ibu dan Bayi di Indonesia.
Dua indicator tersebut merupakan daya ungkit yang besar terhadap derajat kesehatan
secara menyeluruh.Sesuai dengan konsep dasar RSSIB yang bersifat dinamis maka dihrapkan
setiap rumah sakit dapat melaksanakan terobosan baru sehingga tidak hanya terbatas
keberhasilan pelaksanaan 10 langkah menuju perlindungan ibu dan bayi secara terpadu dan
paripurna.
Diharapkan dengan diterapkannya buku pedoman pelaksanaan program RSSIB ini dapat
memacu rumah sakit – rumah sakit di Indonesia agar semakin meningkatkan mutu pelayanan
terutama pelayanan kesehatan ibu dan bayi.

Anda mungkin juga menyukai