Anda di halaman 1dari 3

Ontologi Ilmu Pengetahuan

Istilah ontologi, secara bahasa berasal dari bahasa yunani, ontos dan logos. Ontos berarti
sesuatu yang berwujud, sedangkan logos berarti ilmu atau teori. Dengan demikian secara bahasa
ontologi dapat diartikan sebagai ilmu atau teori tentang wujud, tentang hakikat yang ada.
Sedangkan yang dimaksud ontologi dalam pengertian terminologisnya adalah kajian
tentang hakikat segala sesuatu atau realitas yang ada yang memiliki sifat universal, untuk
memahami adanya eksistensi.
Dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan, maka ontologi adalah kajian filosofis tentang
hakikat keberadaan ilmu pengetahuan, apa dan bagaimana sebenarnya ilmu pengetahuan yang ada
itu.
Paradigma ilmu pada dasarnya berisi jawaban atas pertanyaan fundamental proses
keilmuan manusia, yakni bagaimana, apa, dan untuk apa. Maka tiga pertanyaan dasar tadi
kemudian dirumuskan menjadi beberapa dimensi, dan salah satunya ialah; dimensi ontologis,
pertanyaan yang harus dijawab pada dimensi ini adalah: apa sebenarnya hakikat dari sesuatu yang
dapat diketahui, atau apa sebenarnya hakikat dari suatu realitas. Dengan demikian dimensi yang
dipertanyakan adalah hal yang nyata.
Dalam kaitan dengan ilmu, aspek ontologis mempertanyakan tentang objek yang ditelaah
oleh ilmu. Secara ontologis ilmu membatasi lingkup penelaahan keilmuannya hanya pada daerah
yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia dan terbatas pada hal yang sesuai dengan akal
manusia.
Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu.
Membahas tentang yang ada, yang universal, dan menampilkan pemikiran semesta universal.
Berupaya mencari inti yang temuat dalam setiap kenyataan, dan menjelaskan yang ada yang
meliputi semua realitas dalam semua bentuknya.

Aksiologi dan Manfaatnya dalam Ilmu Pengetahuan

© Hakekat Aksiologi
Aksiologi yaitu cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai secara umum. Aksiologi
berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai, layak, pantas, patut dan Logos yang berarti
teori, pemikiran. Jadi Aksiologi adalah "teori tentang nilai". Aksiologi mencoba merumuskan
suatu teori yang konsiaten untuk perilaku etis. Dewasa ini perkembangan ilmu sudah melenceng
jauh dari hakikatnya, dimana ilmu bukan lagi merupakan sarana yang membantu manusia
mencapai tujuan hidupnya, melainkan bahkan kemungkinan menciptitakan tujuan hidup itu
sendiri.

© Kategori Dasar Aksiologi


Menurut Susanto (2011) mengatakan, ada dua kategori dasar aksiologi: Objectivism &
Subjectiviam. Dari sini muncul empat pendekatan etika, yaitu:
a. Teori Nilai Intuitif (The Intuitive Theory of Value)
Menurut teori ini, sangat sukar jika tidak bisa dikatakan mustahil untuk mendefimisikan suatu
perangkat nilai yang absolut.
b. Teori Nilai Rasional (The Rational Theory of Value)
Menurut teori ini, janganlah percaya pada nilai yang bersifat obiektif dan murni independen dari
manusia.
c. Teori Nilai Alamiah (The Naturaliatic Theory of Value)
Menurut teori ini nilai, diciptakan manusia bersama dengan kebutuhan dan hasrat yang dislaminya.
d. Teori Nilai Emotif (The Emotive Theory of Value)
Jika tiga aliran sebelumnya menentukan konsep nilai dengan status kognitifnya, maka teori ini
memandang bahwa konsep moral dan etika bukanlah keputusan 43 faktual melainkan hanya
merupakan ekspresi emosi dan tingkah laku.

© Nilai dan Manfaat Aksiologi


Terdapat empat pengelompokan nilai, yaitu: (1) kenikmatan, (2) kehidupan, (3) kejiwaan,
dan (4) kerohanian. Dalam Encliclopedya of Philosophydijelaskan, aksiologi value and val-
uation ada tiga bentuk:

1. Nilai digunakan sebagai kata benda abstrak.


2. Nilai sebagai kata benda konkret.
3. Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi nilai, dan dinilai.

Nilai kegunaan ilmu, untuk mengetahui kegunaan filsafat ilmu atau untuk apa filsafat ilmu itu
digunakan, kita dapat memulainya dengan melihat filsafat sebagai tiga hal sebagaimana
dikemukakan Idzan Fautanu (2012), yaitu:

1. Filsafat sebagai kumpulan teori digunakan memahami dan mereaksi dunia pemikiran.
2. Filsafat sebagai pandangan hidup.
3. Filsafat sebagai metodologi dalam memecahkan masalah.

Adapun dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan aksiologi dinamakan dengan value and
valuation:

1. Nilai digunakan sebagai kata benda abstrak.


2. Nilai sebagai kata benda konkret.
3. Nilai juga dipakai sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi nilai, atau dinilai.

Teori tentang nilai dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika di mana
makna etika memiliki dua arti, yaitu suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap
perbuatan manusia dan suatu predikat yang dipakai untuk membedakan perbuatan, tingkah laku,
atau yang lainnya.
Nilai itu bersifat objektif, tapi kadang-kadang bersifat subjektif. Dikatakan objektif jika
nilai-nilai tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai. Sebaliknya, nilai menjadi
subjektif apabila subjek berperan dalam memberi penilaian, kesadaran manusia menjadi tolak ukur
penilaian. Dengan demikian, nilai subjektif selalu memperhatikan berbagai pandangan yang
dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan yang akan mengarah kepada suka atau tidak suka,
senang atau tidak senang.

Selanjutnya dikatakan berkenaan dengan nilai guna ilmu, tak dapat dibantah lagi bahwa
ilmu itu sangat bermanfaat bagi seluruh umat manusia, dengan ilmu seseorang dapat mengubah
wajah dunia. Makna etika dipakai dalam dua bentuk arti: Pertama, etika merupakan suatu kumpul-
an pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan manusia. Kedua, merupakan suatu
predikat yang dipakai untuk membedakan hal-hal, perbuatan, atau manusia yang lain. Nilai itu
objektif atau subjektifkah sangat tergantung dari hasil pandangan yang muncul dari filsafat.

Anda mungkin juga menyukai