Anda di halaman 1dari 44

F -X C h a n ge F -X C h a n ge

PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

ANALOG SIGNAL
CONDITIONING

By
Mohammad Khoirul Effendi
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

Signal level and Voltage follower


Bias change Introduction
Inverting amp
Linearization
Non inverting
convertions amplifier

Filtering and Impe- Principles of analog Differential


dance matching Signal conditioning Instrument. amp

Concept of loading Voltage to current


converter
Divider circuits Analog signal Op amp circuits
conditioning In instrumentation Current to voltage
Bridge circuits Passive circuits converter

RC Filters integrator

differentiator

Op amp Linearization
characteristic Operational
amplifiers
Op amp
specification Design guide
lines
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

!
PENDAHULUAN
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

Signal conditioning didefinisikan sebagai


suatu operasi untuk mengubah signal-
signal hidup ke dalam bentuk lain
sehingga signal-signal tersebut sesuai
ketika dihubungkan dengan elemen lain
dalam suatu proses kontrol loop
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

PENGELOMPOKAN

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

SIGNAL CONDITIONING
Signal level and bias change

liniearization

Signal conditioning convertions

Filtering and impedance matching

Concept of loading
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

SIGNAL LEVEL AND BIAS

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

CHANGE
Dalam hal ini siganal conditioning berperan sebagai
a. Penyesuai suatu level/harga.
b. Pembuat nilai nol (bias/zero value) dari beberapa tegangan yang
menggambarkan sebuah variabel di dalam proses.

Mis sebuah sensor dengan output 0.2 Volt - 0.6 Volt. Tetapi equipment yang
menerima output sensor tersebut hanya hanya bisa menerima sinyal
tegangan dengan range sebesar 0 Volt – 5 Volt. Maka suatu ASC
diperlukan untuk menjembatani ketidaksesuaian ini.

Output sensor 0,2 V 0,6 V zero shift


Sunstaining 0.2 V 0.2 V

Output sensor 0V 0.4 V amplification


Multiply 12.5 V 12.5 V

Output sensor 0V 5V attenuation adalah kebalikan dari amplification


F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

!
LINEARIZATION

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

Seperti kita ketahui bahwa ada hubungan


ketergantungan antara output dari sensor
dengan keterbatasan peralatan dalam
menerima output dari sensor seperi pada
contoh diatas.

Proses linearisasi ini perlu dilakukan karena


beberapa alasan diantaranya
1. Keterbatasan desain proses control
dalam menggambarkan hubungan antara
output sensor dengan peralatan yang
menerima sinyal dari sensor.
2. Menghasilkan output yang berubah
secara linier dengan berubahnya
beberapa macam variabel, sekalipun
output yang dihasilkan sensor tidak linier.
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

!
CONVERTIONS

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

Seringkali sinyal elektris yang keluar dari


sensor harus diubah untuk menghindari
gangguan selama proses transfer.
Seperti halnya apabila output yang
keluar dari sensor berupa hambatan,
Signal transmission maka akan ada perubahan nilai
hambatan tersebut ketika ada pengaruh
dinamik variabel seperti panas dll (ada
hubungan antara panas dengan besar
hambatan). Oleh karena itu seringkali
sinyal output diubah ke dalam bentuk
convertions lain seperti tegangan dan arus yang
relatif lebih tahan terhadap gangguan
dinamik variabel

Dalam hal ini ASC berfungsi sebagai


penghubung antara sensor dengan
Digital interface peralatan penerima sinyal dari sensor
sehingga sinyal yang dikeluarkan sensor
dapat langsung diolah peralatan tersebut
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

!
W

W
O
FILTERING AND IMPEDANCE MATCHING

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

Gain
Tool to Aktive sircuit
filtering Low pass RC filters
Feed back
And
impedance High pass RC filters
divider circuits
matcing
Passive circuit bridge circuits Band pass RC filters

RC filters Band reject RC filters

Dalam industri sering kali terdapat sinyal kuat yang


menyebabkan terganggunya pentransmian sinyal
antar elemen dalam proses kontrol frekuensi
pengganggu sebesar 60Hz yang dihasilkan ketika
motor di jalankan secara transient. filter pasif
(yang tersusun atas resistor, kapasitor, dan induktor)
atau filter aktif (gain dan feedback)
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

CONCEPT OF LOADING

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

Salah satu hal yang menjadi perhatian dalam


analog signal conditioning adalah pembebanan
satu sirkuit terhadap sirkuit lainya. Hal ini
menyebabkan ketidak tahuan besar tegangan
ketika melewati proses pengukuran.
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
PASSIVE CIRCUITS
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

Sebuah sirkuit pasif terdiri atas resistor, induktor dan


capasitor sering kali digunakan untuk mengeliminasi
gangguan frekuensi baik yang rendah maupun yang tinggi
tanpa merubah signal informasi yang diharapkan
divider circuits

Passive circuits bridge circuits Low pass RC filters

High pass RC filters

RC filters Band pass RC filters

Band reject RC filters


F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

!
W

W
O

O
DIVIDER CIRCUITS
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

Komponen ini bisa digunakan untuk menghasilkan perubahan output


tegangan dengan cara merubah besar resistansi yang ada

Beberapa hal yang harus diperhatikan ketika menggu-


nakan divider circuits
a. Perubahan besar VD terhadap R1 maupun R2 adalah
tidak linier.
b. Output impedansi efektiv dari divider adalah pararel
dengan kombinasi R1 dan R2, maka efek loading
harus diperhitungkan
c. Terjadi pembangkitan daya ketika arus melewati ke-
2 resistor dan daya masukan dari sensor.

R2 V S
VD
R1 R2
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
BRIDGE CIRCUITS
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

Komponen ini bisa digunakan untuk menghasilkan perubahan output


tegangan dengan cara merubah besar impedansi yang ada. Komponen
ini sangat berguna ketika perubahan impedansinya sangat kecil.

Keuntungan menggunakan bridge circuits


a. Dapat disesain sedemikian rupa sehingga
tegangan outputnya bervariasi di sekitar
nilai 0 (nol).
b. Mempresisikan pengukuran statis dari
sebuah impedansi

V R3 V R4
Va Vb
R1 R3 R2 R4

V R3 V R4 R3 R2 R1 R4
V V V
R1 R3 R2 R 4 R1 R3 R 2 R4
F -X C h a n ge F -X C h a n ge

GALVANOMETER DETECTOR ON
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
BRIDGE CIRCUIT
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

Alasan penggunaan galvanometer sbg null detector pada


bridge circuit dikarenakan karena perbedaan perhitungan.
Hal ini disebabkan karena jeleknya pendeteksi resistansi,
dan dan juga karena perlunya menentukan offset current
pada bridge circuit tersebut. Maka perlu suatu modifikasi
perumusan apabila bridge circuit tidak bisa dalam keadaan
null.
BRIDGE RESOLUTION
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

Resolusi dari bridge circuit adalah kemampuan dari bridge circuit itu
sendiri untuk mendeteksi adanya bridge offset.
BRIDGE CIRCUITS LEAD
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
COMPENSATION
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

Pada banyal proses kontrol seringkali sensor yang mengindikasikan


perubahan hambatan jauh terpisah dari bridge circuit. Hal ini
menyebabkan terjadinya perbedaan sinyal/ hambatan yang dihasilkan
oleh sensor karena pengaruh frekuensi, temperatur, tegangan, serta
uap bahan-bahan kimia. Tetapi apabila kita merancang sebuah cirkuit
seperti di atas. Apabila terjadi perubahan pada kawat (2) maka secara
otomatis akan terjadi juga perubahan pada kawat (1) karena kawat (1)
dan kawat (2) ditempatkan pada lingkungan yang sama. Sehingga
pada akhirnya efek dari sinyal pengganggu dapat teratasi.
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

AC BRIDGES

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

Dimana
E = ac offset voltage
E = sine wave excitation voltage
Z1, Z2, Z3, Z4 = bridge impedances
Zero offset voltage E = 0, maka Z3 x Z2 = Z1 x Z4
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

!
W

W
O

BRIDGE APPLICATION

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

Kegunaan utama dari bridge circuits di


dalam modern proses kontrol signal
conditioning adalah merubah variasi
hambatan ke dalam variasi tegangan yang
kemudian variasi tegangan ini akan di
interface dengan ADC atau sistem lainya.
Jika output sensor linear dengan input,
maka output dari bridge circuit adalah non-
linear.
Tetapi bila variansi dari hambatan kecil
dan terpusat pada null value, maka
ketidak linieran ini akan bernilai kecil pula.
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

LOW PASS RC FILTERS

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

Vout 1
0.5
Vin 2
f
1
fc

1
fc
2 RC

Low pass RC filter adalah suatu


komponen yang menghalangi
signal dengan frekuensi tinggi,
dan membiarkan lewat signal
dengan frekuensi rendah
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

HIGH PASS RC FILTERS

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

f
Vout fc
0.5
Vin 2
f
1
fc

High pass RC filter adalah suatu


komponen yang menghalangi sig-
nal dengan frekuensi rendah, dan
membiarkan lewat signal dengan
frekuensi tinggi
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
BAND FILTERS
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

Band pass filters adalah komponen yang


menghalangi frekuensi di bawah dan di
atas limit, serta membiarkan lewat freku-
ensi signal yang mempunyai harga dian-
tara batas atas dan batas bawah.

Band reject filters adalah komponen yang


menghalangi frekuensi signal yang mem-
punyai harga diantara batas atas dan
batas bawah. Serta membiarkan lewat
frekuensi signal yang mempunyai harga
diatas batas atas dan dibawah batas bawah.
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

OPERATIONAL AMPLIFIER
!

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

+VS

i(-) _
Inverting
RO
vid A Output
Ri
vO = Advid
Noninverting -VS
i(+) +

• i(+), i(-) : Currents into the amplifier on the inverting and noninverting
lines respectively
• vid : The input voltage from inverting to non-non-inverting inputs
• +VS , -VS : DC source voltages, usually +15V and –15V
• Ri : The input resistance, ideally infinity
• A : The gain of the amplifier. Ideally very high, in the 1x1010 range.
• RO: The output resistance, ideally zero
• vO: The output voltage; vO = AOLvid where AOL is the open- open-loop
voltage gain
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

!
KARAKTERISTIK OP AMP
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

Fungsi :
1. Untuk merubah suatu impedance (signal) ke dalam bentuk lain
2. Penguatan
3. Atau operasi lainya yang kesemuanya dilakukan oleh IC (integrated circuit)
yang dinamakan op amps (operational amplifiers)

Karakteristik op amp dapat dijabarkan sebagai berikut


Sebuah sirkuit yang tersusun atas beberapa resistor, transistor, dioda, dan
kapasitor.
Mempunyai 2 inputan, yakni inputan inverting dan inputan non-inverting
Op-amp ideal memiliki open loop gain yang tak terhingga besarnya,
sehingga menyebabkan op-amp tidak stabil dan penguatanya tidak terukur.
Oleh karena itu diperlukan negatif feedback.
Range tegangan input lebih kecil dari 1 milivolt, sebaliknya tegangan
saturasinya mencapai 10 volt.
Input impedansinya tinggi / tak terbatas (biasanya melebihi 1 M )
sebaliknya keluaran impedansinya sangat rendah biasanya lebih kecil dari
100 )
Arus input pada tiap masukkanya adalah 0.
Impedance outputnya nol
KARAKTERISTIK OP AMPS
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

Op amps mempunyai 2 supply power, yakni V+ dan V-. Gambar b menunjukkan


hubungan antara perbedaan tegangan yang masuk yang dinamakan differential input
votage dengan tegangan tegangan output yang terjadi. Jika V2 – V1 > 0 maka V out
yang terjadi akan bernilai negatif demilian pula sebaliknya. Inilah alasan mengapa V2
dinamakan terminal inverting, sedangkan pada V1 dinamakan terminal non inverting.
Di daerah sempit pada gambar yang diberi label V, dimana terjadi tegangan saturasi
yang bernilai negatif sampai positif. Umumnya pada daerah tersebut tegangan saturasi
yang terjadi bernilai 10 Volt sedangkan differential output voltage yang terjadi dalam
skala mikrovolt. Maka terjadi slope /peningkatan tegangan yang sangat curam yakni
100.000 Volt V / V outyang tejadi
IDEAL OP AMPS
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

Pada gambar di atas dimana kaki tegangan positif di ground, maka tagangan
output yang keluar bernilai negatif. Pada summing point jika tidak ada feed back
dan terminal + di ground, maka jika Vin > 0, maka output saturasinya bernilai
negatif, sedangkan apabila Vin < 0, maka output saturasinya bernilai positif.
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
GOLDEN RULE OF OP-AMPS
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

Ada dua aturan penting dalam melakukan


analisa rangkaian op-amp berdasarkan
karakteristik op-amp ideal. Aturan ini dalam
beberapa literatur dinamakan golden rule, yaitu :

1. tegangan antara input v+ dan v- adalah nol (v+ -


v- = 0 atau v+ = v- )
2. Arus pada input Op-amp adalah nol (i+ = i- = 0)
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

!
W

NON IDEAL OP AMPS

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

Parameter yang digunakan dalam menganalisa op-amps non ideal adalah sbb:
1. Open loop gain yang terbatas. Gain didefinisikan sebagai slope dari transfer
fungsi tegangan.
Vout 2Vsat
A
(V2 V1 ) V
2. Input impedansi yang terbatas. Sehingga ketika tegangan masuk melalui ke
2 terminalnya, maka akan ada arus yang terjadi.
3. Output impedansinya tidak bernilai nol. Realnya pada output op amps
mempunyai hambatan walaupun hanya beberapa ohm saja.
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
OP AMP SPECIFICATIONS
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

1. Input offset voltage


2. Input offset current
3. Input bias current
4. Slew rate
5. Unity gain frequency bandwidth
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

!
W

W
O

KOMPENSASI DARI ARUS OFFSET

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

Untuk mengatasi input offset maka dipasang hambatan yang besarnya sama
antara terminal positif dan negatif. Dimana pemasangan antara ke dua
hambatan tersebut pararel satu sama lain
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

! KOMPENSASI DARI TEGANGAN

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
OFFSET
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

Untuk mengatasi tegangan offset ini maka ada 2 cara yang bisa dilakukan
1. Memasang variabel resisitor pada ke dua terminal op amps dan variabel
resistor tersebut di set sehingga offset voltage tidak terjadi.
2. Memasang tegangan bias yang dapat mengkompensasi tegangan offset
yang terjadi
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
CONTOH PRODUK OP AMPS
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

Saat ini banyak terdapat tipe-tipe op-amp dengan karakterisktik yang spesifik.
Op-amp standard type 741 dalam kemasan IC DIP 8 pin sudah dibuat sejak tahun
1960-an. Untuk tipe yang sama, tiap pabrikan mengeluarkan seri IC dengan insial
atau nama yang berbeda. Misalnya dikenal MC1741 dari motorola, LM741 buatan
National Semiconductor, SN741 dari Texas Instrument dan lain sebagainya. Ter-
gantung dari teknologi pembuatan dan desain IC-nya, karakteristik satu op-amp
dapat berbeda dengan op-amp lain. Tabel-1 menunjukkan beberapa parameter op-
amp yang penting beserta nilai idealnya dan juga contoh real dari parameter LM714.
F -X C h a n ge F -X C h a n ge

SIKUIT OP AMP DALAM


PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c

PERALATAN
c u -tr a c k c u -tr a c k

Voltage follower

Inverting amplifiers

Non inverting amplifiers

Differential instrumentation amplifiers

Voltage to current converter


Op amp circuits
Current to voltage converters

integrator

differentiator

Linearization
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
VOLTAGE FOLLOWER
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

Pada dasarnya sirkuit ini merubah tegangan masuk dengan impedansi


yang tinggi, menjadi tegangan output dengan impedansi yang rendah .
Input impedansi yang masuk pada dasarnya adalah impedansi dari op
amp itu sendiri, yang nilainya lebih besar dari 100 M . Arus keluaranya
dibatasi oleh sirkuit pendek dalam op amp itu sendiri, sehingga impedansi
keluarannya lebih kecil dari 100 .
INVERTING AMPLIFIERS
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

Input non-inverting pada rangkaian ini dihubungkan ke ground, atau v+ = 0.


Dengan mengingat dan menimbang aturan 1 (lihat aturan 1), maka akan
dipenuhi v- = v+ = 0. Karena nilainya = 0 namun tidak terhubung langsung
ke ground, input op-amp v- pada rangkaian ini dinamakan virtual ground.
Dengan fakta ini, dapat dihitung tegangan jepit pada R1 adalah vin – v- = vin
dan tegangan jepit pada reistor R2 adalah vout – v- = vout. Kemudian dengan
menggunakan aturan 2, di ketahui bahwa :iin + iout = i- = 0, karena menurut
aturan 2, arus masukan op-amp adalah 0.
iin + iout = vin/R1 + vout/R2 = 0

Selanjutnya
vout/R2 = - vin/R1 .... atau
vout/vin = - R2/R1
Jika penguatan G didefenisikan sebagai perbandingan tegangan keluaran
terhadap tegangan masukan, maka dapat ditulis …(1)
Impedansi rangkaian inverting didefenisikan sebagai impedansi input dari sinyal
masukan terhadap ground. Karena input inverting (-) pada rangkaian ini diketahui
adalah 0 (virtual ground) maka impendasi rangkaian ini tentu saja adalah Zin = R1.
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

!
W

W
INVERTING AMPLIFIERS
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

INVERTING AMPLIFIER SUMMING AMPLIFIER

V1

V2

R2
Vout Vin
R1
R2 R2
Vout V1 V2
R1 R3
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

!
NON INVERTING AMPLIFIERS

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

Dengan menggunakan aturan 1 dan aturan 2, kita uraikan dulu beberapa fakta
yang ada, antara lain :
vin = v+
v+ = v- = vin ..... lihat aturan 1.

Dari sini ketahui tegangan jepit pada R2 adalah vout – v- = vout – vin, atau iout =
(vout-vin)/R2. Lalu tegangan jepit pada R1 adalah v- = vin, yang berarti arus
iR1 = vin/R1.
Hukum kirchkof pada titik input inverting merupakan fakta yang mengatakan
bahwa : iout + i(-) = iR1
Aturan 2 mengatakan bahwa i(-) = 0 dan jika disubsitusi ke rumus yang sebelum-
nya, maka diperoleh iout = iR1 dan Jika ditulis dengan tegangan jepit masing-
masing maka diperoleh (vout – vin)/R2 = vin/R1 yang kemudian dapat disederha-
nakan menjadi :vout = vin (1 + R2/R1)
Jika penguatan G adalah perbandingan tegangan keluaran terhadap tegangan
masukan, maka didapat penguatan op-amp non-inverting :
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

!
W

W
O

O
DIFFERENTIAL INSTRUMENTATION
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

AMPLIFIERS

R2
Vout V2 V1
R1
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

!
VOLTAGE TO CURRENT

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

CONVERTER

R2
I out Vin
R1 R3

R1 ( R3 R5 ) R2 R4
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

!
CURRENT TO VOLTAGE

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

CONVERTER
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
INTEGRATOR
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

1
Vout Vin dt
RC
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

Differentiator

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

Bentuk rangkain differensiator adalah mirip dengan rangkaian inverting. Sehingga


jika berangkat dari rumus penguat inverting
G = -R2/R1
dan pada rangkaian differensiator diketahui :

maka jika besaran ini disubtitusikan akan didapat rumus penguat differensiator

Dari hubungan ini terlihat sistem akan meloloskan frekuensi tinggi (high pass filter),
dimana besar penguatan berbanding lurus dengan frekuensi. Namun demikian,
sistem seperti ini akan menguatkan noise yang umumnya berfrekuensi tinggi.
Untuk praktisnya, rangkain ini dibuat dengan penguatan dc sebesar 1 (unity gain).
Biasanya kapasitor diseri dengan sebuah resistor yang nilainya sama dengan R.
Dengan cara ini akan diperoleh penguatan 1 (unity gain) pada nilai frekuensi
cutoff tertentu. dV
Vout RC in
dt
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

LINEARIZATION

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

Vin V
Vin , dimana G in adalah fungsi non linier
G
R R
dari tegangan input [pada kenyataanya merupakan
kebalikan dari fungsi I(Vout )]

1 1
Vout log c (Vin ) log e (I o R)
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

!
W

W
O

O
ALUR DALAM MERANCANG ASC
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

(ANALOG SIGNAL CONDITIONING)


parameter START
parameter
range
Mendefinisikan sasaran Transfer fungsi
akurasi pengukuran
Time response
linierarisasi
Memilih sensor range
noise
power
parameter Mendesain ASC
Penggunaan
range divider/bridge
Input impedance Catatan dalam ASC
Persamaan output
Output impedance Terhadap input
Op amp circuits Efek loading
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

CONTOH SOAL 1

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

Anda mungkin juga menyukai